Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124948 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Juli Sapitri
"Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi, namun dampak yang ditimbulkan oleh bencana dapat diminimalisir atau
dihindari. Pengurangan risiko bencana dapat dilakukan dengan penguatan kapasitas organisasi dalam menghadapi bencana. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kapasitas Dinas Kesehatan daerah Kota Padangsidimpuan dalam penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana alam. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan dalam penyelenggaraan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana alam belum ditunjang oleh ketersediaan regulasi/peraturan, struktur organisasi dan dana. Sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan belum berjalan sebagaimana seharusnya. Penguatan kapasitas sumberdaya hanya terfokus pada pemberian pelatihan pada sumber daya manusia. Kegiatan pengurangan risiko kesehatan akibat bencana difokuskan pada penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan pencegahan dan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan serta gizi. Pelaksanaan koordinasi lintas sektor belum terselenggara dengan baik, dengan sektor lain masih kurang. Upaya pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan krisis kesehatan dilakukan dengan melibatkan kader posyandu dalam kegiatan penyuluhan kesehatan terhadap masyarakat, namun belum ditunjang oleh pembinaan terhadap masyarakat terkait penanganan krisis kesehatan akibat bencana. Kesimpulan: Kapasitas organisasi Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana masih belum memadai, perlu penguatan kapasitas organisasi melalui penetapan regulasi/peraturan, struktur organisasi yang jelas, penyediaan sistem informasi, meningkatkan koordinasi dengan sektor terkait dalam pengerahan sumber daya dan pemberdayaan masyarakat.

Disaster is an event that cannot to be predicted when it will occur, but the impact caused by a disaster can be minimize or avoided. Disaster risk reduction can be done bay strengthening organizational capacity in the face of disaster. The purpose of this study was to analyze the capacity of the Padangsidimpuan district Health Office in overcaoming the health crisis due to natural disaster. had not been supported by.
This research is a qualitative research with descriptive design. The result showed that the Padangsidimupuan Health Office in the management of health crisis response due to natural disaster had not been supported by avaibility of regulation, organizational structure and fund. The health crisis management information system has not yet proceeded as it should. Strengthening resource capacity is only focused on providing
training to human resources. The activity of reducing health risk due to disaster is focused on the implemntation of health service and prevention and control of disease enviromental helath and nutrition. Cross sectoral coordination has not been carried out properly, with other sector still lacking. Effort to empower comunity in the
management of health crisis ar carried out by involving Posyandu cadres in health education activitiesfor the comunity, but have been supported by guidance to the comunity regarding the handling of the health crisis crisis caused by disaster.
Concusion : The organzational capacity of the Padangsidimpua Health Office in managing the helath crisis due to disaster is stillinadequate, it need strengthen organizational capacity through regulation, clearorganizational structure, provisison of information system,improve coordination with related sector in resource mobilization and comunity empowerment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53856
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasserina Rawie
"Salah satu permasalahan yang muncul di negara berkembang seperti Indonesia adalah keterbatasan dalam menangani bencana-bencana alam besar. Salah satu yang dilakukan pemerintah suatu negara adalah menerima bantuan dari negara asing. Meski demikian, bantuan internasional ternyata tidak sepenuhnya memberikan kontribusi terhadap suatu negara, tetapi juga bisa mengancam ketahanan nasional suatu negara. bantuan internasional membuat penanganan bencana alam bukan sekedar bersifat kemanusiaan dan filantropisme, tapi juga bersifat politis. Maka dari itu, penelitian ini menganalisis kelebihan, kekurangan, peluang dan ancaman dari penerimaan bantuan internasional untuk bencana alam di suatu negara terhadap dinamika ketahanan nasional dengan metode Delphi. Analisis akan dijabarkan melalui sejumlah gatra dalam ketahanan nasional, yaitu ekonomi, politik, ideologi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 4 faktor yang pelru menjadi pertimbangan pemerintah dalam menyikapi bantuan internasional bencana alam, yaitu jenis dan skala bencana, bentuan bantuan, asal negara pendonor dan motif atau kepentingan dari negara pendonor. Para pakar juga menyarankan pemerintah untuk menerima bantuan berupa dana, barang/kebutuhan pokok dan teknologi/fasilitas, dan menolak bantuan berupa tentara dan relawan asing.

