Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37696 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Meivira Budiman
"Background: Systemic sclerosis is a chronic progressive multisystem autoimmune disease in connective tissue, characterized by its heterogeneous clinical manifestation. The purpose of this study is to give information regarding clinical manifestations and laboratory findings of systemic sclerosis patients to establish diagnosis of disease.
Methods: This study was conducted using descriptive quantitative design in September until October 2016. Data was collected from medical records of patients visiting Rheumatology Clinic Dr. Hasan Sadikin General Hospital from 1 July 2015 until 30 June 2016 using total sampling method. The collected data were expected to comprise patients clinical manifestation and laboratory finding.
Results: Most of patients had cutaneous 57 100.0 pecent and musculoskeletal 40 70.2 pecent involvement. Some of the disease manifestations were Raynauds phenomenon 38 66.7 pecent , fingertip lesion 33 57.9 pecent, stiffness in skin 34 59.6 pecent, and arthalgia 29 50.9 pecent. Gastrointestinal involvements were present in 29 50.9 pecent patients. Renal involvement were determined from urinalysis result showed proteinuria 10 17.5 pecent and hematuria 8 14.0 pecent, found in 24 42.1 pecent patients, while pulmonary and cardiac involvements were found in 30 52.6 pecent patients, acknowledged from clinical symptoms such as dyspnea 12 21.1 pecent. Identification of autoantibodies was found in 12 21.1 pecent patients, with 10 17.5 pecent patients had reactive ANA and 3 3.5 pecent had positive anti Scl70.
Conclusion: Most of systemic sclerosis patients had cutaneous involvement. Renal, pulmonary, and cardiac involvement were concluded based on laboratory findings."
Jakarta: University of Indonesia School of Medicine, 2018
616 IJR 10:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Patrick Philo
"Background : The aim of the study is to provide an insight about mean platelet volume (MPV) value in systemic lupus erythematosus (SLE) with and without thrombocytopenia patient. MPV wa expected to be used to determine the cause thrombocytopenia in lupus, so the patient could be treated appropriately. Method: The study design was descriptive categoric, and the data were obtained by using cross-sectional method from patient’s medical record and lab examination result in the period from January 1st 2016 – January 31st 2018. The sampling method are done using total sampling. The inclusion criteria of this study were SLE patients which MPV and platelet count had been examined at the same time, the data used is data that was first discovered in the period of the study. The exclusion criteria were incomplete medical record data, patient with thrombocytosis, and SLE with comorbidity such as thrombotic disease (ischemic stroke and deep vein thrombosis), other high inflammatory overlap diseases (such as rheumatoid arthritis and inflammatory bowel disease), and infection. Result : From 75 patients that match with the inclusion criteria, all patients were female and based on the age of diagnosis, most patients were in age group of 25-34 years old (41,33%). Based on the lab results, group with normal platelet count have 53 data of normal MPV and 12 data of high MPV, while group with thrombocytopenia have 6 data of normal MPV and 4 data of high MPV. Conclusion : Group with normal MPV value and normal platelet count has the largest proportion, while the group with thrombocytopenia in lupus and high MPV value has the lowest proportion."
Jakarta: University of Indonesia School of Medicine, 2019
616 IJR 11:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nelis Fitriah Handayani
"Appendisitis merupakan kasus terbanyak dalam SMF Bedah Subspesialistik Bedah Digestif. LOS appendisitis ditemukan memanjang yaitu berkisar 3 hingga 9 hari. Tujuan penelitian adalah menentukan determinan LOS pada pasien appendisitis. Penelitian dilakukan pada 75 pasien appendisitis di RSHS, yang menjalani appendektomi emergensi periode Juli sampai dengan Oktober 2014. Parameter yang dinilai adalah LOS, sedangkan determinan diambil berdasar karakteristik pasien dan karakteristik layanan kesehatan.
Hasil uji statistika menunjukkan tidak didapatkan hubungan pada seluruh determinan berdasar karakteristik pasien, yaitu usia, gender, diagnosa, orientasi dan posisi appendiks, ukuran panjang appendiks, riwayat kunjungan ke sarana kesehatan lain sebelumnya serta keterlambatan berobat dengan LOS yang memanjang lebih dari 5 hari. Berdasar karakteristik layanan kesehatan, ditentukan bahwa determinan keterlambatantindakan, waktu pelaksanaan operasi, serta operator tidak berhubungan dengan pemanjangan LOS lebih dari 5 hari. Terdapat hubungan durasi operasi dan komplikasi paska operatif dengan LOS memanjang lebih dari 5 hari.
