Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127877 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hilya Faradisa
"ABSTRAK
Kepulauan Seribu memiliki kekayaan alam berupa sumber daya kelautan yang menjadi salah satu objek wisata bagi para wisatawan, tidak terkecuali pada Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Jaraknya yang tidak jauh dari daratan DKI Jakarta menjadi salah satu alasan dari tingginya kunjungan wisatawan. Dengan adanya objek wisata tentunya akan memberikan pengaruh pada kondisi ekonomi masyarakat setempat. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh objek wisata terhadap kondisi ekonomi masyarakat. Kondisi ekonomi yang diteliti adalah mata pencaharian, pendapatan, dan fungsi bangunan. Penelitian ini menggunakan unit analisis grid dengan ukuran 100x100 m. Metode analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis spasial dibantu dengan analisis statitik berupa Chi Square dan Contingency Coefficient untuk mengetahui apakah adanya hubungan variabel kondisi ekonomi yang akan diteliti dengan jarak dari objek wisata. Hasil penelitian menunjukan pengaruh objek wisata terhadap kondisi ekonomi terlihat pada pulau dengan kegiatan pariwisata yang baru berkembang. Variabel yang paling terpengaruh oleh adanya objek wisata adalah mata pencaharian dan fungsi bangunan baik secara spasial maupun statistik. Jika dikaitan dengan faktor jarak, semakin mendekati objek wisata fungsi bangunan sekitar memiliki fungsi sebagai fasilitas pendukung wisata. Sedangkan pada mata pencaharian semakin dekat jaraknya dengan objek wisata, masyarakat dominan memiliki mata pencaharian pada bidang pariwisata.

ABSTRACT
The Thousand Islands has valuable natural asset consisiting of marine resources which is one of the tourist attractions, especially in the South Thousand Islands District. One of the reason why South Thousand Islands District became tourist attractions because the distance is not far from the mainland of DKI Jakarta. A large number of visitor and with the existence of a tourist attractions, it will certainly influence on the economic conditions of the local community. This research is to obtain information about the influence of tourist attractions on the economic conditions of the community. The economic conditions in this study are livelihoods, income, and function of buldings. In this research grid with a size of 100x100 m is used for analysis unit. The analytical method used is spatial analysis with statistical analysis consisting of Chi Square and Contingency Coefficientsis to find out whether there is a relationship of variables between the variables of economic conditions associated with the distance from tourist attraction. The results of the study show the effect of tourist attraction on economic conditions seen on the island with newly developed tourism activities. The variables that most affected by the presence of tourist attraction are the livelihoods and functions of buildings both spatially and statistically. If it is linked to the distance factor, the closer the tourist attraction to the function of the surrounding has to function as a tourist support facility. Whereas in the livelihoods, the closer the tourist attraction is, the dominant community has a livelihood in the tourism sector."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paisal Wiranata
"Artikel ini hadir untuk menjelaskan bagaimana keberadaan moda angkutan kapal tradisional atau kapal ojek sebagai sarana transportasi di Kepulauan Seribu cenderung lebih diminati oleh masyarakat dibandingkan dengan moda angkutan kapal cepat bertajuk kerapu yang disediakan oleh pemerintah daerah. Walaupun kapal ojek memiliki banyak keterbatasan dan beresiko tinggi terhadap keselamatan pada saat beroperasi, masyarakat pulau tetap memilih moda angkutan ini untuk menunjang kegiatan keperluan sehari-hari. Salah satu penelitian mengenai Kepulauan Seribu adalah Pengelolaan Pulau-pulau Kecil: Partisipasi Masyarakat Di Kepulauan Seribu karya Mujiyani, dkk. Berbeda dengan karya tersebut, penelitian ini menjelaskan mengenai peran kapal ojek sebagai sarana penyeberangan di dari/ menuju Kepualauan Seribu. Dengan demikian, pertanyaan utama yang dihadirkan adalah mengenai keberadaan kapal ojek belum dapat tergantikan, walaupun sarana tersebut masih bersifat tradisional. Pembahasan Penelitian ini terbagi dalam tiga sub pembahasan yaitu: Pertama, geografis kependudukan dan sosial-ekonomi masyarakat di Kepulauan Seribu; kedua, dinamika angkutan penyeberangan di Kepulauan Seribu; dan terakhir adalah dampak keberadaan kapal ojek bagi masyarakat pulau. Kurangnya perhatian dan lemahnya pengawasan dari pemerintah terhadap moda angkutan penyeberangan di Kepulauan Seribu membuat keberadaan kapal ojek masih mendominasi hingga saat ini. Peran kapal ojek di Kepuluan Seribu belum banyak ditulis. Oleh karena itu, membuat penulis tertarik untuk mengkaji moda angkutan ini secara lebih mendalam.