Problem that arises in developing countries like Indonesia is the limitations in dealing with major natural disasters. One of the actions of the government of a country is to receive assistance from a foreign country. However, foreign aid does not fully contribute to a country, but can also threaten a country's national resilience. Carneige and Dolan (2015) show that international assistance makes handling natural disasters not just humanitarian and philanthropic, but also political. Therefore, this study analyzes the strengths, weaknesses, opportunities and threats of receiving foreign aid for natural disasters in a country against the dynamics of national resilience by the Delphi method. The analysis will be elaborated through a number of gatra in national security, namely economic, political, ideological, socio-cultural and defense and security. Based on the results of the study, there are 4 factors that are considered by the government in responding to foreign aid in natural disasters, namely the type and scale of disasters, aid provisions, donor country of origin and motives or interests of donor countries. The experts also advised the government to accept aid in the form of funds, basic goods / needs and technology / facilities, and refused assistance in the form of foreign troops and volunteers."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Borodzicz, Edward P.
New Jersey: John Wiley & Sons, 2005
658.47 BOR r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fahri Isnanta
"ABSTRAK
Kelurahan Rawa Buaya RW 11 memiliki tingkat ancaman terhadap bencana banjir
yang cukup tinggi. Maka, Kementerian Sosial melalui program Kampung Siaga
Bencana (KSB) menginisiasi warga RW 11 agar mempunyai kemandirian dalam
menanggulangi bencana banjir yang rutin datang ketika musim penghujan. Dengan
pendekatan kualitatif, tesis ini menggambarkan implementasi program KSB di RW
11 dalam rangka penanggulangan bencana berbasiskan masyarakat, serta faktor
pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan program tersebut setelah
berdiri selama lebih kurang 3 tahun. Temuan penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan KSB di RW 11 selain menciptakan organisasi masyarakat yang siap
dan tanggap terhadap bencana juga meningkatkan kapasitas warga dalam
menghadapi banjir dan meningkatkan partisipasi warga dalam upaya
penanggulangan bencana di wilayahnya.

ABSTRACT
RW 11 Rawa Buaya Urban Village has a threat of floods on high levels. With that
kind condition, The Ministry of Social initiated Kampung Siaga Bencana (KSB)
Programe to make community independency in response to floods that routinely
come up when the rainy season. With a qualitative approach, this thesis illustrates
the implementation of KSB programs in RW 11 in the framework of community
based disaster management, also describe the supporting factors and inhibiting
factors in the implementation of the program after standing for about 3 years . The
study findings suggest that the implementation of the KSB in RW 11, has create a
community organizations well prepare for and respond to disasters also increase
the capacity of people to cope with floods and increase citizen participation in
disaster management in they region."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T38910
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lewis, Gerald
New york: Auerbach Publications, 2006
658.477 LEW o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Manggala, Adithya Raja
"Indonesia merupakan negara yang sangat berpotensi mengalami bencana baik bencana alam ataupun bencana yang ditimbulkan oleh manusia. Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB, 2013 menyebutkan bencana kebakaran adalah bencana yang terbanyak kedua yang terdapat di provinsi DKI Jakarta. Sumber dari Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta 2017, frekuensi kejadian kebakaran terbanyak di Jakarta Pusat khususnya kecamatan Johar Baru. Faktor penyebab kebakaran tertinggi adalah hubungan arus pendek listrik 34 dan kebocoran gas 26 .
Peneliti melakukan program intervensi yang dilakukan pada komunitas warga di Rukun Warga RW 03 Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru dengan menggunakan pendekatan Empowerment Community Setting ECS. Dimana dengan pendekatan ini mempunyai tujuan agar komunitas membentuk organisasi, yang dimana organisasi tersebut berfungsi sebagai agen perubahan di daerahnya.
Intervensi ini mencakup kegiatan diskusi FGD mengenai permasalahan kebakaran, pembentukan organisasi yang meliputi penyusunan struktur organisasi, pemilihan ketua, penunjukan anggota, penentuan visi organisasi, penyusunan rencana kegiatan organisasi dan penyelenggaraan kegiatan inti salah satunya adalah workshop.
Setelah dilakukan intervensi didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil pre-test dan post-test yang diukur menggunakan kuesioner disaster risk awareness dan resilience. Hal yang sama terjadi juga terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kelompok yang diintervensi n=19 dan kelompok yang tidak diintervensi n=21.

