Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151993 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitri Hasdianti
"Gereja GPIB Immanuel adalah salah satu gereja tua peninggalan Belanda di Jakarta. Gereja ini dibangun pada 1834 dan masih aktif digunakan untuk ibadah. Gereja GPIB Immanuel menyediakan beberapa pilihan bahasa sebagai bahasa untuk ibadah, salah satunya adalah bahasa Belanda. Keberadaan bahasa Belanda menjadi ciri khas Gereja ini, yang tidak hanya berfungsi sebagai bahasa pengantar ibadah melainkan juga sebagai media bagi pihak gereja untuk mempertahankan warisan peninggalan Belanda di Indonesia khususnya Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan alasan yang menjadi dasar penggunaan bahasa Belanda sebagai bahasa pilihan dalam ibadah di Gereja GPIB Immanuel. Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara menggunakan teori etnografi komunikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan penggunaan bahasa Belanda dalam ibadah di gereja GPIB Immanuel Jakarta adalah alasan historis, alasan emosional, dan alasan mempertahankan relasi.

GPIB Immanuel Church is one of the oldest Dutch churches in Jakarta. This church was built in 1834 and is still actively used for worship. GPIB Immanuel Church provides several language choices as a language for worship, one of them is Dutch. The existence of Dutch is a characteristic of this Church, which not only serves as the language of worship but also as a medium for the church to maintain the Dutch heritage in Indonesia, especially Jakarta.
This study aims to explain the reasons for the use of Dutch as the language of choice in worship at GPIB Immanuel Church. This research was conducted by interview method using ethnographic theory of communication. The results showed that the reasons for using Dutch in GPIB Immanuel Jakarta church services are historical reasons, emotional reasons, and reasons for maintaining the relationship.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Poetiray, Krystle Anastasia
"Gereja sebagai tempat beribadah bagi umat Kristiani membutuhkan kualitas ruang akustik yang baik bagi kegiatan speech dan musik. Sebagai salah satu gereja tua di Indonesia, GPIB Immanuel Jakarta sudah menjadi cagar budaya dan memiliki persyaratan dalam merawat dan pemugaran bangunan. Bentuk gereja yang melingkar dan berkubah memungkinkan gereja memiliki permasalahan secara akustik. Menurut tinjauan teori akustik dan desain gereja, kriteria akustik gereja yang ideal dapat dihitung dengan parameter waktu dengung dan pengukuran kekerasan dalam ruang menggunakan sound level meter.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa GPIB Immanuel Jakarta memiliki kekerasan yang merata dengan baik dalam ruang namun memiliki waktu dengung dan kekerasan bising yang melebihi ideal ruang ibadah. Sehingga akustik ruang secara alami tidak dapat memproyeksikan suara dengan kejelasan yang baik. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menambah elemen penyerap dalam ruang untuk mengurangi waktu dengung tanpa mengubah bentuk ruang dan merusak struktur dan material asli bangunan dan juga menggunakan distribusi sound system yang baik.

Church as a place of worship for Christians requires a good acoustical quality for speech and music. As one of the oldest church in Indonesia, GPIB Immanuel Jakarta has become a cultural heritage and have specific requirements in the care and restoration of the building. The circular shape and vaulted church allows the appearance of acoustic problems. According to the review of acoustical and church design theories, the ideal acoustical requirements for a church can be calculated by using reverberation time parameter and the sound pressure level measurements using a sound level meter.
