Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141216 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Triana Ayuningtyas
"Latar Belakang : Krisis Miastenia (KM) terjadi karena perburukan gejala miastenia gravis (MG) ditandai dengan gagal napas akut, pemanjangan intubasi pasca-timektomi atau kelemahan bulbar yang menyebabkan dispnoe. Therapeutic Plasma Exchange (TPE) telah diterima sebagai terapi lini pertama untuk KM. Keterbatasan sumber daya di RSUPNCM membuat tatalaksana TPE tidak ideal sesuai dengan rekomendasi American Society of Apheresis (ASFA). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi luaran pasien KM di RSUPNCM yang menjalani TPE.
Metode : Penelitian ini berdesain potong lintang dengan mengambil data sekunder kasus KM yang menerima TPE di Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo sejak Januari 2014-September 2018. Diagnosis KM didasarkan pada pemeriksaan klinis. Dilakukan analisa bivariat terhadap faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi luaran TPE pada KM.
Hasil : Sebanyak 38 kasus memenuhi kriteria inklusi. Luaran baik setelah menjalani TPE didapatkan pada 60,5% kasus. Awitan MG (p = 0,039) (OR 7,00; IK 1,18-41,5) dan jenis MG (p = 0,001) (OR 14,40; IK 2,88-71,82) memiliki hubungan bermakna dengan luaran TPE pada KM. MG awitan awal dan MG okular yang menjadi umum menunjukkan luaran yang lebih baik. Variabel spesifisitas antibodi menunjukkan trend kuat dalam mempengaruhi luaran TPE pada KM (p = 0,055) (OR 0,46; IK 0,27-0,80).
Variabel lainnya : jenis kelamin, ada tidaknya pneumonia, patologi timus, durasi MG, terapi MG, durasi awitan KM-TPE, total sesi TPE, volume plasma tukar, interval TPE, komplikasi TPE dan kesesuaian dengan ASFA tidak memiliki hubungan bermakna secara statistik dengan luaran TPE pada KM. Penderita KM yang menjalani TPE sesuai ASFA menunjukan perbaikan klinis yang lebih cepat dibandingkan yang menjalani TPE tidak sesuai ASFA.
Kesimpulan : MG awitan awal dan MG okular yang menjadi umum merupakan faktor yang dapat mempengaruhi luaran baik TPE pada KM. Penderita yang menjalani TPE sesuai ASFA menunjukan perbaikan klinis yang lebih cepat.

Background: Myasthenic crisis (MC) occurs due to worsening symptoms of myasthenia gravis (MG) characterized by acute respiratory failure, prolongation of post-thymectomy intubation or bulbar weakness causing dyspnoea. Therapeutic Plasma Exchange (TPE) has been accepted as first-line therapy for MC. The limited resources in RSUPNCM make the management of TPE not ideal according to the recommendations of the American Society of Apheresis (ASFA). The purpose of this study was to determine the factors that influenced the outcomes of MC patients at RSUPNCM who underwent TPE.
Method: This study was a cross-sectional design by taking secondary data on MC cases that received TPE at RSUPNCM from January 2014 to September 2018. The diagnosis of MC is based on clinical examination. Bivariate analysis was carried out on factors that were thought to influence TPE outcomes in MC.
Results: A total of 38 cases met the inclusion criteria. Good outcomes after undergoing TPE are found in 60.5% of cases. Onset of MG (p = 0.039) (OR 7.00; IK 1.18-41.5) and type of MG (p = 0.001) (OR 14.40; IK 2.88-71.82) have a significant relationship with TPE outcome on MC. Early-onset MG and ocular to generalized MG show better outcomes. Antibody specificity variables showed a strong trend in influencing TPE outcome in MC (p = 0.055) (OR 0.46; IK 0.27-0.80).
Other variables: gender, pneumonia, thymic pathology, MG duration, MG therapy, duration of onset MC-TPE, total TPE session, plasma exchange volume, TPE interval, TPE complications and suitability with ASFA did not have a statistically significant relationship with TPE outcome on MC. Patients with MC who underwent TPE according to ASFA showed faster clinical improvement than those who underwent TPE not according to ASFA
Conclusion: Early onset MG and ocular to generalized MG are factors that can affect the good outcome of TPE in MC. Patients who undergo TPE according to ASFA show faster clinical improvement.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brahmantyo Ardhi Wicaksono
"

