Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185511 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pradita Rani Nurharianti
"ABSTRAK
Prediabetes merupakan golden period dalam menunda terjadinya diabetes melitus tipe 2
karena pada periode ini perjalanan penyakit masih bisa dihentikan.Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dampak stres pada konversi prediabetes menjadi diabetes
melitus tipe 2 pada orang dewasa. Penelitian ini menggunakan desain kohort
retrospektif. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Studi Kohort Faktor Risiko
untuk Penyakit Tidak Menular di Bogor, Indonesia. Pengumpulan data pada penelitian
ini dilakukan sejak 2011 hingga 2015 dengan total populasi 5.890. Berdasarkan kriteria
eksklusi dan inklusi, total subjek penelitian adalah 1059. Selama 5 tahun pengamatan, di
antara subjek usia dewasa prediabetik ada 169 subjek yang dikategorikan sebagai
T2DM dan 219 subjek dikategorikan sebagai stres. Analisis bivariat menunjukkan
bahwa stres dan usia pada awal merupakan faktor risiko pada konversi pradiabetes
menjadi T2DM (p <0,05). Model akhir pada analisis multivariat, menunjukkan hazard
rasio stres sebesar 1,815 (95% CI: 1,307 - 2,520) dengan p <0,05. Temuan ini,
diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan motivasi dalam upaya melakukan
pencegahan dan pengendalian T2DM. Terutama pada individu dengan prediabetes yang
menderita stres karena memiliki pengaruh terhadap konversi prediabetes menjadi
T2DM.

ABSTRACT
Prediabetes is a golden period in delaying the occurrence of type 2 diabetes mellitus
because in this period the course of the disease can still be stopped. The study aim was
to knowing the impact of stress on the conversion of prediabetes to type 2 diabetes
mellitus in adults. This study used retrospective cohort design. The data used are
secondary data from the Cohort Study of Risk Factors for Non-Communicable Diseases
in Bogor, Indonesia. Data collection in this study was carried out since 2011 until 2015
with a total population of 5890. Based on the exclusion and inclusion criteria, the total
of study participants were 1059. During 5 years of follow-up, among prediabetic adults
there were 169 subjects categorized as T2DM and 219 subjects categorized as stressed.
Bivariate analysis shows that stress and age at baseline is a risk factor on the conversion
of prediabetes to T2DM (p < 0,05). Final model on multivariate analysis, shows the
hazard ratio of stress was 1.815 (95% CI: 1.307 - 2.520) with p < 0.05. This findings,
expected to be used as information and motivation in an effort to make prevention and
control of T2DM. Especially in individuals with prediabetes who suffer from stress
because it has an impact with conversion of prediabetes to T2DM."
2019
T51926
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Aminah Padang
"Pendahuluan : Indonesia menduduki posisi ketiga dengan jumlah kasus tuberkulosis terbanyak. Rata-rata 90 % dari yang terinfeksi M.tuberkulosis menimbulkan kekebalan karena imunitas yang baik akan tetapi 10 % berkembang menjadi tuberkulosis aktif dalam hitungan beberapa bulan atau tahun setelah terjadi infeksi (WHO, 2018). Diabetes menyerang 382 juta pada tahun 2013 dan diproyeksikan akan meningkat menjadi 592 juta pada tahun 2035. Ketika diabetes menyebar, itu akan menyebabkan semakin banyak penduduk yang terinfeksi tuberkulosis (Lonnroth, 2014). Prevalensi diabetes mellitus meningkat berdasarkan umur terutama pada populasi di atas 40 tahun yang dikarenakan perkembangan intoleransi glukosa. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui besar risiko diabetes mellitus terhadap kejadian tuberkulosis paru pada penduduk 40-65 tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor contributory (potential confounder) yang juga berhubungan terhadap kejadian tuberkulosis maupun diabetes mellitus.
Metode : Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sebanyak 26.301 Penduduk 40-65 tahun menjadi sampel pada penelitian ini. Data diperoleh dari Mandat Litbangkes RI dan dianalisis menggunakan uji Regresi Logistik.