The results show that the church has uniform sound pressure level in every parts of the room but has reverberation time and noise level that exceeds the ideal time. So, the natural acoustics space cannot project sound with a good clarity. Those problems can be overcome by adding absorbing elements inside the room to reduce reverberation time without changing the shape of the room and damaging the building's original structure and materials, and also by using distributed sound system and.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64626
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Ari Respati
"Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Immanuel, Jakarta Pusat adalah salah satu gereja bersejarah dari awal abad ke-20 di Batavia yang memiliki kekayaan ornamen atau ragam hias yang khas dan bervariasi. Ragam hias tersebut membentuk pola atau motif yang diaplikasikan pada berbagai elemen arsitektur gereja, seperti dinding, langitlangit, pilar, altar, dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna simbolik dari ragam hias yang terdapat di Gereja GPIB Immanuel, Jakarta Pusat, baik berdasarkan bentuk dan konteks dari ragam hias tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis melalui tahap formulasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan interpretasi. Melalui analisis bentuk dan kontekstual diketahui bahwa ragam hias yang terdapat pada Gereja Immanuel terdiri dari ragam hias geometris, floral, figuratif, dan lambang suci. Bentuk simbolis tesebut pun memiliki makna secara khusus berdasarkan ajaran Protestan yang didalamnya terdapat aliran Lutheran, Evangelis, dan Calvinisme serta pengaruh arsitektur kolonial yang berkembang di awal abad ke-19 di Batavia. Representasi kepercayaan, kesejarahan, maupun media dakwah tercermin lewat berbagai ragam hias. Adapun ragam hias yang tidak memiliki makna secara khusus menjadi bagian dari elemen estetika dari pengaruh arsitektur kolonial.

Protestant Church in Western Indonesia (GPIB) Immanuel, Central Jakarta is one of the historic churches from the early 20th century in Batavia which has a wealth of unique and varied ornaments or decorations. These decorations form patterns or motifs that are applied to various elements of church architecture, such as walls, ceilings, pillars, altars, and so on. This study aims to analyze the symbolic meaning of the decorations found in the GPIB Immanuel Church, Central Jakarta, both based on the shape and organizational structure in the room. This study used a descriptive analysis method through the stages of formulation, data collection, data processing, analysis, and interpretation. Through form and contextual analysis it is known that the decoration found in Immanuel Church consists of geometric, floral, figurative, and sacred symbols. These forms have special meaning based on the teachings of Protestant, Lutheran, Evangelical, and Calvinism as well as the influence of colonial architecture that developed in the early 19th century in Batavia. Representation of beliefs dan history is reflected through various decorations of the ornaments. As for decoration that has no special meaning, it becomes part of the aesthetic elements of the influence of colonial architecture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Narendra Pandya Satwika
"Willemskerk atau gereja Immanuel Jakarta adalah salah satu dari gereja-gereja peninggalan masa kolonial. Bangunan gereja ini memiliki bentuk yang unik. Willemskerk dibangun menurut rancangan Johan Hendrik Horst dan pembangunannya dimulai tahun 1835. Willemskerk dapat dibangun dengan usaha dan prakarsa Raja Willem I yang menginginkan persatuan dari jemaat Protestan di Hindia Belanda. Unsur bangunan yang sangat mencolok dari bangunan ini adalah penggunaan pilar-pilar yang megah serta atap yang berbentuk kubah. Kedua unsur ini adalah bentuk adaptasi dari gaya bangunan Parthenon, Pantheon serta teater Yunani klasik. Pada bangunan ini kita akan menemukan gaya neo-klasik. Penelitian ini mencoba untuk menjelaskan unsur neo-klasik pada bangunan Willemskerk.

Willemskerk or Immanuel Church Jakarta is one of churches from colonial time. The Building has an unique form. Willemskerk were built according to Johan Hendrik Horst’s design and started to be build in 1835. Willemskerk were able to be established by the struggle and initiative of King Willem I for the unification of Protestant congregation in Dutch Indies. The outstanding parts of the building is the usage of majestic pillars and dome. Both are an adaptation of Parthenon, Pantheon and also Greek Classic Theater. We will find neo-classic style on this building. The aim of the research is to explain neo-classic elements of the building."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Paat, Ivonne
"Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan: bentuk-bentuk kekerasan, alasan spiritual yang digunakan, baik oleh suami (pelaku) maupun istri (korban), mengapa perempuan bertahan dalam lingkungan kekerasan dan mengapa mengambil keputusan bercerai. Secara khusus, peneliti ingin mengungkapkan bagaimana perempuan Kristen dan Gereja (diwakili oleh Pendeta) menyikapi kekerasan tersebut. Pendekatan yang digunakan adalah studi kasus dengan metode kualitatif yang berperspektif gender.