Untuk menggambarkan penggunaan kriteria diagnostik Rome oleh dokter anak Indonesia dan penatalaksanaannya dalam menghadapi kasus konstipasi fungsional pada balita. Kami mendesain sebuah kuesioner dengan Rome IV sebagai landasannya dibawah bimbingan ahli untuk mengukur pengetahuan dan penatalaksanaan konstipasi fungsional.. Didapatkan total 101 responden. Krtiteria Rome secara umum diketahui oleh dokter anak Indonesia (91.1%), namun tidak semua menggunakannya (81.2%), dan sekitar setengah menggunakan kriteria Rome IV yang terbaru. Ditemukan bahwa secara umum dokter anak Indonesia memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang kriteria diagnosis konstipasi fungsional dan tanda bahayanya dengan rata-rata nilai 12.44 ± 3.27. Nilai tatalaksana secara umum lebih rendah dengan rata-rata 6.95 ± 2.17. Penggunaan kriteria Rome pada praktik sehari-hari memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik (p = 0.047). Dokter yang menggunakan kriteria Rome memiliki rerata nilai pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak menggunakan (12.78 ± 3.12 vs. 10.95 ± 3.55). Dokter anak Indonesia secara umum memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai kriteria Rome IV dan tanda bahaya dari konstipasi fungsional. Namun pengetahuan mengenai kriteria Rome IV terbaru dan penatalaksanaan dapat ditingkatkan. Sebaiknya penyebaran informasi tentang Rome IV dan tatalaksana yang bersifat evidence-based ditingkatkan.

 


To reveal the usage of the Rome diagnostic criteria by Indonesian pediatricians, and their therapeutic approach regarding the management in Infant functional constipation, We designed a questionnaire with the Rome IV criteria as its foundation under expert guidance to gauge the knowledge and therapeutic approach of pediatricians. A total of 101 respondents were obtained. The Rome criteria is widely known (91.1%), but not all apply it in daily practice (81.2%), and only slightly more than half do use the updated Rome IV criteria (65.4%). It was discovered that while Indonesian pediatricians were generally knowledgeable with a mean score of 12.44 ± 3.27 about the Rome IV criteria and alarm symptoms, scores for therapeutic approach were overall lower with a mean of 6.95 ± 2.17. Usage of Rome criteria in daily practice was found to have a statistically significant association with total knowledge scores of pediatricians (p = 0.047), Usage of Rome criteria in daily practice was found to have a statistically significant association with total knowledge scores of pediatricians (p = 0.047), those using the Rome criteria had higher mean scores compared to those who did not (12.78 ± 3.12 vs. 10.95 ± 3.55). Indonesian pediatricians are generally familiar with the Rome criteria for functional constipation, but their knowledge of the latest Rome IV criteria, and management of functional constipation may be lacking. Emphasis should be placed on disseminating the Rome IV criteria and evidence-based recommendations for the management of FC.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sufriani
"Dukungan informasi merupakan salah satu tindakan persiapan bagi orangtua dengan anak yang mendapat tindakan pemasangan infus, yang juga merupakan bagian dari manajemen nyeri. Penelitian kuasi eksperimen ini bertujuann untuk mengidentifikasi pengaruh dukungan informasi terhadap tingkat kecemasan dan peran ibu selama tindakan pemasangan infus pada anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dukungan informasi terhadap peran ibu (p value=0,038) namu tidak terdapat pengaruh dukugan informasi terhadap ptingkat kecemasan ibu (p value=0,069). Diharapkan dukungan indormasi pada ibu sebelum tindakan pemasangan infus pada anak dapat diterapkan pada pelayanan keperawatan anak untuk meningkatkan partisipasi ibu dalam penanganan yeri anak selama tindakan.