Hasil : Risiko TB Paru 4,8 kali lebih besar pada penduduk 40-65 tahun yang memiliki riwayat diabetes mellitus dibandingkan dengan tidak memiliki riwyat diabetes mellitus (POR = 4,8 : 95% CI 2,2-10,6).
Kesimpulan : Kolaborasi antar layanan termasuk didalamnya skrining (Diabetes Mellitus dan TB Paru) diperlukan untuk mengurangi prevalensi dari kedua penyakit dengan didukung penyusunan peraturan/pedoman standard antar layanan di FKTP serta pertimbangan pemberian profilaksis PP INH pada penderita diabetes mellitus perlu dipertimbangkan

ABSTRACT
Introduction : Indonesia is the third rank of the highest number cases of tuberculosis. On average 90% of those infected with M and only 10% develop active tuberculosis after infection (WHO, 2018). Diabetes attacked 382 million in 2013 and will be predicted increase to 592 million by 2035. When diabetes spreads, it will cause more people infected tuberculosis (Lonnroth, 2014). The prevalence of diabetes mellitus increases with age, especially in populations over 40 years due to the development of glucose intolerance. Therefore, it is necessary to do research to determine the risk of diabetes mellitus against pulmonary tuberculosis in the population of 40-65 years by considering the contributory factors (potential confounder) which are also related to the prevalence of tuberculosis and diabetes mellitus.
Method: This study used cross-sectional design. Sample were 26,301 respondents of 40-65 years. Data was obtained from the Indonesian Litbangkes and analyzed using the Logistic Regression.
Result : The risk of pulmonary TB was 4,8 times greater in the population of 40-65 years who had a history of diabetes mellitus compared to not having a diabetes mellitus (POR = 4,8 : 95% CI 2,2-10,6).
Conclusion : Collaboration both health services including screening (Diabetes Mellitus and Pulmonary TB) is needed to reduce the prevalence of both diseases and profilaxis program of PP INH need to be considered."
2019
T52117
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyowati Tuminah
"Latar belakang: Hipertensi, DM, dan stres psikologis masih menjadi masalah kesehatan yang belum sepenuhnya dapat dikendalikan. Tujuan: menilai kejadian hipertensi dan besaran risiko akibat efek gabungan antara DM dan stres psikologis pada orang dewasa. Metode: Analisis menggunakan data sekunder Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (FRPTM). Disain studi yaitu studi kohor retrospektif. Populasi: Data penduduk berusia 25 tahun ke atas (saat baseline) yang menjadi responden Studi Kohor FRPTM di Kota Bogor, Jawa Barat. Inklusi: Data yang lengkap pada wawancara/pengukuran/ pemeriksaan. Eksklusi: Data subyek yang hipertensi saat baseline. Sampel: Data penduduk berusia 25 tahun ke atas (saat baseline) yang menjadi responden Studi Kohor FRPTM di Kota Bogor, Jawa Barat. Sebanyak 3165 data subyek dianalisis dengan regresi Cox. Hasil: Hipertensi yang ditemukan sebanyak 207 orang (6,6%). Relative risk (RR) untuk terjadinya hipertensi akibat adanya efek gabungan antara DM dan stres psikologis sebesar 2,20 dengan 95% CI (1,030—4,711) setelah dikontrol oleh jenis kelamin dan obesitas. Interaksi yang didapatkan bersifat sinergis (positif). Kejadian hipertensi yang disebabkan karena interaksi sebesar 30%. Kesimpulan: Kelompok subyek dengan DM dan stres psikologis berisiko untuk terjadinya hipertensi sebesar 2,20 kali lebih tinggi dibandingkan kelompok subyek tanpa DM dan tanpa stres psikologis dengan hubungan yang bermakna secara statistik. Kata kunci: Diabetes, stres psikologis, hipertensi

Background: Hypertension, DM, and psychological distress are still health problems that cannot be fully controlled. Purpose: to assess the proportion of hypertension and the magnitude of the risk due to the combined effect of DM and psychological distress in adults. Methods: Analysis using secondary data of Cohort Study on Non-Communicable Disease Risk Factors (NCDRF). The study design was a retrospective cohort study. Population/sample: Data of respondents of the NCDRF Cohort Study in Bogor City, West Java aged 25 years and over (at baseline). Inclusions: Complete data on interviews/ measurements/examinations. Exclusion: Data of hypertensive subjects at baseline. A total of 3165 subject data were analyzed with Cox regression. Results: Hypertension was found in 207 people (6.6%). The relative risk (RR) for the occurrence of hypertension due to the combined effect of DM and psychological distress is 2.20 with a 95% CI (1.030-4.711) after controlling for gender and obesity. The interactions obtained are synergistic (positive). The incidence of hypertension caused by interactions is 30%. Conclusion: The group of subjects with DM and experiencing psychological stress has a risk of developing hypertension by 2.20-fold higher rather than the group of subjects without DM and without psychological distress with a statistically significant association.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Candra Citra Sari
