Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180126 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Mulki Mulyadi Noor
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa latar belakang terjadinya kerusuhan tak berdarah di tanah partikelir Batu Ceper pada tanggal 4 Juni 1934 yang disebabkan oleh penolakan petani untuk menyerahkan padi miliknya kepada juru sita. Konflik ini kemudian berlanjut hingga ke landraad Tangerang tanggal 18 Juni 1934. Selain itu penelitian ini juga menjelaskan keterlibatan organisasi pergerakan sosial bernama Tirtajasa yang berjuang membela kepentingan petani di tanah partikelir. serta media massa yang digunakan oleh organisasi ini untuk membentuk opini di masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan menggunakan sumber-sumber primer maupun sekunder yang berkaitan dengan insiden yang terjadi. Dengan menggunakan teori Collective Action Charless Tilly, penelitian ini menitikberatkan pada peran pergerakan nasional pada masa kolonial dalam usaha-usahanya mensejahterakan petani di tanah partikelir. Sebelum kerusuhan terjadi diketahui bahwa Tirtajasa masuk ke tanah partikelir untuk memberi pencerahan dan penyadaran hukum kepada para petani, sehingga mereka sadar hak dan kewajibannya. Propaganda Tirtajasa ini kemudian mendapatkan sambutan hangat di Batu Ceper dan sekitarnya, sehingga ketika kerusuhan tersebut terjadi para petani meminta bantuan hukum kepada Tirtajasa untuk membela mereka dalam pengadilan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan orientasi ekonomi antara tuan tanah Cina dan petani menyebabkan ketimpangan sosial dan ekonomi di Tangerang dimana tuan tanah mengeruk hasil pajak secara kaku saat kondisi ekonomi petani semakin terpuruk. Karena itu akumulasi dari rasa ketidakpuasan tersebut memunculkan rasa permusuhan yang dapat meledak sewaktu-waktu. Dalam penelitian ini terlihat bahwa organisasi pergerakan nasional mendapatkan keuntungan dari dukungan para petani yang memiliki kepentingan untuk melepaskan diri dari ekploitasi tuan tanah.
Sementara itu pembelaan dari tokoh pergerakan nasional juga mendorong pemerintah untuk segera membeli tanah partikelir Batu Ceper. Secara umum, pembelian ini terbukti merubah kehidupan masyarakat yang dihidup di tanah partikelir, karena dengan begitu perbaikan sarana infrastruktur, kesehatan dan pendidikan dapat dilakukan secara lebih baik oleh Gubernemen dibandingkan oleh tuan tanah. Selain itu keterlibatan kalangan nasionalis di dalam tanah partikelir menambah rasa anti-cina yang telah meruncing pada awal abad ke-20.

This study analyze the conflict between peasants and landlord in Batu Ceper which culminated in the occurrence of bloodless riots on June 4, 1934 in the form of peasant refusal to hand over their grain to bailiffs which ignited the emotions of other peasants. This case then continued to the Tangerang court on June 18, 1934. This study explained the involvement of a social movement called Tirtajasa which struggled to defend the interests of peasant in private lands and also analyzed the presence of mass media in spreading opinions in the community.
This study uses historical methods using primary and secondary sources related to the incident. By using the theory of Collective Action by Charless Tilly, this study focuses on the role of the national movement in the colonial period and its efforts to prosper indigenous people, especially peasants in private lands who sometimes feel dissatisfied with the oppressive system. Before the turmoil began, it was discovered that Tirtajasa Organization had entered private land to provide legal enlightenment and awareness to peasants about their rights and obligations. The Tirtajasa propaganda then received raves from Batu Ceper inhabitants and even invoked Tirtajasa to defend their right in the court.
The results showed that differences in economic orientation between Chinese landlords and peasants caused social and economic inequality in Tangerang where landlords dredged tax revenues rigidly as peasant’s economic conditions deteriorated. Therefore the accumulation of dissatisfaction raises hostility that can explode at any time. In this study it can be seen that the national movement organization had benefited from the support of peasants who have an interest in escaping the exploitation of landlords.
