Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176953 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Yaumal Farhan
"ABSTRAK
Pemeliharaan adalah kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan, karena untuk mempertahankan kualitas bangunan sehingga layak berfungsi dan dapat mendukung layanan untuk masyarakat. Jika sebuah bangunan tidak dirawat dengan baik, terutama rumah sakit tempat itu menyangkut hidup dan mati seseorang, dan tuntutan pasien/komunitas untuk pelayanan kesehatan yang berkualitas, efektif dan efisien, rumah sakit membutuhkan fasilitas terbaik, di mana fasilitas harus beroperasi dalam kondisi terbaiknya. Karena itu, perlu dibangun pemeliharaan dalam bentuk prosedur teknis pemeliharaan, terutama Darurat Kamar-kamar di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Indonesia sebagai salah satu kamar di rumah sakit yang memiliki risiko tinggi serta perawatan pertama pasien saat memasuki RS Rumah Sakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan prosedur teknis di PT pemeliharaan komponen struktural, mekanik, listrik, dan biomedis di Ruang Gawat Darurat Rumah Sakit Pendidikan Universitas Indonesia. Penelitian Metode yang digunakan adalah survei dan analisis arsip dengan cara wawancara dan kuesioner. Hasil dari penelitian ini adalah 5 komponen arsitektur, 1 komponen struktural, 21 komponen mekanis, 10 komponen listrik, dan 17 peralatan biomedis komponen, maka ada 16 kegiatan pemeliharaan komponen arsitektur, 6 perawatan aktivitas komponen struktural, 172 aktivitas perawatan dan perawatan mekanik komponen, 91 aktivitas perawatan dan perawatan komponen listrik, dan 170 kegiatan pemeliharaan dan perawatan komponen peralatan biomedis, untuk kegiatan pemeliharaan dan perawatan secara umum bertanggung jawab oleh teknisi dengan bertanggung jawab oleh Asisten Manajer Infrastruktur, kemudian mengembangkan SOP dalam pekerjaan pemeliharaan dan perawatan struktural, arsitektur, mekanik, listrik dan komponen peralatan biomedis di ruang gawat darurat Universitas Indonesia Rumah Sakit Pendidikan Indonesia.

ABSTRACT
Maintenance is a very important activity to do, because to maintain the quality of the building so that it is feasible to function and can support services for the community. If a building is not well cared for, especially the hospital where it concerns a person's life and death, and the demands of the patient / community for quality, effective and efficient health services, hospitals need the best facilities, where facilities must operate in the best conditions. Therefore, maintenance needs to be built in the form of technical maintenance procedures, especially Emergency Rooms in the Teaching Hospital of the University of Indonesia as one of the rooms in hospitals that have a high risk as well as the patients first care when entering the Hospital Hospital. The purpose of this research is to develop technical procedures in PT maintenance of structural, mechanical, electrical, and biomedical components in the Emergency Room of the University of Indonesia Hospital of Education. Research The method used is a survey and archive analysis by means of interviews and questionnaires. The results of this study are 5 architectural components, 1 structural component, 21 mechanical components, 10 electrical components, and 17 biomedical equipment components, so there are 16 architectural component maintenance activities, 6 structural component activity maintenance, 172 component maintenance and mechanical component maintenance activities, 91 maintenance and maintenance activities for electrical components, and 170 maintenance activities and maintenance of biomedical equipment components, for maintenance and maintenance activities are generally responsible by technicians with responsibility by the Assistant Infrastructure Manager, then develop SOPs in structural, architectural, mechanical maintenance and maintenance work, electricity and biomedical equipment components in the emergency room at the University of Indonesia Indonesian Educational Hospital."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Andika Putra Kusuma
"ABSTRAK
Dalam operasional rumah sakit, ruang operasi menjadi salah satu ruang yang cukup vital, karena tidak semua tindakan pengobatan dapat dilakukan dengan pendekatan yang konservatif (penggunaan obat), tetapi terdapat juga kondisi yang memerlukan tindakan operatif, seperti tindakan pengangkatan rahim dan pembedahan. Untuk menunjang tindakan tersebut, ruang operasi memiliki komponen dan karaktersitik sarana&prasarana yang berbeda. Sebagai rumah sakit yang baru berdiri, RSUI membutuhkan suatu SOP pemeliharaan & perawatan terhadap komponen sarana & prasarana yang ada, baik komponen struktur, arsitektur, mekanikal, elektrikal, dan peralatan biomedik untuk menjamin keselamatan dari pasien. Selain itu, SOP juga memberi kejelasan apa, siapa, dan kapan aktivitas pemeliharaan&perawatan tersebut dilaksanakan. Terdapat komponen yang terdiri dari 7 komponen arsitektur, 1 komponen struktur, 20 komponen mekanikal, 9 komponen elektrikal, dan 20 komponen peralatan biomedik yang dikembangkan untuk menjadi SOP. Faktor risiko dan mitigasinya pun dimasukan ke dalam komponen SOP, untuk menghindari dampak yang dapat membahayakan nyawa pasien atau menggangu jalannya operasional Ruang Operasi RSUI.

