Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117929 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widya Ayu Permatasari
"Berdirinya perusahaan pertambangan emas di Desa S menyebabkan terbelahnya masyarakat menjadi dua kubu. Kubu pertama sebagian masyarakat mendukung perusahaan pertambangan dan kubu kedua sebagian masyarakat lainnya menolak berdirinya perusahaan pertambangan. Selama ini fenomena terbelahnya masyarakat menjadi dua kubu, sering dilihat dalam ranah nasional maupun lokal. Penelitian ini ingin melihat fenomena tersebut terjadi dalam ranah rumah tangga. Terbelahnya masyarakat dalam ranah rumah tangga menarik untuk dipahami ketika peran aktor negara tingkat lokal berada di dalamnya. Kondisi ini terjadi dalam penelitian saya, dimana terdapat tiga rumah tangga yang di dalamnya terdapat aktor-aktor negara tingkat lokal. Posisi aktor-aktor negara ini cukup dilematis, di satu sisi salah seorang anggota rumah tangga mendukung perusahaan pertambangan, di sisi lain salah seorang anggota rumah tangga menolak perusahaan pertambangan. Kajian relasi negara-masyarakat adalah kajian yang tepat dalam memahami kondisi tersebut. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam mengkaji relasi negara-masyarakat adalah state in society milik Migdal. Salah satu argumen utama Migdal dalam pendekatan ini adalah negara bekerja di dua level, yaitu praktek dan citra, dimana Migdal mengandaikan suatu entitas memiliki batas sosial antara public (negara dan agensinya) dan private (subjek aturan negara). Namun, yang terjadi dalam penelitian yang saya lakukan, tidak ada pemisahan mengenai public dan private dalam relasi negara-masyarakat di ranah rumah tangga. Oleh karena itu, adanya penelitian ini ingin memperlihatkan bahwa batasan antara public dan private itu blurred dan saling tumpang tindih dalam relasi negara-masyarakat di ranah rumah tangga.The establishment of a gold mining company in Desa S caused the split of society into two part. The first part of the community supported mining companies and the second part, some of them refused the establishment of mining companies. So far, the phenomenon of the split of society into two part, often seen in the national and local domains. Whereas, this study wants to see this phenomenon occur in the realm of the household. The division of society in the realm of households is interesting to understand when the role of local state actors is in it. This condition occurred in my research, where there were three households in which there were local level state actors. The position of these state actors is quite dilemma, on the one hand, a family member supports a mining company, on the other hand, one family member rejects a mining company. The study of state-society relations is an appropriate study in understanding these conditions. In this study, the approach used in assessing the relation of state-society is Migdal's. One of Migdal's main arguments in this approach is that the state works on two levels, practice and image, where Migdal presupposes an entity to have a social boundary between the public (state and agency) and private (subject to state rules). However, what happened in the research that I did, there was no separation between public and private in the state-society relations in the household domain. Therefore, this study would like to show that the boundary between public and private is blurred and overlaps each other in the relations of the state-society in the household domain."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T51858
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Gubernur Provinsi DKI, 2009
307.76 ARE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Fathi Royyani
"Relasi keberagamaan dalam keragaman keyakinan yang ada di Cigugur diwarnai oleh negosiasi dan kontestasi dalam memperoleh dan mendapatkan wacana dominan di kelurahan ini, penelitian ini menemukan bahwa dalam kehidupan keberagamaan yang lebih kentara terlihat adalah kontestasinya bukan ketergantungan antar kelompok. Dengan menggunakan konsep dan teori dari Bourdieu, ritual keagamaan bisa dilihat sebagai modal simbolik yang dimainkan oleh mereka dan pada akhimya terjadi proses saling tafsir.
Proses negosiasi dan kontestasi dalam masyarakat yang plural mensyaratkan suatu kebebasan terhadap kelompok minoritas untuk mengekspresikan dirinya sehingga kesetaraan dan persamaan dalam memperoleh ruang akan terjaga. Walaupun dalam proses kontestasi antar kebudayaan pada masyarakat yang plural sekalipun, kesetaraan tidak mungkin didapat dengan mudah kecuali melalui perjuangan memenangkan kontestasi.
Dalam usaha mengetahui negosiasi dan kontestasi yang berlangsung di Cigugur, penelitian ini juga menggunakan pendekatan praksis, habitus, arena dan kapital dari Bourdieu. Dalam kerangka pendekatan kualitatif model pendekatan tersebut memungkinkan peneliti mampu melihat dinamika kontestasi yang terjadi dengan jalan mengamati dan melakukan wawancara mendalam terhadap individu dan aktifitasnya sehingga skema-skema yang dimilikinya terhadap kelompok yang lain dapat diketahui. Dalam proses ini dapat diketahui juga backstage atau "panggung belakang" dari informan ketika berada pada ruang privatnya, dengan demikian peneliti dapat berusaha secara maksimal untuk objektif dengan tidak terjebak pada negosiasi yang terjadi dan memberikan simpati atau dukungan terhadap salah satu kelompok.
Dengan demikian, budaya atau superstruktur tidak melulu dipahami menjadi pedoman dalam hidup dan kehidupan manusia tetapi budaya juga dapat dipahami sebagai suatu proses dan juga hasil interaksi (proses) yang pada giliran selanjutnya akan merubah pedoman hidup yang dimiliki manusia.
