Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30641 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fachrian Nabil Fauzi
"

TOD kini sedang menjadi slogan di Jakarta, semenjak pengoperasian mass rapid transit. TOD, yang sebenarnya merupakan pengembangan daerah urban berorientasikan transit, telah di miskonsepsi menjadi sebuah superblok mixed-use bagi kelas menengah keatas disekitar stasiun transit oleh pengembang. Pentingnya dari bertinggal dan tinggal disekitar TOD telah diabaikan, karena area-area ini merupakan tempat tinggal para pekerja. Kampung mereka mulai diubah menjadi, yang mereka anggap, TOD yang ideal bagi pengembang dan penggusuran pun tidak terelakkan. Penelitian ini akan mengeksplorasi potensi dari kampung sebagai salah satu tipologi mengenai cara bertinggal sebagai tipe dari Transit Oriented Development. Metode yang digunakan dalam riset ini melingkupi studi literatur, simulasi kapasitas area, studi kasus untuk mengumpulkan pengamatan mengenai peningkatan bangunan dan mewawancarai warga untuk memperoleh pandangan yang jelas terhadap Kampung TOD. Studi kasus dari Kampung Muka, Jakarta Utara, dipilih karena jaraknya yang relatif dekat Stasiun Jakarta Kota dan Kampung Bandan. Dalam pengamatan ini Kampung Muka berpontensi untuk diklasifikasikan sebagai sebuah kampung transit-oriented development.


TOD is becoming a catchphrase nowadays in Jakarta, since the operation of mass rapid transit. TOD which is actually a transit oriented urban development that has been misconcepted as a middle upper-class mixed-use superblock development around stations by developers. The significance of dwelling and living around TOD has been neglected, since these areas has originally been occupied by the working class. The kampungs are being transformed into the so-called ideal TODs by developers and evicting the original dwellers which have lived their whole lives there. This paper will explore the potential of kampung as one of the living typologies as one type of Transit Oriented Development. Methods used in this research are literature study, areal density simulation, case study as to collect field observation to observe the buildings increments and locals interview to obtain a clear view of locals towards kampung TOD. The case study of Kampung Muka, North Jakarta, was chosen because of its close proximity to Jakarta Kota and Kampung Bandan Station. In this observation, Kampung Muka has potential to be classified as a kampung transit-oriented development.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Syafitri
"Skripsi ini membahas bagaimana sense of community warga kampung kota di kawasan Transit Oriented Development (TOD). Sense of community dapat dipahami sebagai pengalaman seseorang dalam komunitas yang melibatkan rasa kepemilikan dalam pemukiman. Komunitas yang dibahas berbentuk kampung kota, pemukiman perkotaan utama di Indonesia. Dalam skripsi ini, penerapan TOD di Indonesia yang diiringi pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) dibahas dari segi komunitas. Hal ini dilakukan karena konsep awal TOD adalah mengenai komunitas berkelanjutan yang tersedia melalui integrasi penggunaan lahan dengan transportasi. Skripsi ini menggunakan metode kualitatif, yaitu kajian literatur dan studi kasus berupa observasi dan wawancara. Studi kasus dilakukan terhadap dua kampung kota di Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang berada dalam kawasan perencanaan TOD di sekitar MRT Jakarta. Tulisan ini menghasilkan pemahaman bahwa dalam membentuk sense of community warga Kampung Kota di kawasan TOD, daerah hunian yang memiliki peran yang paling penting, diikuti dengan daerah ruang publik, pemberhentian transit, dan perkantoran.

