Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149412 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadhifah Firyal
"
ABSTRACT
Through movies, we usually reflect our society based on narrative in film and several movies portraying on
women define their femininity. This study examine the portrayal of feminine identity in movies Muriels
Wedding and The Dressmaker in order to find how the females characters defined their femininity in those
films. Using textual analysis, this research focus on the narrative of the movie and the portrayal of femininity,
with the help of social identity theory, this studies also seeing on how femininity that related with self-concept
within social group. This research found that both movies shown different aspect in defining their femininity
which is one defines with how they dress and the other with marriage. Having different background story and
the condition of the society, both movies presenting femininity that influenced by the society.
ABSTRAK
Film merupakan gambaran terhadap relalitas yang terjadi di kehidupan sehar-hari. Beberapa film
meggambarkan bagaimana identitas feminine yang ada di dalam diri mereka. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui gambaran identitas gender feminine didalam film Muriels Wedding dan The Dressmaker dan untuk
mengetahui bagaimana karakter-karakter perempuan dalam film tersebut mendefinisikan identitas perempuan
mereka. Menggunakan metode textual analysis, penelitian ini memfokuskan terhadap jalan cerita dan
penggambaran yang ada di dalam film mengenai identitas feminin, dibantu dengan teori identitas sosial dalam
masyarakat untuk mengetahui bagaimana penggambaran identitas gender feminin yang berhubungan dengan
konsep diri yang dibuat dalam suatu kelompok sosial orang itu berada, Penelitian ini menemukan bahwa
identitas gender feminin yang berada dalam dua film tersebut mendefinisikan identitas feminin mereka dengan
hal yang berbeda yaitu dengan bagaimana mereka perpakaian dan melalui pernikahan. Dengan latar belakang
yang berbeda dan keadaan masyarakat yang berbeda, kedua film tersebut mendiskripsikan identitas feminin
yang terpengaruh oleh masyarakat sekitar."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Amalia Roza
"Tulisan ini mengangkat permasalahan standar kecantikan yang tidak dapat menyeimbangkan keberagaman kecantikan hingga membawa perempuan pada keadaan narsis dan melankolis sebagai penyebab rasa sakit, serta menarik tawaran terhadap ragam persepsi kecantikan. Hal itu yang disebut sebagai penyebab rasa sakit dalam feminine jouissance, perempuan memperoleh kebahagiaan semu yang akhirnya akan menghasilkan rasa sakit. Muncul banyak kekeliruan dalam memahami konsep kecantikan sehingga mewajarkan rasa sakit dalam memenuhi standar yang ada. Perempuan membutuhkan jalan keluar agar terbebas dari represi yang dialaminya. Penelusuran dalam tulisan ini menggunakan data yang dikumpulkan dari iklan-iklan, sejarah, dan mitos-mitos. Saya menggunakan pendekatan dari tawaran Luce Irigaray terkait subjektivitas feminin. Metode yang digunakan dalam tulisan ini yaitu kajian literatur dan analisis filosofis menggunakan teori subjektivitas Luce Irigaray. Hasil dari tulisan ini menguatkan penggunaan subjektivitas feminin Luce Irigaray bahwa setiap perempuan harus dapat menjelaskan kecantikan yang ada pada dirinya dan terbuka dengan segala ragam kecantikan yang ada.

This paper raises the standard of beauty that cannot balance the diversity of beauty so as to bring women into a state of narcissism and melancholy as the cause of pain, and draws offers on various perceptions of beauty. This is what is called the cause of pain in feminine jouissance, women get a false happiness that will eventually produce pain. There are many mistakes in understanding the concept of beauty so that it is natural to feel pain in meeting existing standards. Women need a way out to be free from the repression they experience. The search in this paper uses data collected from advertisements, history, and myths. I use the approach of Luce Irigaray's offer of feminine subjectivity. The method used in this paper is literature review and philosophical analysis using Luce Irigaray's theory of subjectivity. The results of this paper reinforce the use of Luce Irigaray's feminine subjectivity that every woman must be able to explain the beauty that exists in herself and be open to all kinds of beauty that exist."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Klein, Viola
London: Broadway House, 1946
301.424 KLE f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Adelina Adrianti
"Di dalam iklan perempuan ditampilkan sebagai sosok dengan bentuk fisik yang ideal seperti bertubuh langsing, berkulit putih dan mulus, memiliki kaki yang jenjang dan bulu mata yang lentik. Kedua iklan dari Shot for Slim dan Alli menunjukan bahwa iklan memiliki peranan dalam membentuk mitos kecantikan. Mitos kecantikan yang tersebar di masyarakat sering kali dianggap sebagai sebuah kenyataan yang dijadikan standard dalam menilai kecantikan perempuan. Dengan adanya mitos kecantikan yang tersebar di masyarakat, memunculkan kekhawatiran pada perempuan terhadap kekurangan bentuk tubuh yang dimilikinya.

