Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186162 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Citra Lestari Yuwono
"Latar belakang: Penggunaan alat ortodonti dikatakan dapat mempersulit prosedur membersihkan gigi sehingga dapat menurunkan kesehatan rongga mulut. Untuk mengatasi hal tersebut, kontrol plak kimiawi lewat penggunaan obat kumur berbahan antimikroba dikatakan dapat memberikan hasil yang lebih superior. Akan tetapi mengingat minimnya penggunaan obat kumur pada masyarakat umum, pasta gigi berbahan antimikroba seperti cetylperydinium chloride (CPC) pun dikembangkan.
Tujuan: Membandingkan efektivitas penggunaan pasta gigi CPC dan kombinasi pasta gigi dan obat kumur CPC pada pasien ortodonti.
Metode: Penelitian randomized, single blind clinical trial dilakukkan dengan membagi 63 subjek penelitian menjadi kelompok pasta gigi CPC (kelompok A) dan kombinasi pasta gigi dan obat kumur CPC (kelompok B). Oral profilaksis dilakukan dua minggu sebelum pemeriksaan pertama (T0). Pemeriksaan ke dua (T1) dan ke tiga (T2) dilakukan tiga dan sembilan minggu paska penggunaan. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan klinis (indeks gingiva/GI, indeks perdarahan gingiva saat probing/BOMP, dan indeks plak/PI) dan mikrobiologis (jumlah total bakteri plak lewat RT-PCR).
Hasil: Ke dua kelompok menunjukkan tidak terdapat perbedaan baik pada T0, T1, dan T2 baik secara klinis maupun mikrobiologis.
Kesimpulan: Penggunaan pasta gigi CPC berhasil menunjukkan efektivitas yang setara dengan penggunaan kombinasi pasta gigi dan obat kumur CPC.

Background: Fixed orthodontic appliances may hinder oral hygiene procedures, leading to aggravated overall oral health. Thus, chemical plaque control through the use of mouthrinse containing antimicrobial agents may give better results. Unfortunately, the use of mouthrinse as chemical plaque control is not used as a daily oral hygiene routine in majority. Therefore, toothpaste containing antimicrobial agents, such as ceytlperydinium chloride (CPC), was developed to assist chemical plaque control.
Aims: To study and compare the effectiveness between CPC toothpaste and combination of CPC toothpaste and mouthrinse usage in orthodontic patients.
Methods: A randomized, single blind clinical trial was conducted on 63 subjects wearing orthodontic appliances, divided into CPC toothpaste group (group A) and combination of CPC toothpaste and mouthrinse group (group B). Oral prophylaxis was done two weeks prior first examination (T0). Second (T1) and third (T2) examinations were carried out after three and nine weeks of usage. Both clinical examination (gingival index/GI, bleeding on marginal probing/BOMP, and plaque index/PI) and microbiological examination (total bacterial count thorough RT-PCR) were done in each examinations.
Results: There were no statistically significant differences found between groups either at T0, T1, or T2 both clinically or microbiologically.
Conclusion: CPC toothpaste usage successfully showed an equal effectiveness compared to combination of CPC toothpaste and mouthrinse usage.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Maulida
"Tujuan: Menganalisis perbedaan Indeks Gingiva antara penggunaan sikat gigi ortodonti dan sikat gigi non-ortodonti pada pasien yang dirawat dengan piranti ortodonti cekat.
Metode: Penelitian eksperimental klinis, blinded-examiner dengan 32 (tiga puluh dua) subjek yang dibagi secara acak menjadi dua kelompok sikat gigi. Dilakukan pemeriksaan Indeks Gingiva Löe dan Silness pada gigi 16, 21, 25, 36, 41, dan 45 sebelum perlakuan dan tiga minggu setelah perlakuan.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan Indeks Gingiva yang bermakna antara penggunaan sikat gigi ortodonti dan sikat gigi non-ortodonti pada pasien perawatan ortodonti cekat (uji Mann-Whitney; p>0,05).
Kesimpulan: Penggunaan sikat gigi ortodonti maupun sikat gigi non-ortodonti, keduanya dapat menurunkan Indeks Gingiva pada pasien perawatan ortodonti cekat.