This thesis discusses the sense of community among kampung kota dwellers in the Transit-Oriented Development (TOD) area. Sense of community can be understood as an someone's experience within a community that involves a sense of belonging in the settlement. The community discussed here takes the form of kampung kota, the primary urban settlement in Indonesia. In this thesis, the implementation of TOD in Indonesia, that is accompanied by the development of Mass Rapid Transit (MRT), is discussed in the context of community. It is because the original concept of TOD revolves around sustainable communities created through the integration of land use and transportation. The methods used in this research are literature review and case study that involves observation and interview. The case study is conducted in two kampung kota locations in the Tanah Abang, Central Jakarta, which are within the TOD planning zone of the Jakarta MRT. The findings provide the understanding that in the TOD zone, residential areas play the most significant role in forming a sense of community of kampung kota dwellers, followed by public spaces, transit stops, and offices."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewanti Aisyah Legowo
"Jakarta terus berbenah agar menjadi kota yang berkelanjutan, salah satunya dengan menggunakan konsep TOD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai dan pola suatu TOD pada jalur commuter line Bogor-Jakarta Kota. Penelitian dilakukan pada tujuh TOD jalur commuter line Bogor- Jakarta Kota. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunduh dari berbagai sumber, dan pengamatan dengan mengunjungi langsung stasiun-stasiun objek penelitian. Selanjutnya hasil data dikategorikan sesuai dengan variabel dan kriteria yang ditetapkan dalam Index TOD dari Singh (2015) dan dilakukan analisis secara deskriptif terhadap tipologi TODnya, yakni TOD kota dan TOD lingkungan. Hasil menunjukkan bahwa nilai indeks TOD tertinggi terdapat pada Stasiun Jakarta Kota yang merupakan TOD Kota dan nilai terendah terdapat pada TOD Stasiun Tanjung Barat yang merupakan TOD lingkungan. Pola TOD yang terbentuk adalah beragam, pada bagian selatan dan utara tinggi dan pada bagian tengah cenderung rendah. Variabel yang paling berpengaruh yakni variabel internal berupa fasilitas stasiun dan variabel eksternal berupa area kantor dan akses dari dan ke stasiun. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa status sebagai TOD lingkungan atau kota tidak selalu memberikan nilai indeks yang tinggi, dan pada indeks yang tinggi kedua variabelnya tidak selalu memberikan peran yang sama.

Designate as a sustainable city, Jakarta continues to improve its various public facilities, among others, by applying TOD concept. This study aims to analyze the value and pattern of the TOD index on the Bogor-Jakarta Kota Commuter Line lane. The study was conducted on seven TOD commuter line between Bogor and Jakarta Kota railway stations. Data collecting was done by downloading information from various sources and observe the railway stations by visiting directly to the stations. Furthermore, the results of the data are categorized according to variables and criteria specified in the TOD Index from Singh (2015). Descriptive analysis is used to divide TOD typology into city TOD and neighborhood TOD. The results show that the highest TOD index value is found at Jakarta Kota Station which is the City TOD and the lowest value is at Tanjung Barat Station TOD which is the neighborhood TOD. The form of the TOD index varies. Depok railway station that lies in the southern part and Jakarta Kota railway station situated in the northern part of the lane have high indexes. While railway stations that lie between these two stations have low indexes. The most influential variable is the internal variable, which shows by the station facilities. Office area and access back and forth to the stations are criteria that are the most important among other external variables. The conclusion of this study shows that a high index value does not always correspond to the TOD status, either as neighborhood TOD or as city TOD. In TOD with a high index, the two variables do not always give the same role."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Tri Handayani
