Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150185 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Trina Acacia
"Penelitian ini membahas tubuh sebagai ruang penciptaan dan prinsip tari sebagai virtualitas yang penuh pemaknaan. Tari tidak sekadar sebagai pertunjukan melainkan juga sebagai bentuk pemahaman tubuh atas ruang simbolik dalam tari dan proses kreasinya. Tari sebagai simbol memiliki virtualitas, artinya ia menghadirkan ilusi, sebagai sesuatu yang diciptakan bagi pemaknaan. Ilusi dalam tari diciptakan agar memperkaya pemahaman dan pemaknaan manusia akan kehidupan, karena ketika menari, seseorang tidak hanya berperan tetapi juga menghidupkan manusia dan kehidupan itu ke dalam tariannya. Beberapa observasi karya-karya tari klasik, modern, hingga kontemporer akan diberikan untuk memperkuat pencarian filosofis dalam penulisan ini.

This research discusses the body as a space of creation and the principle of dance as a symbolic form full of meaning. Dance is not a mere spectacle but also as a form of body knowledge of symbolic space in dance and its creation process. Dance as a symbol has virtuality, it creates illusions, as something created for meaning. Illusions in dance are created to enrich people`s understanding of life, because when dancing, one does not only play a role but also revive the people and life into the dance. Some observations of classical, modern, and contemporary dance works will be given to substantiate the philosophical search in this writing."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Sekartaji Putri Hapsari
"Pada dasarnya pengalaman musik merupakan pengalaman yang kompleks. Ada hal-hal yang hadir di dalam pengalaman mendengarkan musik yang dianggap sepele atau luput dari perhatian pendengarnya. Pengalaman mendengarkan musik merupakan pengalaman yang unik. Musik mampu membuat pendengar tidak hanya merasakan berbagai macam hal, tetapi juga menghadirkan hal-hal yang tidak bersifat fisik. Ketika mendengarkan musik, pendengar mampu mendapatkan gambaran-gambaran yang terkadang bersifat acak. Ada sesuatu yang memengaruhi gambaran tersebut hadir kepada pendengar. Untuk dapat memahami bagaimana gambaran-gambaran tersebut hadir dapat digunakan semiotik. Susanne K. Langer (1895-1985) merupakan salah satu tokoh yang membahas mengenai tanda dan simbol dan membawa pembahasan tersebut ke tingkat yang lebih jauh.

Fundamentally, the experience of listening to music is complex. There are things that exist which we often miss or consider as insignificant. The experience of listening to music is unique. Music has the ability to make its listener not only feel, but also see things that aren't physically existing. When listening to music, listeners experience random visual images. There is something which influences those images in appearing into the listeners head. Semiotics is being used to understand the appearance of these images. Susanne K. Langer (1895-1985) is one of the figure who discussed about sign and symbol and took it further to a different level."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Bientang Anggarie
"Skripsi ini merupakan pembedahan secara filosofis dengan Tarot sebagai objeknya. Dalam analisis ini, Tarot dikeluarkan dari fungsi-fungsi praktikal yang selama ini dikenal oleh masyarakat pada umumnya, sehingga Tarot dapat dilihat sebagai simbol konkrit, sebagai produk pikiran manusia dalam usahanya memahami realitas. Ada aktivitas simbolik di dalam Tarot di mana elemen-elemennya-naming, dan imagery-berelasi, dengan melibatkan manusia sebagai subjek simbol, baik itu sebagai kreator maupun interpreter. Melalui analisis hubungan elemen-elemen dalam Tarot, muncul permasalahan keterikatan manusia pada sistem simbol (language), menyebabkan terjadinya paradoks dalam aktivitas simbolik Penelitian ini bertujuan membongkar sisi epistemologis Tarot dengan memperlihatkan adanya aktivitas intelektual, di mana kognisi manusia berperan sepenuhnya.

