Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199920 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raden Roro Tyas Apsari Antyaning Hajeng
"Saat ini, distres merupakan masalah kesehatan mental yang cukup sering terjadi di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara health-promoting behavior, optimisme, dan distres psikologis pada emerging adults miskin di DKI Jakarta, sebagai kelompok yang rentan mengalami distres psikologis. Partisipan penelitian ini berjumlah 258 masyarakat miskin DKI Jakarta yang berusia emerging adults. Distres psikologis diukur menggunakan Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25), health-promoting behavior diukur menggunakan Health-Promoting Lifestyle Profile II (HPLP II), dan optimisme diukur menggunakan Life Orientation Test-Revised (LOT-R).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa health-promoting behavior bukan merupakan prediktor yang signifikan dari distres psikologis (b = 0,14, SE(b) = 0,08, t = 1,89, p > 0,05), sedangkan optimisme merupakan prediktor yang signifikan dari distres psikologis (b = -0,03, SE(b) = 0,01, t = -2,88, p < 0,05). Hubungan negatif antara optimisme dan distres psikologis mengindikasikan bahwa tingkat optimisme yang semakin tinggi akan memprediksi distres psikologis yang semakin rendah.

Nowadays, distress is a mental health problem that frequently occurs in the world. The aim of this research is to examine the relationship between health-promoting behavior, optimism, and psychological distress among poor emerging adults in DKI Jakarta, as the vulnerable group to high psychological distress. Participants of this research were 258 poor emerging adults in DKI Jakarta. Psychological distress was measured using Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25), health-promoting behavior was measured using Health Promoting Lifestyle Profile II (HPLP II), and optimism was measured using Life Orientation Test-Revised (LOT-R).
The result indicated that health-promoting behavior is not a significant predictor of psychological distress (b = 0,14, SE(b) = 0,08, t = 1,89, p > 0,05), whereas optimism is a significant predictor of psychological distress (b = -0,03, SE(b) = 0,01, t = -2,88, p < 0,05). The negative relationship between optimism and psychological distress indicates that higher level of optimism will predict the lower psychological distress.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidia Putri Sakinah
"Menerapkan gaya hidup sehat sangat penting untuk dilakukan meskipun kenyataannya terbalik, terutama bagi orang dewasa yang kurang mampu di daerah perkotaan yang memiliki kecenderungan untuk mengadopsi gaya hidup yang tidak sehat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efek positif dari optimisme pada perilaku promosi kesehatan orang dewasa miskin yang muncul di Jakarta karena banyak studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara optimisme dan perilaku promosi kesehatan. Peneliti menggunakan metode regresi linier untuk menguji peran optimisme terhadap perilaku promosi kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, peneliti dapat menyimpulkan bahwa optimisme memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perilaku promosi kesehatan bagi orang dewasa yang kurang mampu di Jakarta.

Applying a healthy lifestyle is very important even though the reality on the ground is inversely proportional. The poor in urban areas who are at the stage of emerging adults have a tendency to adopt unhealthy lifestyles. The purpose of this study is to examine the positive effect of optimism on the health-promoting behavior of poor people in Jakarta who are emerging adults because some previous studies prove that there is a significant positive relationship between optimism and health-promoting behavior. Researchers used linear regression research methods to see the role of optimism in health-promoting behavior. Based on the results of research and data analysis, researchers can conclude that optimism has a significant positive effect on health-promoting behavior in poor adults emerging in Jakarta. Thus, the higher the optimism, the higher the health-promoting behavior that is applied and vice versa."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Tirta Pratiwi
"Emerging adulthood merupakan masa transisi antara remaja dan dewasa yang berisiko menimbulkan tekanan, terutama pada masyarakat miskin yang tinggal di perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat hubungan antara optimisme dan jenis kelamin dengan distres psikologis pada emerging adults miskin di Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, non-experimental, dan cross sectional study. Partisipan penelitian merupakan 133 masyarakat miskin Jakarta berusia 18-29 tahun (M = 22,47; SD = 3,736) yang terdiri dari 59 laki-laki (44,4%) dan 74 perempuan (55,6%). Distres psikologis diukur menggunakan Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) dan optimisme diukur menggunakan Life Orientation Test-Revised (LOT-R).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa distres psikologis dan optimisme berhubungan secara negatif dan signifikan, r(133)= -0,171, p=0,025. Artinya, semakin tinggi optimisme yang dimiliki, maka semakin rendah distres psikologis yang dimiliki emerging adults miskin di Jakarta. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa distres psikologis tidak berhubungan dengan jenis kelamin pada masyarakat miskin emerging adults di Jakarta, r(133)= 0,078, t hitung tabel.