"Penetapan Wilayah Provinsi DKI Jakarta sebagai kota jasa dan pusat kegiatan ekonomi nasional mendorong lahirnya perkembangan wilayah secara masif dalam berbagai aspek yang mampu berdampak terhadap peningkatan intensitas kepadatan penduduk hingga arus lalu lintas. Sebagai langkah mengantisipasi permasalahan masifnya peningkatan penduduk serta arus lalu lintas, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengembangkan Kawasan TOD dalam bentuk kolaborasi. MRT Jakarta merupakan wujud kolaborasi dalam merealisasikan Kawasan TOD. Kawasan TOD mengedepankan konsep aksesibilitas mobilisasi masyarakat menuju stasiun terdekat dengan berjalan kaki ataupun dengan moda transportasi non-bermotor. Untuk mengetahui perkembangan nilai tanah pada Kawasan TOD, dilakukan peninjauan melalui perbandingan antara aspek nilai tanah kawasan sebelum proses pembangunan MRT Jakarta dilakukan, dengan kondisi eksisting dimana MRT Jakarta telah dioperasikan. Parameter dalam menentukan perkembangan nilai tanah pada Kawasan TOD MRT Jakarta mengacu pada teori Kapitalisasi Nilai Tanah Pada Kawasan Transit yang meninjau perbandingan nilai tanah berdasarkan persentase kawasan komersial, tingkat potensi banjir serta kenaikan harga tanah diatas 5% per-tahun. Penelitian ini dilakukan di sepanjang Stasiun MRT Jakarta yang dimulai dari Stasiun Bundaran HI hingga Stasiun Lebak Bulus Grab. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data secara spasial, empat Kawasan TOD MRT Jakarta yang berada di dekat kawasan pusat bisnis merupakan Kawasan TOD MRT Jakarta dengan nilai tanah yang berkembang dari tahun 2012 hingga tahun 2023. Kawasan TOD MRT Jakarta lainnya tidak mengalami peningkatan nilai tanah. Karakteristik utama Kawasan TOD ini adalah berada dekat dengan kawasan pusat bisnis serta memiliki intensitas jaringan jalan utama dan keberadaan Objek POI dalam jumlah yang besar.

DKI Jakarta Province determined as a city of central service and economic activity, was one of the driving factors that created massive development of DKI Jakarta’s region in many aspects impacting the enhancement of residency density and the traffic flow intensity. As an anticipated action from the massive enhancement of the residency problem and intensity traffic flow. DKI Jakarta’s Government action to develop Transit Oriented Development realization that involves many collaborations. MRT Jakarta was one of the representative's collaborations in creating Transit Oriented Development realization. Transit Oriented Development put forward the concept of provisioning public accessibility to nearby stations that can be accessed by walking or using transportation non-motorcycle modes. Knowing the land value development in Transit Oriented Development, by using comparison analysis of land value aspects between before the MRT Jakarta Project was being held and the existing conditions of MRT Jakarta, was the method that was used to find how the development concept of Transit Oriented Development land value was being released in MRT Jakarta. Parameters that were used in determining the development of Transit Oriented Development land value in MRT Jakarta, refers to Land Value Capitalization of Transit Region theory that considers the land value comparison based on commercial percentage, flood potential level, and land prices enhancement above 5% in a year. This research was conducted in MRT Jakarta Stations starting from Bundaran HI Station until Lebak Bulus Grab Station. Refers to the results from processing and analyzing data process, four out of eight stations of MRT Jakarta that are located near the central business district area are the Transit Oriented Development area which was the land value being developed through the increasing land value index from 2012 until 2023. The main characteristic of Transit Oriented Development that the land value has been developed, are located near the central business district area and having much higher intensity of the main network road and the distribution of Point of Interest objects."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Hans Ellert
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang penerapan transit oriented development TOD yang ada di Jakarta. Pembahasan dimulai dari pengembang dan pemerintah yang mengklaim telah menerapkan konsep TOD pada kawasan mereka. Tulisan ini mencari konteks dan dampak pada kawasan di Jakarta yang telah menerapkan TOD pada pengembangannya. Saya membahas Terminal Pulo Gebang dan CBD Sudirman sebagai objek penelitian di kawasan Jakarta. Selain itu, saya juga memilih Koridor Rosslyn-Ballston sebagai pembanding studi kasus dalam penelitian ini. Pembanding diperlukan untuk melihat perbedaan konteks yang ada, dan bagaimana TOD diimplementasikan pada perencanaan di setiap kawasan. Penerapan TOD pada kedua daerah memiliki perbedaan konteks berupa regulasi, latar belakang pembangunan, dan struktur pengembangan kawasan. Diperlukan kerja sama pemerintah dan pengembang untuk mengatur zonasi dan fasilitas yang ada dalam kawasan untuk memastikan kawasan TOD berjalan dengan baik.

