Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154938 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eddy Rosfiati
"Menghadapi tindakan diagnostik coronary angiography dan kemungkinan diintervensi lanjut dengan PCI, pasien APS sering cemas, merasa tidak nyaman karena stres. Cemas dan tidak nyaman sebagai respon fisiologis dan psikologis tubuh, terlihat juga pada perubahan tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pijat punggung terhadap tingkat kecemasan dan kenyamanan serta dampaknya pada tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu sebelum tindakan coronary angiography. Penelitian ini menggunakan desain equivalent pretest-posttest with control group quasi experiment, dengan pemilihan sampel probability simple random sampling sejumlah 30 responden. Data kecemasan dan kenyamanan dikumpulkan menggunakan kuesioner berskala 0–10, pengukuran tekanan darah dan jumlah denyut nadi menggunakan tensimeter digital dan suhu menggunakan termometer digital dengan baterai. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan sesudah pijat punggung pada tingkat kecemasan, tingkat kenyamanan, tekanan darah diastolik, nadi, respirasi, dan suhu (p= 0,002; 0,0001; 0,016; 0,0001; 0,005; 0,052). Pijat punggung dapat digunakan untuk mengurangi stres psikologis (kecemasan) dan meningkatkan kenyamanan pasien sebelum tindakan coronary angiography. Rekomendasi ditujukan kepada manajemen ruangan untuk mengaplikasikan pijat punggung sebagai bagian dari SPO angiography.

Dealing with coronary angiography diagnostic procedures and the possibility of being intervene with PCI, SAP patients are often anxious, feel uncomfortable due to stress. Anxiety and discomfort are physiological and psychological response, which can be noticed on the change in blood pressure status, pulse, respiration and body temperature. This research was conducted with the main objective to identify the effect of back rub on the level of patient anxiety and comfort before coronary angiography procedure. Design used in this research was an equivalent pretest-posttest with control group quasi experiment. Research was conducted using probability simple random sampling; with 30 respondents participated. A questionnaire was used for data collecting of anxiety level with 0–10 scale, digital sphygmomanometer was used for measuring blood pressure and pulse rate, and digital battery powered thermometer was used for measuring body temperature. The results showed differences after back-rub were found in anxiety, comfort, diastolic BP, pulse, respiration, and temperature (p= 0,002; 0,0001; 0,016; 0,0001; 0,005; 0,052). Based on the findings, it can be concluded that back-rub can be applied to reduce patient psychological stress (anxiety) and increase comfort before coronary angiography procedure. A recommendation is directed to the management of the ward to apply back-rub as a part of SOP of Angiography Procedure."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
610 UI-JKI 18:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Rosfiati
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
610 JKI 18:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Eddy Rosfiati
"Dealing with coronary angiography diagnostic procedures and the possibility of being intervene with PCI, SAP patients are often anxious, feel uncomfortable due to stress. Anxiety and discomfort are physiological and psychological response, which can be noticed on the change in blood pressure status, pulse, respiration and body temperature. This research was conducted with the main objective to identify the effect of back-rub on the level of patient?s anxiety and comfort before coronary angiography procedure.
Design used in this research was an equivalent pretest-posttest with control group quasi experiment. Research was conducted using a probability simple random sampling; with 30 respondents participated. A questionnaire was used for data collecting of anxiety level with 0-10 scale, digital sphygmomanometer was used for measuring blood pressure and number of pulse, and digital battery powered thermometer was used for measuring body temperature.
Research finding showed that before back-rub a difference is found in anxiety level (p value 0.048). After back-rub differences are found in anxiety level (p value 0.002, comfort level (p value 0.0001), diastole BP (0.016), pulse (p value 0.0001), respiration (p value 0.005) and temperature (p value 0.052). Before back-rub, no differences are found in comfort level, systole BP, pulse, respiration and temperature and after back-rub no differences in systole BP between intervened and controlled group.
