Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 231123 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Arsyad Subu
"Salah satu efek stigmatisasi gangguan jiwa adalah perilaku kekerasan yang dilakukan oleh penderita terhadap orang orang di sekitarnya termasuk keluarga, perawat dan masyarakat. Sebaliknya, penderitamengalamikekerasan dari keluarga, masyarakat dan profesional keperawatan. Penelitian ini bertujuan memahami dampak stigmatisasi dalam hubungannya dengan perilaku kekerasan terhadap penderita; serta untuk mengetahui perilaku kekerasan yang dilakukan oleh penderita terhadap orang lain. Penelitian ini menggunakan Constructivist Grounded Theory. Metode pengumpulan data termasuk wawancara semi-terstruktur, dokumen reviw, catatan lapangan, dan memo. Analisis data menggunakan metode Paillé. Perilaku kekerasan adalah efek stigmatisasi termasuk kekerasan diri sendiri dan kekerasan terhadap keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan.Kekerasan fisik juga dialami penderita dari orang lain. Dampak stigmatisasi dimanifestasikan dengan perilaku kekerasan yang dilakukan oleh penderita, keluarga, staf rumah sakit, masyarakat, dan aparat.Hasil temuan ini relevan untuk para perawat jiwa yang memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien perilaku kekerasan.Penelitian lanjut diperlukan untuk melihat perspektif keluarga, masyarakat dan staf pemerintah terkait stigma dengan perilaku kekerasan.

Stigmatization and Violent Behavior on Mental Illness Patient in Indonesia. An effect of stigmatization of mental illness is violent behavior conducted by patients toward other people around them including families, nurses and communities. Conversely, patients experienced violence conducted by families, communities and nursing professionals. This study aims to understand the effects of stigmatization on violent behavior towards sufferers; and to investigate violent behavior committed by sufferers against other people. This study used Constructivist Grounded Theory. Methods of data collection are semi-structured interviews, document review, field notes, and memos. Data analysis used Paill. Violent behavior is the effect of stigmatization including self-harm and violence against families, communities and health professionals. Physical abuse is experienced by sufferers from others. The impact of stigmatization is manifested by violent behavior committed by patients, families, staff, community and authorities. Findings are relevant to psychiatric nurses who provide care to the patients with violent behavior. Further research is needed to see the perspective of families, communities and government to understand stigma in relation to violent behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
610 UI-JKI 19:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Adella Pratiwi
"Risiko perilaku kekerasan merupakan salah satu masalah keperawatan jiwa yang dapat dialami oleh pasien skizofrenia. Perilaku kekerasan menjadi respon maladaptif ketika pasien skizofrenia tidak mampu mengontrol diri sendiri yang ditunjukan dengan perilaku merusak, mencederai, dan ancaman hal ini juga dapat membahayakan diri sendiri dan lingkungan pasien. Tujuan laporan kasus ini yaitu untuk menganalisis mengenai penerapan standar asuhan keperawatan jiwa dalam meningkatkan kemampuan mengontrol periaku kekerasan pada pasien skizofrenia. Analisis dilakukan pada pengelolaan pasien di Ruang Sadewa Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Hasil analisis menunjukkan bahwa intervensi keperawatan generalis dapat meningkatkan kemampuan pasien skizofrenia dalam mengontrol perilaku kekerasan. Hal ini ditandai dengan peningkatan komponen penilaian kemampuan setelah diberikannya tindakan keperawatan.