Informational support is an important aspect while preparing parent and children for medical procedures particularly during intravena insertion procedures. The purpose of this quasi-experiment research was to indentify the influence of informational support to mothers role and the level of anxiety during children intravena insertion procedures. The result showed that there was no effect of informational support on the level of anxiety (p = 0,069), but there is any influence on the mothers role during the infusion procedures for under five years (p = 0,038). It is recommended that providing information support could increase the participation of mothers to cope with pain of child during intravena insertion procedures."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28408
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Meilati Suryani
"Perilaku caring perawat selainditentukan oleh faktor individu juga didukung oleh lingkungan kerja yang baik. Penelitian ini mengetahui hubungan lingkungan kerja dengan perilaku caring. Jenis penelitian deskriptif korelasi dengan sampel 95 pasien dan 95 perawat. PErsentase perawat yang berperilaku caring tinggi menurut persepsi pasien adalah 53%.
Hasil analisis menggunakan Chi Square menyatakan pengaturan beban kerja dan pengembangan profesional berhubungan dengan perilaku caring (p=0,000). Perawat perlu meningkatkan komppetensi dan komunikasi dengan pasien. Rumah sakit perlu meninjau kembali kebutuhan tenaga dan beban kerja perawat, menjadikan caring sebagai salah satu komponen penilaian kinerja perawat, meningkatkan role model kepala ruangan.

Caring nurse behavior not only determined by individual factor but also supported by good work environment.. This research was to recognize the relationship between work environment and nursing caring behavior according to patient's perception. This is descriptive correlation with 95 patient and 95 nurse as samples. According o patient's perception, as much as 53% of nurse are caring.
The result showed that professional development and workload managemnt are significantly associated with nursing caring behavior (p=0,000). Nurse require to improve communication skill. The hospital require improve head nurse as role model, make caring as component for nursing appraisal performance, asses the need for nursing workloada and staffing."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28396
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Sasmiyati
"Tetanus merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Clostridium Tetani. Penyakit ini disebabkan oleh pelepasan eksotoksin dari bakteri clostridium tetani dimana bakteri ini bersifat anaerob obligat. Pelepasan eksotoksin ini dapat menghasilkan toksin tetanus yang dapat mengakibatkan kekakuan otot dan spasme. Pada spasme pada otot pernafasan pada pasien dengan tetanus bisa membuat hipersaliva karena pergerakan yang tidak terkontrol pada otot-otot wajah dan mulut dapat merangsang produksi air liur yang berlebihan. Hal ini terjadi karena spasme yang intens pada otot-otot wajah dan leher dapat meningkatkan aktivitas kelenjar ludah, menyebabkan produksi saliva yang berlebihan. Sedangkan pada spasme laring dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi saluran napas akut hingga menyebabkan gagal napas yang akhirnya memerlukan alat bantu nafas yaitu pemasangan endotracheal tube yang kemudian akan dihubungkan dengan ventilator. Pada laporan kasusini penulis menjabarkan pasien dengan jenis kelamin laki - laki datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Universitas Indonesia (IGD RS UI) dengan keluhan sulit membuka mulut dan menelan. Pasien telah terdiagnosa trismus, disfagia, opistotonus ec tetanus generalisata moderate (Ablett 2, Dakar 1, Philip 14). Pada akhirnya pasien dilakukan intubasi sehingga diperlukan ventilator mekanik dan merupakan perawatan hari ke 18. Selain itu pasien juga dilakukan debridement. Setelah dilakukan tindakan tersebut, pasien di rawat di ruang Intensive Care unit (ICU). Pasien yang terpasang endotracheal tube dapat menyebabkan hipersektrsesi dan hiversaliva dan mencegah terjadinya Ventilator Assosiated Pnemonia (VAP) perlu di lakukan suction berkala yang tujuannya untuk menjaga patensi jalan nafas. Dengan suction berkala dapat meningkatkan nilai kadar saturasi oksigen.