Objective: To analyze the differences of Gingival Index between usage of orthodontic toothbrushes and non-orthodontic toothbrushes in fixed orthodontic patients.
Method: The study is clinical experimental with blinded examiner. Thirty-two subjects were randomly divided into two groups of toothbrushes. Examinations were done using Gingival Index Löe and Silness on teeth 16, 21, 25, 36, 41, 45 before experiment and three weeks after experiment.
Result: There was no significant difference in Gingival Index between usage of orthodontic toothbrushes and non-orthodontic toothbrushes in fixed orthodontic patients (Mann-Whitney test; p>0,05).
Conclusion: Usage of orthodontic toothbrush and non-orthodontic toothbrush both can reduce Gingival Index in fixed orthodontic patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valerie Kartini
"Latar Belakang: Maloklusi adalah ketidakteraturan kesejajaran gigi dan/atau hubungan lengkung gigi dengan gigi yang tidak normal yang diakibatkan oleh berbagai faktor dan dapat menyebabkan ketidakpuasan estetika sampai masalah pada segi fungsional. Pasien dengan maloklusi memerlukan perawatan ortodonti salah satunya untuk memperbaiki maloklusi. Inklinasi dan angulasi gigi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan perawatan ortodonti yang stabil dan optimal. Tujuan: Mengetahui gambaran sudut inklinasi dan angulasi gigi anterior pada pasien maloklusi skeletal kelas I pasca perawatan ortodonti cekat di klinik spesialis ortodonti RSKGM FKG UI. Metode: Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang (cross-sectional) menggunakan sampel berupa data sekunder rekam medik. Hasil: Dari 96 rekam medik pasien maloklusi kelas I yang telah selesai mendapatkan perawatan ortodonti cekat di Klinik Spesialis Ortodonti RSKGM FKG UI, didapatkan rerata sudut U1-SN sebesar 105,60° ± 5,80°, rerata sudut U1-PP sebesar 114,55° ± 6,21°, rerata sudut L1-MP sebesar 93,63° ± 7,94°, dan rerata sudut IMPA adalah sebesar 96,40° ± 7,96°. Rerata angulasi gigi 11 sebesar 89,03° ± 3,26°, rerata angulasi gigi 21 sebesar 90,35° ± 3,07°, rerata angulasi gigi 31 sebesar 89,28° ± 4,33°, dan rerata angulasi gigi 41 sebesar 90,61° ± 5,04°. Kesimpulan: Berdasarkan penelitian tentang Gambaran Inklinasi dan Angulasi Gigi Anterior pada Pasien Maloklusi Kelas I Pasca Perawatan Ortodonti Cekat di Klinik Spesialis Ortodonti RSKGM FKG UI, rerata sudut inklinasi gigi anterior pasien termasuk dalam kisaran nilai normal, kecuali pada sudut IMPA. Rerata sudut angulasi gigi anterior pasien relatif tegak dan paralel.