ABSTRACT
In hospital operations, the operating room is one of the vital room, because not all treatment of medicine can be carried out with a conservative approach (drug use), but there are also conditions that require operative measures, such as removal of the uterus and surgery. To support these actions, the operating rooms has different components and characteristics of facilities & infrastructure. As a newly established hospital, RSUI requires an SOP for maintenance & maintenance of existing facilities & infrastructure components, both structural, architectural, mechanical, and biomedical equipment to ensure the safety of patients. In addition, the SOP also gives clarity, who, and when the maintenance activities are carried out. There are 57 components consisting of 7 architectural components, 1 structural component, 20 mechanical components, 9 electrical components, and 20 biomedical equipment components developed to become SOPs. The risk factors and mitigation are included in the SOP component, to avoid impacts that could endanger the lives of patients or disrupt the operation of the RSUI Operating Room."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hesty Putri Intan Pratiwi
"Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang mana menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan pelayanan gawat darurat. Instalasi Gawat Darurat (IGD) berfungsi dalam menerima, menstabilkan dan mengatur pasien yang membutuhkan penanganan kegawatdaruratan segera, baik dalam kondisi sehari ataupun dalam keadaan bencana. Stagnan ialah keadaan ketika pasien itdak dapat pindah ke ruangan rawat inap ataupun ke ICU yang sudah lebih dari 8 jam setelah diputuskannya rawat inap yang disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya karena pasien tidak mendapatkan ruang perawatan. Tujuan dilakukan tugas khusus ini yaitu untuk mengidentifikasi DRP (Drug Related Problem) yang terjadi selama penggunaan obat pada pasien dengan kondisi stagnan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Universitas Indonesia. Pelaksanaan tugas khusus ini dilakukan dengan pengambilan data secara retrospektif dari Form Penggunaan Obat Pasien dan CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi), diobservasi perkembangan keadaan pasien dan dilakukan analisis DRP. Hasil yang didapat yakni dari seluruh pasien yang dianalisis telah menerima terapi yang sudah sesuai dengan tatalaksana terapi namun ditemukan beberapa DRP. Akan tetapi DRP yang didapat belum mutlak benar karena terdapat faktor lain yang mempengaruhinya.