Tetanus is a disease caused by infection with the bacteria Clostridium Tetani. This disease is caused by the release of exotoxin from the bacteria Clostridium tetani, where this bacteria is an obligate anaerobe. The release of this exotoxin can produce tetanus toxin which can cause muscle stiffness and spasms. Spasms in the respiratory muscles in patients with tetanus can cause hypersaliva because uncontrolled movements of the facial and mouth muscles can stimulate excessive saliva production. This occurs because intense spasm of the facial and neck muscles can increase the activity of the salivary glands, causing excessive saliva production. Meanwhile, laryngeal spasm can result in acute airway obstruction, causing respiratory failure which ultimately requires breathing aids, namely the installation of an endotracheal tube which will then be connected to a ventilator. In this case report, the author describes a male patient who came to the Emergency Room at the University of Indonesia Hospital (IGD RS UI) with complaints of difficulty opening his mouth and swallowing. The patient was diagnosed with trismus, dysphagia, moderate generalized opisthotonus and tetanus (Ablett 2, Dakar 1, Philip 14). In the end, the patient was intubated so a mechanical ventilator was needed and this was the 18th day of treatment. Apart from that, the patient also underwent debridement. After this action was carried out, the patient was treated in the Intensive Care Unit (ICU). Patients who have an endotracheal tube installed can cause hypersecretion and hiversaliva and to prevent the occurrence of Ventilator Associated Pnemonia (VAP) they need to carry out periodic suction with the aim of maintaining airway patency. Regular suction can increase oxygen saturation levels.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amirul Anwar
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak koneksi militer terhadap risiko perusahaan publik di Indonesia, dengan Peran Komite Pemantau Risiko sebagai variabel moderasi. Data dianalisis dari perusahaan publik di Indonesia pada periode 2019-2022 menggunakan regresi data panel. Penelitian ini menemukan bahwa koneksi militer berpengaruh positif terhadap risiko perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa para eksekutif dengan pengalaman militer mampu mengendalikan risiko perusahaan dengan mengedepankan kedisiplinan sehingga mampu menurunkan risiko perusahaan. Penelitian ini juga menemukan bahwa Komite Pemantau Risiko (KPR) mampu memperkuat hubungan antara koneksi militer dan risiko perusahaan. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman kompleksitas hubungan antara koneksi militer, tata kelola perusahaan yang baik, dan risiko perusahaan di Indonesia, serta menawarkan implikasi penting bagi tata kelola perusahaan dan manajemen strategis di masa depan.

This study aims to analyze the impact of military connections on the risk of publicly traded companies in Indonesia, with the role of the Risk Oversight Committee as a moderating variable. The data, covering the period from 2019 to 2022, were analyzed using panel data regression. The findings show that military connections have a positive effect on firm risk. This indicates that executives with military experience can effectively control firm risk by emphasizing discipline, thereby reducing overall risk. Additionally, the study finds that the Risk Oversight Committee (KPR) can strengthen the relationship between military connections and firm risk. This research contributes to the understanding of the complex relationship between military connections, good corporate governance, and firm risk in Indonesia, offering significant implications for corporate governance and strategic management in the future.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sitohang, Christine
"Individu yang memasuki tahap akhir perkembangan akan mengalami penurunan fungsi pada sistem tubuhnya. Salah satunya merupakan perubahan sistem muskuloskeletal yang identik dengan penurunan kekuatan otot, tulang dan sendi yang dapat memengaruhi keseimbangannya. Lansia yag memiliki gangguan keseimbangan akan mengalami risiko jatuh yang lebih tinggi. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran dalam penerapan asuhan keperawatan pada lansia yang memiliki masalah resiko jatuh. Format pengkajian Burg Balance Test (BBT) dan Timed up and Go test (TUG) digunakan untuk mengukur resiko jatuh klien. Bentuk intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk menangani masalah resiko jatuh adalah latihan keseimbangan dengan metode square stepping exercise (SSE). Intervensi diberikan satu kali dalam sehari selama 12 hari dengan durasi 30-40 menit. Hasil yang diperoleh selama menerapkan metode latihan ini didapatkan peningkatan kecepatan berjalan sebesar 1 menit 15 detik saat dilakukan rata-rata pengukuran awal dan akhir dengan timed up and go test, serta peningkatan keseimbangan dilihat dari adanya penambahan skor Berg Balance Test sebesar 3 poin. Latihan ini direkomendasikan untuk diterapkan di nursing home sebagai aktivitas latihan rutin untuk menurunkan resiko jatuh lansia.