Emerging adulthood is a transitional period between adolescence and adulthood that is risky to obtain stress, especially for poor urban community. This research aimed to investigate psychological distress relation to optimism and gender among poor emerging adults in Jakarta. This research was a quantitative, non experimental, and cross sectional study. The participants of this research were 133 poor emerging adult in Jakarta aged 18-29 years old consisted of 59 male and 74 female. Psychological distress was measured using Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) and optimism using Life Orientation Test-Revised (LOT-R).
The result of this research showed that psychological distress have significant and negative relationship with optimism r(133)= -0,171, p=0,025. It means that the higher optimism, the lower psychological distress among poor emerging adult in Jakarta. In additional, the result of this research showed that psychological distress not related with gender among poor emerging adults in Jakarta.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Chelsea Dimeitri Angelica
"Masyarakat miskin dan kelompok usia emerging adulthood rentan mengalami distres psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara optimisme dan distres psikologis emerging adults miskin di DKI Jakarta. Optimisme diukur dengan Life Orientation Test-Revised (LOT-R) dan distres psikologis diukur dengan Hopkins Symptoms Checklist-25 (HSCL-25). Partisipan penelitian ini berjumlah 261 orang dengan rentang usia 18-29 tahun, terdiri dari 92 (35,2%) laki-laki dan 169 (64,8%) perempuan. Dengan analisis Pearson Correlation, ditemukan hasil bahwa optimisme memiliki hubungan yang signifikan dengan distres psikologis (r(259) = -0,161, p = 0,009, two-tailed) dan r2 = 0,026.

The poor and emerging adults groups are vulnerable to psychological distress. This study aim to examine the relationship between optimism and psychological distress among poor emerging adults in DKI Jakarta. Optimism was measured by the Life Orientation Test-Revised (LOT-R) and psychological distress measured by Hopkins Symptoms Checklist-25 (HSCL-25). The participants in this study were 261 with age range of 18-29 years old, consisting of 92 (35,2%) man and 169 (64,8%) women. With Pearson Correlation analysis, it was found that optimism had a significant relationship with psychological distress (r(259) = -0,161, p = 0,009, two-tailed) and r2 = 0,026."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Risti Atikah
"ABSTRAK
Saat ini, gaya hidup masyarakat dunia telah menjadi semakin tidak sehat, tidak terkecuali di Indonesia. Selama satu dekade terakhir, hubungan antara tingkat tinggi dari distres psikologis dengan pola tingkah laku yang dapat membahayakan kesehatan telah sangat didukung oleh banyak literatur. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh distres psikologis terhadap health-promoting behavior pada mahasiswa, sebagai kelompok yang paling rentan terkena distres psikologis serta melakukan health-compromising behavior. Partisipan penelitian ini sejumlah 1945 mahasiswa emerging adults yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Distres psikologis diukur dengan menggunakan alat ukur Hopkins Symptom Checklist-25 HSCL-25 , sementara health-promoting behavior diukur dengan menggunakan Health-Promoting Lifestyle Profile II HPLP II . Hasil penelitian menunjukkan bahwa distres psikologis memiliki pengaruh negatif yang signifikan bagi health-promoting behavior. Hubungan negatif dari kedua variabel mengindikasikan bahwa tingkat distres psikologis yang semakin tinggi dapat memengaruhi tingkat health-promoting behavior yang semakin rendah, dan sebaliknya.