Hasil studi menunjukkan: Pertama, perlakuan kekerasan secara fisik, psikologi, ekonomi dan seksual masing-masing kasus memiliki kekhasan tersendiri. Tindak kekerasan untuk semua kasus sama intensitasnya, namun, pengambilan keputusan berbeda, tergantung dari sifat dan perangai masing-masing korban. Kedua, perempuan-perempuan yang mengalami tindak kekerasan memiliki sikap yang sama untuk menolak kekerasan itu, namun demikian, tidak dalam hal tindakan yang diambil; ada yang bercerai, ada yang bertahan, dan ada yang berpisah tetapi tidak bercerai. Ketiga, perhatian Gereja terhadap perempuan-perempuan korban tindak kekerasan tersebut belum memadai dan optimal. Gereja belum terlalu memperdulikan kasus-kasus kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga Kristen. Sebagian besar perhatiannya masih tertuju pada konseling pra nikah. Keempat, kesetaraannya dengan laki-laki bukan menjadi jaminan perempuan Minahasa tidak mengalami tindak kekerasan; harus diakui, perempuan Minahasa masih tetap berada di posisi subordinat.

The objective of the research is to identify and reveal: forms of violence, spiritual reason that is used, either by the husband (the suspect) or the wife (the victim), why women hold on in violence environment and why take the decision to have a divorce. Specifically, revealing how Christian Women and Church (represented by the Priest) deal with these violence actions. The approach of this research is a case study with qualitative method with gender perspective.
Study results showed that: First, violence treatment have their own uniqueness physically, psychologically, economically, and sexually. Violence actions in all cases have the same intensity, but there were different decision that has been made, depend on the character and the attitude of each victim. Second, women who experience it have the same idea to oppose it, but not in the action that has been taken; some have divorced, some hold on, and some separate from each other but not having a divorce. Third, Church's attention for the women who were the victims of that violence action has not been properly made and optimized. Church didn't really have the concern about Christian domestic violence cases. Most of the Church's attention still directed to pre-marital counseling. Fourth, their same level with men is not a guarantee for Minahasan women not to experience violence actions; it has to be admit, Minahasan women still in subordinate position.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11969
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Aulia
"Penelitian ini membahas tentang keberadaan kosakata serapan yang berasal dari bahasa Belanda dalam bidang otomotif dengan semakin terpakainya bahasa Inggris di Indonesia. Sumber data dalam penilitian ini adalah kosakata dalam bidang otomotif yang diambil dari berbagai bahasa seperti Indonesia, Belanda, Inggris. Penulis mencari kosakata dalam bidang otomotif dari setiap kamus bahasa seperti Indonesia, Belanda, dan Inggris. Dalam melakukan penelitian ini, penulis mendatangi 3 bengkel yang ada di Jakarta untuk mewawancarai 3 orang dari perwakilan setiap bengkel, usia sekitar 20-50 tahun, hal yang ditanyakan adalah penggunaan atau penyebutan istilah otomotif yang digunakan oleh para narasumber.
Penelitian ini dibatasi dengan faktor usia dari masing-masing narasumber berdasarkan teori Sali Tagliamonte. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif,karena penulis melakukan survei lapangan untuk mendapatkan data empiris secara langsung. Terlihat hasil yang didapat dari penelitian ini adalah bahasa Belanda tetap menjadi bahasa sumber utama dalam penyerapan kosakata dalam bidang otomotif meski bahasa Inggris mulai berpengaruh di Indonesia.