A hospital is a health service institution that provides complete individual health services which provide outpatient, inpatient and emergency services. The Emergency Department (IGD) functions in receiving, stabilizing and managing patients who require immediate emergency treatment, either on a one-day basis or in a disaster. Stagnancy is a condition when the patient cannot move to the inpatient room or to the ICU more than 8 hours after the decision to be hospitalized, which is caused by several factors, one of which is because the patient does not get a treatment room. The aim of this special task is to identify DRP (Drug Related Problems) that occur during drug use in patients with stagnant conditions in the Emergency Room (IGD) at the University of Indonesia Hospital. The implementation of this special task is carried out by collecting data retrospectively from the Patient Medication Use Form and CPPT (Integrated Patient Progress Note), observing the progress of the patient's condition and carrying out DRP analysis. The results obtained were that all patients analyzed had received therapy that was in accordance with the therapeutic management but several DRPs were found. However, the DRP obtained is not absolutely correct because there are other factors that influence it.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Putri Hadiani
"Rumah sakit menjadi salah satu tempat diselenggarakannya pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian di rumah sakit salah satunya dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD). IGD menjadi unit pelayanan yang menangani pasien dengan kondisi darurat sehingga dibutuhkan pelayanan yang cepat dan tepat. Akan tetapi, ramainya pasien yang berkunjung ke rumah sakit menyebabkan beberapa pasien tertahan lebih lama di IGD karena tidak memperoleh akses tempat tidur sampai batas yang wajar setelah diputuskan untuk rawat inap atau disebut dengan stagnan. Laporan tugas khusus ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian terapi pasien IGD kondisi stagnan berdasarkan guideline klinis serta mengidentifikasi masalah terkait obat pada terapi pasien. Pelaksanaan tugas khusus dimulai dengan melakukan pengumpulan data tiga pasien stagnan dari formulir penggunaan obat dan S-O-A-P pasien selama berada di IGD. Analisis terapi dilakukan dengan menganalisis penggunaan obat (pemilihan obat, indikasi, dan dosis) berdasarkan guideline klinis serta memaparkan masalah terkait obat. Semua pasien telah menerima terapi yang sesuai dengan guideline klinis secara teoritis. Terdapat masalah terkait obat dalam pengobatan pasien, antara lain pemberian obat tanpa indikasi, ada indikasi tanpa obat, dan interaksi obat. Namun, adanya masalah terkait obat pada terapi pasien dapat dipengaruhi oleh kondisi pasien, ketersediaan obat, respon pasien terhadap obat, dan tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien oleh tenaga kesehatan selama masa perawatan.
Hospitals are one of the places where pharmaceutical services are held. One of the pharmaceutical services in hospitals is carried out in the Emergency Room (IGD). The ER is a service unit that handles patients with emergency conditions so fast and precise service is needed. However, the large number of patients visiting the hospital caused some patients to be held longer in the ER because they did not have access to a bed to a reasonable extent after deciding to be hospitalized or what was called stagnant. This special assignment report aims to analyze the suitability of therapy for emergency room patients with stagnant conditions based on clinical guidelines and identify drug-related problems in patient therapy. Implementation of the special task began by collecting data on three stagnant patients from the patient's medication use form and S-O-A-P while in the ER. Therapy analysis is carried out by analyzing drug use (drug selection, indications and dosage) based on clinical guidelines and explaining drug-related problems. All patients had received therapy in accordance with theoretical clinical guidelines. There are drug-related problems in patient treatment, including administering drugs without indications, indications without drugs, and drug interactions. However, the presence of drug-related problems in patient therapy can be influenced by the patient's condition, the availability of the drug, the patient's response to the drug, and the actions taken on the patient by health workers during the treatment period."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Sukma Sajati
"Nyeri adalah suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual, potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian saat terjadi kerusakan. Manajemen nyeri merupakan suatu komponen penting dari perawatan pasien, terutama dalam keadaan darurat dimana rasa sakit dapat menghambat kesempatan untuk mengobati dan mengelola kondisi yang menyebabkan rasa sakit. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk membentuk pedoman manajemen nyeri di Instalasi Gawat Darurat (IGD) sehingga dapat digunakan secara efektif dan cepat guna mengurangi rasa nyeri yang dirasakan, meningkatkan fungsi bagian tubuh yang sakit dan meningkatkan kualitas hidup. Dalam studi ini, Rumah Sakit Universitas Indonesia menjadi subjek evaluasi. Penelitian ini dilakukan dengan desain obeservasional menggunakan analisis deskriptif. Kesimpulan dari studi ini adalah derajat nyeri dapat dibagi secara sederhana menjadi ringan, sedang, berat. Ada beberapa cara untuk membantu mengetahui akibat nyeri menggunakan skala assessment nyeri yaitu Visual Analog Scale (VAS), Verbal Rating Scale (VRS), Numeric Rating Scale (NRS), dan Wong Baker Pain Rating Scale. Manajemen nyeri dapat dilakukan tatalaksananya sesuai dengan indikasi nyeri berdasarkan tingkat keparahannya. Manajemen nyeri yang efektif dan cepat dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan, meningkatkan fungsi bagian tubuh yang sakit dan meningkatkan kualitas hidup. Berdasarkan studi literatur, obat yang dapat digunakan sebagai terapi untuk kategori nyeri skala sedang yaitu terapi inhalasi (seperti nitrooksida, dan metoksifluran), asetaminofen/parasetamol, obat golongan antiinflamasi non steroid (NSAID) (seperti ibuprofen, naproxen, diklofenak, ketorolak, celecoxib dan metamizol), dan obat golongan opioid (seperti kodein dan tramadol).