Based on the findings, it can be concluded that back-rub can be applied to reduce patient?s psychological stress (anxiety) and increase comfort before coronary angiography procedure. A recommendation is directed to the management of the ward to apply back-rub as a part of SOP of Angio Procedure.

Menghadapi tindakan diagnostik coronary angiography dan kemungkinan di intervensi lanjut dengan PCI, pasien APS sering cemas, merasa tidak nyaman karena stress. Cemas dan tidak nyaman sebagai respon fisiologis dan psikologis tubuh, terlihat juga pada perubahan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh back-rub terhadap tingkat kecemasan dan kenyamanan serta dampaknya pada TD, nadi, respirasi dan suhu sebelum tindakan coronary angiography.
Desain penelitian ini adalah equivalent pretestposttest with control group quasi experiment. Pemilihan sampel dengan probability simple random sampling, didapat 30 responden. Data kecemasan dan kenyamanan dikumpulkan menggunakan kuesioner berskala 0-10, pengukuran tekanan darah dan jumlah denyut nadi menggunakan tensimeter digital dan suhu menggunakan termometer digital dengan batere.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan tingkat kecemasan (p value 0.048) sebelum back-rub. Sesudah backrub perbedaan pada tingkat kecemasan (p value 0.002), tingkat kenyamanan ( p value 0,0001), tekanan darah diastole(p value 0,016), nadi (p value 0.0001), respirasi (p value 0,005) dan suhu (p value 0,052). Tidak ada perbedaan sebelum back-rub pada tingkat kenyamanan, tekanan darah systole, nadi, respirasi, suhu dan sesudah back-rub pada tekanan darah systole antara kelompok intervensi dan kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka back-rub dapat digunakan untuk mengurangi stress psikologis (kecemasan) dan meningkatkan kenyamanan pasien sebelum tindakan coronary angiography. Rekomendasi ditujukan kepada manajemen ruangan untuk mengaplikasikan back-rub sebagai bagian dari SPO Angiography.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T38255
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Wahyuni
"acute coronary syndrome (ACS) with complex coronary lesion and the increasing needs of coronary artery bypass grafting (CABG) procedures, there is an increasing need for a tool to perform early stratification in high-risk patients, which can be used in daily clinical practice, even at first-line health care facilities setting in Indonesia. It is expected that early stratification of high-risk patients can reduce morbidity and mortality rate in patients with ACS. This study aimed to identify diagnostic accuracy of platelet/lymphocyte ratio (PLR) and the optimum cut-off point of PLR as a screening tool for identifying a complex coronary lesion in patients ?45 and >45 years old. Methods: this was a retrospective cross-sectional study, conducted at the ICCU of Cipto Mangunkusumo Hospital. Data was obtained from medical records of adult patients with ACS who underwent coronary angiography between January 2012 - July 2015. The inclusion criteria were adult ACS patients (aged ?18 years old), diagnosed with ACS and underwent coronary angiography during hospitalization. Diagnostic accuracy was determined by calculating sensitivity, specificity, positive likelihood ratio (LR+), and negative likelihood ratio (LR-). The cut-off point was determined using ROC curve. Results: the proportion of ACS patients with complex coronary lesion in our study was 47.2%. The optimum cut-off point in patients aged ?45 years was 111.06 with sensitivity, specificity, LR+ and LR of 91.3%, 91.9%, 11.27 and 0.09, respectively. The optimum cut-off points in patients aged >45 years was 104.78 with sensitivity, specificity, LR+ and LR of 91.7%, 58.6%, 2.21 and 0.14, respectively. Conclusion: the optimum cut-off point for PLR in patients aged ? 45 years is 111.06 and for patients with age >45 years is 104.78 with diagnostic accuracy, represented by AUC of 93.9% (p<0.001) and 77.3% (p<0.001), respectively for both age groups.

