Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 212090 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Peter Rusli
"Rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan tingkat lanjut diharapkan dapat memberikan pelayanan paripurna. Dalam prosesnya itu sejalan dengan tujuan Akreditasi Rumah Sakit agar mendapatkan pengakuan mutu serta mengutamakan keselamatan pasien. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kesiapan pemenuhan standar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) menurut Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi 1 di rumah sakit Mitra dengan menggunakan langkah-langkah dalam problem solving cycle. Penelitian ini adalah riset operasional dengan metode kualitatif dimana pengumpulan datanya dilakukan dengan wawancara mendalam dan telaah dokumen. Hasil penelitan menunjukkan bahwa dari sisi input terhadap sumber daya manusia, sarana dan prasarana, penganggaran dan instrumen sudah maksimal meski dengan berbagai keterbatasan dan kondisi rumah sakit yang masih baru beroperasional. Dalam sisi proses untu pemenuhan kualifikasi sumber daya manusia (SDM) sudah cukup meski pembekalan terhadap pelatihan masih minim dan terbatas pelatihan internal ataupun studi banding ke rumah sakit lain. Pengadaan sarana prasana juga masih menggunakan prioritas yang berhubungan langsung dengan pelayanan seperti pengadaan handrub dan hand soap program cuci tangan dan unit Central Sterile Supply Department (CSSD), londri dan gizi untuk peralatan dan ruangan yang sesuai standar PPI. Pembiayaan masih terkendala karena ketersediaan dana yang terbatas namun mampu dioptimalkan. Pelaksanaan instrumen yang meliputi monitoring evaluasi dinilai masih belum maksimal namun sudah berjalan dengan baik. Sebagai output capaian pemenuhan standar PPI melalui self assessment dari semua bagian input dinilai sudah cukup dan mampu untuk menghadapi porses akreditasi rumah sakit. Kesimpulannya kesiapan SDM, sarana prasarana, kebijakan/ regulasi, penganggaran serta instrumen Standar PPI sebagian besar sudah terpenuhi dan telah siap menghadapi survei akreditasi rumah sakit. Saran bagi Komite PPI dan Infection Prevention and Control Nurse (IPCN), Keperawatan, Manajemen Rumah Sakit serta Tim Akreditasi untuk dapat berkoordinasi secara berkesinambungan agar mendapat umpan balik, melakukan sosialisasi rutin terkait edukasi standar PPI baik kepada staf maupun pasien dan keluarga pasien sehingga mutu rumah sakit terhadap PPI dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan.

The hospital as an advanced health facility is expected to provide complete services. In the process it is in line with the objectives of Hospital Accreditation in order to get quality recognition and prioritize Patient Safety. The purpose of this study was to determine the readiness to fulfill Infection Prevention and Control standards according to SNARS first edition in Mitra Jambi Hospital in terms of problem solving cycle. The research method used is qualitative research where the data collection is done by indepth interviews and document review. The research results show that in terms of input to human resources, facilities and infrastructure, budgeting and instruments have been maximized despite various limitations and conditions of hospitals that are still operating. In terms of the process for fulfilling human resources qualifications, it is sufficient even though training on training is still minimal and limited to internal training or comparative studies to other hospitals. Procurement of infrastructure is also still using priority directly related to services such as the procurement of hand rubs and hand soap hand washing programs and Central Sterile Supply Department (CSSD) units, laundry and nutrition for equipment and rooms that comply with Infection Prevention and Control standards. Financing is still constrained due to the limited availability of funds but can be optimized. The implementation of the instrument which includes monitoring evaluation is considered to be still not maximal but has gone well. As an output, the achievement of meeting Infection Prevention and Control standards through self-assessment from all parts of the input is considered sufficient and able to deal with the hospital accreditation process. In conclusion, the readiness of human resources, infrastructure, policies/regulations, budgeting as well as the PPI Standard instruments have been largely fulfilled and are ready to face hospital accreditation surveys. Suggestion to Infection Prevention and Control Committee and Infection Prevention and Control Nurse (IPCN), Nurse Department, Hospital Management and also Accreditation Team to continuous coordination each other to achieve feedback, regularly socialization for educational of Infection Prevention and Control standard to staff and also patient with their family, goals to maintain and increasing hospital quality thorough Infection Prevention and Control."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferti Dwi Ekasari