In an advertisement woman published as someone who has an ideal physical form like having a slim body, flawless and white skin, has a ladder feet and tapering eyelashes. Both advertisements from Shot for Slim and Alli shown that advertisement has role in making a beauty myth. Beauty myth that spread in community is often considered as a reality that become a standard for rating a woman beauty. As is beauty myth that spread in community, show concern on woman to deficiency a body form that they owned."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmine Anabel
"Tesis ini membahas mitos-mitos tentang kecantikan yang beredar di masyarakat kita. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis linguistik dan semiotik. Penelitian terhadap mitos dilakukan dengan mengamati konotasi yang dibangun oleh pengiklan melalui rekayasa tanda-tanda verbal dan ikonis pada lima iklan media cetak produk perawatan kulit wajah wanita. Kelima iklan yang dijadikan korpus penelitian ini adalah iklan pelembap Ultima II Essentials, pelangsing wajah Clarins Shaping Facial Lift, pencerah kulit wajah SK-II Facial Treatment Essence, antipenuaan Clinique Repairware Laser Focus, dan pemulus kulit wajah Sampar Poreless Magic Peel. Dari hasil wawancara dengan pengiklan dan dari hasil diskusi kelompok terfokus dengan kelompok sasaran, diketahui adanya perbedaan dan persamaan konotasi di antara kedua belah pihak. Hasil penelitian menunjukkan mitos-mitos tentang kecantikan yang beredar di masyarakat kita.

This thesis discusses beauty myths that circulate in our society. This research is a qualitative research by means of linguistic and semiotic analyses. This research about myths is conducted by observing connotations built by the advertisers through verbal and iconic signs in five printed advertisements of facial skin care products for women. The five advertisements are Ultima II Essentials moisturizer, Clarins Shaping Facial Lift facial slimming product, SK-II Facial Treatment Essence skin lightening product, Clinique Repairware Laser Focus for anti aging, and Sampar Poreless Magic Peel for flawless skin. From interviews with the advertisers and the results of a focus group discussion with the prospects, it is known that there are differences and similarities in how both parties connote the signs. The results of this research show beauty myths that circulate in our society."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T32676
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Fitri
"Hubungan antara perempuan dan konstruksi gender telah banyak diteliti sampai saat ini. Beberapa penelitian mengenai kasus ini banyak berfokus pada dampak negatif dari konstruksi gender yang dialami perempuan. Seringkali perempuan menjadi korban dari fenomena konstruksi gender dalam masyarakat sebagaimana perempuan dituntut sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya. Adanya persepsi ini, memunculkan pertanyaan, seperti: apakah perempuan selalu seperti itu? Apakah perempuan harus selalu mengikuti konstruksi gender dalam masyarakat? Konstruksi gender juga berdampak pada peranan manusia dalam masyarakat, dan kemudian menciptakan suatu identitas. Tulisan ini membahas tentang gambaran seorang perempuan (khususnya perempuan yang belum menikah) melalui sebuah film berjudul Confession of a Shopaholic, yang dipengaruhi oleh konstruksi gender dalam masyarakat. Hal ini juga membahas bagaimana respon tokoh perempuan terhadap konstruksi gender yang pada akhirnya berpengaruh dalam pembentukan identitas tokoh perempuan tersebut.