Analisa lebih detail memperlihatkan bahwa komplikasi paska operatif dipengaruhi oleh usia dan ukuran panjang appendiks, terdapat juga dugaan komplikasi paska operatif akibat memanjangnya durasi operasi.Sedangkan keterlambatan berobat berhubungan dengan kejadian appendisitis perforata.

Appendicitis were majority in digestive surgery division. We found LOS were varies ranging from 3 to 9 day, longer than 5 days in most cases. The objective is to determine factors contributed to LOS. Ressearch was performed to 75 samples whom underwent open emergency appendicectomy taken from july to October 2014 at Hasan Sadikin General Hospital Bandung . LOS was the dependent variables. LOS determination were emerged from patient characteristics and health care provider characteristics. Statistical test was done to all data results.
The results showed that patient age, gender, diagnose, appendiceal orientation and positioning, length of the appendix, previous visit and pre hospital delay were not contributed to LOS more than 5 days. Emerging from health care provider characteristic, in hospital delay, time operation was perfomed and operator were irrelevant to LOS, otherwise operating theathrre timestamp and post operative complication were found relevant to LOS more than 5 days.
This study also reveals that patient age and length of the appendix contributed to the rate of post operative complication, that in turn indirectly contributing to LOS more than 5 days. Suspicioulys that duration operation may contribute to post operative complications.Similar study concluded pre hospital delay was highly significant predisposing to appendiceal perforation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43146
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanan Sekarwana
"Sampai dengan PELITA VI, telah terjadi perubahan yang mendasar di berbagai bidang yang berpengaruh terhadap sistem perumahsakitan di Indonesia baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Dalam memberikan pelayanan yang bermutu, komponen barang medis sebagai faktor penunjang mempunyai peranan yang penting dan menentukan. Kelengkapan barang medis, tersedianya barang tepat waktu dan kualitas bearing yang prima untuk memenuhi kebutuhan operasional pelayanan merupakan harapan dari para pengelola rumah sakit. RSUP Dr. Hasan Sadikin yang merupakan Rumah Sakit Ketes B Pendidikan dan pusat rujukan seluruh wilayah Jawa Barat serta sebagai unit swadana, harus mampu memberikan pelayanan yang berkualitas, baik ditinjau dari segi Sumber Daya Manusianya maupun dari segi sarana, prasarana dan alatnya. Telah dilakukan penelitian dengan wawancara, observasi dan analisa data sekunder pada proses perencanaan penggunaan barang medis di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Didapatkan hasil bahwa proses perencanaan penggunaan barang medis belum berjalan secara optimal. Dalam penelitian ini ditemukan berbagai faktorfaktor penyebabnya, yaitu : kuantitas dan kualitas unsur perencana dalam menyususn proses perencanaan, pemanfaatan data rekam medis sebagai sumber informasi untuk perencanaan, keterbatasan dana, terdapat kelemahan protap baik mengenai arahan maupun mengenai umpan balik, dan Pola penggunaan Barang Medis. Disarankan untuk mengembangkan proses yang sudah berjalan, baik mengenai sumber daya manusianya, prosedur maupun mengenai penggunaan dana agar tercapai tujuan yang efektif dan efisien. Hasil Penelitian ini merupakan masukan bagi pihak manajemen Rumah Sakit guna mengembangkan proses perencanaan penggunaan barang medis untuk operasional dengan harapan dapat meningkatkan mutu pelayanan sehingga dicapai pelayanan kesehatan yang optimal disegala bidang.

During Pelita VI, fundamental changes in many fields has effects toward the systems to be developed by hospitals in achieving good systems. Medical goods as ancillary factor place an important role in delivering service with acceptable quality with meets necessity. Dr. Hasan Sadikin General Hospital as a B Class Teaching Hospital as well as a Swadana has the obligation in delivering medical service with good quality, including quality of human resources, facilities, etc. The study of planning process in consuming medical goods had been done through interview, observation, and analysis of secondary data.