"Penderita DM (diabetesi) tidak hanya kalangan lansia tetapi juga sudah banyak diderita oleh kalangan pada usia produktif. Permasalahan terkait dengan perawatan diri sering ditemukan pada diabetesi yang baru saja didiagnosa atau sudah lama didiagnosa DM. Beberapa hambatan yang terjadi pada diabetesi dalam melaksanakan perilaku peraatan diri yaitu keterbatasan dalam pengetahuan dan keterampilan dalam penyusunan menu, kekurangan informasi kurangnya aktivitas fisik, kepatuhan terhadap pengobatan yang rendan dan juga dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar yang minim.Pengendalian DM pada diabetesi sangata diperlukan untuk mengurangi komplikasi DM. Berdasarkan kondisi tersebut dikembangkan program GEPARI. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan perilaku perawatan diri para diabetesi. Metode yang digunakan yaitu studi kasus keluarga dan aggregate dewasa DM menggunakan pendekatan proses keluarga dan komunitas yang melibatkan 10 keluarga dan 34 diabetesi dewasa. Program ini didasarkan pada lima pilar pengendalian DM yaitu edukasi, manajemen nutrisi, aktivitas fisik, pengobatan dan juga pemeriksaan gula darah yang dilaksanakan selama 12 sesi. Evaluasi terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan dan tingkat kemandirian keluarga menggunakan kuesioner sedangkan gula darah sewaktu diukur menggunakan glucometer yang dilaksanakan sebelum dan sesudah pelaksanaan program GEPARI. Hasil implementasi didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan (p>0,05), penurunan glukosa darah sewaktu dan peningkatan kemandirian keluarga. Program GEPARI disarankan dapat dilaksanakan dalam pelayanan kesehatan komunitas. 

People with DM (diabetes) are not only among the elderly but also have suffered by many people of productive age. Problems related to self-care are often found in people with diabetes who have just been diagnosed or have been diagnosed with diabetes for a long time. Some of the obstacles that occur in diabetes in carrying out self-care behavior are limitations in knowledge and skills in preparing menus, lack of information, lack of physical activity, low adherence to medication and also minimal support from family and the surrounding environment. reduce DM complications. Based on these conditions, the GEPARI program was developed. The aim of this program is to improve self-care behavior of diabetics. The method used is a family case study and aggregated adult DM using a family and community process approach involving 10 families and 34 adult diabetes. This program is based on the five pillars of DM control, namely education, nutrition management, physical activity, medication and also blood sugar checks which were carried out for 12 sessions. Evaluation of knowledge, attitudes and skills and level of family independence using a questionnaire, while blood sugar is measured using a glucometer which is carried out before and after the implementation of the GEPARI program. The results of the implementation showed that there was an increase in knowledge, attitudes and skills (p>0.05), a decrease in blood glucose and an increase in family independence. The GEPARI program is recommended to be implemented in community health services."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novanza Rayhan Natasaputra