The relation between women and gender construction has been discussed many times. Most discussions of the issue focus on the negative impacts of gender construction for women. Women become the victim of the phenomenon of gender construction in society that they have to be what the society expects them to be. This perception then leads to questions: are women always like that? Do women always have to follow gender construction in society? Gender also constructs human's roles in a society, and those roles then create an identity. This paper talks about a woman?s image (especially a single woman) through a movie Confession of a Shopaholic, which is influenced by gender construction in society. It also extends the woman?s response towards gender construction of the society around her as it later creates her identity."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nur Indah Yusari
"Tesis ini membahas praktik politik identitas yang terjadi melaui wacana yang berkembang di Kedai Ilalang dan Kedai Pendaki sebagai ruang diskursus bagi komunitas penggiat alam serta mendeskripsikan konsep identitas yang ditawarkan kedai untuk dapat memenuhi politik identitas pengunjung yang mayoritasnya berasal dari komunitas penggiat alam. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kedai Ilalang dan Kedai Pendaki dapat menjadi sebuah ruang diskursus yang merepresentasikan suatu identitas melalui sebuah proyek untuk mencapai identitas tertentu sehingga pengunjung yang datang dapat memenuhi politik identitas sebagai penggiat alam.

This thesis discusses the political identity that occurs through the growing discourse in Kedai Ilalang and Kedai pendaki as space for the adventurer communities and also to describe the concept of identity offered stalls to meet the political identity of the majority of visitors. This study is a qualitative research with descriptive design.
The results showed that Kedai Ilalang and Kedai Pendaki can be a discourse place that represents an identity that is a manifestation of a project to achieve a certain identity so that visitors who come can meet political identity as an adventurer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T45161
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Azura
"Artikel ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana banlieue sebagai lingkungan tempat tinggal dapat mempengaruhi kontruksi identitas dan menjadi penyebab terkonstrukisnya identitas Dounia sebagai tokoh utama dalam Film Divines (2016) karya Houda Benyamina. Film ini menceritakan kehidupan remaja perempuan keturunan Afrika sebagai imigran di Prancis yang bertempat tinggal di sebuah banlieue. Dounia yang merupakan seorang remaja perempuan keturunan imgiran memiliki ambisi untuk meninggalkan banlieue dan memiliki kehidupan di luar banlieue yang ia impikan. Banlieue yang menjadi latar tempat di film Divines ini memperlihatkan penggambaran sebuah tempat tinggal yang jauh dari pusat kota dengan kondisi kehidupan yang kurang memadai. Banlieue adalah salah satu bentuk segregrasi sosial yang diciptakan oleh pemerintah Prancis yang menyimpan berbagai permasalahan sosial di dalamnya bagi masyarakat yang menetap. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Untuk meneliti aspek naratif dan sinematografis dalam film digunakan teori kajian film dari Boggs & Petrie. Kemudian, digunakan konsep tentang identitas oleh Stuart Hall dalam tulisan ini untuk mengungkap permasalahan identitas tokoh. Hasil analisis memperlihatkan terkonstruksinya identitas Dounia dengan perubahan-perubahan antara lain, tidak mengikuti sistem pendidikan, meninggalkan nilai-nilai budaya dan ketuhanan yang melekat pada dirinya, serta melakukan tindakan kriminal. Adapun penyebab dari terkonstruksinya identitas Dounia adalah disebabkan oleh berbagai faktor seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan banyaknya tindakan kriminal yang terjadi di banlieue. Banlieue dalam film ini hadir sebagai tempat yang sulit untuk dihuni sehingga menjadi penyebab tokoh utama berkeinginan untuk melarikan diri dan terjadinya konstruksi identitas. Dounia berfantasi akan kebebasan dan kemewahan yang dapat ia temukan di luar banlieue. Identitas Dounia terkonstruksikan dari upayanya untuk mewujudkan impian utamanya yaitu untuk memulai kehidupan baru di luar banlieue.