Indonesia is a country that has the potential to experience disasters either natural disasters or disasters caused by humans. The National Disaster Management Agency BNPB, 2013 mentions that the fire disaster is the second most prevalent disaster in the province of DKI Jakarta. Source from Jakarta Fire and Rescue Agency 2017, the frequency of most fires in Central Jakarta, especially Johar Baru district. The highest cause of fire was short circuit 34 and gas leakage 26.
Researchers conducted an intervention program conducted on community residents in Rukun Warga RW 03 Tanah Tinggi Sub District, Johar Baru District using the Empowerment Community Setting ECS approach. Where this approach has a purpose for the community to form an organization, which where the organization serves as an agent of change in the region.
This intervention includes focus group discussion activities on fire issues, the formation of organizations that include the preparation of organizational structure, election chairman, appointment of members, the determination of organizational vision, organizational activity plan and organizing core activities one of them is made a workshop.
After the intervention, it was found that there were significant differences in pre post test results measured using disaster risk awareness and resilience questionnaires. Similarly, there were significant differences in the intervention group n 19 and the control group n 21.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T49136
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yus Ferdi Andi Kamser
"Berangkat dari keinginan memahami “banjir” di Jakarta, saya menyusun pertanyaan untuk memahami adaptasi masyarakat terhadap bencana banjir yang melekat dengan identitas nama Kota Jakarta. Sebagai orang yang juga sering menikmati banjir di Jakarta, saya ingin mengkaji bagaimana masyarakat ‘berdamai’ dengan banjir. Saya kemudian merumuskan kerangka berpikir untuk mengeksplorasi pengalaman sensorik masyarakat dalam menghadapi banjir dan bagaimana pengalaman tersebut mempengaruhi persepsi risiko serta strategi adaptasi mereka. Kerangka analisis yang digunakan saya adalah konsep desensitised disaster perception, sebuah konsep yang menggabungkan unsur-unsur affect dan emotion dalam interaksinya di realitas sosial. Konsep ini mengacu pada bagaimana pengalaman berulang terhadap suatu bencana membuat individu atau komunitas menjadi kurang sensitif terhadap risiko tersebut. Metode penelitian saya meliputi observasi, wawancara mendalam, serta pencarian data publikasi di situs pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di Sunter Muara bersikap tenang selayaknya berdamai dengan banjir. Mereka memiliki cara unik dengan menanam keyakinan bahwa ada daerah lain yang lebih rentan terdampak banjir dibandingkan mereka. Mereka menganggap bahwa kondisi mereka tidak terlalu mengancam bermodalkan pemikiran “tinggi air cuma sebetis.” Adaptasi lainnya pun nampak dari pemanfaatan ruang atap rumah sebagai area mengungsi saat terjadinya banjir. Temuan ini menunjukkan bahwa kebiasaan dan pengalaman menghadapi banjir telah membentuk persepsi masyarakat hingga perasaan panik tak lagi membebani persepsi mereka. Penelitian ini memberi gambaran tentang adaptasi masyarakat Jakarta, terutama di daerah dataran rendah, dalam menghidupi situasi banjir. ‘Berdamai’ dengan banjir menunjukkan adaptasi mereka yang tak hanya diwujudkan secara fisik, tapi juga ketubuhan dan pemikiran.

Starting from a desire to understand the “floods” in Jakarta, the author formulated questions to understand the adaptation of the community to the flood disasters that are closely associated with the identity of Jakarta. As someone who also often experiences floods in Jakarta, the author wanted to study how the community ‘makes peace’ with the floods. The author then developed a framework to explore the sensory experiences of the community in facing floods and how these experiences influence their risk perception and adaptation strategies. The analytical framework used by the author is the concept of desensitised disaster perception, a concept that combines elements of affect and emotion in their interaction within social reality. This concept refers to how repeated experiences of a disaster make individuals or communities less sensitive to the associated risks. The author's research methods included observation, in-depth interviews, and data collection from government websites. The research findings showed that the community in Sunter Muara remained calm as if they had made peace with the floods. They had a unique way of believing that other areas were more vulnerable to floods than their own. They considered their situation not too threatening with the thought, “tinggi air cuma sebetis.” Other adaptations were also evident, such as the use of rooftops as evacuation areas during floods. These findings indicate that the habits and experiences of dealing with floods have shaped the community’s perceptions to the point where panic no longer burdens their perception. This research provides an overview of the adaptation of Jakarta's community, especially in low-lying areas, in living with flood conditions. 'Making peace' with floods shows their adaptation, which is not only manifested physically but also bodily and mentally."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zikri Alhadi
"Tesis ini membahas tentang upaya Pemerintah Kota Padang untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana gempa dan tsunami. Penelitian ini berfokus pada tahap pencegahan yang terkait dengan peningkatan kesiapsiagaan sebagai bagian dari siklus manajemen bencana.Pendekatan penelitian yang dipakai adalah pendekatan kualitatif dengan tenis penelitian deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa upaya Pemerintah Kota Padang untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana gempa dan tsunami secara umum belum mencapai hasil yang diinginkan. Ini dibuktikan dengan sikap Pemerintah Kota Padang yang lebih mengutamakan penanggulangan bencana pada tahap tanggap darurat, edukasi kesiapsiagaan yang belum merata, kerentanan bangunan terhadap gempa dan tsunami yang masih tinggi, jalur dan lokasi evakuasi yang belum tersedia dan mencukupi serta sistem peringatan dini yang masih butuh perbaikan. Untuk itu Pemerintah Kota Padang perlu mengubah paradigma dalam penanggulangan bencana dengan lebih memperhatikan tahap pencegahan (pra ? bencana) berupa kesiapsiagaan sebagai upaya untuk mengurangi resiko bencana gempa dan tsunami jika terjadi.