"Latar belakang: Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) disandang oleh 10,7 juta orang di Indonesia dan menjadi tiga besar penyakit tidak menular penyebab kematian. Sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi yang diawali oleh kontrol glikemik kadar HbA1c yang tidak adekuat, dan diasosiasikan dengan aspek multifaktorial seperti karakteristik sosiodemografi maupun perilaku individu dalam merawat diri—Self-Care Behaviour. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara tingkat kontrol glikemik pada penyandang DMT2 dengan karakteristik sosiodemografi dan perilaku self-care yang dimiliki. Metode: Studi ini menggunakan desain potong-lintang terhadap data sekunder yang dikumpulkan sebelumnya pada Kohor Penyakit Tidak Menular Bogor 2021. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner Self-Care Behaviour yang divalidasi dalam bahasa Indonesia, pengukuran kadar HbA1c serta karakteristik penyandang. Populasi studi adalah penyandang DMT2 di lima fasilitas kesehatan primer di Kota Bogor. Sampel dianalisis menggunakan uji Chi-Square dan perhitungan odds ratio. Hasil: Analisis dilakukan pada 237 responden, terdiri atas 90 responden kelompok usia lansia (38%) dan 147 dewasa (62%). Jenis kelamin responden didominasi perempuan sebanyak 171 responden (72,2%) dan 66 responden laki-laki (27,8%). Sebanyak 149 responden (62,9%) memiliki skor Self-Care Behaviour yang baik. Sejumlah 134 responden (56,6%) memiliki kadar HbA1c yang terkontrol. Empat dari tujuh komponen Self-Care Behaviour—pengetahuan, motivasi, dukungan, dan efikasi—berhubungan dengan kontrol glikemik (p<0,001). Efikasi menjadi prediktor kadar HbA1c terkontrol paling kuat (Odds ratio [OR]: 9,7; 95% Confidence Interval [CI] 5,27–17,67). Skor keseluruhan Self-Care Behaviour yang baik meningkatkan probabilitas kadar HbA1c terkontrol 9,1 kali (95% CI 4,94–16,7) dibanding skor kurang baik. Komponen komunikasi, sikap, dan pembiayaan tidak memiliki hubungan signifikan. Tingkat pendidikan dan riwayat DMT2 di keluarga berhubungan dengan tingkat keseluruhan Self-Care Behaviour dan dengan kontrol kadar HbA1c. Kesimpulan: Aspek perilaku self-care pada penyandang DMT2 mempunyai dampak substansial dan signifikan terhadap kontrol glikemik yang dimiliki penyandang.

Introduction: Type 2 diabetes mellitus (T2DM) affects 10.7 million individuals in Indonesia and ranks among the top three non-communicable diseases leading to death. Most of mortality result from complications initiated by inadequate glycemic control, associated with multifactorial aspects such as sociodemographic characteristics and individual self-care behaviour. This study aims to explore the relationship between glycemic control levels in individuals with T2DM and their sociodemographic characteristics and self-care behavior. Method: This study is a cross-sectional study utilizing previously collected secondary data from the Non-Communicable Disease Cohort in Bogor 2021 Data were collected using a validated Self-Care Behaviour questionnaire in Bahasa Indonesia, along with primary data of HbA1c levels and respondent socio-characteristics. The study population consisted of individuals with T2DM from five primary healthcare facilities in Bogor city. The samples were analyzed using Chi-Square test and risk calculation. Result: The research analysis included 237 respondents, consisting of 90 elderly (38%) and 147 adults respondents (62%). The respondents were predominantly female, with 171 respondents (72.2%) compared to 66 male respondants (27.8%). A total of 149 respondents (62.9%) exhibited good Self-Care Behaviour scores. Approximately 134 respondents (56.6%) maintained controlled HbA1c levels. Four out of seven Self-Care Behaviour components—knowledge, motivation, support, and efficacy—were associated with glycemic control (p<0.001). Efficacy identified as the most influential predictor for controlled HbA1c levels (odds ratio [OR]: 9.7, 95% Confidence Interval [CI] 5.27–17.67). An overall good Self-Care Behaviour score is associated with a 9.1-fold increased probability of achieving controlled HbA1c levels (95% CI 4.94–16.7) compared to group with poor score. Self-Care Behaviour components of communication, attitude, and financing were not signicifantly associated. Education level and a family history of T2DM were associated with overall Self-Care Behaviour and with HbA1c control."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gracia Jovita Kartiko
"Latar Belakang: Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit metabolik kronik progresif dengan sebagian besar populasi berada pada usia produktif. Di Indonesia, capaian kendali glikemik yang optimal hanya didapatkan pada 20-30% pasien. Hal ini meningkatkan risiko komplikasi muskuloskeletal seperti sarkopenia yang sudah mulai terjadi sejak usia 20 tahun. Vitamin D merupakan salah satu suplementasi nutrisi yang direkomendasikan dalam tata laksana sarkopenia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara vitamin D dengan sarkopenia pada populasi DM tipe 2 usia dewasa nongeriatri.