This undergraduate thesis is a philosophical dissection with Tarot as its object. In this analysis, Tarot is taken out from its usual practical functions as known to society, so Tarot can be seen as a concrete symbol, as a product of human mind as they learn to understand their reality. There is a symbolic activity inside the Tarot where its elements-naming and imagery-related to each other, involve human as the subject of symbol, either creator or interpreter. Through analyse how the elements related to each other in Tarot, raise a problem that human are bounded to system of symbol (language), cause a paradox in symbolic activity. This research has a purpose to expose the epistemology of Tarot by showing that there is an intelectual activity in Tarot, in which human cognition take the whole role."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Embun Kenyowati Ekosiwi
"Seni, merupakan gejala yang hadir dihadapan kita. Seni akan tetap dibahas selama pemikiran manusia masih berlangsung. Seni merupakan sisi lain kehidupan yang tidak tertangkap melalui kehidupan sehari-hari maupun ilmu pengetahuan. Diantara berbagai teori seni yang ada, teori simbol Susanne Langer hadir dengan latar belakang untuk menengahi teori-teori yang saling bertentangan dan bersifat berat sebelah. Teori Simbol mencoba menghadirkan seni sebagai sebagai simbol. yang merupakan sesuatu yang obyektif ada pada karya seni.
Seni adalah kreasi bentuk-bentuk simbolik dari perasaan manusia. Sebagai bentuk simbolik, ia bersifat presentasional, yaitu hadir langsung secara utuh dan tunggal, dan dipahami secara langsung, tanpa melalui penjelasan secara nalar. Sebagai simbol seni menunjuk pada kemampuan mengabstraksi pada manusia. Seni sebagai simbol presentasional memiliki ciri virtualitas dan ilusi. Baik virtualitas maupun ilusi mengacu pada kegiatan persepsi, tetapi tidak hanya melalui indera melainkan juga melalui imajinasi.
Keberadaan teori simbol Susanne Langer dapat ditopang oleh teori Psikologi Gestalt. Sama dengan prinsip-prinsip Gestalt, simbol presentasional dipahami dengan melihatnya sebagai suatu totalitas, dalam mempersepsi kita langsung mendapat arti, sedang struktur simbol merupakan cerminan struktur perasaan manusia, yang disebut dengan isomorphi. Penulisan skripsi ini berdasarkan penelitian kepustakaan terhadap buku-buku estetika, terutama terhadap buku--buku Susanne Langer, yang berjudul Philosophy in a New Key dan Feeling and Form."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S16111
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Poedjo Soesantyo
"Pertumbuhan dan kehidupan seni dipengaruhi juga oleh herbagai faktor, baik faktor di dalam seni maupun di luar seni. Faktor di luar seni antara lain, adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang obvektif seperti kondisi alam sekitar, iklim dan sebagainya, juga faktor lingkungan yang subyektif seperti tingkat kemampuan suatu bangsa, kondisi kecerdasan umumnya pada bangsa yang mendukung budaya di mana seni itu tumbuh dan hidup. Apa yang dicoba jelaskan dalam skripsi ini adalah faktor yang juga mempengaruhi pertumbuhan kehidupan seni yang berada dalam lingkup seni sendiri. Permasalahan ini dilihat oleh Susanne K. Langer dengan membandingkan antara seni dan ilmu pengetahuan. la melihat ilmu pengetahuan yang didukung oleh bahasa, suatu ungkapan bentuk simbolis, telah mencapai perkembangan yang lebih pesat daripada kehidupan seni. Bagi Susanne K. Langer masalahnya cukup jelas, bahwa kemajuan bahasa sebagai salah satu bentuk Simbol diskursif tak dapat disangkal telah menunjang kemajuan ilmu-ilmu.Perkembangan ilmu-ilmu berhutang pada pengkajian konsep-konsep dan teori-teori yang kesemuanya dapat dirumuskan sebagai bahasa ilmu. Bahasa dengan