The risk of violent behavior is one of the mental nursing problems that can be experienced by schizophrenic patients. Violent behavior becomes a maladaptive response when schizophrenic patients are unable to control themselves which is indicated by destructive, injuring, and threatening behavior that can also endanger themselves and the patient's environment. The purpose of this case report is to analyze the application of mental nursing care standards in improving the ability to control violent behavior in schizophrenic patients. The analysis was carried out on the management of patients in the Sadewa Room, dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. The results of the analysis show that generalist nursing interventions can improve the ability of schizophrenic patients to control violent behavior. This is marked by an increase in the ability assessment component after the nursing action is given."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Putra
"Risiko perilaku kekerasan adalah salah satu tanda negatif dari skizofrenia. Dampak perilaku kekerasan seperti mencelakakan diri sendiri ataupun orang lain akibat emosi yang tidak terkontrol. Orang dengan gangguan jiwa kronis mengalami kekambuhan terhadap masalah kesehatan jiwanya terutama perilaku kekerasan. Dibutuhkan intervensi sebagai bentuk terapi nonfarmakologi dari pemberi asuhan keperawatan untuk menekan kekambuhan terkait masalah-masalah pada klien gangguan jiwa seperti risiko perilaku kekerasan. Salah satu intervensi untuk membantu mengontrol perilaku kekerasan adalah terapi relaksasi benson. Terapi relaksasi Benson merupakan pengembangan metode respons relaksasi tarik napas dalam dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, sehingga dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan yang lebih tinggi. Tujuan laporan penulisan ilmiah ini adalah untuk menganalisis penerapan intervensi terapi relaksasi Benson pada pasien risiko perilaku kekerasan. Proses asuhan keperawatan berfokus pada Bapak H dengan usia 35 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan pemberian intervensi keperawatan berupa terapi relaksasi Benson dapat digunakan untuk membantu pasien dalam mengontrol emosi (perilaku kekerasan). Rencana tindak lanjut pelayanan keperawatan diharapkan dapat dimaksimalkan baik secara individu, keluarga, kelompok, dan komunitas.

The risk of violent behavior is one of the negative signs of schizophrenia. The impact of violent behavior such as harming yourself or others due to uncontrolled emotions. People with chronic mental disorders experience recurrence of mental health problems, especially violent behavior. Intervention is needed as a form of non-pharmacological therapy from nursing care providers to suppress recurrences related to problems in clients with mental disorders such as the risk of violent behavior. One of the interventions to help control violent behavior is Benson's relaxation therapy. Benson relaxation therapy is the development of a deep breath relaxation response method by involving the patient's belief factor, so that it can help patients achieve a higher state of health and well-being. The purpose of this scientific writing report is to analyze the application of Benson's relaxation therapy intervention in patients at risk of violent behavior. The nursing care process focuses on Mr. H who is 35 years old and male. The results of the analysis show that the provision of nursing interventions in the form of Benson relaxation therapy can be used to assist patients in controlling emotions (violent behavior). The follow-up plan for nursing services is expected to be maximized both individually, in families, in groups, and in the community."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Yudithya
"Latar Belakang: Aktivitas seksual merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan dan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Begitu juga pada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), mereka memiliki kebutuhan seksualitas yang sama seperti orang lain, namun dengan permasalahan lebih kompleks yaitu memiliki faktor risiko terkait perilaku seksual yang tidak diinginkan akibat kontrol impuls yang terganggu. Perubahan perilaku seksual tidak pantas pada ODGJ memiliki potensi risiko kedaruratan yang perlu perhatian khusus, sehingga klinisi perlu mendeteksi masalah perilaku seksual tidak pantas. Saat ini belum ada instrumen penilaian perilaku seksual tidak pantas berbahasa Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian awal untuk menilai kesahihan isi dan keandalan antar penilai instrumen The St. Andrew’s Sexual Behaviour Assessment (SASBA) versi bahasa Indonesia. Metode: Studi ini merupakan uji kesahihan isi dengan melibatkan lima orang pakar dari Departemen Medik Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Indonesia (FKUI) dan uji keandalan antar penilai dengan perhitungan besar sampel sebanyak lima orang untuk empat video memakai ketentuan perhitungan Intraclass Correlation Cofficient (ICC). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan I-CVI dan S-VI/Ave untuk kesahihan isi dan Fleiss’ Kappa untuk keandalan antar penilai dengan membandingkan tiap penilai dengan kunci jawaban serta keseluruhan penilai. Subjek diminta untuk menilai video perilaku seksual tidak pantas yang diperankan oleh aktor dengan instrumen The St. Andrew’s Sexual Behaviour Assessment (SASBA) versi bahasa Indonesia. Hasil: Kesahihan isi pada instrumen The St. Andrew’s Sexual Behaviour Assessment (SASBA) versi bahasa Indonesia ini sangat baik, dengan nilai S-CVI sebesar 0,94 dan Keandalan antar penilai keseluruhan memiliki derajat kesepakatan baik hingga sangat baik, dengan nilai Fleiss’ Kappa berkisar antara 0,65-1,00 dan hasil sedang hingga sangat baik untuk masing-masing penilai, dengan nilai Fleiss’ Kappa sebesar 0,53-1,00. Kesimpulan: Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa instrumen The St. Andrew’s Sexual Behaviour Assessment (SASBA) versi bahasa Indonesia memperlihatkan bahwa terdapat kesahihan isi yang sangat baik dan keandalan antar penilai masih memiliki hasil beragam dengan penilaian baik hingga sangat baik, terdapat satu penilai yang memiliki derajat kesepakatan sedang. Penilaian instrumen dapat diterapkan melalui pelatihan dan pengenalan instrumen terlebih dahulu untuk memiliki hasil yang lebih baik.