ABSTRACT
This research discuss about the implementation of TOD in Jakarta. This study starts from developers and governments claim have implemented this development concept in their project. This writing seeks the context and impact in Jakarta which have implemented TOD to its building development. This study uses Terminal Pulo Gebang and CBD Sudirman as the object of research in Jakarta. Moreover, I use Rosslyn Ballston Corridor as a comparison of case studies in this study. Comparison is required to know the context difference, and how it is implemented in planning in each region. TOD implementation in these two have some context difference such as regulation, development background, and regional development structures. Cooperation between government and developer is needed to organize zoning and facilities within the TOD rsquo s area to ensure the implementation works based on its context."
2017
S67343
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atsiilah Anindita
"Selama dekade terakhir, Jakarta telat mengalami banyak transformasi yang signifikan, terutama dalam pengembangan ruang kota dan pertumbuhan populasi. Jakarta telah memperluas aglomerasi perkotaannya ke kota-kota di sekitar yaitu Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Jumlah penduduk di Jakarta sendiri sudah tinggi, dan setiap harinya, jumlah orang yang bepergian dari pinggiran kota setiap hari ke Jakarta dalam survei menyatakan sekitar 1,4 juta orang setiap hari (Badan Pusat Statistik, n.d.) masuk dan keluar dari-dan-ke Jakarta, yang dimana kondisi ini disebut dengan urban sprawl. Jakarta telah mulai mengembangkan ruang kota dengan Transit Oriented Development pada tahun 2013 oleh ITDP yang juga meluncur standar Kawasan TOD tersebut. Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah penggunaan layanan transportasi massal yang dibangun oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah penggunaan kendaraan pribadi, menggantikan mobilitas di kota menjadi mobilisasi berkelanjutan dengan berjalan kaki, bersepeda, dan transportasi umum. Transit Oriented Development berarti rekonstruksi konsep seluruh kota tempat membuat fasilitas transit di simpul-simpul penting. Dan distrik atau Kawasan TOD yang ideal harus memiliki 3 komponen utama: kepadatan, keanekaragaman, dan desain. (Cervero, 2004).
Pengembangan Transit Oriented Development di Jakarta menggunakan indikator dan variabel tertentu, yang dimana variabelnya adalah KDB, KLB, Kepadatan Area (Bangunan dan Manusia), Presentasi Penggunaan Lahan, Fisika Pejalan Kaki, Konektivitas Pedestrian, dan Kondisi Pejalan Kaki. Variabel-variabel ini kemudian dihubungkan dengan lima elemen TOD Jakarta, yaitu Jalur Pejalan Kaki, Integrasi Antarmodal Angkutan Umum, Ruang Publik Terbuka, Fasilitas Penggunaan Campuran dan Urbanisasi Ringkas. Menilai hubungan antara variabel dan kondisi elemen saat ini dapat menunjukkan pemahaman yang lebih dalam tentang Pembangunan Berorientasi Transit di Jakarta. Mengintegrasikan kondisi saat ini dapat dilakukan dengan membaca kembali teori dasar Arsitektur, yang dalam hal ini teori sentralitas dan konsep pola perkotaan, untuk memperluas perspektif untuk memahami konsep TOD sendiri

Over the past decade, Jakarta has significant urban transformation, for its urban space and population growth. Jakarta has broadened its urban agglomeration to the neighborhood cities of Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi. The number of the dwellers in Jakarta itself is already high by day, and the number of people that commutes from the suburbs daily to Jakarta in a survey stated approximately reached 1,4 million people daily (Badan Pusat Statistik, n.d.) in-and-out of Jakarta, which is called the urban sprawl condition. Jakarta has started developing its urban space by creating Transit Oriented Development in year 2013 by the ITDP that launches the standard of TOD. The aim is to increase the number of mass-transportation services usage by the government, reducing the number of private vehicles usage, substitute the mobility in the city to sustainable mobilization by walking, biking and public transportation. Transit Oriented Development means that reconstruction of the whole city concept where making transit facilities on the important nodes. And an ideal TOD district must 3 main components: density, diversity, and design. (Cervero, 2004).