Meanwhile the defense of the national movement leaders also encouraged the government to immediately buy the Batu Ceper private land. This defense led to an accelerated purchase of Batu Ceper private land by the Government. Therefore, this purchase is proven to change the lives of people who live on private land, because the improvement of infrastructure, health and education facilities can be done better by the Colonial Government. In addition, the involvement of nationalists (anti-colonialism) in private land adds to the feeling of anti-chinese that had been tapering in the early 20th century.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T51817
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Oktarinda
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1991
S6660
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nung Katjasungkana
"Skripsi ini membahas penjelasan buruh terhadap kemiskinan dan tindakan mereka menghadapinya, Permasalahan ini berangkat dari kenyataan adanya ketimpangan dan kemiskinan dalam masyarakat. Dimensi kesadaran dipilih karena masih jarangnya studi mengenainya. Buruh dipilih sebagai subyek studi karena kurangnya studi mengenai buruh di satu pihak, dan di lain pihak, jumlah mereka yang terus meningkat serta arti penting keberadaan mereka mereka secara sosial maupun politik yang juga semakin meningkat. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa buruh menyadari kemiskinannya dan mereka menggunakan beberapa jenis penjelasan mengenai sebab-sebabnya. Terhadap kemiskinan secara umum buruh menganggapnya bersifat alamiah, dalam arti Tuhan-lah yang menciptakan adanya orang kaya dan orang miskin. Akan tetapi kemiskinan yang mereka alami tidak mereka anggap sebagai kehendak Tuhan, melainkan mereka anggap berasal dari dari tindakan majikan yang tidak membayar upah dengan layak karena sikap majikan yang mementingkan diri sendiri. Mereka juga menganggap pemerintah berperan-serta dalam membuat buruh tetap miskin karena pemerintah membiarkan majikan melanggar peraturan peraturan perburuhan. Tindakan mereka umumnya berorientasi pribadi. Lembur dilakukan untuk mendapatkan upah yang lebih banyak. Pengeluaran ditekan serendah mungkin agar bisa menabung. Menabung dilakukan dengan tujuan untuk memupuk modal usaha sendiri. Tindakan kolektif yang ada ialah arisan, yakni suatu sarana menabung bersama. Ini juga dengan bayangan untuk memupuk modal usaha. Tindakan lain ialah membentuk perkumpulan buruh pra serikat buruh. Penjelasan dan tindakan tersebut menunjukkan bahwa di kalangan buruh tidak terjadi hegemoni gagasan dari kelompok sosial dominan. Kesadaran buruh terpecah-pecah, tidak konsisten, satu sama lain secara logis bertentangan. Suatu hal yang dikemukakan oleh teori guasi-hegemoni."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syukri
"Status gizi adalah masalah dan indikator kesehatan masyarakat. Salah satu masalah gizi utama di Indonesia adalah Anemia Defisiensi Besi. Prevalensi anemia pada anak usia sekolah (5 - 14 tahun) adalah 28,3% (SKRT,2001). Kelompok ini merupakan salah satu kelompok rentan karena sedang rnengalami proses tumbuh kembang fisik dan psikososial yang pesat sementara di sisi lain penanggulangan apalagi pencegahannya belum menjadi program prioritas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran/situasi status anemia dan hubungannya dengan beberapa faktor, yaitu karakteristik anak, faktor keluarga dan faktor lain pada anak SD kelas 2 di Kecamatan Batu Ceper dan Neglasari Kota Tangerang. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan studi analitik dan disain kasus kontrol tidak berpadanan.
Sampel untuk kasus adalah anak yang menderita anemia dan sampel untuk kontrol adalah anak yang tidak menderita anemia, dan kedua kelompok sampel tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit kronis. Jumlah sampel untuk kedua kelompok adalah sauna, yaitu 150 anak.
