Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129332 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Baihaqi Musyafa
"Effective altruism (Altruisme efektif) yang diusung Peter Singer dalam upayanya mewujudkan dunia yang lebih baik melalui etika terapan memang mampu menarik perhatian dan mengubah cara pandang banyak orang. Terutama mengenai prinsipnya dalam bagaimana menggunakan asas utilitarian untuk memaksimalkan kegiatan berdonasi. Semangat utilitarian yang diaplikasikan di gerakan ini adalah rasionalisasi dan kalkulasi dalam berderma. Hal ini diharapkan dapat menjadikan kegiatan donasi sebagai sesuatu yang efektif dan paling menimbulkan dampak ke orang banyak. Namun, semangat dominasi rasio dalam tindakan moral ini memunculkan anggapan bahwa ada keharusan untuk meminggirkan emosi dalam keputusan etis. Padahal emosi tidak bisa dicabut begitu saja dalam suatu keputusan moral. Seperti apa yang diargumenkan oleh Hume dan Westermarck, emosi berperan penting dalam setiap tindakan moral dan juga dibuktikan dengan adanya bias-bias yang muncul dalam kegiatan beraltruis. Meniadakan emosi ini juga mempunyai dampak lain yaitu melahirkan pandangan moralitas yang sempit. Tulisan ini akan memperlihatkan bagaimana emosi terus berperan dalam keputusan moral serta apa yang dimaksud dengan moralitas yang sempit sebagai hasil dari dominasi rasionalisasi dan kalkulasi yang berlebihan di dalam altruisme efektif.

Peter Singers effective altruism (effective Altruism) in its efforts to create a better world through applied ethics is indeed able to attract attention and change the perspective of many people. Especially regarding the principle in how to use the utilitarian principle to maximize donation activities. The utilitarian concept that is applied in this movement is the rationalization and calculation in giving. This is expected to make donation activities as something that is effective and has the most impact on the people. However, this dominance of rationality in moral action raises the assumption that there is a necessity to marginalize emotions in ethical decisions. Though emotions cannot be revoked in a moral decision. As Hume and Westermarck argue, they always present in moral decisions and is proven by the existence of biases in the activities of the altruism. Eliminating this emotion also has another effect, namely giving birth to a narrow view of morality. This paper will show how emotions continue to play a role in moral decisions and what is meant by narrow morality as a result of the dominance of rationalization and excessive calculation in effective altruism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tomasello, Michael
Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press, 2018
170.9 TOM N
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Goldman, Alan H.
London: Routledge, 1990
170 GOL m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Haritsah Muhammadi Kusuma
"Tujuan penelitian ini adalah mencari tahu pengaruh dari jarak waktu terhadap tingkat pemberian hukuman. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti mencoba mereplikasi studi dari 2 penelitian sebelumnya, yaitu penelitian Carlsmith, Darley, dan Robinson (2002) tentang motif hukuman, dan penelitian Eyal, Trope, dan Liberman (2008), tentang jarak waktu. Penelitian ini menggunakan desain Survey Eksperimen dan menggunakan modifikasi dari instrument penelitian Eyal, Trope, dan Liberman (2008).
Penelitian ini melibatkan 119 masyarakat umum, yang berdomisili di daerah Jabodetabek. Setelah data diolah dalam SPSS menggunakan metode Chi square, ditemukan bahwa hasil penelitian tidak signifikan χ 2 (1, N= 2,215, p>.01), yang berarti tidak ada hubungan antara jarak waktu dan perilaku menghukum. Hasil diduga tidak signifikan dikarenakan kegagalan instrument penelitian untuk memberikan efek jarak waktu kepada partisipan, dan kurangnya pertimbangan kepada perspektif pihak ketiga dalam pengambilan keputusan.

The purpose of this study is to find out the effect of temporal distance on the level of punishment. To achieve this goal, the researcher tried to replicate 2 previous studies, namely Carlsmith, Darley, and Robinson (2002) research on punishment motives, and Eyal, Trope, and Liberman (2008) research about time intervals. This study used an Experimental Survey design and used research instruments with modifications from the Eyal, Trope and Liberman (2008).
This study involved 119 participants from general public, who live in the Greater Jakarta area. After the data were processed in SPSS using the Chi square method, it was found that the results of the study were not significant χ2 (1, N = 2,215, p> .01), which means there is no relationship between the temporal distance and the level of punishment. The results are thought to be insignificant due to the failure of the research instrument to provide the effect of time intervals to participants, and the lack of consideration for the perspective of third parties in decision making.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sainsna Demizike
"This study introduces the analysis of Construal Level Theory (CLT), which comprises how the mind traverses objects, to explain the potential violation of the rational economic assumption. The study analyses whether information perception could explain irrationality in giving: altruist behaviour. Built upon the importance of framing effects, the study manipulated a development initiative victim narrative and message framing through 2(social distance) x 2(message framing) factorial dictator game towards 120 participants. This research reports higher pure altruists where the congruence of information perception level were primed into low or high level. These are, when victims were manipulated as socially proximal (distal) to the dictators and paired with loss (gain) message framing, full-shot donations were 20-30% higher than the other conditions. Accordingly, the research encourages the government to frame contribution-based development programs on a construal basis to accelerate and improve the quality of initiatives. Lastly, the study demonstrates partial support over the empathy mediation analysis in the construal basis – which is only cognitive empathy mediates altruism. The central discovery of the research is that the way individuals’ perceive information explains altruism behaviour.