The Transit Oriented Development in Jakarta is using certain indicators and variables for developing this concept, and for its variables are KDB, KLB, Area Density (Building and Human), Land-use Presentation, Pedestrian Physic, Pedestrian Connectivity, and Pedestrian Condition. These variables then connected five elements of TOD Jakarta, which are Pedestrian Path, Intermodal Integration Public Transportation, Open Public Space, Mix-use Facilities and Compact Urbanization. Assessing the relations between the variable and the current elements conditions can shows deeper understanding of the Transit Oriented Development in Jakarta. Integrating the current condition can be done by re-reading the basic theory of Architecture,
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Raihana Salsabila Khalawi
"Urban sprawl atau meluasnya kawasan perkotaan memaksa masarakat mencari hunian di pinggiran kota yang meningkatkan mobilitas dan kemacetan lalu lintas akibat kendaraan pribadi menjadi moda transportasi utama. Konsep Transit Oriented Development (TOD) hadir untuk mengatasi masalah ini dengan memaksimalkan penggunaan angkatan umum massal yang terbukti efektif mengurangi kemacetan dan meningkatkan kualitas hidup di berbagai negara seperti Eropa, Amerika, Hongkong, Jepang, dan lainnya. Indonesia mulai menerapkan konsep TOD dengan adanya Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 44 Tahun 2017 tentang Pengembangan Kawasan Transit Oriented Development. Akan tetapi, implementasi TOD di Indonesia belum maksimal dikarenakan konsep TOD kurang proporsional karena pemikirannya terbatas dari aspek komersial terutama difokuskan pada tujuan perumahan mengakibatkan penggunaan kendaraan pribadi masih tinggi dan tidak mengatasi kemacetan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perencanaan TOD di Stasiun KRL Rawa Buntu dengan menggunakan variabel-variabel yang didapatkan dari beberapa referensi. Analisis dilakukan menggunakan variabel tersedia datanya di kawasan rencana TOD Stasiun Rawa Buntu. Setelah dilakukan analisis, didapatkan hasil bahwa kawasan rencana TOD Stasiun Rawa Buntu belum memenuhi standar dan prinsip yang ada. Maka dari itu, diperlukan perbaikan pada beberapa variabel untuk memaksimalkan kawasan TOD Stasiun Rawa Buntu.

Urban sprawl or the expansion of urban areas forces people to look for housing on the outskirts of the city which increases mobility and traffic jams due to private vehicles becoming the main mode of transportation. The Transit Oriented Development (TOD) concept is here to overcome this problem by maximizing the use of mass public transportation which has been proven to be effective in reducing congestion and improving the quality of life in various countries such as Europe, America, Hong Kong, Japan and others. Indonesia began implementing the TOD concept with the DKI Jakarta Governor's Regulation No. 44 of 2017 concerning the Development of Transit Oriented Development Areas. However, the implementation of TOD in Indonesia has not been optimal because the TOD concept is not proportional because the thinking is limited from a commercial aspect, especially focused on residential purposes, resulting in the use of private vehicles still being high and not solving traffic jams. This research was conducted to analyze TOD planning at Rawa Buntu KRL Station using variables obtained from several references. The analysis was carried out using variables available for data in the TOD planned area of Rawa Buntu Station. After carrying out the analysis, the results were obtained that the TOD planned area for Rawa Buntu Station did not meet existing standards and principles. Therefore, improvements are needed in several variables to maximize the TOD area of Rawa Buntu Station."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tathya Inggita Putri