Result shows the process of planning in consuming medical goods was not done optimally. Factors effecting it are : quantity and quality of the planning it self, such as : optimalization of data recorded by Medical Records Sub Department, budget constrains, In-sufficient SOP, lack of feed back, inappropriate system in consuming medical goods. Development of on-going process is recommended, including the development of human resources, procedures, and systems to be applied in consuming medical goods in order to achieve the objective effectively and efficiently. The result of the study is meant to serve as an input for management in developing the planning in consuming medical goods operationally. A better quality of medical service is also one of its objectives.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Gema Zuliana Irawan
"ABSTRAK
Penelitian tesis ini menganalisis mengenai tingkat kinerja dan kepentingan pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS dari Rumah Sakit Umum Pusat RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung yang dilihat dari sudut pandang tingkat kinerja atas pelayanan kesehatan dengan menggunakan lima dimensi yaitu Responsiveness, Pyhsical Environment, Accesibility, Availibility of Medical resources and Communication. Metode penelitian yang digunakan adalah Mix Methode Research dengan menggunakan metode wawancara mendalam dan metode kuisioner menyebarkan kepada 80 pasien BPJS Kesehatan di Instansi Rawat Jalan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kinerja dan kepentingan pasien BPJS Kesehatan terhadap pelayanan kesehatan di Instansti Rawat Jalan RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung pada dimensi pelayanan kesehatan yakni Pyhsical Environtment termasuk kedalam kategori kinerja yang rendah dan termasuk kedalam kuadran I atau Attributes that Needs Attention, oleh karena itu dimensi ini perlu diperbaiki dan ditingkatkan secara terus menerus agar kinerja pelayanan kesehatan lebih baik lagi dan dapat menjaga ketahanan masyarakat.

ABSTRACT
Research of this Thesis is to analysis the performance and interest of patients seen from the point of view client rsquo s performance level on health services provided by hospital by using five dimensions, such as Responsiveness, Physical Environment, Accessibility, Availability of Medical resources and Communication. The research method on this research is Mix Method quantitative and qualitative Using in depth interview method and questionnaire method deploy to 80 patients health BPJS in Outpatient Institution. The results showed that the level of performance and interests of patients BPJS Health to health services in Instance Hospital Outpatient Dr Hasan Sadikin Bandung on the dimensions of health services Physical Environment included into the category of low performance and included into the quadrant I or Attributes that Needs Attention, therefore This dimension needs to be improved and improved continuously in order to better health service performance and can maintain community resilience."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enok Siti Marhumah
"Pelayanan kesehatan di rumah sakit lebih ditekankan pada pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dimana obat-obatan merupakan salah satu faktor penting dalam penyembuhan penderita, sehingga perlu penanganan yang baik yang menjadi tugas instalasi farmasi. Untuk menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik instalasi farmasi memerlukan sistem pendistribusian, dalam hal ini adalah prosedur distribusi obat yang cepat dan efisien.
Depo farmasi ruang 11 merupakan bagian dari instalasi farmasi yang berfungsi mengendalikan distribusi obat sehingga penyediaan obat di ruangan senantiasa sesuai dengan perencanaan dan kebutuhan. Pasien ruang 11 terdiri dari pasien umum, pasien kontraktor dan pasien askes. Ruang 11 mempunyai kapasitas sebanyak 43 tempat tidur, terdiri dari VIP A, VIP B dan kelas 1. Sistem distribusi yang digunakan di ruang 11 adalah sistem distribusi persediaan di ruang dan sistem distribusi unit dosis parsial. Sistem distribusi obat tersebut dituangkan dalam bentuk depo farmasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis situasi sistem dan prosedur yang dilaksanakan kaitannya dengan peningkatan pelayanan farmasi di RSHS; mengkaji masalah-masalah yang menghambat dalam pelaksanaan prosedur; serta mencari alternatif yang diharapkan untuk mengurangi masalah tersebut.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode telaah kasus dengan pendekatan deskriptif dengan cara penelusuran proses sejauhmana prosedur tetap yang ada dijalankan. Menggunakan data primer, yaitu melalui observasi dan wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui catatan dan laporan farmasi bulan Juli 2000, protap, kebijakan, standar pelayanan farmasi, dan lain-lain.
Dari hasil penelitian diperoleh prosedur tetap yang ada kurang mendukung terhadap pelayanan dan tidak memberikan kepuasan pasien, sehingga perlu dikembangkan.