Background: Malocclusion is the irregularity of teeth and is considered as oral health problem resulting from various etiological factors causing esthetic dissatisfaction to functional impartment. Patients with malocclusion require orthodontic treatment to correct the malocclusion. Inclination and angulation of teeth are one of the factors that influence the success of stable and optimal orthodontic treatment. Objective: This study aims to describe the inclination and angulation of anterior teeth on class I malocclusion patients after fixed orthodontic treatment at the Orthodontic Specialist Clinic of RSKGM FKG UI. Methods: Cross-sectional descriptive study is done using the secondary data found in the patient’s medical record. Results: From 96 medical records of class I malocclusion patients who have completed fixed orthodontic treatment at the Orthodontic Specialist Clinic of RSKGM FKG UI, the mean U1-SN angle is 105.60° ± 5.80°, the mean U1-PP angle is 114.55°. ± 6.21°, the mean angle of L1-MP is 93.63° ± 7.94°, and the mean angle of IMPA is 96.40° ± 7.96°. The mean angulation of tooth 11 is 89.03° ± 3.26°, mean angulation of tooth 21 is 90.35° ± 3.07°, mean angulation of tooth 31 is 89.28° ± 4.33°, and mean angulation of tooth 41 is of 90.61° ± 5.04°. Conclusion: Based on research on the Inclination and Angulation of Anterior Teeth on Class I Malocclusion Patients after Fixed Orthodontic Treatment at the Orthodontic Specialist Clinic of RSKGM FKG UI, the inclination of anterior teeth is within the normal range, except at the IMPA angle. The angulation of anterior teeth is relatively upright and parallel."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anjani Primawerdhani
"Latar Belakang: Kebersihan mulut yang baik dibutuhkan oleh pasien yang dirawat dengan alat ortodonti cekat, karena adanya alat-alat ortodonti seperti brackets, arch wire, bands, ligatures dan auxaillaries dapat memudahkan plak dan debris terkumpul di sekitarnya. Salah satu cara kontrol plak gigi yang paling umum ialah dengan menyikat gigi.
Tujuan: Menganalisis perbedaan indeks plak antara penggunaan sikat gigi ortodonti dan sikat gigi konvensional pada pasien yang dirawat dengan alat ortodonti cekat.
Metode: Pada penelitian eksperimental klinis ini, 32 (tiga puluh dua) subjek yang dibagi secara acak ke dalam dua kelompok yaitu kelompok sikat gigi ortodonti dan kelompok sikat gigi konvensional. Subjek diberikan pasta gigi yang sama dan diinstruksikan untuk menyikat gigi dua kali sehari dengan metode Bass selama dua menit. Skor Indeks Plak diukur sebelum dan sesudah penggunaan sikat gigi selama tiga minggu berturut-turut.
Hasil: Hasil uji Mann-Whitney menyimpulkan tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara penggunaan sikat gigi ortodonti dan sikat gigi konvensional pada pasien perawatan ortodonti cekat (p>0,05).
Kesimpulan: Penggunaan sikat gigi ortodonti maupun sikat gigi konvensional sama-sama efektif menurunkan indeks plak pada pasien yang dirawat dengan alat ortodonti cekat.

Background: Patients with fixed orthodontic appliances need to maintain good oral hygiene because the presence of orthodontic appliances such as brackets, arch wire, bands, ligatures and auxaillaries can facilitate plaque and debris accumulation around those sites. The most common way to control dental plaque is by toothbrushing.
Aim: To analyze plaque index differences between the use of orthodontic toothbrush and conventional toothbrush in patients with fixed orthodontic treatment.
Method: In this clinical experimental study, thirty two subjects were randomly divided into two groups which are orthodontic toothbrush group and conventional toothbrush group. Subjects were given the same toothpaste and instructed to brush their teeth twice a day with Bass method for two minutes. Plaque index scores were measured before and after three consecutive weeks of toothbrush usage.
Result: The results of Mann-Whitney test concludes that there is no statistically significant difference between the use of orthodontic toothbrush and conventional toothbrush in patients with fixed orthodontic appliances (p>0,05).
Conclusion: The use of orthodontic toothbrush and conventional toothbrush equally effective to decrease plaque index in patients with fixed orthodontic appliances.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlina Hasriati
"

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas antibakteri obat kumur klorheksidin dan larutan kitosan terhadap total bakteri dan bakteri Red-Complex pada daerah leher Mini Implan Ortodontik (MIO) yang digunakan oleh pasien yang sedang menjalani perawatan ortodontik.

Metode: Desain penelitian ini adalah eksperimental klinis dan laboratorik. Penelitian dilakukan di Klinik Ortodonti RSKGM FKG UI dan laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia pada bulan Februari 2019 – Juli 2019. Penelitian ini merupakan double blinded test yang melibatkan 30 subjek penelitian yang terbagi menjadi tiga kelompok uji. Setiap kelompok berkumur dengan larutan kumur kitosan/ obat kumur klorheksidin/ aquadest steril (kontrol) yang disamarkan, sebanyak 10 ml dua kali sehari selama empat hari. Jumlah koloni bakteri Red-complex (terdiri dari Porphyromonas gingivalis, Tannerella forsythia, dan Treponema denticola) yang didapat dari sampel plak di leher MIO, baik sebelum dan sesudah menggunakan obat kumur, dianalisis di laboratorium menggunakan Real-time Polymerase Chain Reaction. Kemudian data diolah dan dianalisis secara statistik.