"Urban sprawl adalah sebuah masalah umum yang dihadapi oleh kota kota modern. Kemajuan teknologi dan sumber daya memungkinkan kota modern untuk berkembang secara menyebar dengan perhatian yang minimum terhadap perencanaan kota. Keadaan ini menyebabkan masalah masalah kompleks mengenai lingkungan hidup, kesehatan, kesejahteraan sosial, dan infrastruktur. Beberapa konsep telah dicetuskan sebagai solusi untuk masalah ini, salah satunya adalah Transit Oriented Development. Transit Oriented Development adalah sebuah konsep berkelanjutan yang berfokus pada perencanaan yang padat dengan pengembangan mix-use, yang terletak dalam area yang berjarak tempuh dengan berjalan kaki dari sebuah fasilitas transit. Pengembangan ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan bermotor, dengan mempromosikan lingungan yang ramah terhadap pejalan kaki. Terdapat beberapa prinsip yang sangat penting dalam mencapai konsep ini, seperti walk, cycle, connect, transit, mix, densify, compact, dan shift. Skripsi ini akan membahas tentang pendekatan prinsip prinsip tersebut dalam sebuah studi kasus, yaitu Duren Kalibata.

Urban sprawl is a common problem that is faced by modern cities. The advancement of technology and resources has allowed cities to be developed in a spread out manner with minimum regard towards urban planning. This occurrence causes complex problems concerning environment, health, social welfare, and infrastructure. Several concepts have been established as a solution to this problem, one of them is Transit Oriented Development. Transit Oriented Development is a sustainable concept that focuses on the planning of compact, mix-use development that lies within a walking distance from a transit facility. This development is expected to decrease the motorized vehicle dependency, by promoting a pedestrian friendly neighborhood. There are several principles that are crucial in achieving this concept, which are walk, cycle, connect, transit, mix, densify, compact, and shift. This thesis will examine the approach of the principles in a case study, which is Duren Kalibata.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malik Fahad
"Jakarta dikenal akan jumlah pusat perbelanjaan yang banyak dan terus bertambah. Pertumbuhan ini perlu disikapi dengan dukungan sarana mobilitas yang memudahkan masyarakat dalam mengunjungi pusat perbelanjaan. MRT Jakarta menjadi moda transportasi publik yang potensial dalam mendukung kemudahan masyarakat dalam bermobilitas dari dan ke pusat perbelanjaan. Penelitian ini kemudian membawa konsep Transit-oriented Development (TOD) berbasis pusat perbelanjaan untuk melihat faktor yang berdampak terhadap keputusan pengunjung pusat perbelanjaan untuk menggunakan MRT Jakarta melalui stasiun terdekat. Konsep TOD berbasis pusat perbelanjaan terdiri atas faktor daya tarik pusat perbelanjaan dan faktor rancangan TOD (TOD Built-form Indicators). Survei terhadap 307 responden dilakukan dan diuji dengan menggunakan metode Partial Least Squares-Structural Equation Modeling (PLS-SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor daya tarik pusat perbelanjaan dan faktor rancangan TOD berpengaruh terhadap keputusan pengunjung pusat perbelanjaan untuk menggunakan MRT melalui stasiun terdekat. Adapun preferensi antara penduduk Jakarta dan pengunjung dari luar Jakarta menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan di antara kedua kelompok.

