Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154713 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arif Haryana
"ABSTRAK
To overcome the problem of fuel dependence from imports and reduce the burden of fuel subsidies in the APBN, starting in 2007 the Government has implemented a conversion program for fuel use in the household sector from kerosene to LPG. The program has been running successfully. However, the same problem as before reappeared. The higher LPG needs depend on imports, reaching 70 percent of total consumption. Likewise, the burden of LPG subsidies in the state budget is even higher. Indonesia has the potential to produce abundant biomass energy and has been used as household fuel, especially in rural areas. However, the utilization is still by burning firewood using traditional inefficient combustion stoves that produce air pollutant that causing a negative impact on family health. Changes in the way biomass energy are used through the transformation of biomass into pellets and the use of technology biomass stoves can overcome the problems. This paper aims to analyze and provide policy recommendations to develop biomass energy utilization in households in a healthy manner and can improve combustion efficiency. The widespread use of biomass energy by households will reduce the dependence on LPG imports and reduce the burden of subsidies in the state budget."
Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas, 2019
330 BAP 2:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Siahaan, Senti
"Meningkatnya jumlah konsumsi energi listrik dipengaruhi oleh penghasilan pelanggan, dimana semakin tinggi tingkat penghasilan pelanggan, semakin besar jumlah energi listrik yang di konsumsi. Konsumsi energi listrik dalam suatu negara dapat dipakai sebagai indikator tingkat kemakmuran negara tersebut Makin besar jumlah energi listrik yang dikonsumsi, makin tinggi tingkat kemakmurannya.
Faktor-faktor yang diidentifikasi dalam penelitian ini meliputi aspek perilaku (yang variabelnya persepsi, motivasi, sikap dan kepribadian), tingkat pelayanan (yang variabelnya keselamatan, kemudahan, dan kenyamanan dalam menggunakan listrik), dan sosial ekonomi (yang variabelnya ukuran keluarga, penghasilan dan pengeluaran keluarga).
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pelanggan untuk mengkonsumsi energi listrik dan bagaimana pengaruhnya terhadap konsumsi energi listrik.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa:
1). Faktor internal dan eksternal yang berpengaruh yaitu: Faktor 1: V02pk dan V03pk (Penghasilan keluarga yang mempengaruhi peningkatan energi listrik)
Faktor 2: V12hr, V04ps, V10km (Harga dalam mengkonsumsi energi listrik) Faktor 3: V09kn, V08ke, V05mi dan V01 uk (Keselamatan dalam menggunakan energi listrik) Faktor 4: V11 ky, V07kn, VO6sp (Kenyamanan dalam menggunakan energi listrik) 2). Hasil variabel independen yang berpengaruh terhadap faktor-faktor pengelompokkan konsumsi energi listrik yaitu:
a. F1 V02pk dengan koefisien regresi (B) sebesar 0,184440
b. F2-V12hr dengan koefisien regresi (B) sebesar -0,137343
c. F3-VO9KN dengan koefisien regresi (B) sebesar 0,578477
d. F4-V11 ky dengan koefisien regresi (B) sebesar 0,525426
e. Harga konstanta regresi yang terjadi adaiah 1,749555
Cluster = 1,749555 + 0,184440 F9 V02pk -- 0,137343 F2-V12hr + 0,578477 F3 V09kn + 0,525426 F4-V11 ky."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunan Nasikhin
"Konsumsi listrik sektor rumah tangga (residential) tahun 2014 sebesar 84,1 TWh (42% terhadap total konsumsi semua sektor), dengan pola konsumsi tiap tahun yang kurang lebih sama maka diproyeksikan pada tahun 2024 akan mencapai 464,2 TWh. Hasil studi Ditjen EBTKE ESDM, BPPT, JICA menyebutkan konsumsi energi listrik residential (R1: 450VA-900VA) khususnya untuk lampu pencahayaan sekitar 26% dan studi JICA sebelumnya pada sektor residential (R1-R2: 450VA-4.400VA) sekitar 5-14%. Sedangkan jenis lampu yang banyak digunakan sektor residential di Indonesia adalah Compact Flourecent Lamp (CFL) swabalast (50,3%), pijar (25%), Tube Lamp atau TL (24,4%) dan lainnya 0,35% dengan durasi pemakaian lampu rata-rata 9-16 jam perhari (sesuai hasil survei dan kajian BRESL). Berdasarkan referensi dari US Department of Energy, teknologi pencahayaan yang memiliki efisiensi tinggi dengan tingkat efikasi sekitar 131 lm/W dan umur pemakaian 30.000 - 75.000 jam atau lebih adalah lampu light emitting diode.