Metode: Penelitian potong lintang ini melibatkan populasi DM tipe 2 berusia 18-59 tahun yang berobat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, Indonesia pada bulan Januari 2021 sampai dengan April 2022. Dilakukan pengukuran massa otot dengan bioimpedance analysis (BIA), kekuatan genggam tangan, kecepatan berjalan, antropometri, serta kadar HbA1c dan vitamin D serum. Titik potong vitamin D ditentukan berdasarkan kurva receiver-operating characteristic (ROC).
Hasil: Dari 99 subjek, 38,4% mengalami sarkopenia, yang terdiri dari 94,7% possible sarcopenia dan 5,3% true sarcopenia. Kadar vitamin D di bawah 32 ng/mL didapatkan pada 78,9% kelompok sarkopenia. Berdasarkan analisis multivariat, prevalensi sarkopenia pada populasi DM tipe 2 dengan defisiensi vitamin D didapatkan 1,94 kali lebih tinggi (p=0,043) dibandingkan dengan populasi DM tipe 2 tanpa defisiensi vitamin D, setelah dilakukan penyesuaian dengan usia, jenis kelamin, HbA1c, dan obesitas.
Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara kadar vitamin D dengan sarkopenia pada populasi DM tipe 2 usia dewasa nongeriatri, setelah penyesuaian dengan faktor usia, jenis kelamin, HbA1c, dan obesitas.

Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is a chronic progressive metabolic disease with most of the population being at productive age. In Indonesia, optimal glycemic control is only achieved in 20-30% of patients which increases the risk of musculoskeletal complications such as sarcopenia. Sarcopenia has been known to develop since the age of 20. Vitamin D is one of the recommended nutritional supplementations in the management of sarcopenia.
Aim: We aimed to determine the association between serum vitamin D and sarcopenia in nongeriatric adults with T2DM.
Methods: This cross-sectional study involved 18-59 years old T2DM outpatients in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, Indonesia between January 2021 and April 2022. We performed muscle mass measurement using bioimpedance analysis (BIA), handgrip strength, gait speed, anthropometrics, as well as serum vitamin D and HbA1c levels. The cut-off Vitamin D level was determined using receiver-operating characteristic (ROC) curve.
Results: A total of 99 subjects were analyzed of which 38.4% had sarcopenia. The proportion of possible sarcopenia was 94.7% and true sarcopenia 5.3%. Vitamin D level below 32 ng/mL was found in 78.9% of the sarcopenia group. Based on multivariate analysis, the prevalence of sarcopenia in the T2DM population with vitamin D deficiency was found to be 1.94 times higher (p=0.043) compared to the T2DM population without vitamin D deficiency, after adjusting for age, sex, HbA1c, and obesity.
Conclusion: There is a significant relationship between vitamin D levels and sarcopenia in nongeriatric adults with T2DM, after adjusting for age, sex, HbA1c, and obesity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Dyah Purnamasari Sulistianingsih
"Latar Belakang. Terdapat dua hipotesis mengenai terjadinya diabetes melitus tipe 2 yaitu kegagalan sel beta pankreas dan resistensi insulin. Mengingat pengaruh faktor genetik pada kejadian DM tipe 2 maka diperkirakan resistensi insulin juga dipengaruhi faktor genetik. Sejauh ini data prevalensi resistensi insulin dan gambaran metabolik pads saudara kandung subyek DM tipe 2 di Indonesia belum ada.