Latar belakang: dengan meningkatnya angka kejadian Sindroma Koroner Akut (SKA) dengan lesi koroner kompleks dan meningkatnya kebutuhan Coronary Artery Bypass Grafting (CABG), maka diperlukan metode stratifikasi dini pasien risiko tinggi yang dapat digunakan pada praktis klinis sehari-hari, termasuk fasilitas kesehatan lini pertama sekalipun di Indonesia. Dengan melakukan stratifikasi pasien risiko tinggi, diharapkan dapat menurunkan angka morbiditas dan kematian pada kasus SKA. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui akurasi diagnostik dan nilai titik potong platelet/lymphocyte ratio (PLR) sebagai penapis lesi koroner kompleks pada pasien kelompok usia ≤45 dan >45 tahun. Metode: sebuah studi potong lintang retrospektif dilakukan di Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Data diambil dari rekam medis pasien SKA dewasa dan menjalani angiografi koroner dari Januari 2012 – Juli 2015. Kriteria inklusi adalah pasien dewasa (usia ≥18 tahun) dengan diagnosis SKA dan menjalani angiografi koroner pada saat perawatan. Akurasi diagnositik dinilai dengan menghitung sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif dan nilai duga negatif. Nilai titik potong ditentukan menggunakan kurva receiver operating characteristic (ROC). Hasil: proporsi pasien SKA dengan lesi koroner kompleks adalah 47,2%. Nilai titik potong optimal pada pasien usia ≤45 tahun adalah 111,06 dengan sensivitas 91,3%, spesifisitas 91,9%, nilai duga positif 11,27 dan nilai duga negatif 0,09. Pada kelompok usia >45 tahun, nilai titik potong optimal berada pada angka 104,78 dengan nilai sensivitas 91,7%, spesifisitas 58,6%, nilai duga positif 2,21 dan nilai duga negatif 0,14. Kesimpulan: nilai titik potong PLR optimal pada kelompok usia ≤45 adalah 111,06 dan pada kelompok usia >45 tahun adalah 104,78 dengan akurasi diagnositik masing–masing Area Under the Curve (AUC) 93,9% (p <0,001) dan AUC 77,3% (p <0,001)"
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2018
610 UI-IJIM 50:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Deka Hardiyan
"ABSTRAK
Kecemasan merupakan masalah yang sering dialami pasien sebelum angiografi
koroner. Intervensi yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan
sebelum angiografi koroner yaitu pemberian terapi komplementer dan alternatif.
Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi pengaruh aromaterapi lavender
terhadap tingkat kecemasan, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik,
frekuensi nadi, dan frekuensi napas pada pasien angiografi koroner. Desain
penelitian quasi eksperimen pretest posttest with control group. Metode pemilihan
sampel menggunakan consecutive sampling dengan jumlah 36 responden, dibagi
menjadi kelompok intervensi dan kontrol. Kelompok intervensi diberikan
aromaterapi lavender, sedangkan kelompok kontrol diberikan intervensi standar
rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan pada kedua kelompok terjadi
penurunan yang bermakna (p < 0,05; α 0.05) pada skor kecemasan, frekuensi
nadi, dan frekuensi napas. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara
kelompok intervensi dan kontrol setelah diberikan intervensi, namun kelompok
intervensi menunjukkan selisih rerata lebih besar dibanding kelompok kontrol.
Aromaterapi lavender direkomendasikan sebagai terapi untuk menurunkan tingkat
kecemasan pasien angiografi koroner dengan memperhatikan faktor eksternal
ketika aromaterapi lavender diberikan.

ABSTRACT
Anxiety is frequent problem in patients undergoing coronary angiography.