Penggunaan lampu LED memerlukan biaya awal (first cost) yang sedikit lebih besar dibandingkan jenis lampu lain, namun efisiensi yang lebih tinggi dan umur pakai yang lebih lama (akan mengurangi biaya penggantian lampu) sehingga bisa diyakinkan bahwa pencahayaan dengan lampu LED memiliki nilai keuntungan yang lebih tinggi. Penggunaan lampu LED untuk menggantikan CFL akan memberikan keuntungan ekonomis yang didapat dari penghematan setiap tahun sehingga akan menutupi biaya pembelian awal. Penerapan penggunaan lampu LED khususnya pada konsumen residential yang masih memperoleh subsidi akan didapat penghematan yang cukup besar sampai tahun 2024 dengan potensi penghematan energi antara 396-3.314 GWh dan penghematan subsidi listrik sekitar 0,34-2,83 triliun pertahun.

Electricity consumption of the household sector (residential) in 2014 amounted to 84,1 TWh (42% of the total consumption of all sectors), the consumption patterns of each year approximately the same then in 2014 is projected to reach 464,2 TWh. The study by DGEBTKE, BPPT, JICA mention the electrical energy consumption in residential (R1: 450VA-900VA) especially for lighting about 26% and the previous JICA study on the residential sector (R1-R2: 450-4.400VA) of about 5-14%. Types of lamps are widely used in the residential sector of Indonesia is the Compact Flourecent Lamp (CFL) (50.3%), Incandescent (25%), Tube lamp (TL) (24.4%) and another 0.35% with average light usage duration of 9-16 hours per day (according to survey and study of BRESL). By reference to the US Department of Energy, lighting technology which has high efficiency with efficacy levels about 131 lm/W and a service life between 30.000 - 75.000 hours or more is a light emitting diode lamp.
The use of LED lights require an initial cost (first cost) that is slightly larger than the other lamp types, but higher efficiency and longer service life (reducing the cost of replacement bulbs) so that it can be assured that the lighting with LED lights have a higher gain value. The use of LED lights to replace the CFL will provide economic benefits derived from savings each year so that it will cover the cost of the initial purchase. Application of the use of LED lights especially on residential consumers are still obtain the subsidy will get considerable savings until 2024 with the annual potential energy savings between 396 - 3314 GWh and annual electricity subsidy savings of about 0.34 - 2.83 trillion.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44385
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhandy Arisaktiwardhana
"Jumlah impor lampu swabalast terus mengalami peningkatan sejak tahun 2008, dan pada bulan Agustus 2011, jumlah impor lampu swabalast mencapai 131,425,000 lampu. Faktor daya merupakan salah satu persyaratan unjuk kerja pada lampu swabalast yang harus dipenuhi oleh produsen. Saat ini, di Indonesia, penetapan batas faktor daya belum ditetapkan pada SNI IEC 60969:2009. Dengan tidak adanya ketentuan batas faktor daya pada SNI IEC 60969:2009, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pemenuhan nilai faktor daya pada lampu swabalast terhadap persyaratan batas faktor daya yang tercantum pada ALC (Asia Lighting Council Compact Fluorescent Lamp Quality Guidelines for Bare Lamps). Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pengurangan penggunaan energi listrik (kWh) dan pengurangan emisi energi listrik (gr CO2) pada sektor rumah tangga di Indonesia, ditinjau dari peningkatan faktor daya produk lampu swabalast. Datadata yang digunakan pada penelitian ini meliputi faktor daya dan daya semu lampu swabalast, jumlah pelanggan rumah tangga, penggunaan energi primer PT. PLN (Persero), faktor emisi CO2 pada energi primer PT. PLN (Persero) dan biaya bahan bakar energi primer PT. PLN (Persero). Tahapan yang harus dilakukan pada penelitian ini adalah penilaian pemenuhan faktor daya pada lampu swabalast terhadap persyaratan SNI IEC 60969:2009 dan ALC, perhitungan pengurangan energi listrik (kWh) pada pihak pemakai listrik (rumah tangga), perhitungan energi listrik yang terbuang (kWh) pada pihak pemakai listrik (rumah tangga), perhitungan pengurangan biaya pembangkitan (khususnya biaya pemakaian bahan bakar) (Rp.) pada pihak penyedia listrik dan perhitungan pengurangan emisi energi listrik (gr CO2) pada pihak penyedia listrik. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Badan Standardisasi Nasional (BSN) untuk melakukan revisi terhadap persyaratan unjuk kerja yang tercantum SNI IEC 60969:2009, khususnya penetapan batas faktor daya. Revisi ini diperlukan bagi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Asosiasi Industri Perlampuan Indonesia (APERLINDO), Produsen, Laboratorium Penguji dan Lembaga Sertifikasi Produk sebagai acuan penerapan efisiensi energi pada lampu swabalast di Indonesia sesuai regulasi teknis terkait.