"ABSTRAK
Pelaksanaan akreditasi rumah sakit merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan
mutu pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit serta persyaratan yang harus
dipenuhi oleh setiap rumah sakit yang melayani Program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN). Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) merupakan salah satu standar
akreditasi yang sangat penting di rumah sakit dan merupakan program yang baru berjalan
di RSUD Cempaka Putih. Peneliti merasa perlu untuk mengetahui bagaimana kesiapan
RSUD Cempaka Putih terhadap standar PMKP sesuai SNARS Edisi 1 sehingga tercipta
budaya mutu dan keselamatan pasien. Jenis penelitian ini merupakan penelitian desktiptif
dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan dan analisis data kuantitatif
dengan menggunakan kuesioner kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan dan analisis
data kualitatif dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kesiapan RSUD Cempaka Putih dalam pelaksanaan implementasi program PMKP baru
sekitar 50%, masih diperlukan upaya perbaikan secara bertahap. Rencana aksi yang dapat
dilakukan dalam meningkatkan efiesiensi pelaksanaan program PMKP di RSUD
Cempaka Putih antara lain dengan perbaikan sarana dan prasarana, peningkatan
kompetensi dan wawasan terhadap program PMKP, peningkatan kesadaran dan disiplin
staf rumah sakit, resosialisasi komunikasi dan koordinasi program PMKP serta
pemenuhan manajemen data yang terintegrasi.

ABSTRACT
The implementation of hospital accreditation is a government effort to improve the
quality of service and safety of patients in hospitals and the requirements that must be
met by each hospital serving the National Health Insurance Program (JKN). Quality and
Patient Safety Improvement (PMKP) is one of the most important accreditation standards
in hospitals and is a new program that runs in Cempaka Putih Hospital. The researcher
felt that it was necessary to find out how prepared the Cempaka Putih Hospital was
towards the PMKP standard in accordance with SNARS Issue 1 so as to create a quality
and patient safety culture. This type of research is desktiptif research with quantitative
and qualitative approaches. Collection and analysis of quantitative data using a
questionnaire then continued with the collection and analysis of qualitative data with indepth
interviews. The results showed that the readiness of Cempaka Putih Hospital in the
implementation of the PMKP program was only around 50%, it still needed gradual
improvement efforts. Action plans that can be taken to improve the efficiency of the
PMKP program implementation at Cempaka Putih Hospital include improvements in
facilities and infrastructure, increased competency and insight into PMKP programs,
increased hospital staf awareness and discipline, communication and coordination of
PMKP programs and fulfillment of an integrated data management."
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenggo Geni Sari
"Infeksi yang berhubungan dengan perawatan kesehatan atau infeksi yang diperoleh dalam perawatan kesehatan adalah efek samping yang paling umum dalam penyediaan layanan kesehatan di seluruh dunia. Rumah sakit bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit dan meningkatkan kualitas dan mempertahankan standar layanan rumah sakit. Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah upaya untuk memastikan perlindungan setiap orang dari kemungkinan tertular infeksi dari sumber- sumber publik dan saat menerima layanan kesehatan di berbagai fasilitas kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi program pencegahan dan pengendalian infeksi di RSUP Persahabatan Jakarta. Desain penelitian adalah kualitatif dengan menggunakan metode wawancara mendalam terstruktur, telaah dokumen serta observasi dengan memakai lembaran observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sumber Daya Manusia masih kurang, sarana dan prasarana belum berkesinambungan dibeberapa unit layanan, kepatuhan kebersihan tangan di kalangan peserta didik masih rendah, laporan mengenai infeksi daerah operasi masih belum optimal dan pencatatan serta pelaporan kegiatan program PPI belum disampaikan ke Kementerian Kesehatan.
Implementasi program PPI di rumah sakit membutuhkan dukungan SDM, sarana prasarana yang berkesinambungan terutama untuk sarana prasarana kebersihan tangan, edukasi yang intens terhadap peserta didik dan karyawan rumah sakit akan kepatuhan kebersihan tangan dan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan PPI sesuai aturan yang ada.