This article were initially made to explain how the existence of traditional boat as a transportation mode in the Kepulauan Seribu tends to be more useful and effectivefor the public rather than the modes that has been provided by the local government. Even though the traditional boat has many limitations and carries a high risk of safety on their operations, the Island peoples still choose this mode of transportation to support their daily needs. One of the studies on the Kepulauan Seribu is the Management of Small Islands: Community Participation in the Thousand Islands by Mujiyani, et al. In contrast related to this research, this study describes the role of the traditional ship as the transportation mode of crossing from / to the Kepulauan Seribu. Thus, the main question that was raised are that the existence of the traditional boat cannot be replaced, even though the facility are still traditional. Discussion on this research are divided into three subdiscussions, namely: first, geographic population and socio-economic communities on the Kepulauan Seribu; second, the dynamics of ferry transportation in the Kepulauan Seribu; and lastly, the impact of the traditional boat for the surrounding community. Lack of attention and weak supervision from the local government for the modes of transportation on the Kepulauan Seribu made the existence of traditional boats untouchable untill today. Role of this traditional boats in the Kepulauan Seribu has not been much written on the science or research journals. Therefore, it makes the author interested in examining this mode of transportation in more depth."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Irna Diana
"Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis daya dukung lingkungan untuk pengelolaan pengembangan pariwisata. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis kesesuaian lahan pada masing-masing obyek wisata, menganalisis daya dukung lingkungan kawasan wisata, dan menganalisis skenario kebijakan pengelolaan pariwisata berkelanjutan di Pulau Pari. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner, studi literatur (data sekunder) dan pengamatan di lapangan (data primer) yang diolah menggunakan analisiskesesuaian lahan, analisis daya dukung lingkungan, dan analisis trade off. Wisata snorkeling berada di Area Perlindungan Laut. Wisata pantai berada di Pantai Pasir Perawan, Pantai Kresek, Pantai Bintang, dan Pantai Berbintang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai indeks kesesuaian wisata pada obyek wisata snorkeling yaitu sesuai sebesar 66%, sedangkan nilai indeks kesesuaian wisata pada obyek wisata pantai yaitu sangat sesuai dengan nilai 98,5% untuk Pantai Pasir Perawan, 92,6% untuk Pantai Kresek, 91% untuk Pantai Bintang, dan 92,6% untuk Pantai Berbintang. Total nilai daya dukung lingkungan dari semua obyek wisata adalah 331 pengunjung/hari. Pengembangan pengelolaan pariwisata 100% dari daya dukung lingkungan yang ada (skenario C) dianggap sebagai skenario terbaik untuk pengelolaan wisata Pulau Pari dengan membatasi jumlah pengunjung yang tidak melebihi 331 pengunjung/hari.

This research is conducted using carrying capacity analysis method for management of tourism development. The purpose of this research is to analyze land suitability for each tourism site, to analyze the carrying capacityof tourism, and analyzing the authority scenario of sustainable tourism in Pari Island. This research conducted using quantitative method with data gathering through literary study (as secondary data), questioner, and field study (as primary data) which conducted using land suitability analysis, carrying capacity analysis, and trade off analysis. Especially the snorkeling that often seen in the Area Perlindungan Laut (APL). While the beach tourism often found in the Pasir Perawan beach, Kresek beach, Bintang beach, and Berbintang Beach.
The research shown that the tourist suitability index snorkeling tour at a tourist attraction that is appropriate for 66%, whereas the tourist suitability index on coastal tourism which is in accordance with the value of 98.5% for the Pasir Perawan beach, 92.6% for Kresek beach, 91% for Bintang beach, and 92.6% for Berbintang beach. The total amount of carrying capacity of environment effort above all tourism site is 331 tourist per day. The developing of tourism is 100% of the existing developing effort (scenario C) which considered as the best scenario for the development of tourism in Pari Island with carrying capacity amount that came per day which is not more that 331 tourists.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saladin Markanday
"ABSTRAK
Jakarta berpotensi besar di bidang pariwisata, dan jika dibanding dengan daerah lain, pariwisata Jakarta telah berkembang secara pesat. Untuk mendukung pengembangan sektor pariwisata, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi objek wisata di Jakarta berdasarkan karakteristik demografi wisatawan. Penelitian ini menggunakan data karakteristik demografi berdasarkan dari usia dan pekerjaan. Jenis wisata yang digunakan dalam penelitian ini adalah wisata rekreasi, sejarah dan budaya, serta belanja dan kuliner. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui kecenderungan wisatawan terhadap pemilihan objek wisata, dilihat dari karakteristik demografi wisatawan tersebut dan juga untuk melihat pengaruh efisiensi terhadap pemilihan rute wisata. Hasil penelitian preferensi menunjukkan bahwa wisata rekreasi yang menjadi pilihan utama kelompok demografi berusia 17-23 tahun dan 24-30 tahun, serta kelompok pekerjaan sebagai PNS dan Swasta, memilih Taman Mini Indonesia sebagai pilihan utama. Kelompok usia 31 ndash; 40 tahun dan 41 tahun ke atas, serta kelompok pekerjaan lain-lain memilih Kebun Binatang Ragunan sebagai pilihan utama. Kelompok pelajar memilih Kota Tua sebagai pilihan utama. Untuk objek wisata sejarah dan budaya, semua kelompok usia serta kelompok pekerjaan pelajar, swasta, dan lain-lain memilih Monumen Nasional sebagai pilihan utama, hanya kelompok pekerjaan PNS saja yang memilih Museum di Kawasan Kota Tua sebagai pilihan utama. Jenis wisata yang ketiga yaitu belanja dan kuliner, yang menjadi objek wisata pilihan utama wisatawan berprofesi sebagai pelajar serta kelompok pekerjaan pelajar dan PNS adalah Senayan City. Kelompok usia 31-40 tahun dan 41 tahun keatas, serta kelompok pekerjaan lain-lain yang memilih Kelapa Gading sebagai pilihan utama, sedangkan kelompok usia 24-30 tahun serta kelompok pekerjaan swasta, memilih Blok M sebagai pilihan utama mereka. Kesimpulan penelitian pengaruh efisiensi terhadap pemilihan rute wisata berbeda tiap jenis wisata dan tidak berpengaruh secara signifikan antara efisiensi dengan pemilihan rute wisata. Wisata rekreasi mempunyai persentase pemilihan rute efisien sebesar 42 dari total pemilihan rute wisata rekreasi. Wisata sejarah dan budaya, persentase pemilihan rute efisien sebesar 32,5 dari total pemilihan rute wisata sejarah dan budaya. Wisata belanja dan kuliner, persentase pemilihan rute efisien sebesar 31 dari total pemilihan rute wisata belanja dan kuliner.