Tujuan. Mendapatkan angka prevalensi resistensi insulin pada saudara kandung subyek dengan DM tipe 2 dan mendapatkan data profil metabolik (profil lipid, IMT, lingkar perut, konsentrasi asam urat darah), tekanan darah dan distribusinya pads seluruh saudara kandung subyek dengan DM tipe 2
Metodologi. Studi pendahuluan dan potong lintang dilakukan pada 30 saudara kandung subyek DM tipe 2 yang datang berobat di Poliklinik Metabolik dan Endokrinologi RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, untuk dilakukan wawancara, pemeriksaan fisik, konsentrasi insulin darah puasa, glukosa puasa, trigliserida, kolesterol HDL dan asam urat. Resistensi insulin ditentukan dari persentil 75 dari HOMA-IR.
Hasil. Nilai cut-off HOMA-IR pada penelitian ini sebesar 2,04. Frekuensi resistensi insulin pads saudara kandung subyek DM sebesar 26,67% dengan proporsi di tiap keluarga bervariasi dari 0-75%. Semua subyek dengan resistensi insulin memiliki obesitas sentral dan sebanyak 75% memiliki IMT > 25. Komponen metabolik yang paling banyak ditemukan adalah obesitas sentral (56,7%), menyusul hipertensi (46,7%), hipokolesterol HDL dan hipertrigliseridemia masing-masing 26,6%, dan hiperglikemia (20%).
Simpulan. Frekuensi resistensi insulin pada saudara kandung subyek DM tipe 2 sebesar 26,67% dengan proporsi yang bervariasi di setiap keluarga antara 0-75%. Komponen metabolik paling banyak ditemukan adalah obesitas sentral.

Backgrounds. There are two hypothesis in the pathogenesis of type 2 DM, beta cell failure and insulin resistance. As genetic background has significant role in type 2 DM cases, insulin resistance is also suspected to be influenced by genetic factor. Thus far, there are no insulin resistance prevalence data and metabolic abnormalities among siblings of subjects with type 2 DM available in Indonesia.
Objectives. To obtain prevalence figure of insulin resistance among siblings of subjects with type 2 DM and to obtain their metabolic abnormality profiles as measured by their BMI, waist circumference (WC), blood pressure, glucose intolerance, concentration of triglyceride, HDL cholesterol and uric acid.
Methods. Cross-sectional study is conducted to 30 siblings of subjects with type 2 DM who are still alive and agree to participate in this study. The subjects are interviewed, physically examined and go through laboratory examination (fasting plasma insulin, plasma glucose, serum triglyceride, HDL cholesterol and uric acid concentration). Insulin resistance is derived from 75 percentile of HOMA-IR.
Results. The HOMA-IR cut-off value found in this study is 2,04. The frequency of insulin resistance is 26,67% among siblings of subjects with type 2 DM within variation range of 0-75%. All of subjects with insulin resistance have central obesity. About 75% subjects with insulin resistance have BMI ? 25. The metabolic components which are frequently found in this study can be ranked as follows; central obesity (56,7%), hypertension (46,7%), hypocholesterol HDL (26,6%), hypertriglyceridemia (26,6%) and hyperglycemia (20%).
Conclusion. The frequency of insulin resistance is 26,67% among siblings of subjects with type 2 DM within variation range of 0-75%. Among the metabolic components found in this study, central obesity is the most frequent."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21416
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dwi Anggara
"Diabetes mellitus merupakan kelainan yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah.Tingginya kadar glukosa dapat menyebabkan proses penyembuhan luka menjadi lama. Selain dari itu, penderita diabetes pun dapat mengalami masalah psikososial akibat dari berbagai gangguan fisik yang dialaminya. Masalah psikososial yang sering terjadi yaitu, ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan merupakan salah satu masalah dalam kesehatan jiwa yang ada di masyarakat, seseorang merasa kurangnya pengendalian terhadap situasi, termasuk persepsi bahwa tindakan yang dilakukan tidak akan mempengaruhi hasil.