Dari data-data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa negosiasi dan kontestasi yang terjadi di Cigugur penuh strategi dengan menggunakan segala kapital yang dimiliki sehingga ketika terjadi proses tersebut saling tafsir dan saling serap tidak bisa dihindari, yang berimplikasi pada munculnya budaya cangkokan (kultur Hibrida). Hasil dari proses tersebut pengertian-pengertian baru yang diambil dan diserap dari keyakinan yang lain akan memperkaya pengertian terhadap keyakinannya. Maka dengan demikian kultur hibrida merupakan proses pembentukan jati diri yang mengalir, cair dan dinamis yang senantiasa menunjukkan kreatifitas dan aktifitas dan selalu mencari pengalaman-pengalaman keberagamaan yang baru."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13930
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sapto Joko Wahyudi
"Wilayah Indonesia terdiri atas ribuan pulau yang didiami oleh berbagai suku bangsa yang memiliki adat dan kebudayaan yang berbeda-beda, namun masyarakat bangsa kita yang majemuk ini memiliki cita-cita yang sama yakni menjunjung tinggi kebudayaan nasional.
Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa sangat mendukung berkembangnya beragam manifestasi budaya tradisional. Diantara manifestasi budaya tradisional tersebut adu ayam merupakan salah satu diantaranya yang persebarannya hingga sampai seat ini tidak hanya terbatas di Jawa dan di Bali saja, tetapi Juga terdapat /dipraktekkan di Sulawesi, Sumatera, Kalimantan dan di Pulau-Pulau kecil Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (NTT )
Permainan adu ayam terdapat di mana-mana baik di kota-kota besar di Indonesia yaitu misalnya di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Surakarta, Jakarta. Juga dikenal oleh masyarakat luaa diperbagai tempat di dunia seperti di Perancis, Kanada, Muangthai, Jepang, Philipina, dari jaman dulu hingga sampai sekarang.
Arena permainan adu ayam itu juga menjadi tempat pertemuen orang-orang dari berbagai daerah dan berbagai kedudukan sosial berbeda, dan mereka bergaul dengan sesama pengunjung. Di arena ada yang membawa ayam, ada yang mengadu, ada yang menonton, ada yang sekedar membantu atau sekedar menemani rekan mereka yang mengadu ayam.
Di arena adu ayam orang banyak berkerumun ada yang lalu-lalang, sehingga menarik perhatian bagi para pedagang asongan untuk berjualan di tempat arena tersebut.
Keberadaan permainan adu ayam membawa keuntungan bagi orang-orang tertentu seperti bagi orang yang bertugas menjaga keamanan, dengan adanya kegiatan permainan adu ayam mendapat jatah uang upeti. Bagi tetangga yang hidup berdekatan dengan arena adu ayam bisa memanfaatkan untuk mencari nafkah dengan berdagang, khususnya berdagang nasi atau minuman atau buah-buahan, Bisa menyewakan kurungan.
Dilihat dari segi pemanfaatannya bagi kehidupan masyarakat, dengan adanya kegiatan permainan adu ayam mempunyai nilai-nilai sosial yaitu bisa memberi kesejahteraan batin bagi para pendukung permainan adu ayam karena keinginannya bisa tersalurkan.
Permainan adu ayam itu diselenggarakan tidak setiap hari ditempat tertentu, melainkan berpindah pindah tempat, sesuai jadwal yang telah diketahui oleh para pemain khususnya, dan oleh kalangan masyarakat pecinta permainan adu ayam pada umumnya. Peran-peran yang ada dalam kegiatan permainan adu ayam merupakan suatu sistem yang saling melengkapi dan saling membutuhkan sehingga terbentuklah suatu kegiatan yang mempunyai tujuan yaitu mencari keuntungan yang bisa dinikmati bersama.
Dengan adanya arena adu ayam itu berarti menggerakkan seseorang untuk bekerja membantu kegiatan yang dibutuhkan di tempat arena tersebut, mereka mendapat upah dari penyelenggara sesuai dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab .
Orang yang menggemari permainan adu ayam, pada umumnya adalah orang yang tingkat kehidupan ekonominya menengah ke atas. Harga ayam Jago paling murah Rp 50.000,- satu ekor. Setiap pemilik /penggemar adu ayam bila mau mengadu harus mempunyai modal uang sebagai uang taruhannya. Orang yang mencintai permainan adu ayam tidak selalu merawat ayam di rumahnya sendiri, mengingat bahwa merawat ayam aduan itu tidak mudah, tidak seperti merawat ayam biasa yang cukup diberi makan dan minum setiap harinya.
Apa yang yang mendasari seseorang mau mendirikan arena adu ayam. Mengapa orang masih tetap mendirikan arena adu ayam ?
Mendirikan arena adu ayam merupakan usaha praktis yang hasilnya bisa langsung diketahui pada hari itu.
Arena permainan adu ayam merupakan arena untuk pergaulan bagi para pecinta adu ayam atau pecinta ayam aduan sehingga terjalin hubungan yang erat."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1985
S6591
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1985
S7354
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kelton, W. David
Boston: McGraw-Hill, 2007
003.3 KEL s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kelton, W. David
Boston: McGraw-Hill, 2010
003.3 KEL s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kelton, W. David
New York: McGraw-Hill, 2015
003.3 KEL s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>