Data yang digunakan adalah data sekunder dan primer. Data sekunder adalah data tentang kadar Hb yang telah diambil. oleh Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Tangerang, sedangkan data primer adalah data-data lain. Variabel dependen adalah status anemia dan variabel independen adalah karaktristik anak (jenis kelamin), faktor keluarga (pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, pendidikan ayah, pendidikan ibu, jumlahlbesar keluarga), dan faktor lain (faktor peningkat absorbsi Fe, faktor penghambat absorbsi Fe, kebiasaan sarapan, kebiasaan cuci tangan, kebiasaan jajan, riwayat kecacingan, kebiasaan minum obat cacing) Analisis data dengan chi square, dan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Hb rata-rata pada kelompok kasus adalah 10,30 gr%, sedangkan kelompok kontrol adalah 12,89 gr%. Prosentase anak perempuan dan anak laki-laki pada kelompok kasus, masing-masing 60,0% dan 40,0%. Uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna (p > 0,05) antara status anemia dengan pekerjaan ayah (p = 0,101), jumlahlbesar keluarga (p = 0,363), dan kebiasaan jajan (p = 0,212). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan bermakna (p < 0,05) antara status anemia dengan jenis kelamin (p = 0,001), pekerjaan ibu (p = 0,004), pendidikan ayah (p = 0,006), pendidikan ibu (p = 0,00), konsumsi faktor peningkat absorbsi Fe (p = 0,00), faktor penghambat absorbsi Fe (p = 0,003), kebiasaan sarapan (p = 0,030), kebiasaan cuci tangan (p = 0,027), riwayat kecacingan (p = 0,005) dan kebiasaan minuet that casing (p = 0,005). Hasil analisis dengan regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan adalah pendidikan ibu (p = 0,0026, OR = 6,6084).
Status anemia berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan faktor-faktor: jenis kelamin, pekerjaan ibu, pendidikan orangtua, peningkat dan penghambat absorbsi Fe, kebiasaan sarapan, kebiasaan cuci tangan, riwayat kecacingan dan kebiasaan minum obat cacing. Untuk itu orang tua, sekolah, masyarakat dan pemerintah perlu melakukan upaya penanggulangan dan pencegahan anemia pada anak sekolah sesuai kompetensi masing-masing.

Anemia Status And Factors Which Deal With 2"D Grade Elementary School Child In Batu Ceper And Neglasari Sub District, Tangerang Town In The Year 2003/2004Nutrition status is public health problem and indicator One of the main problems in Indonesia is Ferrum Deficiency Anemia. Anemia prevalence child on school age (5 - 14 years) is 28,3% (SKRT, 2001). This group is one of the vulnerable groups because experiencing the fast physical and psychosocial growth, meanwhile on the other side the overcome even the prevention not yet becomes a priority program.
This research aim is to know the condition of anemia status and relation with some factors, which are child characteristic, family factor, and other factor on 2"d grade elementary school children in Batu Ceper and Neglasari sub district town of Tangerang. This is a quantitative research with analytic study approach and case control design not matching.
Sample for the case is child with anemia and sample for the control is child without anemia, and these two sample groups never or not suffering chronic disease Total sample from both groups are the same, which are 150 children.
Data which is used is secondary and primary data. Secondary data is data about Hb rate which has been taken by District Health Laboratory (Labkesda) Town of Tangerang, while primary data is the other data. Dependen variable is anemia status and independent variable is child characteristic (gender), family factor (father occupation, mother occupation, father education, mother education, family size), and other factor (abortion improvement factor, abortion resist factor, breakfast habit, hand wash habit, snacked habit, wormy history, wormy medicine drink history). Data analysis is done with chi square and logistic regression.