Pain is an unpleasant sensory and emotional experience associated with actual, potential or perceived tissue damage in the event of damage. Pain management is an important component of patient care, especially in emergencies where pain can hinder the opportunity to treat and manage the condition causing the pain. Therefore, this study aims to establish guidelines for pain management in the Emergency Room (ER) so that they can be used effectively and quickly to reduce perceived pain, improve the function of diseased body parts and improve quality of life. In this study, the University of Indonesia Hospital was the subject of evaluation. This research was conducted with an observational design using descriptive analysis. This study concludes that the degree of pain can be simply divided into mild, moderate, and severe. There are several ways to help determine the effects of pain using pain assessment scales, namely the Visual Analog Scale (VAS), Verbal Rating Scale (VRS), Numeric Rating Scale (NRS), and Wong-Baker Pain Rating Scale. Pain management can be managed according to pain indications based on the severity level. Effective and fast pain management can reduce pain, improve the function of the affected body part and improve quality of life. Based on literature studies, drugs that can be used as therapy for moderate pain are inhalation therapy (such as nitrooxide and methoxyflurane), acetaminophen/paracetamol, non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) (such as ibuprofen, naproxen, diclofenac, ketorolac, celecoxib and metamizole), and opioid class drugs (such as codeine and tramadol)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Lathifia
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai sistem tanggap darurat di Rumah Sakit UI pada fase sebelum, saat, dan setelah terjadi keadaan darurat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan sistem tanggap darurat di Rumah Sakit UI berdasarkan WHO Hospital Emergency Response Checklist (2011). Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penulis melakukan analisis data menggunakan metode in depth analysis melalui wawancara yang dilakukan secara online dan telaah dokumen terkait Sistem Tanggap Darurat di Rumah Sakit UI. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa presentase kesesuaian sistem tanggap darurat di Rumah Sakit UI berdasarkan WHO Hospital Emergency Response Checklist (2011) adalah sebesar 56% telah terpenuhi, 29% masih dalam proses pemenuhan (terpenuhi sebagian), dan 15% diantaranya perlu dilakukan peninjauan (tertunda). Hal ini menunjukkan bahwa Rumah Sakit UI sudah baik dalam menerapkan WHO Hospital Emergency Response Checklist (2011). Meskipun hasilnya telah baik, namun pihak rumah sakit perlu meninjau dan meningkatkan perencanaan terkait sistem tanggap darurat di rumah sakit yang lebih komprehensif.