ABSTRAK
Nowadays, the lifestyle of the world community have become increasingly unhealthy, including Indonesia. Over the past decade, the relationship between the high levels of psychological distress and behavioral patterns that can endanger health has been strongly supported by many literatures. This study aims to investigate the influence of psychological distress on health promoting behavior among college students, as the most vulnerable group to high psychological distress and health compromising behavior. Participants of this research were 1945 emerging adults from various universities in Indonesia. Psychological distress was measured using Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 , while health promoting behavior was measured using Health Promoting Lifestyle Profile II HPLP II . The result showing that psychological distress has a negative influence on health promoting behavior. The negative relationship of both variables indicates that higher level of psychological distress may impact lower level of health promoting behavior, and vice versa."
2017
S67088
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Hanifa
"Tahap perkembangan dewasa muda awal merupakan tahap kritis karena termasuk tahap peralihan dari masa remaja menuju dewasa. Pada tahap ini berbagai masalah kesehatan jiwa rawan terjadi, terutama pada masyarakat miskin yang merupakan kelompok rentan. Masyarakat miskin memiliki hasil kesehatan yang rendah karena akses yang terbatas ke layanan kesehatan. Terdapat pendekatan kesehatan yang dapat meningkatkan outcome kesehatan bagi masyarakat miskin yaitu perilaku peningkatan kesehatan (selanjutnya disebut perilaku peningkatan kesehatan) yaitu gaya hidup sehat yang komprehensif. Untuk meningkatkan perilaku untuk mempromosikan kesehatan secara efektif membutuhkan dukungan sosial yang dirasakan (selanjutnya disebut sebagai dukungan sosial yang dirasakan). Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara persepsi dukungan sosial dan dimensi pertumbuhan spiritual, hubungan interpersonal, dan manajemen stres dalam gaya hidup yang mempromosikan kesehatan. Partisipan dalam penelitian ini adalah 258 warga miskin yang berada pada tahap perkembangan dewasa muda awal (18-29 tahun) yang mendapat bantuan dari pemerintah. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dukungan sosial dipersepsikan memiliki hubungan yang signifikan dengan pertumbuhan spiritual, hubungan interpersonal, dan manajemen stres pada remaja miskin usia dini di DKI Jakarta.

Early young adult development stage is a critical stage because it includes a transitional stage from adolescence to adulthood. At this stage, various mental health problems are prone to occur, especially among the poor who are a vulnerable group. The poor have low health outcomes due to limited access to health services. There is a health approach that can improve health outcomes for the poor, namely health improvement behavior (hereinafter referred to as health improvement behavior), namely a comprehensive healthy lifestyle. To improve behavior to promote health effectively requires perceived social support (hereinafter referred to as perceived social support). This study aims to investigate the relationship between perceptions of social support and the dimensions of spiritual growth, interpersonal relationships, and stress management in health-promoting lifestyles. Participants in this study were 258 poor people who were in the early development stage of young adults (18-29 years) who received assistance from the government. The design used in this research is correlational research. The results of this study are that social support is perceived to have a significant relationship with spiritual growth, interpersonal relationships, and stress management in early childhood poor adolescents in DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izzatun Nisa Syahida
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara gratitude dan distres psikologis pada masyarakat miskin emerging adulthood. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 264 orang yang merupakan masyarakat miskin dan berusia 18 sampai 29 tahun dari lima kelurahan berbeda di DKI Jakarta. Pengambilan data dilakukan menggunakan alat ukur Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) untuk mengukur distres psikologis dan The Gratitude Questionnaire-Six Item (GQ-6) untuk mengukur gratitude. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang tidak signifikan antara distres psikologis dan gratitude (r=-0,064, n=264, p>0,01, one tailed). Artinya tinggi rendahnya tingkat gratitude individu tidak dapat berhubungan dengan tinggi rendahnya tingkat distres psikologis yang dimiliki oleh masyarakat miskin emerging adulthood.

The purpose of this research is to examine the correlation between gratitude and psychological distress among poor society emerging adulthood. Respondents in this study were 264 poor society from various sub-district in DKI Jakarta. The data were collected using Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) to measure psychological distress and The Gratitude Questionnaire-Six Item (GQ-6) to measure gratitude. The result indicated there is not a significant negative correlation between psychological distress and gratitude (r=-0,064, n=264, p>0,01,  one -tailed), that is, gratitude does not predict psychological distress among them."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Rachmawati
" ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara distres psikologis dan optimisme pada mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif kepada 1024 mahasiswa aktif di seluruh Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah convenience sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur distres psikologis adalah Hopkins Symptoms Checklist-25 HSCL-25 . Sementara itu, instrumen yang digunakan untuk mengukur optimisme adalah Life Orientation Test-Revised LOT-R . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara distres psikologis dan optimisme r = 0,303, N = 1024, p < 0,01, two-tails . Hasil analisis data demografis menunjukkan bahwa jenis kelamin memengaruhi optimisme dan status pernikahan dapat memengaruhi distres psikologis.
ABSTRACT This research was conducted in order to seek the relationship between psychological distress and optimism among college students. Quantitative research method was conducted to 1024 active college students in Indonesia. The sampling technique used was convenience sampling. The instrument used to measure psychological distress was Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 . Meanwhile, the instrument used to measure optimism was Life Orientation Test Revised LOT R . The result indicated negative and significant relationship between psychological distress and optimism r 0,303, N 1024, p 0,01, two tails . Demographic data analysis revealed that gender influences optimism and marriage status influenced psychological distress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wuri Ayu Puspita Sari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perceived social support memoderasi hubungan antara distres psikologis dan kesejahteraan psikologis. Partisipan dalam penelitian ini adalah emerging adults Indonesia berusia 18-25 tahun berjumlah 828 partisipan. Hasil pengolahan data menggunakan teknik analisis regresi menunjukkan bahwa perceived social support tidak memoderasi hubungan antara distres psikologis dan kesejahteraan psikologis, β = 0.0016, t(828) = 0,66, p>0,5, yang berarti perceived social support tidak memperkuat atau memperlemah hubungan antara distres psikologis dan kesejahteraan psikologis. Namun, jika dilihat secara terpisah, ditemukan bahwa distres psikologis secara signifikan dapat memprediksi kesejahteraan psikologis, β = - 0.27, t(828) = -15.05, p<0.05. Selain itu, perceived social support secara signifikan dapat memprediksi kesejahteraan psikologis, β = 0.51, t(828) = 11.65, p<0.05.