Tujuan penulisan ini untuk menggambarkan hasil analisis asuhan keperawatan pada klien diabetes mellitus tipe 2 dengan ketidakberdayaan. Metode yang dilakukan pada penulisan ini yaitu studi kasus. Intervensi keperawatan pada klien dengan ketidakberdayaan yaitu, latihan afirmasi positif. Teknik afirmasi positif ini terbukti dapat menurunkan tanda dan gejala ketidakberdayaan secara efektif pada pasien diabetes mellitus tipe 2.

Diabetes mellitus is a disorder characterized by an increase in blood glucose levels. High blood glucose levels can cause the wound healing process to be long. In addition, diabetics can also experience psychosocial problems resulting from various physical disturbances experienced. Psychosocial problems are often the case, powerlessness. Powerlessness is one of the problems in mental health that exist in society, one feels lack of control over the situation includes the perception that one 39 s actions do not significantly affect the outcome.
The purpose of this paper is to describe the results of analysis of nursing care on the client diabetes mellitus type 2 with powerlessness. The method used in this paper is case study. Nursing interventions on clients with powerlessness are positive affirmation exercises. This positive affirmation technique has been shown to reduce the signs and symptoms of helplessness effectively in patients with diabetes mellitus type 2.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Erinna Puspitaningtyas
"Obstructive Sleep Apnea OSA adalah gangguan di mana seseorang sering berhenti bernapas selama tidurnya. OSA ditandai oleh episode henti napas apnea minimal 10 detik/episode. Gejala OSA sering terjadi, namun sulit untuk dideteksi. Hal ini disebabkan OSA terjadi saat pasien tidur. Hal inilah yang menjadikan OSA penyebab terbesar morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. OSA terkait dengan beberapa penyakit, salah satunya adalah Diabetes Melitus DM. Kejadian OSA melalui hipoksemia intermitten dapat menyebabkan intoleransi glukosa, seperti DM tipe 2 dan prediabetes. OSA, DM, dan prediabetes diketahui memiliki faktor risiko bersama antara lain obesitas dan tekanan darah tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui model hubungan OSA, DM tipe 2, dan prediabetes secara simultan. Setelah model hubungan antar ketiganya diketahui, maka faktor-faktor risiko OSA, DM tipe 2, dan prediabetes secara bersamaan dapat diketahui. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan pemeriksaan langsung ke pasien OSA di RSCM. Metode sampling yang digunakan adalah non-probability sampling, yaitu purposive sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini didapat sebanyak 205 pasien. Metode Partial Least Squares PLS digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. PLS digunakan untuk memodelkan hubungan langsung maupun tidak langsung antara variabel laten dan variabel terukur secara simultan. Selain itu, PLS dipertimbangkan sebagai pendekatan soft modeling yang tidak mensyaratkan asumsi-asumsi yang kuat, seperti ukuran sampel, skala pengukuran, dan asumsi distribusi. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah OSA, DM tipe 2, dan prediabetes. Variabel independen dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, tekanan darah, obesitas, dan sleep hygiene. OSA dipengaruhi secara langsung oleh obesitas dan sleep hygiene. DM tipe 2 dipengaruhi secara langsung oleh prediabetes, dan dipengaruhi secara tidak langsung oleh jenis kelamin, usia, obesitas, dan OSA. Sedangkan prediabetes dipengaruhi secara langsung oleh jenis kelamin, usia, dan OSA, dan dipengaruhi secara tidak langsung oleh sleep hygiene. Prediabetes dapat dipengaruhi baik secara tidak langsung dan tidak langsung oleh obesitas melalui OSA.