This research discusses the existence of English vocabulary derived from Dutch in automotive field with the increase of English usage in Indonesia. Sources in this research are vocabulary in automotive field which taken from three languages including Indonesia, Dutch, and English. The writer search for vocabulary in automotive field from every languages dictionary including Indonesia, Dutch, and English. In conducting this research, the researcher visited three garages in Jakarta to interview the informants how they pronounce the automotive terms.
This research narrowed by age factor of each interviewers, from the age around 20 to 50, based on Sali Tagliamonte's theory. This research use quantitative method to obtain empirical data. The results of this research shows that Dutch remains the main source of derived vocabulary in automotive field eventhough English starting to affect Indonesian language.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Geraldi Ramadhan
"Gereja Immanuel adalah salah satu bangunan peninggalan kolonial Belanda yang terletak di kawasan Weltevreden (pada saat ini Gambir, Jakarta Pusat). Gereja ini dibangun pada tahun 1834 oleh arsitek J.H Horst yang berkebangsaan Hindia-Belanda. Gereja Immanuel merupakan salah satu bangunan yang unik di Jakarta, karena gaya bangunan gereja ini mengadaptasi dari dua gaya bangunan, yakni gaya Klasik dan gaya Palladian. Gaya Klasik adalah gaya bangunan yang mencerminkan peradaban Yunani dan Romawi kuno, sedangkan gaya Palladian adalah gaya bangunan yang memadukan unsur gaya Klasik dengan dekorasi dari gaya bangunan lainnya. Tulisan ini menggunakan metode Kualitatif-Deskriptif yang dalam pengumpulan datanya diperoleh melalui kajian studi pustaka, studi lapangan berupa kunjungan langsung, dan melakukan observasi terhadap ornamen-ornamen gereja di bagian eksterior dan interior. Gaya bangunan Klasik dan Palladian pada bangunan ini terlihat jelas melalui adanya penggunaan pilar-pilar, ruangan melingkar seperti teater, dan penggunaan jendela berbingkai.

Immanuel Church is one of Dutch colonial inheritance buildings which is located in Weltevreden region (now it is Gambir, Central Jakarta). This church was built in 1834 by an architect who is Dutch East Indies named J.H Horst. Immanuel Church is one of unique buildings at Jakarta because the architecture of the church is adapted from two styles of building, which are Classic style and Palladian style. Classic Style is an architecture which reflects Ancient Greek civilization style, while Palladian Style is an architecture which combines the elements of Classic style with the decoration of other architecture. This paper uses Descriptive-Qualitative method that, for collecting the data, is acquired through literature review, field studies in the form of direct visits, and observations toward ornaments of the church in exterior and interior part. Classic and Palladian style of this building can be clearly seen through the use of pillars, circle room like theatre, and the use of framed windows."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Agustina
"Pada abad ke-19 dengan adanya pengaruh bangsa Eropa, kota-kota di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari segi pembangunan sarana dan prasana. Bangunanbangunan didirikan untuk menunjang kegiatan pada masa itu juga tidak lepas dari adanya pengaruh kebudayaan bangsa Eropa. Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Griya Mulya merupakan bangunan yang didirikan pada saat wilayah di Purworejo mendapat pengaruh dari bangsa Eropa. Bangunan GPIB Griya Mulya memiliki nilai historis yang penting dalam Kristenisasi di Purworejo. Sebagai bangunan Cagar Budaya, penting untuk menjaga kelestarian bangunan GPIB Griya Mulya Purworejo. Penelitian ini membahas tentang gaya bangunan GPIB Griya Mulya Purworejo. Metode penelitian yang digunakan mengacu pada tahapan penelitian arkeologi yang disusun oleh Sharer & Ashmore yang terbagi menjadi tujuh tahap, yaitu formulasi penelitian, implementasi penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, interpretasi data, dan publikasi hasil penelitian. Hasil penelitian melalui analisis komponen-komponen bangunan menunjukkan adanya beberapa gaya pada bangunan gereja, diantaranya adalah Gotik, Neo-Klasik, Art Deco.