Background: People living with mental disorders still have sexual needs. However, those with impaired impulse control are at risk of committing inappropriate sexual behavior which may lead to further problems. Those who engage in inappropriate sexual behaviour may be in a potential emergency situation that requires clinical attention. Thus, clinicians need to detect inappropriate sexual behavior among patients. This study is a preliminary study to assess the content validity and inter-rater reliability of The St. Andrew's Sexual Behaviour Assessment (SASBA) in Indonesia. Methods: SASBA was first translated into Bahasa Indonesia. Content validity was assessed by five experts from the Department of Psychiatry, Faculty of Medicine Universitas Indonesia (FKUI) and was calculated using I-CVI and S-VI/Ave. Inter-rater reliability test was conducted using four video simulations rated by five experts. Fleiss' Kappa for inter-rater reliability was calculated by comparing each rater with the key and overall raters. Results: Content validity of The St. Andrew's Sexual Behavior Assessment (SASBA) Indonesian version is very good, with an S-CVI score of 0.94 and the overall inter-rater reliability has a good to very good degree of agreement, with Fleiss' Kappa scores ranging from 0.65-1.00 and moderate to very good results for each rater, with a Fleiss' Kappa score of 0.53-1.00. Conclusion: The St. Andrew's Sexual Behavior Assessment (SASBA) Indonesian version has very good result of content validity and has mixed results for inter-rater reliability from good to very good ratings. Instrument assessment can be applied through introduction and training of the instrument in advance to have better results."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Iqlima Istiqomah
"Risiko perilaku kekerasan ialah suatu tindakan yang dapat berpotensi membayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sebagai respon dari adanya stressor. Tujuan Karya Ilmiah ini adalah untuk memberikan analisis mengenai penerapan relaksasi mendengarkan musik untuk menurunkan tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien dengan masalah risiko perilaku kekerasan. Penerapan relaksasi mendengarkan musik menunjukkan adanya penurunan tanda gejala perilaku kekerasan yang diukur dengan lembar evaluasi pengukuran tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yang dikembangkan oleh Departemen Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Rekomendasi dari karya ilmiah ini diharapkan perawat memperhatikan respon dari klien terhadap intervensi yang telah diberikan dengan melakukan evaluasi secara berkala. Perawat juga perlu melakukan identifikasi terkait faktor pendukung maupun penghambat yang dapat memengaruhi penerapan intervensi yang diberikan pada klien.