ABSTRACT

This research analyzes about emergency response system at University of Indonesia Hospital in pre disaster phase, on disaster phase, and after disaster phase. The purpose of this study is to analyze the implementation of the emergency response system implementation in University of Indonesia Hospital based on WHO Hospital Emergency Response Checklist (2011). This research uses the descriptive method with a qualitative approach. The author analyzes the data using in-depth analysis by online interview and documents analysis about emergency response system at University of Indonesia Hospital. From this study, it can be concluded that the percentage conformity of the emergency response system implementation based on WHO Hospital Emergency Response Checklist (2011) is 56% completed, 29% in progress, and 15% due for review. This shows that University of Indonesia Hospital has a good implementation of WHO Hospital Emergency Response Checklist (2011). Although the result is good, but the company is required to review and improve the emergency response system planning to be more comprehensive."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annesya Shafira Amartya
"Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan tolok ukur yang digunakan sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pada tugas khusus ini, dibahas mengenai pengendalian yang merupakan salah satu pengelolaan sediaan farmasi dengan mengevaluasi jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai (BMHP) pada kelompok slow moving. Tujuan disusunnya tugas khusus ini untuk mnegetahui cara pengendalian, penggolongan sediaan farmasi berdasarkan perputaran pemakaian, dan nilai investasi pada sediaan farmasi dan BMHP di IGD. Metode pengendalian dilakukan dengan mengolah data hasil penjualan pada tanggal 1 November 2022 – 31 Januari 2023 metode penggolongan perputaran penggunaan dan penggolongan nilai investasi atau ABC. Dari item tersebut dilakukan pengelompokan dengan melihat penjualan rata-rata per item atau perputarannya. Item yang termasuk kelompok slow moving sebanyak 249 item (10,65%). Obat yang memiliki data penjualan tertinggi di kelompok slow moving adalah Asam Ursodeoksikolat 250 mg Kaps dengan penjualan 123 kapsul di bulan Januari. Vitamin dan suplemen yang memiliki data penjualan tertinggi adalah Caviplex tablet dengan penjualan 660 tablet di bulan Desember. Bahan medis habis pakai yang memiliki data penjualan tertinggi adalah Needle 18G x 38 mm Onemed sebanyak 400 pieces di bulan Januari. Kemudian dilakukan pengelompokan berdasarkan nilai investasi menggunakan metode ABC. Berdasarkan hasil pengolahan data, didapatkan item di kelompok A sebanyak 26 item (10,48%), kelompok B sebanyak 50 item (20,16%), dan kelompok C sebanyak 172 item (69,36%). Dengan penggolongan tersebut diharapkan dapat meminimalisir terjadinya stok berlebih atau kekosongan.

Pharmaceutical service standards in hospitals are used as guidelines for health workers in administering pharmaceutical services. On this paper is discussed about management of pharmaceutical products by evaluating the type and amount of inventory and use of drug, medical devices, and consumable medical materials (BMHP) in the slow-moving group. The aims of this paper is to find out how to control, classify pharmaceutical preparations based on usage, and the value of investment in pharmaceutical preparations and BMHP in the Emergency Unit. The method is processing the data sales results on November 1, 2022 - January 31, 2023, using the usage classification and investment value classification (ABC). These items are grouped by looking at the average sales per item or its turnover. The items that included in slow-moving group were 249 items (10.65%). The drug that has the highest sales data in the slow-moving group is Ursodeoxycholic Acid 250 mg Caps with sales of 123 capsules in January. Vitamins and supplements that have the highest sales data are Caviplex tablets with sales of 660 tablets in December. The consumable medical material that has the highest sales data is Needle 18G x 38 mm Onemed with 400 pieces in January. Based on the results of data processing using the ABC method, there were 26 items (10.48%) in group A, 50 items (20.16%) in group B, and 172 items (69.36%) in group C. With this classification, it is expected to minimize the occurrence of excess stock or vacancies."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bonita Risky Aprilenia
"Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari terjadinya kekosongan stok maupun stok obat yang berlebih. Stok obat yang berlebih dapat menyebabkan kondisi dead stock. Suatu obat dapat dikategorikan sebagai dead stock ketika persediaan obat tidak digunakan sama sekali dalam waktu tiga bulan berturut-turut. Obat keadaan darurat medis merupakan daftar jenis obat yang diperlukan untuk penanganan kasus pasien dalam keadaan darurat medis sebagai pedoman atau gambaran pada tempat praktik mandiri dokter dan klinik yang tidak menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Obat ini harus selalu tersedia di dalam fasilitas pelayanan kesehatan karena termasuk obat dengan kategori lifesaving. Terdapat 330 jenis obat yang tergolong ke dalam kategori dead stock di depo farmasi IGD RSUI, dan dua diantaranya termasuk kedalam daftar obat keadaan darurat medis yaitu, lidokain 2% 2 mL injeksi dan dobutamine 250 mg/20 mL inj. Dead stock dapat terjadi karena beberapa alasan antara lain, obat, perencanaan obat yang kurang tepat sehingga stock obat berlebih, dan kurangnya langkah tindak lanjut untuk menangani obat dengan penggunaan dan perputaran yang rendah.