Infections related to healthcare or infections acquired in healthcare are the most common side effects in the provision of health services worldwide. The hospital aims to provide protection for the safety of patients, the community, the hospital environment and human resources in hospitals and improve the quality and maintain standards of hospital services. Infection Prevention and Control (IPC) is an effort to ensure the protection of everyone from the possibility of contracting infection from public sources and when receiving health services in various health facilities.
The purpose of this study was to analyze the implementation of infection prevention and control in RSUP Persahabatan Jakarta. The research design is qualitative using in-depth structured interview method, document review and observation using observation sheets. The results showed that human resources were still lacking, facilities and infrastructure had not been sustainable in some service units, compliance with hand hygiene among students was still low, reports of infection in operating areas were still not optimal and recording and reporting of PPI activities had not been submitted to the Ministry of Health. The implementation of PPI in hospitals requires the support of human resources, sustainable infrastructure, especially for hand hygiene infrastructure, intense education for students and hospital employees for compliance with hand hygiene and a system for recording and reporting PPI activities according to existing regulations."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52768
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hastrina Mailani
"Prosedur tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi mutlak harus diterapkan dirumah sakit termasuk di rawat inap. Kegiatan ini bertujuan untuk meminimalkan dan mencegah terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan. Selain menurunkan tingkat kesakitan dan kematian karena infeksi nosokomial, pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi yang baik akan menurunkan biaya kesehatan karena dapat menurunkan lama rawat yang berdampak pada penurunan biaya yang dikeluarkan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di rawat inap Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Wawancara mendalam, diskusi grup terarah,dan observasi lansung dilaksanakan terhadap 13 informan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di rawat inap Rumah Sakit Pusat Otak Nasional ditinjau dari struktur, proses dan output belum terlaksana sesuai dengan pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi yang telah ditetapkan. Pelaksanaan pencegahan dan pelaksanaan infeksi di rawat inap belum optimal karena pelaksanaan kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri, pemisahan limbah medis dan penyuntikan yang aman pada sebagian petugas belum dilakukan sesuai standar serta monitoring dan evaluasi yang tidak dilakukan secara rutin. Jumlah petugas yang masih kurang, tumpang tindih tugas dan kurangnya pelatihan berpengaruh pada pelaksanaan tugas pencegahan dan pengendalian.
Saran yang dapat dilakukan adalah analisis beban kerja, meningkatkan pelatihan pada petugas dan monitoring serta evaluasi pelaksaanan pencegahan dan pengendalian infeksi dilakukan secara rutin.

Infection prevention and control procedures must be implemented in hospitals including the inpatient care. It is intended to minimize and prevent infection in patients, healthcare workers, visitors, and the community surrounding the healthcare facility. Other than reducing mortality and morbidity rate associated with nosocomial infections, the right implementation of Infection prevention and control program will also reduce health costs due to reduced care duration which affects the decrease of the health cost expenditure.
The purpose of this research is to understand the descriptive ofinfection prevention and control implementation at the inpatient care of the National Brain Center Hospital. This study uses a qualitative descriptive research method. Indepth interview, focus group discussion and observation are conducted with 13 informants.
Results of the study show that based on the structure, process and output,the infection prevention and control implementation at the inpatient care of the National Brain Center Hospital has been done according to the guidelines of the infection prevention and control that has been established. The infection prevention and control implementation at the inpatient care is not yet optimized because of the practices such as hand hygiene practice, use of personal protective equipment, separation of medical waste and safe injection that have not been done according to standard and have not been monitored and evaluated routinely. The insufficient number of healthcare workers, overlapping tasks and lack of training have an effect on the implementation of Infection prevention and control tasks.