Research result showing that average Hb rate in case group is 10,30 gr%, while control group is 12,89 gr%. Girl and boy percentage in case group is 60% and 40%_ Statistic test showing that there's no significant relation (p > 0,05) between anemia status with father occupation (p = 0,1010), family size (p 0,363), and snacked habit (p = 0,212). Statistic result test showing that there's a significant relation (p < 0,05) between anemia status with gender (p = 0,001), mother occupation (p = 0,004), father education (p = 0,006), mother education (0,00), abortion improvement (p = 0,00), abortion resist (p = 0,003), breakfast habit (p = 0,030), hand wash habit (p = 0,027), wormy history (p = 0,005), wormy medicine drink habit (p = 0,005)_ Analysis result with logistic regression showing that the most dominant variable is mother education (p = 0,0026, OR = 6,6084).
Anemia status is related direct and indirect with factors: gender, mother occupation, father education, mother education, abortion improvement factor, abortion resist factor, breakfast habit, hand wash habit, wormy history, and wormy medicine drink history. That for parents, school, public, and government needs to overcome and prevent anemia in school children according to their own competence.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doffie Fahlevi Sanjaya
"Tesis ini membahas hasil penelitian tentang peran Polsek Batuceper dalam pencegahan konflik sosial akibat penyalahgunaan lahan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang bersumber dari data primer dan sekunder dengan metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, pengamatan terlibat dan wawancara atau interview. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyebab terjadinya konflik antara warga masyarakat dengan pihak STKIP Arastamar adalah penyalahgunaan lahan yang dilakukan oleh STKIP Arastamar, sehingga melanggar ketentuan peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang. Dalam mencegah terjadinya konflik sosial antara warga masyarakat dengan STKIP Arastamar, Polsek Batuceper telah melakukan beberapa upaya diantaranya memfasilitasi dan memediasi tuntutan dari warga bahkan mendesak pihak Walikota Tangerang untuk mengeluarkan keputusan penutupan dan penyegalan STKIP Arastamar. Setelah didapat kepastian penutupan dan penyegelan STKIP Arastamar, Polsek Batuceper melakukan kegiatan pengamanan eksekusi penutupan dan penyegelan STKIP Arastamar tersebut yang dilakukan oleh Satpol PP dari Pemerintah Kota Tangerang. Dalam melakukan pencegahan terjadinya konflik tersebut, Polsek Batuceper menemui beberapa kendala, diantaranya: (1) Tidak tegasnya Pemerintah Kota Tangerang; (2) Tingkat kesadaran hukum pimpinan STKIP Arastamar masih rendah; (3) Faktor Kemanusiaan; (4) Faktor kewenangan; (5) Kurang Kooperatifnya pihak STKIP Arastamar; dan (6) Kepekaan dan pemahaman kritis pimpinan.

This thesis discusses the results of research on the role of Polsek Batuceper in the prevention social conflict stemming from abuses of land. This research was conducted with qualitative approach, sourced from the primary and secondary data by the method of data collection is carried out by means of observation, involved observation and an interview. The results showed that the cause of the conflict between the residents of the community with STKIP Arastamar is caused the abuse of land by STKIP Arastamar, thus violating the provisions of local regulations on Spatial Planning Tangerang City. To prevent social conflicts between citizens with STKIP Arastamar, polsek Batu Ceper has made several attempts such as facilitate and mediate demands from citizens even urged the Tangerang Mayor to issue a decision to close and sealing STKIP Arastamar. Having obtained the certainty of closing and sealing STKIP Arastamar, Polsek Batu Ceper conduct security activities execution closure and sealing of the STKIP Arastamar conducted by the municipal police of Tangerang City Government. In conduct prevention the occurrence of the conflict, Polsek Batuceper find obstacles, of them: (1) Not assertive goverment Tangerang City; (2) The level of legal awareness STKIP Arastamar leader is still low; (3) human factors; (4) factor of authority; (5) Less cooperatif of STKIP arastamar; and (6) Sensitivity and critical understanding of leadership.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mufli Hazimah
"

Tingginya angka kecelakaan kerja di sektor konstruksi setiap tahun disebabkan oleh komitmen dari perusahaan terhadap aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang belum optimal. Komitmen tersebut dapat dilihat dari partisipasi pekerja dalam mengikuti program K3 di perusahaan salah satunya Toolbox meeting. Toolbox meeting merupakan bentuk brief sebelum bekerja yang membahas teknis pekerjaan serta bahaya dan risiko apa yang akan ditemukan pekerja saat nanti bekerja. Partisipasi pekerja dalam mengikuti toolbox meeting di Proyek Pembangunan Jalan Tol Cengkareng-Batu Ceper- Kunciran masih rendah. Pekerja yang tidak mengikuti toolbox meeting dapat mempengaruhi angka kecelakaan kerja.