This research discusses about the efforts of Padang City Government to raise public awareness in facing potential earthquake and tsunami. This research focuses on pre ? disaster stage by raising preparedness as a part of disaster management. This descriptive research uses qualitative method. Based on the result, it is concluded that Padang City Government efforts to raise public awareness in facing potential earthquake and tsunami have not yet achieved the target. This can be inferred from the goverment?s disaster management priority in the post-disaster emergency response, the uneven disaster preparedness education, the poor building construction, the absence of sufficient evacuation lines and centers as well as the need to maintain the early warning system. It is recommended that the Padang City Government change its perspective in disaster management by prioritizing in pre-disaster preparedness as an effort to reduce the risk of potential earthquake and tsunami."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
T28581
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Al Fatich
"ABSTRAK
Distribusi suplai gas yang kontinu untuk pembangkit listrik tenaga gas mutlak
diwujudkan. Melalui program pemerintah 35 ribu MW, beberapa fasilitas
produksi gas dibangun oleh kontraktor X, lingkup kerja proyek terbesar yaitu
Rusa Gas dengan kapasitas produksi terbesar di pulau Sumatera yaitu 780
MMSCFD. Pada rekayasa desain / FEED proyek ini, pelaksanaan HAZID/ENVID
workshop dimulai dari identifikasi potensi bahaya (hazard) dari berbagai disiplin
kerja dan dilanjutkan dengan pendekatan analisis risiko konvensional dan metode
RFMECA guna menentukan risiko-risiko kritis dan dilanjutkan metode FTA yang
dibuat dengan menetapkan risiko kritis sebagai top event yang akan diperoleh
penyebab/root caused sebagai basic event yang diberi rekomendasi dan mitigasi.
Dalam penelitian ini dari total keseluruhan 60 potensi risiko ditentukan 25 risiko
kritis meliputi kategori pengaruh dari lingkungan ke fasilitas, pengaruh fasilitas ke
lingkungan, bahaya operasi, bahaya proses, bahaya non proses, bahaya konstruksi.
Kemudian pada risiko kritis kategori high atau very high melalui FTA, dengan
risiko kritis sebagai top event diperoleh akar penyebab sebagai basic event yang
kemudian dibuatkan rekomendasi dari pakar. Analisis risiko yang dilaksanakan
memperlihatkan bahwa lewat penerapan RFMECA tidak semua risiko perlu diberi
penanganan risiko dimasa tahap awal ini dikarenakan adanya metode deteksi
dalam perhitungan RPN sehingga dapat berfokus dulu pada risiko yang paling
kritis yang mengimprovisasi perencanaan/kelola risiko menjadi lebih tereduksi
dan efisien secara waktu.

ABSTRACT
Distribution of supply gas sustainably to power plants is a must. Through
goverment program 35000 MW, some of new project gas production facilities
were built by Contractor X. The largest scope of work is Rusa Gas, has 780
MMSCFD becoming itself as the largest production capacity on Sumatera. In
engineering design / FEED in this project, the implementation of HAZID /
ENVID workshop starting from identification of potential danger (hazard) from
various disciplines work and continued with the approach to risk analysis of
conventional and methods RFMECA to determine the critical risk and followed
by Failure Tree Analysis (FTA) by establishing critical risk as the top event that
would be obtained root cause as a basic event which will be given
recommendation and mitigation. In this research, of a total of 60 risk is then
determined 25 critical risks including in the risk category; influences from the
environment to the facility, the influences of the facility to the environment,
operation hazards, process hazards, hazard of non-process, construction hazards.
Then through FTA the critical risk that have high and very high level risk, by
placing the critical risks as the top event will be determined the root cause as a
basic event which created the recommendations of the experts then. Risk analysis
conducted shows that through the application of RFMECA not the overall risks
need to be handled at the early stage due to contained the detection method in the
calculation of the RPN so that team can focus first on the most risk critical so that
improvise planning / risk management becomes more reduced and risk handling
time become more efficient."
2016
T45729
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>