Obstructive Sleep Apnea OSA is a disorder in which a person frequently stops breathing during his or her sleep. OSA is characterized by episodes of stop breathing apnea at least 10 seconds episode. Symptoms of OSA are common, but difficult to detect. This is because OSA occurs when patient sleeps. That is what causes OSA to be the biggest morbidity and mortality worldwide. OSA has been linked with several diseases, one of which is Diabetes Mellitus DM . Incidence of OSA through hypoxemia intermitten can cause glucose intolerance, such as Diabetes Mellitus type 2 and prediabetes. OSA, DM, and prediabetes are known to have shared risk factor such as obesity and high blood pressure. The purpose of this research is to know the relationship model of OSA, DM type 2, and prediabetes simultaneously. Once the relationship model is known, then the risk factors of OSA, DM type 2, and prediabetes can simultaneously be known. Data used in this research is primary data which obtained by direct examination to patients with OSA at RSCM. Sampling method used in this research is non probability sampling, such as purposive sampling. The number of samples in this research as many as 205 patients. Partial Least Squares PLS method is used to obtain the purpose of this research. PLS is used to modeling a direct and indirect relation between latent variables and manifest variables simultaneously. Moreover, PLS has been considered as soft modeling approach because PLS does not require strong assumptions, such as sample size, measurement scale, and distribusions. OSA, DM type 2, and prediabetes are dependent variables. Independent variables are gender, age, blood pressure, obesity, and sleep hygiene. OSA is directly affected by obesity and sleep hygiene. DM type 2 is directly affected by prediabetes, and indirectly affected by gender, age, obesity, and OSA. Gender, age, and OSA have direct effect to prediabetes, meanwhile sleep hygiene has indirect effect to prediabetes. Obesity has direct and indirect effect to prediabetes, through OSA. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Yenny Rotua Lucyana
"ABSTRAK
Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Penerapan GayaHidup Sehat Diabetes Pada Penderita DM tipe 2 di KotaPematangsiantar Tahun 2017Penyakit Diabetes Mellitus DM menjadi salah satu masalah kesehatan yangbesar di dunia, termasuk di Indonesia. Prevalensi DM tipe 2 mengalamipeningkatan di Kota Pematangsiantar akibat dari perubahan gaya hidup. Tujuanpenelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan denganpenerapan gaya hidup sehat penderita DM tipe 2. Desain penelitian yangdigunakan adalah Cross Sectional, jumlah sampel 124 responden diambil denganmenggunakan Cluster Sampling. Analisis data menggunakan Uji Chi Square danregresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antarapersepsi hambatan, efikasi diri, pengetahuan, dukungan keluarga, dan jeniskelamin dengan penerapan gaya hidup sehat DM Faktor-faktor yang palingdominan berhubungan dengan penerapan gaya hidup sehat adalah efikasi diri OR=8,378 dan dukungan keluarga OR=2,626 . Responden yang memilikiefikasi diri yang tinggi akan berpeluang 8 kali lebih besar melakukan penerapangaya hidup sehat, dan responden yang mendapat dukungan keluarga yang tinggiberpeluang 3 kali lebih besar melakukan penerapan gaya hidup sehat.Rekomendasi dari penelitian ini agar dilakukan upaya peningkatan efikasi diridengan pemberian edukasi pada penderita DM dengan melibatkan peran sertakeluarga penderita.Kata kunci : Diabetes melitus, Penerapan gaya hidup sehat, Persepsi Individu,Efikasi Diri, Pengetahuan, Dukungan Keluarga.

ABSTRACT
Factors Related to Application of Healthy Lifestyle of Type 2Diabetes Mellitus in Pematangsiantar 2017Diabetes Mellitus DM has become one of the major health problems inIndonesia as well as in many other countries. The prevalence of Type 2 DiabetesMellitus T2DM has increased in Pematangsiantar as result of lyfestyle change.This research aimed to analyze the factors related to application of healthylyfestyle of T2DM patient. This research rsquo s design used was Cross Sectional, thesample of 124 respondents was taken by Cluster Sampling. Data analysis usingChi Square Test and multiple logistic regression. The results show there is arelationship between perception of barriers, self efficacy, knowledge, familysupport, and gender with the application of healthy lifestyle. The most dominantfactors related to the application of healthy lifestyle are self efficacy OR 8,378 and family support OR 2,626 . Respondents who have high self efficacywill have 8 times greater chance of implementing a healthy lifestyle, andrespondents who have high family support have 3 times greater chance ofimplementing a healthy lifestyle. The recommendation of this research is to makeefforts to increase self efficacy by giving education to T2DM patient by involvingpatient 39 s family participation.Key Word T2DM application of healthy lifestyle Individual perceptions knowledge cues to action"
2017
T47585
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>