The risk of violent behavior is an action that can potentially harm oneself, others, and the environment in response to a stressor. The purpose of this scientific paper is to provide an analysis of the application of relaxation by listening to music to reduce signs and symptoms of violent behavior in clients with risk problems for violent behavior. The application of relaxation by listening to music shows a decrease in signs of violent behavior as measured by the evaluation sheet for measuring signs and symptoms of risk of violent behavior developed by the Department of Mental Nursing, Faculty of Nursing, University of Indonesia. Recommendations from this scientific work are expected that nurses pay attention to the response of the client to the intervention that has been given by conducting periodic evaluations. Nurses also need to identify related supporting and inhibiting factors that can affect the implementation of interventions given to clients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Dwinanti Amanda
"Latar Belakang: Perilaku kekerasan yang berpotensi membahayakan diri sendiri dan orang lain banyak dijumpai pada orang dengan gangguan psikotik. Salah satu penyebab terjadinya perilaku kekerasan adalah gejala positif yang dialami mereka. Dengan mengetahui hubungan antara gejala positif dan perilaku kekerasan, diharapkan dapat mencegah terjadinya perilaku kekerasan dan dapat dilakukan penatalaksaan yang sesuai. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara gejala positif dengan perilaku kekerasan pada gangguan psikotik.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling pada warga binaan Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 2 Cipayung, sebanyak 90 orang, yang dirawat selama periode April-Mei 2014. Pada subyek penelitian dilakukan wawancara penapisan gejala psikotik menggunakan MINI ICD 10 yang dilanjutkan dengan pemeriksaan gejala positif menggunakan PANSS skala positif dan penilaian perilaku kekerasan menggunakan OAS.
Hasil: Pada hasil analisis, terdapat hubungan antara gejala positif dengan perilaku kekerasan (p<0,001; r = 0,629). Gejala positif yang memiliki hubungan sedang dengan perilaku kekerasan antara lain gaduh gelisah dan kejaran. Sedangkan waham, permusuhan dan perilaku halusinasi memiliki hubungan lemah dengan perilaku kekerasan. Gejala positif berupa kekacauan proses pikir dan waham kebesaran memiliki hubungan sangat lemah dengan perilaku kekerasan.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara gejala positif dengan perilaku kekerasan pada gangguan psikotik.

Background: Violent behaviors which potentially harmful to self and others are found usually in people with psychotic disorder. One of the reasons for the behavior to take place is the positive symptoms experienced by these individuals. By determining the association between positive symptoms and violent behaviors, it is hoped that these behaviors can be prevented and managed appropriately. This research is conducted to find association between positive symptoms and violent behaviors in psychotic behavior disorder.
Method: This is an analytical cross sectional research. Samples were taken by means of simple random sampling from residents of Bina Laras Harapan Sentosa 2 Cipayung Social Rehabilitation center, with 90 subjects cared for during the period of April to May 2014. Subjects were given screening interview for psychotic symptoms using MINI ICD 10, then proceed to positive symptoms examination using positive scale of PANSS and rating of violent behavior using OAS.
Result: The coefficient correlation between positive symptoms and violent behaviors was r = 0,629 (p<0,001). Positive symptoms with moderat correlation with violents behaviors are agitation and paranoia. Meanwhile delusion, hostility and hallucinatoric behaviors have weak correlation with violent behaviors. Positive symptoms such as disorganized thought process and grandiose delusion have very weak correlation with violent behaviors.
Conclusion: Significant correlation is found between positive symptoms and violent behaviors in psycotic disorder.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Ratih Wibawa
"Studi Fenomenologi : Pengalaman Keluarga Mengungkapkan Ekspresi Emosi dalam Merawat Klien dengan Risiko Perilaku Kekerasan Gejala yang tampak pada gangguan jiwa berat salah satunya adalah gejala agresif dan perilaku kekerasan. Hubungan antara pemberian perawatan dengan gangguan jiwa dapat dinilai dengan ekspresi emosi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali secara mendalam tentang pengalaman keluarga mengungkapkan ekspresi emosi dalam merawat klien dengan risiko perilaku kekerasan.
Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini melibatkan 6 partisipan yang diwawancara secara mendalam tentang pengalamannya mengungkapkan ekspresi emosi dalam merawat klien risiko perilaku kekerasan.
Hasil penelitian didapatkan tiga tema yaitu respons psikologis diikuti respons fisik merupakan manifestasi respons keluarga, sikap bermusuhan merupakan refleksi perasaan negatif keluarga, interaksi positif dalam keluarga sebagai pemenuhan kebutuhan psikologis. Hasil penelitian merekomendasikan perawat jiwa agar menekankan pentingnya mengungkapkan ekspresi emosi pada saat melakukan psikoedukasi keluarga. Kata kunci : keluarga, ekspresi emosi, risiko perilaku kekerasan.