ABSTRACT
Jakarta is growing rapidly in the field of tourism compared with other provinces. To support the development of the tourism sector, this study aims to determine the attraction preference based on tourist demographic characteristics. This study uses demographic characteristics data based on age range and occupation. Types of tours used in this study are recreational, history and culture, as well as shopping and culinary. The method of analysis used in this study is descriptive statistics. Descriptive statistics used to determine the tendency of tourists to the attractions preference, viewed from the demographic characteristics of these tourists and also to see the effect of efficiency on the tour routes preference. The results show the majority of demographic groups aged 17 23 years and 24 30 years, as well as employment groups as civil servants and private, chose Taman Mini Indonesia as the main choice of recreational tours. Groups aged 31 40 years also 41 years and over, as well as other employment groups chose Ragunan Zoo as the top choice. Student groups choose Old Town as the primary choice. For historical and cultural attractions, all age groups and occupation types like student, private, and others choose the National Monument as the primary choice, only civil servant groups who choose the Museum in the Old Town Area as the primary choice. The last type of tours is shopping and culinary, which Senayan City became the main choice of the 17 23 year age group as well as the student work group and civil servants. Age groups 31 40 years also 41 years and above, as well as other employment groups chose Kelapa Gading as the primary choice, while the 24 30 years age groups as well as private employment groups chose Blok M as their primary choice. The conclusion for the effect of efficiency on the selection of different tour routes for each type of tours, is that the efficiency does not significantly influence the selection of tour routes. Recreational tours has an efficient routes selection percentage of 42 of the total selection of recreational tourist routes. Historical and cultural tours, efficient routes selection percentage of 32.5 of total selection of historical and cultural routes. Shopping and culinary tours, efficient routes selection percentage of 31 of total selection of shopping and culinary tour routes."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tonih Usmana
"Kawasan pesisir sebagai ekosistem alami memberikan empat fungsi terhadap kebutuhan dasar manusia dan pembangunan ekonomi, yaitu mendukung kegiatan sebagai sumber kehidupan, keindahan dengan keramahan, sumber bahan baku, dan sebagai penampungan limbah. Dalam mendukung fungsi tersebut, diperlukan suatu perencanaan pengelolaan kawasan pesisir yang terintegrasi dan berkelanjutan yang dibangun atas dasar kepentingan bersama dan dilakukan bersama-sama dengan masyarakat. Sehingga partisipasi masyarakat pesisir secara aktif muliak diperlukan dalam penyusunan perencanaan dan pengelolaan lingkungan di daerah. Adanya pemberdayaan dan partisipasi masyarakat secara langsung diharapkan akan terjalin suatu hubungan yang harmonis, sinergis dan saling ketergantungan satu sama lainnya dalam usaha untuk mengurangi tekanan-tekanan dari kegiatan yang mempunyai potensi merusak lingkungan baik tekanan dari dalam maupun tekanan dari luar.
Kawasan Kepulauan Seribu yang merupakan kawasan konservasi laut khususnya di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, banyak sekali menerima tekanan dari luar dalam menjaga kelestarian lingkungannya, antara lain dari sektor industri pariwisata, overlshing, penggunaan bahan peledak dan racun ikan, limbah industri dan domestik, pertambangan, perusakan hutan mangrove dan penggunaan alat tangkap ikan yang merusak lingkungan.
Bertitik tolak dari permasalahan yang ada dan melihat kondisi, persepsi dan partisipasi masyarakat pesisir Kepulauan Seribu dalam penentuan pengelolaan lingkungan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana partisipasi masyarakat dan kegiatan-kegiatan yang berpotensi merusak kawasan pesisir dan ekosistemnya serta sejauh mana usaha pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam memberikan masukan dan dukungan terhadap pelaksanaan program pengelolaan lingkungan di wilayah studi.
Penelitian telah dilaksanakan di Kelurahan Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Kelapa dan Kelurahan Pulau Harapan yang berada di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu (KAKS). Penelitian dilapangan di mulai bulan April 2002 sampai dengan September 2002. Metode penelitian yang digunakan adalah metode partisipatif dengan Metode Participatory Rural Appraisal (PRA), dan metode survei dengan bantuan kuesioner atau wawancara. Teknis pengambilan sampel untuk pengumpulan data dan informasi dilakukan secara purposive random sampling yang digabungkan dengan metode PRA, terutama untuk data-data kondisi ekologi/lingkungan, kondisi sosial ekonomi dan budaya wilayah studi. Jumlah responden yang diambil sekitar 10 % dari jumlah populasi atau tergantung kondisi yang ada dilapangan yang disesuaikan dengan keperluan pelaksanaan PRA.
Berdasarkan hasil studi telah teridentifikasi beberapa kegiatan atau tekanan yang berpotensi merusak lingkungan pesisir dan ekosistemnya di wilayah studi antara lain yang disebabkan oleh penambangan karang, kegiatan penggunaan bahan peledak dan racun ikan dalam penangkapan ikan, akibat pencemaran dan abrasi pantai, penggunaan alat tangkap ikan yang merusak atau tidak selektifnya penggunaan alat tangkap ikan. Hasil PRA menunjukan bahwa pada tahun 1970 an (80 %) kondisi mangrove di wilayah studi masih baik, kemudian menurun dan hingga tahun 1995.