Untuk mengukut tingkat komitmen dari sisi partisipasi tim lapangan terhadap pelaksanaan toolbox meeting tersebut dilihat dari analisis pekerjaan yang dilakukan pekerja, perilaku organisasi serta perkembangan karir pekerja. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain studi deskriptif dengan metode analisis kualitatif. Hasil penelitian didapatkan dengan mewawancarai 4 informan melalui observasi lapangan dan telaah dokumen perusahaan menunjukkan bahwa komitmen dari sisi partisipasi tim lapangan terhadap pelaksanaan toolbox meeting tergolong rendah. Penyebab rendahnya komitmen tersebut disebabkan bahwa aspek K3 belum dapat dipahami oleh pekerja secara merata sehingga mempengaruhi analisis pekerja dalam bekerja, perilaku organisasi dan pemberian penghargaan dan pengakuan. Untuk dapat meningkatkan komitmen tersebut perlu upaya dalam meningkatkan pemahaman serta pengawasan dalam melaksanakan toolbox meeting dari perusahaan.


The high number of occupational accidents in the construction sector is caused by the companys commitment to Occupational Safety and Health (K3) which is not yet optimal. This commitment can be seen from the participation of workers in participating K3 programs at the company, one of the program is Toolbox Meeting. The Toolbox Meeting is a form of brief before work that discusses the technical work and the hazards and risks of what workers will find at work. Workers participation in the toolbox meeting at the Cengkareng-Batu Ceper-Kunciran Toll Road Construction Project is still low. Workers who do not follow the toolbox meeting can affect the number of workplace accidents.

To measure the level of commitment in terms of field team participation in the implementation of the toolbox meeting, it was seen from the analysis of work from workers, organizational behavior and career development of workers. The study design used was a descriptive study design with qualitative analysis methods. The results showed that commitment from the field teams participation in the implementation of the meeting toolbox was low. Low commitment caused by Occupational Health and Safety aspects cannot yet be understood by workers evenly, which influences the analysis of workers in work, organizational behavior and reward & recognition. To increase this commitment, need efforts to increase workers knowledge and monitoring in implementing the toolbox meeting of the company.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ucu Kuspriyadi
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25643
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Nur Ramdhaniah
"Artikel ini membahas tentang dinamika Perhimpunan Tirtajasa sebagai perkumpulan etnis Banten di Bandung 1928 hingga 1935, dalam upayanya meningkatkan kehidupan ekonomi dan pendidikan masyarakat Banten. Kajian tentang Perhimpunan Tirtajasa masih jarang ditemukan. Kajian-kajian sebelumnya hanya sedikit menyinggung pembentukan Perhimpunan Tirtajasa dan aktivitasnya di bidang sosial dan pendidikan, tetapi belum secara utuh membahas perihal proses pembentukan Perhimpunan Tirtajasa. Perhimpunan Tirtajasa terbentuk melalui hasil reorganisasi Paguyubann Kabeningan Hate pada tahun 1928. Faktor pendorong pembentukan Perhimpunan Tirtajasa adalah kondisi ekonomi dan pendidikan masyarakat Banten yang terbelakang, serta kegiatan Pagoejoeban Pasoendan yang belum berdampak bagi masyarakat Banten. Terdapat dinamika pada perjalanan Perhimpunan Tirtajasa mewujudkan tujuan-tujuannya, seperti munculnya polemik atas pembentukan Perhimpunan Tirtajasa oleh etnis Sunda berinisial Kawe. Pada tahun ketiganya, terjadi perluasan kegiatan perhimpunan melalui pendirian cabang di Jakarta, Serang, Bandung, Menes, dan Tangerang. Penelitian ini menunjukan bahwa kegiatan Perhimpunan Tirtajasa berdampak bagi kondisi ekonomi dan pendidikan masyarakat di Banten melalui pendirian koperasi Tirtajasa dan Hollands Inlands School (HIS) Met de Koran Tirtajasa di berbagai wilayah di Banten. Artikel ini ditulis menggunakan Metode Sejarah dengan data berupa koran sezaman, koleksi foto, buku, disertasi, dan artikel.