Jakarta is well-known for its large and growing number of shopping centers. This growth needs to be addressed with the support of mobility facilities that make it easier for people to visit shopping centers. MRT Jakarta is a potential public transportation mode in supporting the convenience of the community in moving from and to shopping centers. This research then brings the concept of Transit-oriented Development (TOD) with shopping center as a basis to see the factors that have an impact on the decision of shopping center visitors to use the Jakarta MRT via the nearest station. The TOD concept based on the shopping center consists of the attractiveness factor of the development center and the TOD design factor (TOD Built-form Indicators). A survey of 307 respondents was conducted and tested using the Partial Least Squares – Structural Equation Modeling (PLS-SEM) method. The results showed that the shopping center attractiveness factor and the TOD design factor influenced the shopping center visitor's decision to use the MRT via the nearest station. Meanwhile, the preferences between Jakarta residents and visitors from outside Jakarta showed no significant difference between the two groups."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Radintya Cahya Arundati
"Urbanisasi yang pesat di Jakarta telah berkontribusi pada perlunya kebijakan transportasi berkelanjutan yang diharapkan dapat mengatasi kemacetan lalu lintas; dengan mengurangi jumlah kendaraan pribadi, pengguna didorong untuk beralih dari menggunakan kendaraan pribadi ke transportasi umum. Untuk mengurangi masalah kapasitas jalan, Jakarta menggalakkan angkutan umum massal dan memperkenalkan konsep Transit Oriented Development di sekitar stasiunstasiun angkutan umum tersebut, dengan penekanan pada kepadatan penduduk yang tinggi dan kawasan multifungsi dalam rangka mendorong mobilitas berkelanjutan yang mendukung integrasi dalam kota. Mass Rapid Transit merupakan salah satu moda transportasi terbaru dan tercanggih di Jakarta dengan tujuan pemerintah menjadi pelopor penggunaan transportasi umum massal di seluruh tanah air. Beberapa area stasiun dibangun di sepanjang koridor MRT dengan Stasiun Blok M sebagai salah satu yang terbesar dan tersibuk karena terletak di area utama kota dengan transportasi umum lainnya seperti Transjakarta, RoyalTrans, dan JakLingko, hanya berjalan kaki dari stasiun. Penelitian ini menganalisis keterpaduan antara moda transportasi dan ruang rekreasi di sekitar kawasan, serta rencana konsep yang akan diterapkan pada Taman Martha Tiahahu dan Simpang Mahakam. Bersamaan dengan panduan desain kota dan panduan pemerintah Jakarta tentang kota, kuesioner juga disebarkan secara online untuk memahami kebiasaan penumpang transit serta kenyamanan dan aksesibilitas pengguna. Hasil analisis menunjukkan bahwa integrasi antara moda dan kawasan rekreasi dinilai cukup memadai dengan beberapa perbaikan, Taman Martha Tiahahu dan Plaza Transit Mahakam diharapkan dapat mendukung integrasi dan TOD di kawasan tersebut. Survei menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat cukup puas dengan kondisi eksisting Blok M namun lebih memilih perbaikan fasilitas umum.

Rapid urbanization in Jakarta has contributed to the need for sustainable transportation policies which hoped would eradicate traffic congestion; by reducing the number of private vehicles, users are encouraged to switch from using their privately owned vehicles to public transportations. To reduce road capacity problem, Jakarta promoted mass public transportation and introduced Transit Oriented Development concept around those public transportation stations, with the emphasis on high population density and multifunctional area in order to promote sustainable mobility that supports integration in the city. Mass Rapid Transit is one of the newest and most advance modes of transportation in Jakarta with the government aiming for it to become the pioneer of mass public transportation uses around the country. Several stations area built along the MRT corridor with Blok M Station as one of its largest and busiest as it is located in the prime area of the city with other public transportations such as Transjakarta, RoyalTrans, and JakLingko, just a walking distance from the station. This study analyzes the integration between modes of transportation and recreational spaces around the area, as well as the concept plan that would be implemented to Taman Martha Tiahahu and Simpang Mahakam. Alongside the city design guide and governmental guide of Jakarta regarding the city, a questionnaire was also spread online to understand transit ridership habit as well as user’s comfortability and accessibility. The result of the analysis shows that the integration between modes and recreational area are considered to be adequate enough with some improvements, Taman Martha Tiahahu and Plaza Transit Mahakam hoped to be able to support integration and TOD in the area. Survey shows that the majority of people as satisfied enough with the existing condition of Blok M but would prefer an improvement on the public facility.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>