Suggestions to be done are restructuring of the Infection prevention and control organization, analysis of workload, the increase of training for healthcare workers and routine monitoring and evaluation of Infection prevention and control implementation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Raka Jeni
"ABSTRAK
Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan pemerintah kepada rumah sakit yang telahmemenuhi standar yang telah ditetapkan. Akreditasi rumah sakit di Indonesiadilaksanakan untuk menilai kepatuhan rumah sakit terhadap standar akreditasi. Di RSUDharma Yadnya sudah melaksanakan akreditasi 4 standar : Pencegahan danPengendalian Infeksi, Kualifikasi dan Pendidikan Staf, Hak Pasien dan Keluarga danSasaran Keselamatan Pasien. Pada standar PPI paling banyak meninggalkanPerencanaan Perbaikan Strategis PPS yaitu sebanyak 23 item dari 11 elemen penilaiandibandingkan dengan tiga standar lainnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalahuntuk diketahui proses pelaksanaan perbaikan 23 item dan hambatan yang ditemukan.Metode penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik pengambilan datawawancara mendalan dan telaah dokumen, dengan 4 orang partisipan. Hasil penelitianini menunjukkan pada re-survey pertama tahun 2016 terselesaikan 5 elemen penilaian,re-survey kedua tahun 2017 terselesaikan 16 elemen penilaian dan menyisakan 2elemen penilaian yang belum tercapai yaitu pada pemenuhan sarana ruang isolasidengan ruangan bertekanan negatif dan filtrasi HEPA. Dengan kendala harga alat danpemeliharaan yang mahal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa untuk membangunbangunan rumah sakit yang baru apalagi untuk keperluan investasi, harusmemperhatikan arsitektur rumah sakit yang ditentukan oleh standar akreditasi rumahsakit.

ABSTRACT
Hospital accreditation is the government 39 s recognition to hospitals that have met theestablished standards. Hospital accreditation in Indonesia is conducted to assess hospitalcompliance with accreditation standards. Dharma Yadnya Hospital have implemented 4accreditation standard Infection Prevention and Control, Qualification and StaffEducation, Patient and Family Rights and International Patient Safety Goals. At mostinfection prevention and control standards leave strategic improvement planning asmany as 23 items from 11 assessment elements compared with three other standards.The purpose of this research is to know the implementation process to improve 23assessment element and obstacles found. The method of this research is qualitativeresearch, using deep interview and document review technique, with 4 participants. Theresult of this study showed that in the first re survey of 2016 completed 5 elements ofassessment, the second re survey of 2017 completed 16 elements of assessment andleaving 2 elements of assessment that have not been achieved, that is the fulfillment ofisolation facilities with negative pressure rooms, and HEPA filtration. With expensivetool and maintenance cost constraints. This research concluded that to build a newhospital building especially for investment purposes, must pay attention to hospitalarchitecture which determined by hospital accreditation standard. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53626
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutahaean, Serri
"ABSTRAK
Kepala ruang berkontribusi dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi PPI di ruang rawat, tetapi kenyataannya masih belum melakukan peran dan fungsinya dalam PPI. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penguatan peran dan fungsi karu terhadap pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit RS . Metoda yang digunakan adalah dengan desain kuasi eksperimen. Responden terdiri dari 5 kepala ruang, dan 34 perawat pelaksana dari kelompok intervensi dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan penguatan peran dan fungsi karu terhadap kepatuhan pelaksanaan PPI antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol p 0,03; ? 0,05 . Rekomendasi Penguatan peran dan fungsi karu diharapkan mendapatkan dukungan dari manajemen keperawatan, kepala ruang dan pelaksana pelayanan untuk meningkatkan kepatuhan perawat terhadap pelaksanaan PPI sebagai dasar meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di RS.

ABSTRACT
The head nurses should contribute to the implementation of prevention and infection control PPI in the ward, but in reality still has not performed its role and function in PPI. This study aims to determine the effect of strengthening the role and function of head nurses on the implementation of infection prevention and control in hospitals RS . The method used is Quasi experiment design. Respondents consisted of 5 headsnurse, and 34 nurses from the intervention and control group. The result of the research shows that there is a significant influence of the strengthening of role and function of head nurseson compliance of PPI implementation p 0,03 0,05 . Recommendations Strengthening the role and function of head nurses is expected to get support from the management of nursing, head nurses and implementing services to improve the compliance of nurses to the implementation of PPI as a basis to improve the quality of nursing services in hospitals."