The process of planning requirements involves determining the quantity and procurement period of pharmaceuticals, medical equipment, and Disposable Medical Supplies in accordance with the results of the selection process to ensure the fulfillment of criteria including the right type, right amount, right timing, and efficiency. Planning is conducted to avoid both stock shortages and excessive drug supplies. Excessive drug supplies can lead to a condition known as dead stock. An item is categorized as dead stock when the inventory of that item remains unused for three consecutive months. Emergency medical condition drugs comprise a list of medications necessary for handling patient cases in emergency medical situations. This list serves as a guideline or reference in independent medical practice settings and clinics that do not provide pharmaceutical services. These medications must always be available in healthcare facilities due to their categorization as lifesaving drugs. Within the pharmacy depot of the Emergency Department at the University of Indonesia Hospital, there are 330 types of drugs categorized as dead stock, and two of these are also included in the emergency medical condition drugs list: lidocaine 2% 2 mL injection and dobutamine 250 mg/20 mL inj. Dead stock can occur due to several reasons, including inappropriate drug planning resulting in excess stock, and a lack of follow-up measures to address drugs with low usage and turnover."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Mulia Sari
"Terbatasnya waktu respon, penurunan daya tahan tubuh, serta banyaknya prosedur invasif yang dilakukan perawat kepada pasien menjadi penyebab tingginya risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan di instalasi gawat darurat dan ruang perawatan intensif. Insiden infeksi terkait pelayanan kesehatan dapat dicegah dan dihindari melalui penerapan kepatuhan kewaspadaan standar. Namun, tingkat kepatuhan kewaspadaan standar pada perawat masih tergolong rendah. Perilaku kepatuhan kewaspadaan standar pada perawat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor demografi, predisposisi, pemungkin, dan penguat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan kewaspadaan standar pada perawat. Desain riset menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini melibatkan 100 perawat ruang perawatan intensif dan IGD yang dipilih dengan menggunakan metode convenience sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Nilai kepatuhan kewaspadaan standar perawat relatif cukup rendah yaitu sebesar 54.66 (SD = 4.68) atau sekitar 67.89 persen dari total nilai kepatuhan tertinggi. Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa usia (p = 0.939), lama bekerja (p = 0.564), jenis kelamin (p = 0.064), tingkat pendidikan (p = 0.870), unit kerja (p = 0.078), jenjang karir (p = 0.919), pelatihan (p = 0.065), pengetahuan (p = 0.137), sikap (p = 0.738), ketersediaan fasilitas (p = 0.810), standar prosedur operasional (p = 0.229), dan dukungan atasan (p = 0.436) tidak memiliki hubungan yang bermakna. Hanya efikasi diri (p = 0.009) yang memiliki hubungan yang bermakna dengan kepatuhan kewaspadaan standar. Penelitian ini menyimpulkan bahwa efikasi diri merupakan faktor yang esensial untuk meningkatkan kepatuhan kewaspadaan standar. Hasil penelitian ini merekomendasikan rumah sakit untuk menyelenggarakan atau menggiatkan program atau aktivitas yang mampu meningkatkan efikasi diri perawat agar tingkat kepatuhan kewaspadaan standar perawat dapat meningkat.