Hasil: Obat kumur klorheksidin dan larutan kitosan efektif secara signifikan menurunkan total bakteri peri-MIO (P<0,05). Penurunan total bakteri peri-MIO setelah berkumur selama empat hari dengan larutan kitosan 1% tidak berbeda bermakna dengan berkumur menggunakan obat kumur klorheksidin 0,2% (P≥0,05). Efektivitas antibakteri larutan kitosan terhadap bakteri red-complex menunjukkan hasil yang terbaik pada bakteri T.denticola yaitu penurunan sebesar 58% jumlah bakteri.

Kesimpulan: Kitosan memiliki efektivitas antibakteri yang sebanding dengan klorheksidin untuk digunakan dalam larutan kumur untuk mencegah infeksi peri-MIO.

 

Kata Kunci: Mini Implan Ortodontik; kitosan, klorheksidin; bakteri red-complex; obat kumur.

 

 


Introduction: Inflammation is one of the most common complication occurred when using orthodontic miniscrew. Chlorhexidine mouthwash can be used to prevent and reduce the inflammation, but long-term use of chlorhexidine mouthwash may exhibit some side effects. Chitosan is a biomaterial that has antibacterial properties which may beneficial in maintaining peri-miniscrew hygiene and preventing inflammation.

Objectives: The aim of the study is to evaluate the antibacterial effect of 1% chitosan compare to 0.2% chlorhexidine mouthwash on bacterial level around orthodontic miniscrew.

Materials and Methods: Randomized double-blind clinical trial was conducted in RSKGM University of Indonesia from February to July 2019. Thirty subjects, 25 female and 5 male, were randomly assigned to rinse with 1 % chitosan (n=10), 0.2% chlorhexidine digluconate (n=10), and aquadest (n=10) in addition to their usual oral hygiene procedure for four days. Peri-miniscrew clinical inflammation signs were recorded and peri-miniscrew plaque were collected before and after four days rinsing. The total bacterial and red-complex bacteria count in plaque samples were evaluated by real-time PCR.

Results: Chitosan and Chlorhexidine has antibacterial activity to reduce total bacterial count in peri-miniscrew (P < 0,05). Antibacterial activity of chitosan on total bacteria is not different significantly with chlorhexidine (P ≥ 0,05). Antibacterial activity of chitosan on red-complex bacteria shows best result on T.denticola with 58% bacteria count reduction.

Conclusion: Chitosan has potential antibacterial activity to be used in mouthwash to maintain the peri-miniscrew hygiene.

Keywords: orthodontic miniscrew; chitosan; chlorhexidine; red-complex bacteria; mouthwash

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarramurti Satshidananda
"ABSTRAK
Latar belakang: Penggunaan obat kumur untuk menjaga kesehatan rongga mulut di
masyarakat belakangan ini meningkat. Cetylpiridinium chloride (CPC) adalah salah
satu zat aktif dalam obat kumur yang banyak digunakan yang mempunyai sifat
antibakterial.Penggunaan rutin dari obat kumur dapat mempengaruhi kondisi rongga
mulut, termasuk protein saliva yang mempunyai fungsi masing-masing.Tujuan:
Untuk menganalisis perubahan profil protein saliva setelah berkumur dengan obat
kumur yang mengandung CPC selama tiga minggu. Metode: Whole saliva dari 5
Subyekpenelitian ditampung sebelum berkumur dan 1 minggu, 2 minggu serta 3
minggu setelah berkumur dengan obat kumur yang mengandung CPC dua kali
sehari, kemudian dianalisis menggunakan SDS-PAGE. Hasil: Rentang pita protein
sebelum berkumur 10-67 kDa, setelah seminggu berkumur 22-186 kDa, setelah 2
minggu 22-42 kDa, dan rentang pita protein pada 7-240 kDa setelah 3 minggu
berkumur. Kesimpulan: Terdapat perubahan profil protein saliva berdasarkan berat
molekulnya setelah berkumur dengan obat kumur yang mengandung CPC selama
tiga minggu berturut-turut