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan, apabila sistem distribusi obat didukung oleh prosedur yang baik dan mudah dilaksanakan, personal yang cukup, jumlah dan kemampuan kefarmasiannya meningkat, serta sarana bagi prosedur distribusi yang lengkap, diharapkan dapat mendukung terhadap pelayanan kesehatan secara efektif dan efisien.

Analysis of Medicine in In-Patient Care of Interne Unit, Hasan Sadikin Hospital, BandungThe health service served by hospital is more emphasized on curative and rehabilitation service, there for drugs is one of essentiale factors in the cure process of the patients. Consequently, management of drugs have to be organized effectively as the main job of pharmacy installation. In applying its job and its function effectively, pharmacy installation requires good distribution system. In this case, the procedure of drugs distribution must be fast and efficient.
Pharmacy stand in Room 11 is a part of pharmacy installation which has function to contrail distribution of drugs, so that drugs supply in that room is suitable to the plan and requirement. There are three types of patient in Room 11, namely general patient, contractor patient and helath insurance patient. Room 11 has capacity; 43 beds contains VIP A, VIP B dan first class. Distribution system used in Room 11 is room supply distribution system and partial dose unit distribution system. The form of that distribution system is pharmacy stand.
This research is aimed to analyze the application of permanent procedure in relation to the improvement of pharmacy service in RSHS (Hasan Sadikin Hospital); to recite problems obstruct in procedure application; and to observe expected alternative in reducing those problems.
Methodology used in this research in case observation method with descriptive approach which try to measure how far the process of permanent procedure has been held by using primary data, that is through observation and interview. Mean while, secondary data is obtained through notes and pharmacy report in July 2000, permanent procedure, policy, pharmacy service standard etc.
The best assumed from the investigation is; if the drug distribution system supported by good procedure and easy to be applied, adequat personnel, increasing in amount and capability of its pharmacy, and sufficient in facility of distribution procedure, so we can expect that all of above factor can develop the health service efficiency and effectively.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4607
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardini Tri Indarti
"ABSTRAK
Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan penyakit autoimun yang
mengakibatkan peradangan di banyak organ. Prevalensi LES terus meningkat dan
angka mortalitasnya pun tinggi. Etiologi LES sampai saat ini belum diketahui
secara pasti. Namun, beberapa faktor risiko yang diduga dapat mempengaruhi
kejadian LES. Salah satunya adalah riwayat alergi obat, terutama antibiotik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan riwayat alergi antibiotik
dengan kejadian LES setelah dikontrol oleh variabel kovariat berupa riwayat
keluarga menderita LES, riwayat menderita penyakit autoimun lain, usia
menarche, dan perilaku merokok di RSUP Dr. Hasan Sadikin Kota Bandung.
Penelitian ini dilakukan bulan April-Juli 2014 dengan menggunakan desain kasus
kontrol. Kasus adalah pasien LES wanita yang berobat ke Poli Rematologi RSUP
Dr. Hasan Sadikin Kota Bandung. Kontrol merupakan pasien wanita yang berobat
ke Poli Penyakit Dalam dengan dilakukan individual matching dengan kasus pada
usia (rentang 3 tahun), dan asal daerah. Data dianalisis dengan analisis univariat,
bivariat, dan multivariat dengan uji regresi logistik conditional. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa riwayat alergi antibiotik cenderung meningkatkan risiko
kejadian LES sebesar 2,34 kali (OR=2,34, 95% CI 0,66-8,22) setelah dikontrol
oleh riwayat keluarga LES, riwayat autoimun, dan perilaku merokok. Untuk kelas
antibiotik penisilin/sefalosporin, risiko meningkat menjadi 2,75 kali (OR=2,75,
95% CI 0,65-11,59).

ABSTRACT
Systemic Lupus Erythematosus ( SLE ) is an autoimmune disease that results in
inflammation in many organs. The prevalenceof SLE is increasing and the
mortality rate was high. Etiology of SLE has not known. However , several risk
factors could be expected to affect the incidence of SLE . One of them is a history
of drug allergies, especially antibiotics. This study aimed to determine the
relationship between antibiotic allergy history and SLE after controlled by family
history,other autoimmune disease, age of menarche, and smoking behavior in Dr.