2017
T47667
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Jamil
"Kinerja perawat dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) belum maksimal. Hal ini terjadi di beberapa negara khususnya negara berkembang termasuk Indonesia. Fenomena ini disebabkan oleh pelaksanaan peran kepala ruangan yang belum optimal dan perlu ditingkatkan. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi hubungan peran figure head dengan kinerja perawat dalam PPI di rumah sakit. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Cross Sectional dan regresi logistik. Penelitian dilaksanakan rumah sakit Kalimantan Barat dengan sampel 203 perawat. Analisis data menggunakan Chi Square dan Regresi Logistik. Hasil
analisis menunjukkan sub peran yang memiliki hubungan signifikan yaitu persepsi terhadap figure head (p=0.014, CI 95%; 1.195-5.952). Peran leader memiliki hubungan
signifikan(p=0.022, CI 95%; 0.186-0.894), namun berdampak negatif terhadap kinerja. Faktor yang paling berpengaruh adalah figure head (OR. 3.358). Kinerja perawat dalam PPI di rumah sakit dapat ditingkatkan dengan mengoptimalkan peran figure head kepala ruangan.

The job performance of nurses in implementing infection prevention and control has not optimal. These happened in several countries, especially developing countries, including Indonesia. These phenomena is caused managers role that has not optimal. Figure head role by manager is
important to improve nurse infection and prevention control performance. The nurses need role model to improve their perforance. This study was conducted to identify the relationship between the figure head role of manager and the performance of nurses in infection and prevention control program in hospitals. This researchs design uses quantitative cross sectional study. The study
was conducted at one of rural hospital at West Borneo with 203 nurses sample. Data analysis using Chi Square and multiple logistic regression. The sub role that has a significant relationship to infection and prefention control is figure head (p = 0.014.95% ci; 1.195-5.952) and the nurses to of the leader (p = 0.022.95% ci; 0.186-0.894). The most influential factor is the figure head (or 3.358). Nurse performance in infection control can be good by improving figure head role of nurse unit manager.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T54606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Yunita
"Kepala ruangan mempunyai peran penting, dalam upaya mendukung program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Rumah sakit. Kompetensi kepala ruangan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi (ppi) merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki. Kemampuan yang dimiliki di pengaruhi faktor karakteristik, motivasi diri dan suvervisi kepala ruangan. Metode penelitian ini, menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain Cross-sectional. Pengambilan sampel dengan teknik total sampling dengan jumlah sampel 70 kepala ruangan di empat (4) Rumah sakit wilayah Bogor. Hasil penelitian menggunakan uji chi-square dengan CI 95%, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan signifikan antara jenjang karir (p-value 0.030), Motivasi Diri (p-value 0.015), Supervisi kepala ruangan (p-value 0.001) dan kemampuan pengendalian dan pencegahan infeksi kepala ruangan. Tidak terdapat hubungan antara usia (p-value 0,414), tingkat Pendidikan (p-value 0,069), jenis kelamin (p-value 0,314), lama bekerja (p-value 0,854), pelatihan PPI (p-value 0,896) dan kemampuan pencegahan dan pengendalian infeksi (ppi) kepala ruangan. Hasil regresi logistik berganda didapatkan supervisi kepala ruangan menjadi variabel paling dominan. Simpulan dalam penelitian ini adalah pentingnya kepala ruangan dalam peningkatan jenjang karir, melakukan supervisi dan memiliki motivasi diri baik, dalam optimalisasi program pengendalian dan pencegahan infeksi

The head of the room has an important role, in an effort to support the Infection Prevention and Control program in the hospital. The competence of the head of the room in infection prevention and control is a basic competency that must be possessed. The abilities possessed are influenced by characteristic factors, self-motivation and supervision of the head of the room. This research method uses a quantitative approach with a cross-sectional design. Sampling with total sampling technique with a sample of 70 heads of rooms in four (4) hospitals in the Bogor area. The results of the study using the chi-square test with 95% CI, the results showed that there was a significant relationship between career path (p-value 0.030), self-motivation (p-value 0.015), supervision of the head of the room (p-value 0.001) and controllability and prevention of head room infection. There is no relationship between age (p-value 0.414), education level (p-value 0.069), gender (p-value 0.314), length of work (p-value 0.854), PPI training (p-value 0.896) and prevention skills. and infection control (ppi) head of the room. The results of multiple logistic regression showed that the supervision of the head of the room was the most dominant variable. The conclusion in this study is the importance of the head of the room in increasing career paths, supervising and having good self-motivation, in optimizing infection control and prevention."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Ester Marini