Bertitik tolak dari permasalahan yang ada dan melihat kondisi, persepsi dan partisipasi masyarakat pesisir Kepulauan Seribu dalam penentuan pengelolaan lingkungan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana partisipasi masyarakat dan kegiatan-kegiatan yang berpotensi merusak kawasan pesisir dan ekosistemnya serta sejauh mana usaha pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam memberikan masukan dan dukungan terhadap pelaksanaan program pengelolaan lingkungan di wilayah studi.
Namun demikian masyarakat pesisir kepuluan seribu sudah mempunyai persepsi dan ikut partisipasi dalam usaha menekan kerusakan-kerusakan lingkungan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain status pendidikan dan status di masyarakat sehingga berani melakukan teguran secara langsung apabila melihat nelayan dari luar atau dari dalam yang melakukan kegiatan-kegiatan yang merusak lingkungan. Sekitar 17,7% yang berani menegur langsung, kemudian ada pula yang melapor ke RT atau pamong adalah 15,5% tetapi yang kebanyakan mereka diam saja atau masa bodoh sekitar 67%. Kebanyakan penduduk yang berani menegur dan mengingatkan secara langsung kepada yang yang melakukan kegiatan yang merusak, bila dilihat statusnya adalah sebagai tokoh masyarakat (11,1 %) dan berpendidikan SLA (8,8%).
Berdasarkan hasil studi PRA ternyata lembaga lokal yang memiliki hubungan dekat dan diterima masyarakat baik fungsi dan manfaatnya adalah lembaga RT/RW dan Kelurahan sedangkan lembaga LPM, LSM, Koperasi sudah cukup jauh dari masyarakat. Sehingga lembaga-lembaga tersebut sebagai alternatif pertama yang harus dilibatkan apabita ada program pembangunan di wilayah studi.
Kesadaran masyarakat pesisir wilayah studi dalam pengelolaan sampah masih belum baik, hal ini ditunjukan masih banyak penduduk yang mempunyai kebiasaan membuang sampah ke pantai sekitar (93%), dikumpul di lubang dan dibakar (9%) dan dikumpul dan dibakar (9%). Sedangkan penggunaan air bersih untuk minum masih banyak yang menggunakan air hujan (97%) kemudian air sumur (95%), dan ada di beberapa tempat yang menggunakan air dan hasil penyulingan dengan membelinya. Pembuangan limbah rumah tangga masih banyak yang di pantai, walau pun sudah ada WC umum dan punya sendiri di rumah, karena merubah kebiasaan yang sudah turun temurun itu perlu proses dan waktu.
Dalam rangka mengurangi tekanan-tekanan yang berpotensi merusak lingkungan tersebut, perlu dikembangkan suatu sistim usaha alternatif selain penangkapan ikan dan sifat kearifan lokal yang ada, sehingga dapat menurunkan tekanan yang khususnya datang dari irang dalam. Berdasarkan hasil studi, masyarakat Kepulauan Seribu lebih tertarik dengan usaha budi daya Rumput Laut dan budi daya ikan dengan keramba. adapun sistim pengelolaannya lebih tertarik dengan sistim bapak angkat atau dibentuk KUB (Kelompok Usaha Bersama). Hal ini disebabkan kekurangan modal dan kemampuan teknologi pengelolaannya.
Berdasarkan hasil diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitian ini sebagai berikut:
Teridentifikasi kegiatan-kegiatan masyarakat yang bersifat merusak lingkungan pesisir di wilayah studi yang dilakukan oleh masyarakat/nelayan lokal dan masyarakat pendatang/luar terutama kegiatan penambangan batukarang, penambangan pasir laut, penebangan mangrove, penggunaan bahan peledak dan Potasium Sianida (KCN) dalam penangkapan ikan, penggunaan alat tangkap yang merusak, dan pencemaran pesisir dan laut. Sebenarnya apabila dibandingkan tekanan yang datang dari dalam dengan dari Iuar, lebih besar dari Iuar. Seperti yang menggunakan bahan peledak sekitar 95% dilakukan oleh orang Iuar, dan hanya 8% oleh orang dalam. Kemudian yang menggunakan alat tangkap yang merusak lingkungan adalah nelayan dari luar sekitar 95% dan nelayan lokal 11%.
Berdasarkan hasil PRA, masyarakat Kepulauan Seribu masih mempunyai kearifan sosial dengan persepsi yang lama tentang pentingnya kelestarian lingkungan di daerah, hal tersebut berdasarkan dari jawaban beberapa peserta PRA bahwa mereka tidak - setuju dan mengecam perbuatan penggunaan bahan peledak/racun ikan dalam penangkapan ikan dan penggunakan alat tangkap yang bersifat merusak lingkungan serta paham bulan dan kapan boleh melaut serta daerah mana yang dilarang.
Berdasarkan hasil studi menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan hasil tangkapan nelayan di wilayah studi dari tahun ke tahunnya, sejalan dengan terus menurunnya atau rusaknya kondisi ekosistem terumbu karang, mangrove dan semakin meningkatnya kegiatan-kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan alat yang bersifat merusak lingkungan.
Persepasi dan partisipasi masyarakat Kepulauan Seribu dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan pesisir sudah teriihat, hal ini dapat ditunjukan sudah adanya keberanian dari sebagian masyarakat yang berani menegur langsung atau melapor ke pamong desa apabila melihat ada kegiatan yang berpotensi merusak lingkungan di daerahnya.