Hasan Sadikin Hospital Bandung. This study was conducted from April to July
2014 using case-control design. Cases were women SLE patients who went to
Rheumatology Department Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung. Control were a
female patient who went to Internist Department with individually matched at the
age ( 3 years range ), and region. Data were analyzed with univariate, bivariate ,
and multivariate conditional logistic regression. The results showed that a history
of antibiotic allergy tends to increase the incidence of SLE for 2.34 times ( OR =
2.34 , 95 % CI 0.66 to 8.22 ) after controlled by SLE family history, history of
autoimmune, and smoking behavior. For the class of penicillin/cephalosporin, the
risk increased to 2.75 times ( OR = 2.75 , 95 % CI 0.65 to 11.59) ."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T43364
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Pratiwi
"Efusi perikardial adalah kondisi yang sering ditemukan di praktik klinis. Manifestasi efusi bergantung pada penyebab dan penyakit penyerta serta dipengaruhi oleh karakteristik dan lokasi geografi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pasien efusi perikardial berdasarkan usia, jenis kelamin, diagnosis sitologi dan klinis. Metode: Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif retrospektif menggunakan data rekam medis pasien efusi perikardial selama 5 tahun, yaitu 1 Januari 2009 sampai dengan 31 Desember 2013. Penelitian dilakukan di SMF Patologi Anatomi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Sebanyak 54 kasus diambil dengan cara total sampling pada penelitian ini. Variabel data yang digunakan adalah usia, jenis kelamin, jenis diagnosis sitologi dan kondisi klinis. Hasil: Usia yang paling banyak ditemukan adalah kelompok usia 21-30 tahun. Efusi perikardial lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita. Kasus efusi perikardial paling banyak berdasarkan jenis diagnosis sitologinya adalah jenis peradangan non-spesifik. Kondisi klinis yang paling sering ditemukan adalah infeksi tuberkulosis.
Simpulan: Efusi perikardial paling banyak terjadi pada usia 21-30 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, tidak terdapat perbedaan distribusi yang mencolok pada kasus efusi perikardial. Berdasarkan diagnosis sitologi, efusi perikardial paling banyak didiagnosis sebagai jenis peradangan non-spesifik. Berdasarkan diagnosis klinis, efusi perikardial paling banyak ditemukan pada kondisi infeksi tuberkulosis."
Jakarta: Department of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-IJCHEST 3:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nandang Ahmad Waluya
"Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi kronis diabetes melitus (DM). Terjadinya ulkus diabetik diawali dengan adanya neuropati dan penyakit vaskular perifer sebagai dampak hiperglikemia serta adanya trauma akibat kurangnya pasien melakukan perawatan kaki. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan pasien dengan kejadian ulkus diabetik dalam konteks asuhan keperawatan pada pasien DM di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian ini menggunakan rancangan crossectional study. Jumlah sampel penelitian 88 responden terdiri dari 44 orang pasien DM dengan ulkus dan 44 orang pasien DM tanpa ulkus. Teknik pengambilan sampel yaitu consecutive sampling dan acak sederhana. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji Chi Square dan regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara kepatuhan pasien DM (p=0,000), kepatuhan memonitor glukosa darah (p=0,000), diet (p=0,000), aktivitas (p=0,023), perawatan kaki (p=0,000), kunjungan berobat (p=0,000) dengan kejadian ulkus diabetik. Kepatuhan kunjungan berobat merupakan faktor paling dominan berhubungan dengan kejadian ulkus diabetik (OR=8,95). Karakteristik demografi jenis kelamin merupakan faktor pengganggu. Sedangkan umur, tingkat pendidikan dan status ekonomi bukan faktor pengganggu. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara ketidakpatuhan pasien DM dengan kejadian ulkus diabetik. Saran peneliti yaitu pasien perlu mendapat pendidikan kesehatan, pemeriksaan kaki secara teratur, pasien harus mematuhi terhadap saran petugas kesehatan. Perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan pasien DM.

Diabetic ulcer is one of chronic complications of Diabetes Mellitus. Neuropathy and peripheral vascular disease are the beginning of ulcer, as the result of hyperglycemia condition, and a trauma caused by lack of foot care. The aim of this study is to identify the relation of patient adherence with diabetic ulcer occurance in the context of nursing care of patient with diabetes mellitus at Dr. Hasan Sadikin Hospital, Bandung. Crossectional study design was used in this study. The samples size were 88 patients with diabetes mellitus, consisted of 44 patients with diabetic ulcer and 44 patients without diabetic ulcer. Samples were selected by simple random and consecutive sampling technique. Chi Square and a multiple logistic regression were used to examine the relation of patient adherence with occurrence diabetic ulcers.