Phenomenological Study The Experience of Family Expressed Emotion in Caring People with the Risk of Violent Behavior One of the symptoms in severe mental disorders is aggressive and violent behavior. The relationship between treatment and mental disorders can be assessed through expressed emotion. The purpose of this study was to explore family rsquo s experience showing the expressed emotion in caring for family member with the risk of violent behavior.
The design used in the research is qualitative method with phenomenology approach. Six participants were interviewed by in depth interview techniques related to their experiences in expressing their emotion in caring the people with the risk of violent behavior.
The result of the research revealed three themes psychological response followed by physical response as a manifestation of family response, hostility as a reflection of family negative feeling, positive interaction in family as fulfillment of psychological need. The recommendation of this study that the nurses emphasizing the importance of expressing emotion in providing family psychoeducation. Keywords family, expressed emotion, risk of violent behavior "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47581
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyawati
"ABSTRAK
Penelitian ini berfokus pada perilaku kekerasan orangtua dan kekerasan lingkungan terhadap perilaku agresivitas remaja laki-laki. Responden penelitian ini dipilih adalah siswa laki-laki karena intensitas anak laki-laki lebih agresif melakukan tindak kekerasan. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini yakni sebanyak 100 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku agresivitas remaja dipengaruhi oleh kekerasan yang dilakukan oleh orangtua dengan α = 0.043 dan nilai d somers 0.21. Perilaku kekerasan orangtua yang berpengaruh adalah ayah memukul pada α = 0.003 dengan d somers dan 0.382. Sedangkan kekerasan lingkungan tidak signifikan berhubungan dengan tingkat agresivitas remaja.

ABSTRACT
This study focuses on the violent behavior of parents and neighborhood violence against aggressive behavior of teenage boys. The respondents have been are male students because of the intensity of the boys more aggressive violence. The number of samples in this study that as many as 100 respondents. The results showed that the aggressive behavior of adolescents affected by violence committed by parents with α = 0.043 and the value of d somers 0.21. Violent behavior influential parent is the father hit at α = 0.003 to d somers and 0382. While the environment is not significant violence associated with the level of aggressiveness of adolescents.
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S62746
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Wulandari
"Perilaku kekerasan merupakan gejala positif dari gangguan skizofrenia. Risiko perilaku kekerasan merupakan tindakan yang berisiko membahayakan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan,  yang dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. Perilaku kekerasan ini dapat terjadi secara vebal maupun secara fisik. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan risiko perilaku kekerasan pada Tn. AG dengan gangguan skizofrenia paranoid. Implementasi pada klien dilakukan pada 28 April-7 Mei 2022. Intervensi yang diberikan adalah asuhan keperawatan generalis dengan berfokus pada penerapan teknik asertif verbal. Teknik asertif verbal ini bertujuan agar pasien mampu berbicara secara asertif dalam mengungkapkan marahnya. Hasil dari implementasi ini menunjukkan bahwa penerapan teknik asertif verbal berpengaruh dalam mengontol marah dan menurunkan tanda gejala risiko perilaku kekerasan. Teknik asertif verbal dalam pelayanan asuhan keperawatan dapat dimaksimalkan dengan melibatkan keluarga untuk perawatan pasien.

Violent behavior is a positive symptom of schizophrenia disorder. The risk of violent behavior is an act that risks endangering oneself, others, or the environment, which is carried out to express feelings of irritation or anger that are not constructive. This violent behavior can occur verbally or physically. The purpose of writing this scientific paper is to analyze nursing care for the risk of violent behavior in Mr. AG with paranoid schizophrenia disorder. Implementation on clients is carried out on April 28-7 May 2022. The intervention provided is generalist nursing care by focusing on the application of verbal assertive therapy. Verbal assertive therapy aims to make the patient able to speak assertively in expressing his anger. The results of this implementation indicate that the application of verbal assertive therapy has an effect on controlling anger and reducing signs and symptoms of the risk of violent behavior. Verbal assertive therapy in nursing care services can be maximized by involving the family for patient care."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>