Individuals who enter the final stage of development will experience a decline in function in their body systems. One of them is a change in the musculoskeletal system which is synonymous with a decrease in muscle, bone and joint strength which can affect balance. Elderly people who have balance disorders will experience a higher risk of falling. This scientific work aims to provide an overview of the application of nursing care to elderly people who have a risk of falling. The Burg Balance Test (BBT) and Timed up and Go test (TUG) assessment formats are used to measure the client's risk of falling. A form of nursing intervention that can be given to deal with the risk of falls is balance training using the square stepping exercise (SSE) method. Intervention is given once a day for 12 days with a duration of 30-40 minutes. The results obtained during applying this training method showed an increase in walking speed of 1 minute 15 seconds when the initial and final measurements were averaged using a timed up and go test, as well as an increase in balance seen from an increase in the Berg Balance Test score of 3 points. This exercise is recommended to be implemented in nursing homes as a routine exercise activity to reduce the risk of falls in the elderly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Qothrunnada
"Penuaan merupakan proses alamiah meliputi perubahan anatomi dan fisiologi lansia. Perubahan menyebabkan lansia menjadi rentan mengalami masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang banyak ditemukan pada lansia adalah gangguan integritas kulit seperti kulit kering (xerosis) dan pruritus.  Tujuan tugas akhir ini adalah untuk menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan integritas kulit melalui pemberian gel aloe vera di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1. Intervensi berupa manajemen pruritus menggunakan gel aloe vera melalui pemberian topikal dilakukan sebanyak 2 kali sehari selama 13 hari. Hasil intervensi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hidrasi dan tekstur kulit serta terjadi perubahan nilai pruritus severity scale dari gatal berat menjadi gatal ringan. Perawat di panti sosial tresna werdha budi mulia 1 cipayung diharapkan dapat memberikan intervensi pemberian gel aloe vera. Intervensi ini dilakukan sebagai upaya mengatasi xerosis dan pruritus pada lansia sering kenyamanan dan kualitas hidup lansia meningkat.

Aging is a natural process including changes in the anatomy and physiology of the elderly. Changes cause elderly people to become vulnerable to health problems. Health problems that are often found in the elderly are disorders of skin integrity such as dry skin (xerosis) and pruritus. The aim of this final assignment is to explain nursing care for elderly people with impaired skin integrity by administering aloe vera gel at the Tresna Werdha Budi Mulia Social Home 1. Intervention in the form of pruritus management using aloe vera gel through topical administration is carried out 2 times a day for 13 days. The results of the intervention showed that there was an increase in hydration and skin texture as well as a change in the pruritus severity scale value from severe itching to mild itching. Nurses at the Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung social home are expected to be able to provide interventions for administering aloe vera gel. This intervention is carried out as an effort to overcome xerosis and pruritus in the elderly, often increasing the comfort and quality of life of the elderly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizky Felani
"Latar Belakang: Studi sebelumnya telah menyebutkan bahwa kontraksi ventrikel prematur (KVP) beban tinggi dapat menjadi faktor resiko terhadap kejadian disfungsi ventrikel kanan, sebagaimana kejadian disfungsi ventrikel kiri atau kardiomiopati terkait KVP (KM-KVP) pada umumnya. Sampai saat ini masih belum terdapat penelitian khusus sebelumnya yang menganalisa antara besar persentase beban KVP idiopatik aksis inferior terhadap penurunan fungsi ventrikel kanan.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara besar persentase beban KVP idiopatik aksis inferior terhadap disfungsi ventrikel kanan menggunakan ekokardiografi speckle tracking.
Metode: Studi observasional potong lintang pada 24 pasien dengan KVP idiopatik aksis inferior beban tinggi yang didiagnosis di Poliklinik Aritmia dan dilakukan pemeriksaan ekokardiografi speckle tracking (global longitudinal strain / GLS dan free wall longitudinal strain / FWLS) di Poliklinik Ekokardiografi di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita sejak 1 Januari - 31 Maret 2023. Analisis statistik dilakukan untuk mengetahui hubungan antara besar persentase beban KVP terhadap disfungsi ventrikel kanan menggunakan ekokardiografi GLS dan FWLS ventrikel kanan.
Hasil: Dari 24 subjek penelitian, proporsi jenis kelamin perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki (17 orang berbanding 7 orang), dengan mayoritas morfologi KVP adalah blok berkas cabang kiri (BBCKi) aksis inferior sebanyak 83.3%. Rerata besar beban persentase KVP pada populasi penelitian ini adalah 18.6 ± 9.6%. Besar persentase beban KVP secara bivariat ditemukan berhubungan dengan disfungsi ventrikel kanan melalui parameter GLS ventrikel kanan (p = 0.031), namun dari analisis multivariat tidak didapatkan hubungan secara independen terhadap disfungsi ventrikel kanan (p = 0.063, OR 1.18, 95% CI 0.99 - 1,41). Besar persentase beban KVP tidak berhubungan terhadap disfungsi ventrikel kanan melalui parameter FWLS ventrikel kanan dari analisis bivariat dan multivariat.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara persentase beban KVP terhadap disfungsi ventrikel kanan pada populasi pasien KVP idiopatik aksis inferior beban tinggi di RSJPD Harapan Kita.