Intervention that can be used to reduce anxiety levels before coronary
angiography is complementary and alternative therapy. The purpose of this study
was to identified the effect of lavender aromatherapy towards anxiety level,
systolic blood pressure, diastolic blood pressure, heart rate, and respiratory rate
of coronary angiography patient. Study design was quasi experiment with pretest
posttest control group. The sample selection used consecutive sampling method
with 36 respondents, divided into intervention and control group. The intervention
group was given lavender aromatherapy, while the control group with standard
hospital intervention. The results suggest that in both group there was a
significant effect (p < 0,05; α 0.05) towards anxiety level, heart rate, and
respiratory rate. There was no significant difference between intervention and
control group after intervention, but the intervention group showed higher mean
difference than control group. Lavender aromatherapy is recommended as one of
therapy to reduce anxiety levels of coronary angiography patient by considering
the external factors when lavender aromatherapy has given."
2017
T47762
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sipayung, Uli
"Latar belakang : Tumor ganas adalah satu sel liar di bagian tubuh yang tumbuh dengan cepat, tidak bersimpai dan tumbuhnya menyusup ke bagian tubuh lain.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola komunikasi perawat dan tingkat kecemasan pasien preoperasi tumor ganas. Metode penelitian yang digunakan adalah uji korelasi spearman. Sampel yang diambil sebanyak 54 responden.
Hasil yang didapatkan adalah mayoritas usia >31 tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan SMP-SMA, pendapatan 2-5 juta/bulan, korelasi antara pola komunikasi perawat dengan tingkat kecemasan pasien preoperasi tumor ganas tidak bermakna/ tidak berhubungan (Ho) dengan nilai signifikan p - value 0,060 dan nilai korelasi spearman sebasar 0,257 yang menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah.
Saran : hasil penelitian dapat menjadi bahan referensi dan dapat meningkatkan ilmu keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan serta diharapkan dilakukannya penelitian yang lebih komprehensif dan metode kualitataif sehingga dapat tergali data yang lebih dalam tentang tingkat kecemasan pasien preoperasi keganasan.

Background: Malignant tumor is the uncontrolled cells in the body that grow rapidly
and infiltrate other parts of the body.
The purpose of this study was to determine the
pattern of nurse communication and anxiety level of malignant tumors preoperative
patient. The method used is the Spearman correlation test. The amount of samples are
54 respondents.
The results obtained are the majority of age> 31 years old, female,
education status are junior-high school, monthly income of 2-5 million rupiah, the
correlation between the pattern of nurse communication with anxiety level of malignant
tumors preoperative patient was not significant / unrelated (Ho) with significant p -
value 0.060 and spearman correlation value 0.257 indicating a positive correlation with
the strength of correlation is very weak.
Suggestion: the results of this study can be a reference and can improve the nursing science in providing nursing care and it is expected to do more comprehensive study and qualitative methods, so the data can be explored deeply about the anxiety level of malignancy preoperative patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S52901
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariyanto
"Angka kematian mendadak semakin meningkat setiap tahunnya. Kebanyakan diperkirakan akibat serangan jantung atau penyakit jantung koroner. Frekuensi nadi pemulihan dan kapasitas fungsional merupakan prediktor risiko kematian akibat gangguan jantung. Penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran frekuensi nadi pemulihan dan kapasitas fungsional pada pasien dengan penyakit jantung koroner.
Metode Penelitian ini adalah deskriptif dilakukan dengan melakukan pemantauan terhadap 100 pasien penyakit jantung koroner yang menjalani pemeriksaan treadmill.Frekuensi nadi pemulihan diukur pada menit pertama setelah selesai pemeriksaan lalu dilakukan analisis kategori kapasitas fungsional.
Hasil penelitian dari 53 laki-laki dan 47 perempuan yang mengikuti penelitian dengan rentang usia 40-78 tahun, hanya 31% yang mengalami gangguan frekuensi nadi pemulihan dan 44% yang mengalami gangguan kapasitas fungsional. Penelitian ini merekomendasikan pengkajian frekuensi nadi pemulihan dan kapasitas fungsional perlu dilakukan sebagai dasar dalam memberikan edukasi.