"Dengan adanya Kebijakan Pemerintah mengenai Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yaitu Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270 Tahun 2007 mengenai Pedoman Manajerial PPI dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 382 tahun 2007 mengenai Pedoman PPI diharapkan semua rumah sakit dapat mengimplementasikannya dengan penanggungjawab adalah Organisasi PPI yaitu Komite PPI. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati telah melaksanakan Program PPI sejak tahun 1989 dan pada tahun 2013 mendapatkan akreditasi baik versi Nasional maupun internasional namun angka Healthcare Associated Infections (HAIs) masih tinggi. Hal ini tentunya menjadi perhatian bagi RSUP Fatmawati untuk terus meningkatkan kinerja agar mutu pelayanan meningkat. Untuk memperoleh kinerja yang baik dalam program PPI diperlukan sistem keuangan, sumber daya dan pelaksanaan program kerja yang baik sehingga pasien dan petugas merasa aman karena terhindar dari kejadian infeksi. Pendekatan yang dapat digunakan untuk evaluasi kinerja keempat aspek tersebut adalah dengan Balanced Scorecard. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif (mixed method).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan PPI yang ada belum mengatur semua aspek PPI sehingga menimbulkan ketidakpahaman rumah sakit sebagai pelaksanaan program seperti Infection Control Risk Assesment dan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba. Dalam struktur organisasi PPI RSUP Fatmawati juga belum sesuai dengan Pedoman Manajerial PPI. Untuk kinerja perspektif pelanggan sudah cukup baik dengan tingkat kesetujuan sebesar 74,6% namun masih memerlukan perbaikan pada kondisi fisik bangunan yang tidak sesuai standar. Kinerja perspektif proses internal sudah cukup baik dengan tingkat kesetujuan 80,74% namun beberapa upaya pencegahan HAIs belum dilaksanakan optimal. Kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran sudah cukup baik dengan tingkat kesetujuan 75,34% namun perlu meningkatkan kompetensi 4 perawat PPI serta perlu pelatihan PPI untuk semua petugas kesehatan. Kinerja perspektif finansial juga cukup baik dengan tingkat kesetujuan 72,56% namun perlu mendapatkan perhatian mengenai penambahan anggaran untuk pelatihan PPI dan penyesuaian insentif perawat PPI dengan kinerja.
Saran yang dapat dilaksanakan yaitu revisi kebijakan PPI, restrukturisasi Komite PPI, melakukan kajian resiko pengendalian infeksi, pertemuan rutin untuk membahas pencegahan dan pengendalian infeksi khususnya penurunan angka HAIs, pelatihan untuk perawat PPI yang baru serta pelatihan untuk semua petugas kesehatan dan perlu disusun kebijakan mengenai jenjang karir dan jabatan perawat PPI.

Government Policy on Infection Prevention and Control (IPC) Program which are the Minister of Health Decree No. 270/2008 about Guidelines for IPC Managerial and the Minister of Health Decree No. 382/2007 about Guidelines of Infection Prevention and Control states that all hospitals should implement the IPC Program with the charge is the IPC Organization named IPC Committee. Fatmawati General Hospital has conducted IPC Program since 1989 and accredited in 2013 for both versions National and International but the numbers of Healthcare Associated Infections (HAIs) is still high. And this is certainly a concern for Fatmawati General Hospital in order to continuously improve the services quality. To obtain good performance in IPC program required the financial system, resources and programs implementation that work well so patient and attendant satisfied not being infected. The approach can be used to improve the performance of the four aspects is the Balanced Scorecard. This research is a descriptive analytical quantitative and qualitative approach (mixed method).
The results showed that the IPC policy is not set all the aspects of IPC, such as the implementation of Infection Control Risk Assessment and Antimicrobial Resistance Control. The organization of the IPC in Fatmawati General Hospital has not fulfilled the criteria on IPC Managerial Guideline. For the performance of the customer perspective is quite good with the level of agreement of 74.6% but still need improvement in the physical condition of the building. The performance of internal process perspective is good with 80.74% level of agreement but some HAIs preventive measures have not been implemented optimally. The performance of Learning and Growth perspective is good enough with 75.34% level of agreement but need to improve the competence of 4 IPC nurses with training and also for all hospital workers. And performance of financial perspective is also quite good with 72.56% level of agreement but need in concern about budget for IPC trainings and the incentives of IPC nurses calculated with their performance.