ABSTRACT
Background: Increased use of mouthwash in the community in addition to teeth
brushing for preserving oral cavity health. Cetylpiridinium chloride (CPC) is one of
active substances used widely in mouthwash. It has antibacterial property. Regular
use of mouthwash will affect the oral cavity condition, including salivary protein
with its respective functions. Objective: To analyze the salivary protein profile
change after rinsing with mouthwash containing CPC for three weeks. Method:
Whole saliva from 5 subjects were collectedbefore rinsing their mouth and 1 week, 2
weeks, 3 weeks after rinsing with mouthwash containing CPC twice a day and then
analyzed using SDS-PAGE. Result:Protein band range found before rinsing is 10-67
kDa; 1 week, 2 weeks and 3 weeks after rinsing we found 22-186 kDa, 22-42
kDaand 7-240 kDa protein band respectively. Conclusion: A change in salivary
protein profile is identified after rinsing with CPC-contained mouthwash for three
weeks."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakia Amalia
"Pasien diabetes memiliki risiko yang lebih besar terhadap penyakit periodontal yang dapat berakibat pada kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi status kesehatan rongga mulut dan kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada pasien diabetes mellitus. Studi potong lintang ini dilakukan dengan memberikan kuesioner OHIP-20 dan pemeriksaan klinis untuk evaluasi kesehatan gigi dan mulut pada pasien diabetes mellitus di RSCM. Dari 70 orang responden sebanyak 97.1% memiliki kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut tidak dipengaruhi oleh diabetes mellitus pada responden yang dilakukan pemeriksaan.

Diabetic patients have more risk factor for periodontal disease which can affect their oral health related quality of life (OHRQoL). The aim of this study was to evaluate oral health status and oral health related quality of life in diabetes mellitus patients. This cross sectional study was conducted by giving OHIP-20 questionnaire and clinical examination to evaluate oral health in diabetic patient in RSCM. The result showed from 70 patients 97.1% had good quality of life. Oral health related quality of life is not affected by the presence of diabetes mellitus among the respondents."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deta Apritantia
"IgY sebagai vaksin pencegah karies gigi perlu ditingkatkan efektivitasnya dengan menciptakan IgY yang spesifik terhadap molekul ComD yang berperan dalam mekanisme quorum sensing. IgY anti-ComD S.mutans dapat dikombinasikan dengan kitosan dalam bentuk sediaan obat kumur.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh obat kumur kombinasi IgY anti-ComD S.mutans dan kitosan terhadap kemampuan S.mutans yang diisolasi dari subjek karies dan bebas karies dalam membentuk biofilm.
Metode: Subjek penelitian 24 orang dibagi dalam 4 kelompok yaitu kelompok karies dan bebas karies dengan perlakuan obat kumur kombinasi IgY anti-ComD S.mutans dengan dan tanpa kitosan. Obat kumur digunakan 2 kali sehari sebanyak 15-20 ml setiap kali berkumur selama 6 hari dengan durasi 30 detik. Kuantitas biofilm diukur dengan menggunakan metode crystal violet berdasarkan nilai optical density pada Elisa Reader.
Hasil: Nilai OD biofilm sebelum diberi perlakuan pada kelompok 1 adalah 0,153; kelompok 2 adalah 0,163; kelompok 3 adalah 0,132 dan kelompok 4 adalah 0,135. Nilai OD biofilm setelah diberi perlakuan pada kelompok 1 adalah 0,136; kelompok 2 adalah 0,141; kelompok 3 adalah 0,164 dan kelompok 4 adalah 0,192. Analisa statistik uji t berpasangan antara sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan perbedaan bermakna untuk kelompok 3 (p=0,035) dan kelompok 4 (p=0,046).
Kesimpulan: Obat kumur kombinasi IgY anti-ComD S.mutans dan kitosan meningkatkan kemampuan S.mutans yang diisolasi dari subjek karies dan bebas karies dalam membentuk biofilm.