Self-ballasted lamps imports continued to increase since 2008, and in August 2011, the imports of self-ballasted lamps reached 131,425,000 lamp. Power factor is one of the performance requirements of self-ballasted lamps that must be met by the manufacturer. Currently, in Indonesia, the determination limits of power factor has not been established in SNI IEC 60969:2009. In the absence of statutes of limitation on power factor in SNI IEC 60969:2009, the study was conducted to determine compliance the value of power factor on selfballasted lamp with the requirements of power factor limits stated in ALC (Asia Lighting Compact Fluorescent Lamp Quality Council Guidelines for Bare Lamps). Observations conducted to determine the reduction in energy use (kWh) of electrical energy and emission reduction (gr CO2) on the household sector in Indonesia, in terms of improve power factor of self-ballasted lamp. The data used in this study include the power factor and apparent power of selfballasted lamps, the number of household customers, the primary energy use of PT. PLN (Persero), CO2 emission factor in primary energy of PT. PLN (Persero) and the cost of primary energy fuel of PT. PLN (Persero). Steps that must be done in this study is assessment of the fulfillment of the self-ballasted lamp power factor against the requirements of SNI IEC 60969:2009 and ALC; calculation of the reduction of electric energy (kWh) on the consumer of electricity (households), calculation of electric energy wasted (kWh) on the consumer of electricity (households), calculation of the reduction of electric energy emissions (gr CO2) on the electricity provider and calculation of the reduction of cost of generating electricity (especially fuel costs) (Rp.) on the electricity provider. The results of this study is to provide input for the National Standardization Agency (BSN) to revise the performance requirements specified in SNI IEC 60969:2009, in particular the determination of power factor limits. This revision is necessary for the Ministry of Energy and Mineral Resources, Lighting Industry Association of Indonesia (APERLINDO), Manufacturers, Testing Laboratory and Product Certification Bodies as a reference to implement energy efficiency on self-ballasted lamps in Indonesia according to the relevant technical regulations."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30911
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suryo Dharmono
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
616.8 SUR k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Wasono
"Tesis ini berupaya melihat persepsi masyarakat sebagai penerima manfaat dari kebijakan publik terutama berkaitan dengan program-program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Karangasem, Bali. Program-program penanggulangan kemiskinan yang dinilai adalah Program Keluarga Harapan (PKH) dan Subsidi Raskin.
Dalam melihat persepsi masyarakat ini, metode yang digunakan yakni survei menggunakan kartu penilaian warga atau sering dikenal dengan citizen report card (CRC). Selain berguna untuk menilai tingkat kepuasan masyarakat, CRC juga berguna sebagai alat evaluasi partisipatif yang memungkinkan keterlibatan masyarakat secara langsung dalam evaluasi program dan/atau kebijakan.
Hasil Penelitian ini berguna untuk pengambilan kebijakan terkait dengan program-program penanggulangan kemiskinan yang dinilai terutama untuk melakukan peningkatan layanan kepada masyarakat sebagaimana hasil survei.

This thesis attempts to see the beneficiaries? perception of public policies, especially related to poverty reduction programs in Karangasem Regency, Bali. Poverty reduction programs assessed were the Conditional Cash Transfer Program (CCT) or better known as the Program Keluarga Harapan (PKH) and rice subsidy for the poor families program (Raskin Program).
In looking at the people's perception, the survei method used in this survei was Citizen Report Card (CRC). Besides useful to assess the level of community satisfaction, CRC is also useful as a participatory evaluation tool that allows direct publik involvement in the evaluation of programs and / or policies.
The results of this study are useful for policy making related to poverty reduction programs to make improvements to the community services.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T42575
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Piping Setyo Handayani
"Studi ini mengestimasi model spesifikasi dinamis permintaan rokok di Indonesia menggunakan model Linear Aproximation Almost Ideal Demand System (LA/AIDS). Tujuannya adalah untuk mengetahui konsumsi rokok pada rumah tangga miskin dan tidak miskin ketika ada peningkatan pendapatan, peningkatan harga rokok, dan konsumsi barang lain yang dikorbankan ketika ada peningkatan harga rokok. Analisis diaplikasikan pada data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel 2008-2010. Hasilnya menunjukkan bahwa rokok merupakan barang normal. Permintaan rokok bersifat inelastis baik untuk rumah tangga miskin maupun rumah tangga tidak miskin. Kebijakan harga ternyata tidak efektif menurunkan konsumsi rokok, sehingga harus dikombinasikan dengan kebijakan anti rokok lainnya.

This study estimates a dynamic model specification of demand for cigarette in Indonesia using a model Linear Aproximation Almost Ideal Demand System (LA/AIDS). The objectives are to find the cigarette consumption of poor households and non-poor household when there is an increase in incomes, an increase in the price of cigarettes, and consumption of other goods sacrificed when there is an increase in the price of cigarettes. Analysis of the data was applied to the National Social Economic Survey (NSES) Panel 2008-2010. The results indicate that smoking is a normal good. Demand for cigarettes is inelastic good for the poor and non-poor households. Pricing policy was not effective in decreasing cigarette consumption, so it must be combined with other anti-smoking policy."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>