Berdasarkan kesimpulan tersebut disarankan sebagai berikut:
Setiap program atau proyek pembangunan di Kawasan Kepulauan Seribu disarankan untuk melibatkan masyarakat secara aktif dan mempunyai manfaat secara signifikan untuk peningkapan pendapatan atau ekonominya.
Adanya seleksi dalam pemanfaatan alat tangkap yang ramah lingkungan, dan adanya pembagian wilayah penangkapan ikan antara nelayan tradisional dan modern, dan disarankan adanya pengembangan usaha ekonomi altematif bagi masyarakat pesisir
Apabila akan memberikan bantuan atau program pembangunan sebaiknya melalui atau melibatkan lembaga yang paling dekat dan diterima oleh masyarakat yaltu altematif pertama melalui RT/RW dan Kelurahan, altematif kedua melalui LSM, LPM, Dewan Kelurahan dan Serikat Nelayan.
Daftar kepustakaan: 50 (Tahun 1967 - Tahun 2002).

Coastal area as a natural ecosystem has four functions for human basic needs and economic development, such as, to support activity of living resources, as natural view and amenities, as raw material resources and as waste location. In order to support those functions, it is needed an integrated and sustainable coastal area management plan, which development is based on the same interest and implemented together with the community. Therefore active coastal community participation is absolutely needed to take part in arranging environment plan and management for its area. By the participation and empowerment of the community it is expected to be able to create a relation which is harmonious, synergy and mutual dependency in order to decrease that activity, which has a potency to damage the environment even from in side or out side of area. Seribu Islands are one of marine conservation area, especially in sub-district of North Seribu Islands, which has number of interference from outside, amongst offers from tourism sector, over-fishing, explosive usage and fish poisoning, domestic and industrial waste, mining, mangrove damage and fishing tools which are able to damage the environment. Based on those problems and the condition, perception and participation of the community in Seribu Islands in determining their environment management, this research proposed to identify coastal community participation and the activities which have potency to damage coastal area and its ecosystem as well as to analyze community participation and perception to give input and support for implementing environment management program in the study area.
This study was carried out in Kelurahan of Panggang island, Kelapa Island, and Harapan Island, which were located in Sub-District of North Seribu Islands, Administrative District of Seribu Islands (KAKS = Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu). Study started from April 2002 up to September 2002. The study used participation method with Participatory Rural Appraisal (PRA) is a technical approach, and survey activity using questioners or interview method. Sampling collection for data and information collection are conducted by using purposive random sampling that combined with PRA method, especially for ecological/environmental condition, social economy, and culture of study area. Number of respondent was 10 % of the total population or depending on the condition in the field, which was based on the PRA implementation need.
Based on the study result, number of activities or interferences have been identified which has a potency for damaging coastal ecosystems in the study area. Amongst others are coral reefs mining, the use of explosive material and cyanide poison for fishing, pollution, and coastal abrasion, fishing tools that able are destroy environment or non selective use of fishing tools. Based on PRA result showed that in 1970 (80%) mangrove condition in the study area was still good, then it keep going to decrease until 1995 by more than (10-20%) In fact, based on the answer of respondent showed that mangrove damage caused by cutting them for firewood and building material around 80°Io, pollution and abrasion around 82% and conversion fishpond 16°fo. Note, that the answer received from respondent in most cases more than one answer.
In fact, the number of coral reefs damage are caused by using explosive material and fish a poison (rCN), pollution, and fishing tool usage. Based on PRA, before 1975, the condition of coral reefs was still good. It was characterized with number of Stone fish and the fishermen were easy to find fishes around their living area. In 1975, fishermen from out side of Thousands Islands came and caught fish by using explosive material and other damaging fishing equipment.
Thus, in 1980, most of the coral reef condition was bad, only 40% coral reefs were in good condition. It was getting worse in 1985, when government projects used coral reefs as its building materials. In 1995 to present days, probably, there are only 15-20% coral reefs in good condition in the study area.
Fishing capture using catching equipment that could damage environment are Trawl net, Gardan net, "Hanyur net and other fishing gear used by outside fishermen. Most fishermen who used that equipment used to come from outside of study area (95%), which has enough capital, while local fishermen were only (11%). Most of local fishermen did not have enough capital and still used traditional equipment in catching fish, such as Mayang net, Bubu (trap net) and Tonda fishing in study area.
Nevertheless, coastal community in Seribu Islands has a perception and participation in order to decrease environmental damage. There were number of factors, which influence them such as education and status level in society, so they could give warning whenever they saw fishermen from in or out side of Seribu Islands conducted the activities, which caused environmental damage. It was around (17,7°!o) people, who were brave to give warning directly, (15,5%) report to RTor Pamong, but most of all did 82% and conversion fishpond 16°fo. Note, that the answer received from respondent in most cases more than one answer.
Based on the result of research, it concludes as follows: It had been identified communities activities, which were able to destroy coastal environment in study location conducted by local society/fishermen and outsider especially Coral Reefs and sand mining, mangrove felling, explosive and Potassium cyanide (KCN) usage in catching fishes, damageable fishing tools usage, and marine and coastal pollution. In fact, interference from outside were bigger than from inside of the study area. Such as explosive usage, (95%) were conducted by outsider, (8%) by local communities, then the use of fishing equipment that were able to damage environment, (95%) conducted by outside fishermen and (11°k) by local fishermen.
Based on PRA result, 5eribu Islands society still had social wisdom with the same perception of the importance of environment preservation for their area. It is based on the answer of some PRA participants that they did not agree and criticize the activities, which used explosive/chemical in catching fishes and using fishing gears, which were able to destroy environment.