Suggestions that can be implemented are revision of IPC policy, restructuring IPC committee, implement infection control risk assessment, conduct regular meetings to discuss the infection prevention and control in particular for reduction of HAIs rates, IPC training for new IPC nurses and other hospital workers and develop the policy for the career and their position.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42986
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Qosimah Batubara
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang dapat digunakan sebagai masukan optimalisasi pelayan program rujuk balik di instalasi rawat jalan RS Mitra Medika Batanghari. Metode penelitian. Penelitian menggunakan desain kualitatif dengan metode case study. Informan dari 22 orang pasien hipertensi yang telah dirujuk balik dan 6 orang petugas RS Mitra Medika Batanghari, sumber data dari wawancara mendalam, observasi telah dokumen. Hasil. Sebagian besar pasien hipertensi yang telah dirujuk balik tidak patuh mengunjungi FKTP. Pengetahuan pasien terhadap PRB kurang. Akses menuju fasyankes mudah. Penghambat tidak optimalnya pelayanan PRB adalah kurangnya sosialisasi monitoring dan evaluasi kebijakan PRB di lingkungan rumah sakit, tidak ada SOP terkait PRB, PIC PRB bertugas melayani PRB dan non PRB, tidak ada pelatihan terkait PRB, Pojok PRB tidak tersedia, tidak ada insentif petugas pelaksana PRB, pasien tidak patuh terhadap instruksi DPJP, tidak ada SRB rekomendasi dokter dan lembar resep khusus PRB, SRB tidak diisi lengkap, edukasi pasien singkat. Faktor pendukung pelayanan PRB yaitu petugas pelaksana berkomitmen aktif terhadap PRB, DPJP patuh merujuk balik pasien PRB, komunikasi dan koordinasi antar petugas pelaksana PRB baik, petugas pelaksanan mengetahui formularium nasional obat PRB. Kesimpulan. Program rujuk balik di instalasi rawat jalan RS Mitra Medika Batanghari belum terimplementasi dengan baik karena tidak ada panduan yang jelas terkait PRB dan masih ada pasien hipertensi yang telah direkomendasikan untuk dirujuk balik tidak melanjutkan hingga terdaftar sebagai pasien PRB. Saran. Pelayanan PRB akan terimplementasi dengan baik apabila rumah sakit memiliki panduan pelayanan PRB yang jelas yang mengatur seluruh kegiatan yang berhubungan dengan PRB serta dilakukannya monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan. Penelitian lebih lanjut terkait PRB diharapkan dapat meneliti secara holistik dengan melibatkan seluruh stakeholder.

The aim of this study is to determine the supporting and inhibiting factors that can be used as input for optimizing the staff of the Referral Program in the outpatient installation of the Mitra Medika Batanghari hospital. Method. The study used a qualitative design with a case study method. Informants from 22 hypertensive patients who have been referred back and 6 from Mitra Medika Batanghari hospital staff, data sources from in-depth interviews, observations have been documented. Results. Most hypertensive patients who have been referred back do not comply with primary health care. The patients knowledge of the referral program is lacking. Access to health care facilities is easy. Inhibition of suboptimal service of the referral program is the lack of socialization of monitoring and evaluation of referral program policies in the hospital environment, there are no SOP related to the referral program, the PIC referral program is responsible for operating the referral program and non-referral program, there is no training related to the Referrals program, Referral program corner is not available, there is no incentive to implement referral program, patients are not in adherence with the instructions of the specialist, no recommendations from referral doctors and special referral program sheets, referral returns are not fully completed, short patient training. Supporting factors for the referral program services are that the executive officer is actively engaged in the referral program, obedient specialist doctors refer patients back to the referral program, communication and coordination between the referral program performers well, the implementation officer knows the national formulary of the referral program medication from the referral program. Conclusion. The referral program in outpatient facilities at Mitra Medika Batanghari Hospital has not been correctly implemented because there are no clear guidelines and hypertensive patients are still being advised to be referred back to continue until they are registered as referral program patients. Suggestion. The referral program service is well implemented if the hospital has a clear referral program service guide that controls all activities related to the referral program and performs continuous monitoring and evaluation. It is expected that further research on the referral program can be holistically examined by involving all stakeho."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T54436
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>