The limited response time, decreased immune system, and many invasive procedures performed by nurses to the patient are responsible for the high risk of healtcare-associated infections (HAIs) in the emergency and intensive care units. The incidence of HAIs can be prevented and avoided through compliance on standard precautions. However, the level of nurses compliance on standard precautions is still low. The compliance on standar precautions can be influenced by several factors, such as demographic, predisposing, enabling, and reinforcing factors. This study aimed to identify factors affecting nurses compliance on standard precautions.  This study used descriptive correlation with cross sectional approach. The study involved 100 intensive care and emergency care nurses who were selected using convenience sampling method. Data were collected using questionnaires. The study revealed that the mean score of nurses compliance on standard precaution was 54.66 (SD = 4.68) or 67.89 percent of the total correct score. The results of the study, furthermore, showed that there was no significant correlation between age (p = 0.939), working experience (p = 0.564), gender (p = 0.064), level of education (p = 0.870), working unit (p = 0.078), level of career (p = 0.919), training (p = 0.065), knowledge (p = 0.137), attitude (p = 0.738), facility (p = 0.810), standard operational procedure (p = 0.229), managerial support (p = 0.436) with standard precaution compliance. Only self-efficacy showed significant correlation with standard precaution compliance (p = 0.009). The study concluded that self- efficacy could increase nurses compliance on standard precautions. The results of the study recommended the hospitals conducting programs or activities that may enhance nurses efficacy, because it can improve nurses compliance on standar precautions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gustiane Adriani Dwisari
"Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) memegang peran penting dalam menentukan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit. Indikator kinerja IGD, seperti Length of Stay (LOS), yang mengukur lama pasien d IGD dari kedatangan hingga pemulangan atau pemindahan, dapat memengaruhi tingkat kepadatan di IGD. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi alur pelayanan, hambatan, dan akar penyebab masalah terkait LOS di IGD. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April-Mei 2024 dengan pendekatan kualitatif studi kasus, berupa observasi pada 30 pasien, wawancara, dan telaah dokumen. Analisis data menggunakan flowchart untuk mengidentifikasi alur pelayanan, Value Stream Mapping untuk mengenali kegiatan bernilai dan menemukan waste, serta The Five Whys untuk menganalisis akar penyebab hambatan. Metode Lean Thinking digunakan untuk menghasilkan alur dan Model BAS (Baseline, Assess, Suggest Solution) dari Model BASICS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alur pelayanan pasien IGD melibatkan lima tahapan; dengan 65,5% waktu pelayanan adalah kegiatan non-value added, 23,4% kegiatan necessary but non-value added, dan 11,1% kegiatan value added, dengan total Lead Time 7 jam 55 menit 29 detik. Dari sisi pasien, waste yang terjadi meliputi waste of waiting (94,9%) dan transportation (5,1%). Bottleneck terjadi pada aktivitas menunggu terdaftar di rawat inap (25,2%), menunggu advis DPJP (22,9%), menunggu hasil pemeriksaan penunjang (22,3%), dan menunggu kesiapan rawat inap (18,2%), dengan total 88,6%. Perbaikan LOS di IGD dapat menggunakan lean tools seperti standardized work, visual management, heijunka, kaizen, dan just in time agar waste dapat dikurangi.

Emergency Department (ED) services play a crucial role in determining the quality of care and patient safety in hospitals. Performance indicators in the ED, such as Length of Stay (LOS) which measures the duration from a patient's arrival to their discharge or transfer can significantly impact the congestion levels in the ED. This study aims to identify the service flow, obstacles, and root causes of issues related to LOS in the ED. Data collection was conducted from April to May 2024 using a qualitative case study approach, including observations of 30 patients, interviews, and document reviews. Data analysis involved using flowcharts to identify the service flow, Value Stream Mapping to recognize value-added activities and identify waste, and The Five Whys to analyze the root causes of obstacles. Lean Thinking methodology was applied to develop a service flow and the BAS (Baseline, Assess, Suggest Solution) model from the BASICS model. The study results show that the patient service flow in the ED involves five stages, with 65.5% of service time consisting of non-value-added activities, 23.4% of necessary but non-value-added activities, and 11.1% of value-added activities, resulting in a total lead time of 7 hours, 55 minutes, and 29 seconds. From the patient's perspective, the waste observed includes waiting (94.9%) and transportation (5.1%). Bottlenecks were identified in activities such as waiting to be registered for inpatient care (25.2%), waiting for specialist advice (22.9%), waiting for the results of supporting examinations (22.3%), and waiting for inpatient readiness (18.2%), totaling 88.6%. Improving LOS in the ED can utilize lean tools such as standardized work, visual management, heijunka, kaizen, and just-in-time to reduce waste."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>