Based on the study result showed that fishing in study area is decreasing from time to time, in line with the damage of coral reefs ecosystem condition, mangrove, and higher intensity in using fishing tools, which were able to destroy environment.
Perception and participation of Seribu Islands community in coastal management implementation has been recognized. It could be known by seeing their bravery to warn directly or report to the village chief whenever they saw the activity, which could destroy their environment.
Based on the conclusion, it was suggested that; each program for developing project in Seribu Islands should involve local community actively for significant benefit to improve community income or economy.
There is a selection in implementing fishing tools, which was save for the environment, fishing region allocation between traditional and modern fishermen, and alternative economy business development for coastal community.
If some are want to provide aid or development program, it would be better. to use or to involve the closest institution and acceptable by local community such as RT/RW and Kelurahan as first alternative, and LSM, LPM, Kelur4aahan Board, and Fishermen association as second alternative.
Bibliography: 50 (year 1967 - 2002)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T9519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thia Nuritayani
"Kabupaten Maros merupakan salah satu daerah yang sedang mengembangkan potensi objek wisatanya. Variasi wisatawan yakni asal jarak kedatangan wisatawan domestik maupun asing. Masing-masing objek wisata mempunyai variasi wisatawan berbeda. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui variasi wisatawan dengan motivasi dan fasilitas di objek wisata Kabupaten Maros. metode analisis yang di gunakan adalah metode analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi wisatawan domestik cenderung berasal dari jarak sedang dimana asal wisatawan dari luar Kabupaten Maros masih dalam Provinsi Sulawesi Selatan dan variasi wisatawan asing cenderung berasal dari jarak jauh Dimana asal wisatawan berasal dari Benua Eropa. Sebagian besar variasi wisatawan berkunjung termotivasi oleh alasan hiburan.
Kedatangan wisatawan domestik ke objek wisata Kabupaten Maros tidak di pengaruhi berdasarkan kelengkapan fasilitas dan aksesibilitas baik sedangkan kedatangan wisatawan asing di pengaruhi berdasarkan kelengkapan dan aksesibilitas baik yang terdapat pada masing-masing objek wisata di Kabupaten Maros.

Maros regency is one of the areas that is developing the potential of tourist objects. Variations of tourists is the origin of domestic and foreign tourist arrivals. Each tourist attraction has a variety of different tourists. The purpose of this study is to determine the variations of tourists with motivation and facilities in Maros Regency tourist attraction. the analytical method used is descriptive analysis method.
The results showed that the variation of domestic tourists tend to come from a moderate distance where the origin of tourists from outside Maros Regency is still in South Sulawesi Province and the variation of foreign tourists tend to come from a distance Where tourists come from Europe. Most of the variations of tourists visiting motivated by recreation reasons.
The arrival of domestic tourists to Maros regency attractions is not influenced by the completeness of facilities and good accessibility while the arrival of foreign tourists is influenced based on the completeness and accessibility of each of the attractions in Maros Regency.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Syukur
"Fokus penelitian ini adalah meneliti tentang isteri-isteri yang ditinggal suami yang bekerja sebagai nelayan samudera selama 3 s/d 4 bulan melaut, di Kelurahan Pulau Tidung Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan Kabupaten Administrasi Kepulauan seribu Provinsi DKI Jakarta, faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap kemandirian kehidupan istri-istri tersebut saat suami mereka pergi ke laut? serta sejauh mana faktor-faktor tersebut berpengaruh dalam kehidupan para isteri tersebut. Kemudian penelitian ini juga melihat bagaiamana proses interaksi antara aktor para istri dengan masyarakat dalam struktur sosial masyarakat, saat istri-istri tersebut menjalankan kehidupannya.
Pola-pola pembagian kerja secara umum yang terjadi pada keluarga batih, pada keluarga nelayan ini tidak berlaku, semua itu terjadi oleh karena pekerjaan suami sebagai nelayan samudera, mengharuskan isteri berperan menggantikan posisi suaminya dalam berbagai persoalan hidup yang dihadapinya. Seperti persoalan ekonomi kebutuhan hidup sehari-hari, pengasuhan anak dan pendidikan anak, serta persoalan-persoalan kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari.
Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah Kualitatif-Deskriptif, yaitu jenis penelitian yang akan menggambarkan/mendeskripsikan fenomena sosial. Fenomena yang dimaksud dalam hal ini, adalah fenomena kehidupan perempuan sebagai kepala keluarga dalam waktu tertentu (3 s/d 4 bulan). Penelitian ini juga menggunakan pendekatan studi kasus, pendekatan ini dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh tentang kehidupan istri-istri yang ditinggal suami mereka yang bekerja sebagai nelayan samudera dalam jangka waktu relatif panjang. Adapun data lapangan yang dipergunakan dalam penelitian ini, berupa wawancara (pedoman wawancara terbuka), dan pengamatan yang mendalam terhadap informan utama.
Berdasarkan data primer dan data sekunder serta telaah kepustakaan terhadap beberapa literatur yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang didapat; Pertama kemandirian yang dilakukan para isteri nelayan samudera didorong oleh pendapatan suami yang serba tidak cukup, artinya pendapatan suami mereka yang bekerja selama 4 bulan di laut, tidak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangganya untuk waktu tersebut. Kedua kemandirian yang terjadi juga didukung oleh budaya setempat yang menganggap kegiatan yang dilakukan oleh isteri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti berjualan keliling disekitar Pulau Tidung, mencari remis, mencari kayu bakar, kuli nyuci, kuli gosok atau membantu di rumah orang, tidak bertentangan dengan norma-norma dan aturan yang berlaku di kelurahan Pulau Tidung.