Studi ini memperkenalkan analisis Construal Level Theory (CLT), mencakup bagaimana pikiran manusia memersepsikan berbagai objek, dalam menjelaskan potensi penyimpangan asumsi rasionalitas dalam ekonomi. Studi ini menganalisis apakah persepsi manusia terhadap suatu informasi dapat menjelaskan irasionalitas dalam kegiatan memberi: perilaku altruisme. Didasari oleh pentingnya framing effects, eksperimen dalam studi ini dilakukan dengan memanipulasi victim narrative dan message framing program pembangunan dengan 2(jarak sosial) x 2(message framing) faktorial dictator game terhadap 120 peserta. Eksperimen ini mengungkap peningkatan altruis apabila kongruensi persepsi diatur pada level rendah atau tinggi. Yaitu, ketika target program pembangunan dimanipulasi dengan jarak sosial dekat (jauh) dipasangkan dengan loss (gain) message framing, kontribusi 20-30% lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi lainnya. Oleh karena itu, studi ini mendorong pemerintah untuk mengaplikasikan konsep framing pada program pembangunan berbasis kontribusi dengan pendekatan construal untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas program. Terakhir, eksperimen ini mendemonstrasikan dukungan parsial terhadap analisis mediasi empati dalam basis construal – bahwa hanya empati kognitif yang memediasikan perilaku altruisme. Penemuan utama dari penelitian ini adalah bagaimana pikiran manusia memersepsikan informasi dapat menjelaskan perilaku altruisme."
Depok: Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irsal Harifasyah
"ABSTRAK
Penelitian ini adalah tipe penelitian cross-sectional yang bertujuan meneliti hubungan antara identifikasi dan
pelepasan moral individu. Desain penelitian ini non-eksperimental yang membandingkan karakter-karakter
dalam tokoh One Piece menjadi tiga karakter. Variabel outcome dalam penelitian ini adalah pelepasan moral
individu, sedangkan variabel predictor dalam penelitian ini adalah identifikasi. Penelitian ini juga berusaha
mencari mengungkap peran mediasi dari penilaian moral dalam hubungan antara variabel prediktor dan outcome.
Responden dalam penelitian ini dibagi secara acak ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok karakter bermoral
paling baik, kelompok karakter bermoral ambigu, dan kelompok karakter paling immoral. Sebanyak 1471
responden mengisi penelitian ini dan dianalisis. Identifikasi terbukti berkorelasi secara positif dengan pelepasan
moral individu. Dalam hasil juga terdapat bahwa penilaian moral tidak memediasi hubungan antara identifikasi
dan pelepasan moral individu.

ABSTRACT
This study is cross-sectional research aimed to investigate relationship between identification and moral
disengagement. This study is non-experimental that compares three characters that exist in the story of One
Piece. Outcome variable of these study is moral disengagement, whereas the predictor is identification. Also,
these study try to reveal the mediation model of the predictor and outcome. 1471 respondents randomly assigned
into one of three group character that based on moral continuum which are most morally, morally ambiguous,
and most immoral character. The result shows that identification positively correlate with moral disengagement,
but the mediation which explains that moral judgement mediates the relationship between identification and
moral disengagement is not significant."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: McGraw-Hill, 2012
170 TAK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Nugraha
"Memutuskan hal-hal yang benar atau salah adalah langkah paling penting dalam menentukan apakah seseorang akan terlibat dan melakukan sesuatu yang etis atau tidak etis. Ketika membuat penilaian moral, orang sering menggunakan standar sosial untuk mengurangi ambiguitas yang mereka hadapi dalam satu situasi. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara konsensus sosial dan penilaian moral pada sampel karyawan di negara berkembang dan kolektif. Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional dan menggunakan kuesioner yang berisi skenario dan instrumen konsensus sosial dan penilaian moral. Menggunakan survei online, ada 324 karyawan yang terlibat dalam penelitian ini, dan hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsensus sosial dan penilaian moral. Temuan ini menggambarkan bahwa ketika karyawan membuat keputusan etis, mereka juga mempertimbangkan perspektif sosial dalam situasi dilematis. Selain itu, perspektif sosial dalam budaya kolektivis lebih cenderung lebih kuat karena individu membuat penilaian berdasarkan kesejahteraan dan minat kelompok daripada individu itu sendiri.

Deciding what is right or wrong is the most important step in determining whether someone will be involved and do something ethical or unethical. When making moral judgments, people often use social standards to reduce the ambiguity they face in one situation. This study aims to investigate the relationship between social consensus and moral judgment on a sample of employees in developing and collective countries. This research is a cross-sectional study and uses a questionnaire containing scenarios and instruments of social consensus and moral judgment. Using an online survey, there were 324 employees involved in this study, and the results of the correlation analysis showed that there was a relationship between social consensus and moral judgment. These findings illustrate that when employees make ethical decisions, they also consider social perspectives in dilemmatic situations. In addition, social perspectives in collectivist cultures are more likely to be stronger because individuals make judgments based on the welfare and interests of the group than the individual itself."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sagala, Syaiful, 1958-
"Buku ini menguraikan salah satu dari pilar pendidikan di Indonesia yang terkadang terabaikan, yaitu ETIKA dan MORAL dalam pendidikan. Didalammnya di perbincangkan berbagai isu penting terkait etika dalam dunia pendidikan dan kaitan serta integrasi nilai-nilai tersebut dengan berbagai unsur yang menyusub sistem pendidikan Indonesia"
Jakarta : Kencana, 2013
174.2 SAG e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Golembiewski, Robert T.
New York: McGraw-Hill, 1965
170 GOL m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>