This study aims to determine whether perceived social support moderates the relationship between psychological distress and psychological well-being. Participants in this study were Indonesian emerging adults aged 18-25 years totaling 828 participant. The results of data processing using regression analysis techniques show that perceived social support does not moderate the relationship between psychological distress and psychological well-being, β = 0.0016, t (828) = 0.66, p> 0.5, which means perceived social support does not strengthen or weaken the relationship between psychological distress and psychological well-being. However, when viewed separately, it was found that psychological distress could significantly predict psychological well-being, β = - 0.27, t (828) = -15.05, p <0.05. In addition, perceived social support can significantly predict psychological well-being, β = 0.51, t (828) = 11.65, p <0.05."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Tsana Dhia
"K-Pop merupakan fenomena global yang marak di Indonesia, terutama selama beberapa tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan prediktif distress psikologis terhadap celebrity worship serta peran maladaptive daydreaming sebagai mediator. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa distress psikologis memiliki hubungan yang signifikan dengan celebrity worship dan maladaptive daydreaming berperan sebagai mediator (Zsila et al., 2019). Meskipun telah diteliti, penelitian ini dilakukan khusus pada penggemar K-Pop (N = 252) kalangan usia emerging adulthood, yaitu 18-25 tahun (M = 21.04, SD = 1.713). Celebrity worship diukur menggunakan Celebrity Attitude Scale oleh Maltby et al. (2002), sedangkan distress psikologis diukur dengan The Kessler Psychological Distress Scale (K10) oleh Kessler et al. (2002). Maladaptive Daydreaming Scale-16 (MDS-16) oleh Somer et al. (2017b) digunakan untuk mengukur Maladaptive Daydreaming. Analisis mediasi dilakukan menggunakan fitur PROCESS Versi 4.0 dari SPSS Versi 24. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan langsung antara distress psikologis dan celebrity worship (𝛽 = -.0289, > .05). Namun, penelitian ini membuktikan bahwa maladaptive daydreaming berperan sebagai mediator dalam hubungan distress psikologis dan celebrity worship (𝛽 = .20, BootSE = .06, Cl 95% [.08, .34]). Apabila distress psikologis naik, maladaptive daydreaming juga akan naik. Seiring dengan kenaikan maladaptive daydreaming, celebrity worship pun akan mengalami kenaikan.

K-Pop ia  a rising global phenomenon in Indonesia, especially the last several years. This study aims to evaluate the predictive relationship between psychological distress and celebrity worship, also the role of maladaptive daydreaming as mediator. Previous studies found that psychological distress has a significant relationship with celebrity worship and maladaptive daydreaming is one of the mediator (Zsila et al., 2019). However, this study specifically aimed to emerging adult K-Pop fans (N = 252) age 18-25 years old (M = 21.04, SD = 1.713). Celebrity worship measured by Celebrity Attitude Scale (CAS) by Maltby et al. (2002) and psychological distress used The Kessler Psychological Distress Scale (K10) by Kessler et al. (2002). Maladaptive Daydreaming Scale-16 (MDS-16) by Somer et al. (2002) used for maladaptive daydreaming. Mediation was analyzed using PROCESS 4.0 from SPSS version 24. This study found that psychological distress has no direct effect on celebrity worship (𝛽 = -.0289, p > .05). However, maladaptive daydreaming was found as a mediator (𝛽 = .20, BootSE = .06, Cl 95% [.08, .34]). In conclusion, an increase in psychological distress is followed by an increase in maladaptive daydreaming then an increase in maladaptive daydreaming is followed by an increase in celebrity worship."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>