Untuk membantu menganalisa terhadap kasus ini, penelitian ini menggunakan pendekatan Struktural Fungsionalnya Talcott Parsons. Meski Parsons tidak secara langsung menyinggung masalah perempuan, namun dia membahasnya dengan empat fungsi penting untuk semua sistem "tindakan" yang kemudian terkenal dengan skema AGIL (Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latency), Pola AGIL yang dipergunakan ini mampu menolong para isteri, yang secara umum dalam penelitian digambarkan sebagai sosok yang mampu bertahan dan mempertahankan hidupnya dengan cara ber-adaptasi (Adaptasion=A) dengan keadaan dan situasi yang dihadapinya, dengan caranya sendiri tentunya. Dampaknya dapat terlihat dalam kehidupannya yang serba kekurangan, dia mampu membuat hidup dirinya dan keluarganya yang ditinggalkan oleh suaminya yang bekerja sebagai nelayan, mampu di hadapinya, tentunya dengan cara-caranya sendiri (Goal=G), untuk keperluan itu para isteri juga melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya (Latency=L), sehingga terjalin hubungan yang baik antara isteri dengan masyarakat yang sudah pasti, hal tersebut sejalan dengan aturan dan norma yang berlaku di masyarakat (Integration=I)."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22543
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Satrio Utomo
"Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu bentuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi usia 0-6 bulan, tidak diberi makanan atau minuman tambahan apapun sejak lahir sampai usia 6 bulan. Capaian ASI eksklusif di Propinsi DKI Jakarta tahun 2009 mencapai 58,7%. Sedangkan capaian cakupan perilaku pemberian ASI eksklusif pada bayi di Kepulauan Seribu pada tahun 2009 sebesar 46%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pemberian ASI eksklusif dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Pulau Untung Jawa tahun 2011.
Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan respondennya seluruh populasi ibu-ibu yang memiliki bayi umur 6-18 bulan sebanyak 35 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, kemudian dianalisa menggunakan chi-square dan multivariat (regresi logistik ganda).
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada variabel yang dominan dan berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan. Adanya faktor lain yang mempengaruhi ibu khususnya peran aktif dari kader-kader PKK dan seluruh jajaran Pemerintahan di Kabupaten Kepulauan Seribu serta tingginya kepedulian masyarakatnya.
Dengan penelitian ini maka disarankan bagi Kementerian Kesehatan untuk membuat kebijakan serta pelatihan pemberdayaan masyarakat terus menerus khususnya bagi kader-kader kesehatan dan petugas kesehatan agar perilaku pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan semakin meningkat.

The exclusive breastfeeding is the one of the clean living and healthy behaviors (PHBS). It is defined as to give breastfeeding only to the babies, without giving any additional foods or beverages from birth until age 6 months. The achievement of the exclusive breastfeeding in the DKI Jakarta and Kepulauan Seribu had reached 58.7% and 46% in 2009.
The objective of this study is to determine the behavior of exclusive breastfeeding and factors associated with exclusive breastfeeding behavior in the Kepulauan Untung Jawa Village in 2011.
The methods of this study is used a quantitative data research by using questionnaires. It collects 35 respondents which are the entire population of mothers who had babies aged 6-18 months. Then the data will be analysed by chi-square and multivariate analysis (multiple logistic regression).
The findings showed that there is no significant variable related with exclusive breastfeeding behaviors of 0-6 month's babies. But there are other factors that related to breastfeeding in particular such as the active role of PKK cadres, the community, and all levels of government in The Kepulauan Seribu Districts.
The suggestion from this study is that the Ministry of Health should develop policies and training for community empowerment, especially to strengthen the health cadres and health workers to improve the number of exclusive breastfeeding.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30114
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Viandika Suryana
"Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Salah satu wisata yang terkenal di Indonesia adalah Kepulauan Seribu. Kabupaten Kepulauan Seribu memiliki letak yang strategis karena berada di Provinsi DKI Jakarta. Kepulauan Seribu juga sudah masuk sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan mendapat dukungan dari Pemprov DKI dan Kementrian PUPR dalam pengembangannya. Banyaknya variasi objek dan atraksi wisata di daerah ini memicu pergerakan wisatawan yang beragam. Penelitian ini meneliti mengenai pola pergerakan wisatawan dan hubungan faktor profil perjalanan, faktor motivasi pribadi, faktor konfigurasi fisik tujuan, faktor aksesibilitas, faktor pengalaman berkunjung dan faktor lama kunjungan dengan tipe pergerakan wisatawan. Metode yang digunakan adalah analisis spasial dan analisis statistik korelasi chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat pola pergerakan wisatawan di Kabupaten Kepulauan Seribu. Pola pergerakan Destination Region Loop banyak di temukan di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara yang memiliki jumlah atraksi lebih banyak dibanding selatan, sedangkan pola pergerakan Base Site, Stop Over, Single Point dan Chaining Loop banyak ditemukan di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Pola yang paling banyak ditemukan adalah Destination Region Loop dan yang paling sedikit adalah Chaining Loop. Hampir seluruh faktor memiliki hubungan yang signifikan dengan tipe pergerakan, hanya terdapat satu faktor yang tidak memiliki hubungan yaitu faktor pengalaman berkunjung karena wisatawan yang sudah pernah maupun belum pernah mengunjungi Kabupaten Kepulauan Seribu tidak memiliki pengaruh dengan tipe pergerakan yang terbentuk. Wawasan mengenai pergerakan wisatawan dianggap bermanfaat dalam pariwisata seperti merancang sebuah paket perjalanan wisata yang maksimal dan menjadi awal perencaan dalam pengembangan pariwisata agar dapat memaksimalkan kegiatan wisata serta memenuhi permintaan pengunjung.