demikian sung-guh-sungguh membuka wilayah di mana ilmu-ilmu pengetahuan dapat dikembangkan. Jikalau analisa yang menyangkut simbol diskursif dapat berekor pada kritik ilmu-ilmu, maka analisa yang menyangkut simbol presentasional harus mencapai perkembangan kritik seni. Dalam Philosophy in a New Key dikatakan bahwa teori simbolisme yang dikembangkan di sana harus menuju kepada suatu kritik seni, seserius dan sejauh kritik ilmu yang berasal dari analisis simbol diskursif. Feeling and Form berusaha memenuhi janji tersebut menjadi kritik seni. Tetapi ternyata usaha yang kedua ini tidaklah sepesat usaha yang pertama. Kritik ilmu-ilmu sudah berkembang sedemikian pesat, sementara kritik seni belum juga rnencapai kata sepakat mengenai berbagai macam peristilahan teknis. Hal ini menghambat perkembangan teori seni. Kesulitan ini juga disebabkan oleh sifat seni, yaitu seni bukanlah deskripsi dan fakta obyektif atau analisis terhadapnya seperti halnya pada ilmu pengetahuan. Pada seni selalu masih tinggal tersembunyi subyektivitas seniman sebagai faktor penentu. Itu juga sebabnya mengapa Langer menyebut tulisannya sebagai suatu teori seni, dan bukan menyusun hipotesa metafisis tentang seni. Dasarnya adalah mencoba merumuskan satu teori seni yang didekati dari hasil teori simbolnya."
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S16157
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairul Arifin
Jakarta: ISTN, 1996
128 CHA f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Chairul Arifin
"Skripsi ini berusaha memaparkan salah satu dari pada tema pokok dari pada ajaran Friedrich Nietzsche yang disebut dengan kehendak untuk kuasa, khususnya mengenai paham kekuasaannya, berdasarkan bacaan beberapa karyanya yang terpenting, dengan dibantu ulasan berbagai pengarang atas karya Friedrich Nietzsche. Secara garis besar, teori paham kekuasaan yang diajukan oleh Friedrich Nietzsche menunjukkan kepada kita bahwa segala sesuatu dalam tingkah laku manusia, satu-satunya faktor yang menentukan ialah daya pendorong hidup atau hawa nafsu. Setiap pengenalan manusia merupakan alat bagi kehendak untuk kuasa..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1980
S16009
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrida Wiryawan
"Dalam skripsi ini akan dikemukakan paham penyangkalan adanya Tuhan dalam pandangan F.W. Nietzsche. Dalam menguraikan pemikirannya tentang ateisme, Nietzsche bertolak dari realitas masyarakat pada waktu itu, ia melihat keadaan kebudayaan Jerman sudah merosot,.nilai manusia yang hakiki sudah tampak hilang. Nietzsche menyaksikan suatu desintergrasi kehidupan, suatu keruntuhan kebudayaan. Dalam bukunya The Birth Of' Tragedy from The Spirit of Music, nampak kekecewaannya yang mendalam. Melalui agama Kristen, bangsa Yahudi dianggapnya telah memutarbalikkan nilai-nilai manusia. Manusia yang baik adalah manusia yang hidup melarat, menderita dan tidak kuasa. Sedangkan bagi Nietzsche sendiri nilai manusia adalah suatu tindakan yang menonjolkan nilai-nilai biologia seperti kekuatan, keberanian dan keganasan. Situasi kebudayaan Jerman ketika itulah yang mempengaruhi jalan pikiran Nietzsche, dan ia ingin membebaskan manusia dari segala hal yang membuat manusia menjadi lemah dan tidak berdaya, dengan demikian Nietzsche menemukan arti kehidupan manusia. Dalam pandangannya tentang manusia, ia melihat manusia dalam kehidupan yang nyata, eksistensial. Manusia dalam bentuk konkrit adalah badan. Badan mempunyai arti yang penting bagi kehidupan manusia, dan berkat badannya manusia dapat menyempurnakan dirinya. Tetapi manusia bukanlah semata-mata terdiri dari badan saja, tetapi juga mempunyai jiwa, dan jiwa hanya sebuah nama saja dalam badan manusia. Dalam badan manusia terdapat unsur