The effectiveness of IgY as a dental caries vaccine should be improved by creating IgY specific to ComD that has a role in the mechanism of quorum sensing. IgY anti-ComD S.mutans can be combined with chitosan in the form of mouth rinse.
Objective: To determine the effects of mouth rinse containing IgY anti-ComD S.mutans and chitosan on biofilm-forming isolates of S.mutans from caries subjects and caries-free subjects.
Methods: Subjects were divided into 4 groups: caries and caries-free subjects with mouth rinse containing IgY anti-ComD S.mutans with and without chitosan. Subjects were assigned to rinsing twice daily (for 6 days) with 15-20 ml solution of mouth rinse for 30 seconds. Biofilm formation were measured using crystal violet method based on ELISA optical density value.
Results: Optical density of biofilm before treatment on group 1 is 0,153; group 2 is 0,163; group 3 is 0,132 and group 4 is 0,135. Optical density of biofilm after treatment on group 1 is 0,136; group 2 is 0,141; group 3 is 0,164 and group 4 is 0,192. Statistical analysis showed significant difference for group 3 (p=0,035) and group 4 (p=0,046).
Conclusion: Mouth rinse containing IgY anti-ComD S.mutans and chitosan could increase biofilm forming isolates of S.mutans from caries subjects and caries-free subjects.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Andika
"Latar Belakang: Penyebab utama gingivitis adalah akumulasi plak berisi mikroorganisme yang melekat kuat pada permukaan gigi dan tidak bisa hilang dengan dibilas. Oleh karena itu, perlu bantuan mekanis yaitu menyikat gigi dengan pasta gigi dan kimiawi yaitu berkumur dengan obat kumur untuk eliminasi plak. Penambahan bahan alami seperti propolis dalam pasta gigi dan obat kumur diharapkan efektif terhadap penyakit periodontal karena ada sifat antibakteri dan antiinflamasi. Tujuan: Menganalisis efek obat kumur dan pasta gigi propolis UI terhadap indeks plak, perdarahan papila, gingiva, dan koloni bakteri aerob dan anaerob serta membandingkannya dengan penggunaan pasta gigi dan obat kumur nonpropolis. Metode: Penelitian ini terdiri dari 18 subjek yang diinstruksikan untuk menyikat gigi dua kali sehari dan berkumur setelah sikat gigi menggunakan pasta gigi dan obat kumur yang ditentukan selama 14 hari. Pemeriksaan subjek dilakukan sebelum dan sesudah penggunaan pasta gigi dan obat kumur dengan mengevaluasi indeks plak, perdarahan papila, dan gingiva. Sampel plak diambil dari permukaan bukal gigi insisif atas sebelum dan sesudah perlakukan untuk dievaluasi kuantitas bakteri aerob dan anaerob. Data kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji Paired t-test, Wilcoxon, Independent T-test, atau Mann Whitney. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna sebelum dan sesudah penggunaan obat kumur dan pasta gigi propolis terhadap indeks perdarahan papila (p = 0,007) dan jumlah bakteri anaerob (p = 0,028). Namun, tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap indeks plak, gingiva, dan jumlah bakteri aerob (p≥0,05). Kesimpulan: Pasta gigi dan obat kumur propolis UI memiliki efek dalam mencegah dan menyembuhkan gingivitis sehingga dapat digunakan sebagai bahan aktif dalam obat kumur dan pasta gigi.
Backgrounds: The main cause of gingivitis is the accumulation of plaque containing microorganisms which stays on the teeth surface and cannot be rinsed off. Therefore, mechanical cleaning like toothbrushing with toothpastes and chemical cleaning using mouthwashes are needed for plaque elimination. The addition of natural products which is propolis in toothpastes and mouthwashes is expected to have an effect towards periodontal disease because of its antibacterial and antiinflamation properties. Aim: to analyze the effect of mouthwashes and toothpastes containing propolis on plaque index (PI), papilary bleeding index (PBI), gingival index (GI), and colony of aerobic and anaerobic bacteria compare to the use of nonpropolis toothpastes and mouthwashes. Methods: Eighteen subjects were used in this study. Subjects were asked to brush their teeth twice a day and followed by gargling using propolis or nonpropolis toothpastes and mouthwashes for 14 days. The patients were examined before and after using toothpastes and mouthwashes to evaluate plaque index (PI), papilary bleeding index (PBI), and gingival index (GI). Plaque samples were collected from buccal surface upper incisors before and after using toothpastes and mouthwashes for aerobic and anaerobic bacterial counts. Data collected were analyzed statistically using Paired t-test or Wilcoxon and Independent T-test or Mann Whitney. Results: There was statistically difference between before and after in papilary bleeding index (p = 0.007) and anaerobic bacteria counts (p =0.028). Meanwhile, there were no statistically difference on plaque index, gingival index, and aerobic bacteria counts. (p≥0,05). Conclusion: The use of propolis toothpastes and mouthwashes at the same time have an effect against gingivitis so it can be used as an active property in toothpastes and mouthwashes."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>