Tourism is widely considered as an activity with multiple dimensions of a process of development. One of the most popular tourist destination in Indonesia is Kepulauan Seribu. Kepulauan Seribu is strategically located at the north of DKI Jakarta Province. Its also listed as National Tourism Strategic Area (Kawasan Strategis Pariwista Nasional KPSN) and has gained support both from the DKI Jakarta local government and the Ministry of Public Works and Housing (PUPR) in its development. Various objects and tourist attractions in it provoke various tourists activities. This research covers the patterns of tourists movements along with the relation between the factors of travel profile, personal motivation, physical purpose configuration, accessibility, visiting experience, and the period of visit based on the types of the movements of the tourists. The methods that are used are spacial analysis and chi-square correlated statistic analysis. The results of this research reveal that there are four patterns of tourists movements in the district of Kepulauan Seribu. The pattern Destination Region Loop is often found in the northern sub-districts of Kepulauan Seribu which have more tourist attractions than the ones in the southern sub-districts, in which the patterns Base Site, Stop Over, Single Point, and Chaining Loop are often found. The pattern that is most commonly found is Destination Region Loop and the least is Chaining Loop. Almost all of the factors have a significant relation with the types of the movements, only one of them does not, which is visiting experience because the tourists who have or have not visited the district of Kepulauan Seribu do not have any influence with any types of the movements that are built. Knowledge of tourism movement is considered essential in tourism such as for designing a trip package for maximum enjoyment and to be the pioneer of tourism development to maximize tour agendas and fulfill tourists expectations.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrizal Ari Iwari
"Peningkatan gas CO2 di atmosfer dapat mengakibatkan peningkatan suhu rata-rata di bumi yang dapat menyebabkan perubahan iklim. Padang lamun, salah satu komunitas penyusun ekosistem pesisir pantai memiliki fungsi yang dapat dipertimbangkan sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis laju penyerapan karbon dan potensi tiap jenis lamun sebagai penyimpan karbon serta mengestimasi total kandungan karbon komunitas lamun. Penelitian dilakukan pada bulan Januari - Juni 2013 di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Data diperoleh dengan menggunakan metode transek kuadrat untuk menentukan struktur komunitas dan biomassa. Pengukuran pertumbuhan dan produksi daun lamun dilakukan dengan metode penandaan daun, sementara untuk produktivitas serasah menggunakan metode kurungan. Analisis kandungan karbon dalam bagian tanaman lamun dan serasah lamun dilakukan dengan metode Walkley & Black.
Hasil menunjukan bahwa rata-rata laju penyerapan karbon di Pulau Pramuka sebesar 0,53 gC/m2/hari. Dua jenis lamun yang mempunyai laju penyerapan karbon yang tinggi yaitu Thalassia hemprichii (1,69 gC/m2/hari) dan Cymodocea rotundata (0,65 gC/m2/hari), sedangkan jenis lamun yang memiliki cadangan karbon yang tertinggi yakni Enhalus acoroides (139,95 gC/m2) diikuti oleh Thalassia hemprichii (56,87 gC/m2) dan yang terendah ditemukan pada Halophila ovalis (1,91 gC/m2). Rata-rata cadangan karbon pada komunitas lamun Pulau Pramuka sebesar 200,90 gC/m2. Berdasarkan estimasi, total luas padang lamun di Pulau Pramuka sebesar 59,25 ha, sehingga total kandungan karbon yang diperoleh yakni 119,03 ton atau setara dengan 2,01 ton/ha dan jumlah CO2 yang diserap oleh padang lamun Pulau Pramuka yakni sekitar 436,84 ton CO2.

The increase of CO2 in the atmosphere may caused the increasing average temperature of the earth, which could cause climate change. Seagrass beds, one of the constituent communities and coastal ecosystems has a function that can be considered as a carbon sink and carbon stock. This study aims to analyze the rate of carbon sequestration and the potential of each species of seagrass as a carbon sink as well as estimating total carbon stock in seagrass communities. The study was conducted in January - June 2013 in the Pramuka Island, Seribu Islands, Jakarta. Data obtained using quadratic transect method for determining community structure and biomass of seagrass. Measurement of seagrass growth and leaf production is done by the leaf marking method, while for leaf litter productivity using cages method. Analysis percentage of carbon in the plant parts of seagrass and seagrass leaf litter carried by Walkley & Black method.
The results show that the average rate of carbon sequestration at Pramuka Island is 0,53 gC/m2/day. There are two species of seagrass that have a high rate of carbon sequestration is Thalassia hemprichii (1,69 gC/m2/day) and Cymodocea rotundata (0,65 gC/m2/day). While seagrass species that has the highest carbon stocks that Enhalus acoroides (139,95 gC/m2) followed by Thalassia hemprichii (56,87 gC/m2) and the lowest was found in Halophila ovalis (1,91 gC/m2). Average carbon stock in seagrass communities Pramuka Island at 200,90 gC/m2. Based on estimates​​, the total area of ​​seagrass beds at Pramuka Island of 59,25 ha. The total carbon stock can be determined that 119,03 tons, or equivalent to 2,01 tons/ha and the amount of CO2 absorbed by seagrass Pramuka Island which is about 436,84 tons of CO2.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>