The result showed that there was a significant corelation of diabetes mellitus patient adherence (p=0,000), adherence of monitoring blood glucose level (p=0,000), diet (p=0,000), activities (p=0,023), foot care (p=0,000), and visiting health care provider (p=0,000) with diabetic ulcer occurence. Adherence of visiting health care provider was the most dominant factor related to diabetic ulcer occurence (OR=8,95). Sex was confounding factor. Whereas age, education and economic level were not confounding factors. It is concluded that there was a relationship between patient adherence and the occurance of diabetic ulcer. Recommendations of this research were patient need to get health education, regular foot examination, patient adherence to recommendations health care provider. Further research about factors related to nonadherence in diabetes mellitus patients need to be done.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Yudianto
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan operan pasien di Rumah Sakit Dr Hasan Sadikin Bandung. Populasi penelitian adalah 747 perawat pelaksana yang bekerja di Ruang Rawat Inap. Rumah Sakit Dr Hasan Sadikin Bandung. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 85 perawat pelaksana Untuk menguji hubungan antara faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong dengan pelaksanaan operan pasien perawat pelaksana digunakan Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan operan pasien dalam kategori balk yaitu sebesar 56,5%. Rata - rata karakteristik responden berjenis kelamin perempuan (81,2%), berpendidikan Akademi (82,4%), Lebih dari setengah umur responden lebih dari 25 tahun (60%) dengan lama bekerja lebih dari 10 tahun (52,9%). Hasil analisis uji Chi Square dengan a =0,05 antara karakteristik perawat dengan pelaksanaan operan hanya jenis kelamin yang menunjukkan adanya kecenderungan yang nyata, dimana mayoritas dari perawat perempuan melaksanakan operan pasien dengan baik (p value < 0,05). Tingkat pengetahuan menunjukkan adanya hubungan dengan pelaksanaan operan pasien, responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik cenderung pelaksanaan operannya juga balk (p value < 0,05). Sikap menunjukkan adanya hubungan dengan pelaksanaan operan pasien (p value < 0,05). Dukungan pimpinan menunjukkan adanya hubungan dengan pelaksanaan operan (p value < 0,05). Dukungan teman sejawat menunjukkan adanya hubungan dengan pelaksanaan operan pasien. Ketersediaan protap menunjukkan adanya hubungan dengan pelaksanaan operan pasien (p value < 0,05). Hasil analisa multivariat menunjukkan dari keenam variabel hanya empat variabel yang mernpunyai pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan operan pasien yaitu jenis kelamin, pengetahuan, sikap dan ketersediaan protap dengan p value 0,05. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan agar pihak manajemen rumah sakit perlu lebih meningkatkan pengetahuan, sikap serta penyediaan sarana untuk peningkatan mutu asuhan keperawatan khususnya dalam pelaksanaan operan pasien.

This research is research with co-relational descriptive design instead to test of relation among factors, which have as a correlation with patient pass implementing in Dr. Hasan Sadikin Bandung Hospital. The research populations are 747 nurses to test the relation among predisposition factor, proponent and impetus with executor nurse patient pass implementing used of chi square, The research results shown that patient pass implementation in good category that is as big as 56,5%. The respondent characteristic average are girl sex (81,2%), and academic education (82,4%). A half of respondent's age is more than 25 years (60%) with job experience more than ten years (52,9%). The chi square test analysis results with a = 0,05 among nurse characteristic with pass implementing just sex showed the presence of obvious tendency, where the majority from girls nurse conduct with good patient pass (p value < 0,05). Knowledge level showed the presence of relation with patient pass implementing, respondent that have good knowledge level tend her pass implementing is good ( p value < 0,05). Attitude has shown the presence of relation with patient pass implementing (p value < 0,05). The leader support showed the presence relation with pass implementing. The colleague has shown the presence relation with patient pass implementing. Availability of fixed procedure has shown the presence relation with patient pass implementing (p value < 0,05). Multivariate analysis result has shown from six variables just four variables had significant influence toward patient pass implementing that are sex, knowledge, attitude, and availability of fixed procedure with p value 0,05. Based research results can suggestion in order to hospital management party need for more increase of knowledge, attitude and preparing the infrastructure to increasing of nursing upbringing quality, especially in-patient pass implementing.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
T18397
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>