kekuatan, keberanian dan kehendak untuk berkuasa, yang merupakan daya pendorong hidup atau hawa nafsu yang universal yang juga merupakan ukuran tingkah laku manusia. Kehendak untuk berkuasa merupakan kenyataan yang besar tentang dunia ini, dengan dasar kehendak untuk berkuasa ini Nietzsche secara terang-terangan menyangkal adanya Tuhan. Konsep Tuhan yang disangkal adalah konsep Tuhan dalam agama Kristen, kemudian baru konsep Tuhan dalam agama-agama yang lain. Konsep Tuhan bagi Nietzsche berasal dari keterikatan suatu perasaan. Bila manusia tiba-tiba dihadapkan kepada suatu perasaan yang lebih besar dari dirinya maka keamanannya akan terancam, ia was-was akan dirinya dan mengarahkan pandangannya kepada orang yang lebih besar yang ia sebut Tuhan. Agama muncul karena manusia mengalami perpecahan dalam dirinya. Di satu pihak manusia itu lemah, di lain pihak merasa kuat, lalu kuasa dipersonifikasikan menjadi Tuhan. Dalam melancarkan kritik-kritiknya terhadap agama, ia meli-hat kenyataan ketika itu, terutama para pemimpin agama mengajarkan tentang ajarannya. Nietzsche merasa muak kepada para pendeta yang mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk yang berdosa. Dan Nietzsche memperingatkan kepada manusia agar waspada terhadap bangunan yang dinamakan dengan gereja. Bagi Nietzsche semua ini adalah palsu, karena agama sering mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berdosa, manusia yang mau menjalami hidup dalam serba penuh dosa ini, adalah manusia yang tolol, yang tidak berharga. Nietzsche menolak Tuhan dimana dikatakan dalam karyanya The Gay Science, bahwa Tuhan telah mati, dan kitalah yang membunuhnya. Bertalian dengan Kebencian kepada Tuhan, ia juga membenci moral Kristen karena moral tersebut membuat manusia-manusia menjadi budak, dalam agama Kristen memuji mereka yang rendah hati, menyelamatkan yang sakit dan menderita, melindungi yang lemah. Moral budak ini nampak dalam gerakan demokrasi. Pada hakikatnya manusia itu tidak ada yang sama, manusia itu berbeda-beda. Penilaian yang baik dan buruk sudah tidak berlaku dan diganti dengan unggul dan hina. Dalam menerima kematian Tuhan Nietzsche mengharapkan akan datangnya manusia adi (Ubermenrsch), kerena manusia adi inilah yang dapat dan berani mengubah semua nilai. Dalam manusia adi terdapat unsur keberanian, kekuatan, kecerdasan dan kebanggaan. Dengan menerima matinya Tuhan, maka manusia akan menjadi bebas dan manusia dapat menentukan arah tujuan hidupnya bahwa manusia harus mencipta, itulah hakikat manusia. Walaupun Nietzsche menolak Tuhan yang kekal, namun ia mengakui juga adanya kekekalan dalam pengertian siklis. Sehubungan dengan pemikiran ini. ia mengatakan bahwa kebenaran itu tidak ada yang absolut. Secara pribadi Nietzsche menderita atas pikiran-pikiran tentang kematian Tuhan yang terbukti dalam surat-surat dan dalam tulisan-tulisan. misalnya dalam buku Thus Spake Zarathustra dapat dilihat betapa kerinduan itu dapat terbaca, dalam sebuah aphorismenya ia memanggil Tuhan kembali. Jadi apa yang dikemukakan dalam pandangan ateisme Nietzsche bukanlah masalah yang spekulatif, melainkan pengukuhan eksistensi. Dalam pembahasan tentang ateismenya Nietzsche tidak berharap untuk menemukan penyelamatan manusia tetapi hanya dalam prahara, bukan menyarankan surga yang abadi malahan menyarankan pengulangan kembali kesengsaraan manusia."
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S16040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nietzsche, Friedrich Wilhelm, 1844-1900
New York: The Modern Library , [date of publication not identified]
193 NIE t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Jacob Marulitua Ido
Leipzig : Quelle Maeye, 1927
184 BAR g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>