In the 19th century, with the influence of Europeans, cities in Indonesia experienced rapid development in terms of the development of facilities and infrastructure. The buildings erected to support activities at that time were also influenced by European culture. The Protestant Church in Western Indonesia (GPIB) Griya Mulya is a building that was built when the area in Purworejo was influenced by Europeans. The GPIB Griya Mulya building has an important historical value in Christianization in Purworejo. As a Cultural Heritage building, it is important to preserve the GPIB Griya Mulya Purworejo building. This study discusses the building style of GPIB Griya Mulya Purworejo. The research method used refers to the stages of archaeological research compiled by Sharer & Ashmore which are divided into seven stages, namely research formulation, research implementation, data collection, data processing, data analysis, data interpretation, and publication of research results. The results of the study through the analysis of building components show that there are several styles in the church building, including Gothic, Neo-Classical, Art Deco.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Edison, F. Thomas
"Komunitas Kristen Depok asli asal-mulanya adalah para pekerja di bidang pertanian dari seorang Belanda yang bernama Cornelis Chastelein. Mereka berasal dari berbagai suku bangsa di Indonesia, seperti dari Bali, Makassar, Jawa, Batavia (Betawi), dan lain-lain. Mereka ini membentuk sebuah kelompok masyarakat di Depok dan merupakan sebuah komunitas yang mula-mula bersifat eksklusif Komunitas ini mempunyai pengalaman yang unik dan tidak ditemukan di tempat lain di Indonesia. Perjalanan hidup komunitas ini mengalami masa menyenangkan dan tenteram sebelum perang kemerdekaan karena kedekatan mereka dengan orang-orang Belanda; masa sukar dan hampir punah pada masa perang mempertahankan kemerdekaan karena dianggap penghianat bangsa dan memihak penjajah; masa prihatin dan dilematis pada masa kemerdekaan karena latar belakang sejarahnya.
Terbentuknya komunitas ini adalah jasa seorang warga negara Belanda keturunan Perancis bernama Cornelis Chastelein yang memberi wasiat yang isinya menghibahkan semua lahan dan sebagian besar kekayaannya kepada para pekerjanya (budaknya) yang mau memeluk agama Kristen Protestan (Hoegenot) Dari sekitar dua ratus orang budak itu, ada seratus dua puluh orang yang mau memeluk agama Kristen Protestan. Mereka ini dibagi dalam dua belas kelompok dan diberi nama marga sebagai berikut : Banos (baca : Bakas), Jacob, Joseph, Jonathans, Laurens, Loan, Leander, Samuel, Soedira, Isakh, Tholense, dan Zadokh.
Mereka mulai menghuni wilayah Depok sejak tahun 1696 dan mulai mewarisi lahan pertanian di Depok sejak tahun 1714. Dalam kurun waktu hampir tiga ratus tahun komunitas ini menghuni wilayah Depok dan telah mengalami pergaulan sosial dengan komunitas-komunitas lain di seldtarnya sehingga terjadi proses perubahan dan kontinyuitas (change and contimdy) dalam kebudayaan mereka. Pada mulanya mereka semua memeluk agama Kristen Protestan dan beribadat di GPIB Immanuel Depok, kini sudah ada yang beribadat di luar gereja GPIB, misalnya di gereja Katolik, gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, (Gereja Pantekosta, bahkan karena perkawinan ada yang purdah agama. Mata pencaharian komunitas ini dahulu semua di bidang pertanian, kini hampir tidak ada lagi. Mereka bekerja di bidang industri, perusahaan swasta, dan ada yang menjadi wiraswasta. Ada juga yang bekerja di sektor-sektor informal. Bahasa Belanda yang menjadi ciri khas mereka, kini sudah sangat berkurang intensitasnya dan diganti dengan bahasa Indonesia. Perkawinan yang dahulu bersifat endogarni, kini sudah bersifat eksogami. Kesenian telah berubah dari gamelan dan musik keroncong menjadi paduan suara di gereja menggunakan piano dan gitar.