Background: Previous studies have proved that high burden premature ventricular contractions (PVC) can be a risk factor for right ventricular dysfunction as similar to left ventricular dysfunction or PVC-induced cardiomyopathy (PIC) in general. There has been no previous specific study that analyzed how large percentage of idiopathic inferior axis PVC burden that could lead to right ventricular dysfunction.
Aim: To evaluate the association between idiopathic inferior axis PVC burden percentage and right ventricular dysfunction using speckle tracking echocardiography examination.
Methods: A cross-sectional observational study on 24 patients with high burden of idiopathic inferior axis PVC underwent right ventricular global longitudinal strain (GLS) and free wall longitudinal strain (FWLS) using speckle tracking echocardiography in outpatient clinic of National Cardiovascular Center Harapan Kita (NCCHK) from January 1st - March 31st, 2023. Statistical analysis performed to find out the association between the percentage of idiopathic inferior axis PVC burden and right ventricular dysfunction using right ventricular GLS and FWLS.
Results: From the 24 study subjects, the proportion of female sex was higher than male (17 people compared to 7 people), with the majority of PVC morphology was inferior axis and left bundle branch block (LBBB) pattern as much as 83.3%. The average of the percentage of PVC burden in this study population is 18.6 ± 9.6%. The percentage of PVC burden was found to be associated bivariately with right ventricular dysfunction through the right ventricular GLS parameter (p = 0.031), but there is no independent association with right ventricular dysfunction from multivariate analysis (p = 0.063, OR 1.18, 95% CI 0.99 – 1.41). The percentage of PVC burden had no association to right ventricular dysfunction through right ventricular FWLS parameters from both bivariate and multivariate analysis.
Conclusion: There is no independent association between the percentage of PVC burden and right ventricular dysfunction in patients with high burden of idiopathic inferior axis PVC
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daula Gina Fabila
"Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus yang sering disebut dengan bronkopneumonia. Pada anak dengan bronkopneumonia, kepatenan jalan napas dapat terganggu karena adanya produksi sekret yang tertahan di jalan napas, sehingga daoat menyebabkan bersihan jalan napas tidak efektif. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas penerapan fisioterapi dada pada ank bronkopneumonia dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif. Pasien An. E berusia 4 tahun dengan hasil pemeriksaan TTV: HR 132x/menit, RR 32-34x/menit, S 36.4 C, SpO2 97 % on NK 2 lpm; anak ada batuk namun sulit mengeluarkan dahak; tampak batuk tidak efektif; anak tampak sesak dan napas tampak cepat, suara napas vesikuler dengan suara napas tambahan ronkhi di kedua lapang bawah paru, terdapat retraksi dinding dada dan WOB. Penerapan fisioterapi dada pada anak selama 3 hari perawatan menunjukkan perbaikan status pernapasan dengan rentang hasil pemeriksaan HR 106-132x/menit, RR 25-34x/menit, dan SpO2 95-98%. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi perawat untuk menerapkan fisioterapi dada pada anak dapat dilakukan secara mandiri oleh perawat karena intervensi ini termasuk penatalaksanaan nonfarmakologis.

The occurrence of pneumonia in children often coincides with an acute infectious process in the bronchi which is often called bronchopneumonia. With bronchopneumonia, airway patency can be disrupted due to the production of secretions that are retained in the airway, resulting in ineffective airway clearance. This scientific work aims to prove the effectiveness of applying chest physiotherapy for bronchopneumonia with ineffective airway clearance problems. Patient E was a 4 year old with vitals examination results: HR 132 tpm, RR 32-34 tpm, T 36.4 C, SpO2 97% on NK 2 lpm. Further examination revealed a cough along with difficulty expelling phlegm, shortness of breath, vesicular breathing with crackles on lower lung fields, chest wall retractions and WOB. The application of chest physiotherapy during 3 days of treatment showed an improvement in respiratory status with examination results HR 106-132 tpm, RR 25-34 tpm, and SpO2 95-98%. The results of this research could be used as a reference to apply chest physiotherapy, which can be carried out independently by nurses. Chest physiotherapy is an intervention that includes non-pharmacological management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>