The article describes the dynamics of the Tirtajasa Association as a Banten ethnic association in Bandung from 1928 to 1935. In the article, the Banten people discuss its efforts to improve their economic life and education. Research on the Tirtajasa Association is still scarce. Previous studies have focused only on the formation of Tirtajasa Association and its social and educational activities. The Tirtajasa Association formation process has not yet been fully discussed. Tirtajasa Association was formed in 1928 as the result of the reorganization of the Kabeningan Hate Association. Tirtajasa Association was formed because of the backward economic and educational conditions of Banten. Moreover, there was no impact on Banten's people from the Pagoejoeban Pasoendan activities. In its journey to achieve its goals, the Tirtajasa Association has dynamics. In this case, there has been a polemic over formation of the Tirtajasa Association by Sundanese with Kawe initials. The association's activities expanded by establishing branches in Jakarta, Serang, Bandung, Menes, and Tangerang in its third year. As shown by this study, Tirtajasa Association's activities have a positive impact on the economic conditions and education of people in Banten through their cooperative and the Hollandsch Inlandsche School (HIS) Met de Koran Tirtajasa. The article was written using historical sources, including newspapers, photos, books, dissertations, and articles, using the Historical Method."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Sakti Bandini
"Tesis ini membahas kaitan antara ideologi teks yang ada di dua novel karya Liem Khing Hoo, Berjuang 1934 dan Merah 1937 , dengan situasi sosial, ekonomi, dan politik yang melingkupinya. Ideologi teks yang terdapat dalam dua karya tersebut berkenaan dengan komunisme dan konstruksi sosial masa kolonial. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu sosiologi sastra dan pascakolonial. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa kedua teks ini menolak tujuan politik yang dibawa oleh komunisme, yaitu menghancurkan sistem kolonial. Akan tetapi dalam Berjuang sistem ekonomi yang digagas oleh komunis, yaitu kepemilikan bersama, disetujui sehingga membentuk masyarakat tanpa kelas. Kedua teks ternyata melanggengkan konstruksi sosial yang membedakan kelas berdasarkan ras. Hal ini terlihat dari penggambaran Eropa yang selalu menempati posisi paling tinggi, serta ketiadaan interaksi antara Tionghoa peranakan dan pribumi.

This thesis examines the intercourse between the textual ideology with the surrounding social, economic, and political situation found in two novels by Liem Khing Hoo, Berjuang 1934 and Merah 1937 . The textual ideology contained in the two works relates to communism and social construction of the colonial period. The textual research uses two approaches, sociology of literature and postcolonialism. The result of this study shows that these two texts rejected the political objectives brought by communism to destruct the colonial system. However, Berjuang welcomed the idea of joint ownership as to form a classless society, which is the economic system initiated by the communists. In the other hands, both texts evidently perpetuate social constructs that distinguish classes based on race. This narration is depicted with the positional construction that always puts Europe at the top and the lack of interaction between the Chinese Peranakan with the indigenous people.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T49586
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>