Namun ada usaha-usaha untuk memperkokoh eksistensi komunitas ini, terutama lima puluh tahun terakhir ini, untuk melaksanakan wasiat Cornelis Chastelein. Usaha itu adalah mendirikan Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein yang bertugas mengelola semua aset yang ditinggalkan oleh Cornelis Chastelein untuk kesejahteraan anggota-anggotanya. Komunitas ini juga tetap terpelihara melalui lembaga gereja yaitu GPID Immanuel Depok. Pads kedua lembaga inilah diletakkan harapan kelangsungan hidup komunitas ini sampai waktu yang lama di masa yang akan datang.
Karena pengalaman sejarah, komunitas ini pernah mengalami hidup dalam keadaan apatis terhadap lingkungannya dan merasa frustrasi karena tidak dapat lagi mengembalikan kejayaan masa lampaunya, dan mengalami dilema identitas, bahkan dapat dikatakan mengalami krisis identitas, terutama pada generasi tua. Sedangkan pada generasi mudanya juga masih trauma atas sejarah masa lalu nenek-moyang dan orang-tua mereka. Namun keadaan apatis dan frustrasi masa lalu itu tidak lagi dialami oleh komunitas ini pada masa kini. Sudan tumbuh kesadaran bahwa mereka adalah memiliki Depok dan juga hams berperan dalam pembangunan Depok."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T1632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangkerego, Jance Alexander
"Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi akuntabilitas publik pada pelaporan keuangan di Gereja Pancaran Kasih, Depok. Sebagai entitas non laba, gereja memperoleh pendapatan seluruhnya dari sumbangan dan persembahan jemaat gereja tersebut. Dan hal ini menuntut gereja harus memaparkan pelaporan keuangannya secara transparan dan akuntabel. Pelaporan keuangan di gereja Pancaran Kasih ini diteliti dengan Teori Akuntabilitas yang ditulis oleh Bovens (2005). Hasil penelitian di gereja GPIB Pancaran Kasih menunjukkan bahwa tahapan dalam menilai akuntabilitas laporan keuangan gereja (dari accountable actor ke accountable forum) belum berjalan secara optimal.
Dalam proses informing about performance, publikasi berjalan baik, meski isi laporan keuangan masih ada yang tidak mengikuti SAK. Proses debating dan judging juga kurang optimal karena jemaat beranggapan pejabat gereja tidak mungkin melakukan penyimpangan sehingga proses debating sangat jarang terjadi yang menyebabkan proses judging juga tidak berjalan optimal. Hal ini terjadi karena kondisi jemaat yang awam akan laporan keuangan dan anggapan bahwa pejabat gereja tidak mungkin melakukan penyimpangan di dalam gereja, apalagi pejabat gereja adalah seorang pelayan yang mendedikasikan hidupnya dalam pelayanan gereja.

This research was conducted to evaluate public accountability in financial reporting at Pancaran Kasih Church, Depok. As a non-profit entity, the church derives its full income from donations and offerings from the church members. And this requires the church to explain its financial reporting in a transparent and accountable manner. Financial reporting in the Pancaran Kasih church was examined with Accountability Theory written by Bovens (2005). The results of the research at the GPIB Pancaran Kasih church show that the stages in assessing the accountability of church financial statements (from accountable actors to accountable forums) have not run optimally.
In the process of informing about performance, publications went well, although the contents of the financial statements were still not followed by SAK. The debating and judging process is also not optimal because the congregation thinks church officials are not likely to make deviations so the debating process is very rare which causes the judging process to not run optimally. This is due to the condition of the congregation who are unfamiliar with financial statements and the assumption that church officials are unlikely to commit irregularities in the church, especially church officials are a servant who dedicates their life to church services.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>