Sudden death rate is increasing every year. Most expected cause is heart attack or coronary artery disease. Heart rate recovery and functional capacity as predictor of risk of death from cardiac event. The study was conducted to reveal the heart rate recovery and functional capacity in patients with coronary artery disease.
The method of study is descriptive, it was done by monitoring 100 coronary artery disease patients who underwent treadmill test. Heart rate recovery measured in the first minute after the treadmill test is completed and then the analysis of functional capacity categories was done.
The results of 53 men and 47 women who followed the study with age range 40-78 years, only 31% of patients were susceptible to abnormal heart rate recovery and 44% of patients were impaired functional capacity. The study recommend that ssessment of heart rate recovery and functional capacity needs to be done as a basis for providing education.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46896
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Mutu pelayanan keperawatan pada umumnya masih rendah. Hal ini ditandai dengan rendahnya kepuasan klien terhadap asuhan yang diterima. Kepuasan klien merupakan indikator utama dalam menilai mutu pelayanan. Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan adalah metode asuhan keperawatan. Untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dikembangkan model praktek keperawatan profesional (MPKP).
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh MPKP terhadap tingkat kepuasan klien di RSAL dr. Mintohardjo, yang menerapkan MPKP Sejak tahun 2003. Desain penelitian adalah korelasi. Jumlah responden 70 orang, terdiri dari 35 orang klien yang dirawat di ruangan MPKP dan 35 orang dirawat di ruang fungsional.
Data yang diperoleh dihitung skornya, kemudian dicari mediannya. Data yang nilainya lebih kecil atau sama dengan median menyatakan ldien tidak puas, sedangkan data yang nilainya Iebih besar dari median menyatakan klien puas dengan asuhan keperawatan yang diterimanya. Data dianalisa dengan analisa statistik Chi Square. Tujuan analisa data adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang bermakna antara tingkat kepuasan klien di ruang MPKP dengan tingkat kepuasan klien di ruang fungsional. Hasil yang didapatkan adalah sebanyak 31 orang (88,6%) klien di ruang MPKP puas terhadap asuhan yang diterima, sisanya 4 orang (11,4%)tidak puas. Di ruang fungsional 32 orang (91%) klien tidak puas dan 3 orang (9%) puas terhadap asuhan keperawatan. Kesimpulan ada perbedaan bermakna antara tingkat kepuasan klien di ruang MPKP dengan ruang fungsional. Atau dengan kata Iain tingkat kepuasan pada ruang MPKP lebih tinggi dari pada di ruang fungsional.
"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5359
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Setiawan
"Tingkat kepuasan merupakan cermin dari kualitas pelayanan di rumah sakit. Tingkat kepuasan adalah perbandingan antara harapan dan kenyataan. Dikatakan puas jika harapan lebih dari kenyataan dan dikatakan tidak puas jika harapan kurang dari kenyataan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien di unit gawat darurat Rumah Sakit Haji Jakarta.
Desain penelitian ini adalah deskriftif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden sebanyak 100 dengan menggunakan tehnik simple rondom sampling.
Hasil menunjukkan gambaran tingkat kepuasan pasien adalah 90%. Saran untuk rumah sakit adalah untuk lebih meningkatkan pelayanan dengan cara mengadakan kegiatan seperti in house training / pelatihan tentang komunikasi teraupetik dan caring dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

The level of satisfaction is a reflection of the quality of care in hospitals. The level of satisfaction is a comparison between expectations and reality. Said to be satisfied if the expectation over reality and said none were satisfied if the expectation is less than reality. This study aims to describe the level of patient satisfaction in the emergency department Haji Hospital Jakarta.
The study design was a descriptive cross sectional approach. Number of respondents is 100 by using simple rondom sampling techniques.
Results show an overview of patient satisfaction was 90%. Suggest for the hospital is to further improve services by doing such as in-house training / training on theraupetic communication and caring in providing services to patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S53064
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>