This article is intended to reveal how living quarters can influence identity construction and become the identity of Dounia as the main character in Film Divines (2016) by Houda Benyamina. The film tells the life of teenage girls of African descent as immigrants in France who live in banlieue. Dounia who represents teenage girls has the right to get banlieue andhave a life outside the banlieue she dreamed of. The Banlieue which is the setting for the Divines movie returns the depiction of a residence far from the city center with inadequate life situations. Banlieue is one of the forms of social segregation created by the French government that stores various kinds of social services that are available to sedentary communities. The methodology used in this research is qualitative research. To study the narrative and cinematographic aspects of the film, film scoring theory is used from Boggs & Petrie. Then, the concept of identity was used by Stuart Hall in this paper to uncover the question of character identity. The results of the analysis choose the construction of a Dounia identity with changes, among others, not following the education system, taking inherent cultural and divine values to oneself, and committing criminal acts. As a cause of the construction of world identity caused by various factors such as poverty, injustice, and many crimes that occurred in banlieue. But in this film it is present as a difficult place to inhabit so that the main character wishes to break away and change identity construction. Dounia fantasizes about freedom and luxury that can be found outside the banlieue. Dounias identity is constructed from her efforts to realize dreams that are intended to start a new life outside of the banlieue."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Meyrasyawati
"Penelitian ini dilakukan berdasarkan maraknya busana pengantin Jawa yang dimodifikasi kearah religi. Perubahan
desain dari busana pengantin yang murni bernuansa budaya lokal Jawa dan kemudian dipadupadankan dengan gaya
berbusana muslim ini mengalami proses keberterimaan yang luar biasa sebagai trend fesyen dikalangan masyarakat
Indonesia tak terkecuali masyarakat perkotaan seperti halnya Surabaya. Penelitian ini berusaha mengungkapkan
simbolisasi dan pemaknaan budaya (budaya Jawa) dan agama (Islam) yang terdapat pada busana pengantin tersebut.
Dengan menggunakan teori fashion system, peneliti mengungkap simbol yang terdapat di balik busana pengantin Jawa
Muslim yang menampakkan dua sisi busana, yaitu busana dari budaya Jawa dan busana bernuansa Islami sebagai
sebuah sistem yang saling berkelindang. Hasil penelitian terhadap simbolisasi budaya dan agama dalam busana
pengantin Jawa Muslim menunjukkan bahwa busana pengantin Jawa Muslim diproduksi oleh para perias pengantin
sebagai bentuk kapitalisme yang menawarkan gaya hidup konsumerisme. Hal ini menunjukkan pula adanya pergeseran
pemaknaan dalam busana pengantin Jawa Muslim dari budaya lokal asli Jawa menjadi budaya Jawa kontemporer. Hal
menarik lainnya adalah bahwa pilihan dalam memakai busana pengantin Jawa Muslim ini tidak hanya karena alasan
agama tetapi juga karena popularitas. Konsep busana muslim dalam busana pengantin Jawa Muslim tidak lagi terkait
dengan pemenuhan akidah Islam melainkan sebuah trend fesyen yang hanya merujuk pada tertutupnya aurat
This study is conducted to investigate a popular practice of modifying Javanese bridal costumes based on religious
considerations. Transformation from purely traditional Javanese bridal costumes to those with some application of
Islamic clothing style is gaining rapid acceptance and begins to be considered as a popular fashion style by a great
number of Indonesians, especially in urban areas like Surabaya. The purpose of this study is to discover cultural (Java)
and religious (Islam) symbolisms implied in the modification and to examine the signification involved in the process.
By applying the fashion system theory, this paper seeks to unravel the symbolisms in modern Javanese-Moslem bridal
costumes which reveal a thought system built of two intertwining aspects: Javanese culture and Islamic religious
principles. Deep observation into the cultural and religious symbolisms reveals that the modern Javanese-Moslem bridal
costumes are actually invented by bridal stylists as a form of capitalism which benefits from a consumerist lifestyle.
This fact reflects a shift in the way people signify modern Javanese-Moslem bridal costumes from Javanese local
culture to contemporary Javanese culture. Another interesting finding shows that people choose this Javanese-Moslem
style for their bridal costumes because of not only religious considerations but also its popularity. The application of
Islamic fashion style in the Javanese-Moslem bridal costumes is no longer associated with the obedience to Islamic
teachings but is a mere reflection of a growing trend towards more extensive body coverage."
Universitas Airlangga. Fakultas Ilmu Budaya, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>