Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91364 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kade Yudi Saspriyana
"Tesis ini membahas manfaat pelatihan navigasi kamera laparoskopi di kotak pelvik dalam meningkatkan keterampilan navigasi kamera laparoskopi peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) 1 Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Juga untuk mengetahui hubungan faktor umur, jenis kelamin, minat, pendidikan, pengalaman, dan pengetahuan laparoskopi sebelum pelatihan terhadap perubahan keterampilan navigasi kamera laparoskopi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental (pre-post interventional study). Jumlah subyek 23 orang, intervensi berupa pelatihan navigasi kamera laparoskopi menggunakan kotak pelvik. Penilaian dikerjakan sebelum pelatihan, 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu setelah pelatihan dengan menggunakan Objective Structured Assessment Of Camera Navigation Skills (OSA CNS) oleh dua orang Konsultan. Analisis data menggunakan perbandingan rerata 2 kelompok berpasangan, yaitu: paired-T test. Hasil penelitian: terdapat perubahan skor OSA CNS sebelum dan setelah penelitian yang bermakna secara statistik, di mana penilaian 3 minggu setelah pelatihan menunjukkan perubahan terbesar. Analisis lebih lanjut didapatkan bahwa jenis kelamin perempuan dan pengalaman merupakan faktor yang berhubungan dengan perubahan keterampilan navigasi kamera laparoskopi setelah pelatihan.
Kata kunci: kamera laparoskopi; keterampilan navigasi; OSA CNS; pelatihan

This research objective were to know benefits of laparoscopic camera navigation training in the pelvic box in improving laparoscopic camera navigation skills of participants in the Obstetric and Gynaecology recidency program Faculty of Medicine Universitas Indonesia. Other objective was to find out the relationship between age, sex, interests, education, experience, and laparoscopic knowledge before training on changes in laparoscopic camera navigation skills. This research was experimental study (pre-post interventional study). The number of subjects was 23 samples, the intervention was camera navigation training in the pelvic box. Assesment was carried out before training, 1 week, 2 week, 3 week after traing used Objective structured assessment of camera navigation skills (OSA CNS) by two consultants. Data analysis used mean comparison of 2 pair groups: paired-T test. Results: there was statistically significant different OSA CNS score before and after training, where asessment 3 weeks after training showed the greatest change. Further analysis revealed female gender and low experience were related to changes in laparoscopic camera navigation skills after training.
Keywords: laparoscopy camera; navigation skill; OSA CNS; training
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58690
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wenny Waty
"Bimbingan keterampilan klinik dasar (KKD) memungkinkan program pelatihan yang terstruktur bagi mahasiswa preklinik untuk dapat menguasai keterrunpilan klinik. Mahasiswa dapat mempunyai pendekatan pembelajaran yang berbeda: mendalam, pemukaan, dan strategis. Belum terdapat penelitian yang dipublikasikan untuk mengetahui hubungan antara efek pembelajaran mahasiswa dalam KKD dengan hasil ujian OSCE. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara persepsi mahasiswa tentang bimbingan KKD, pendekatan pembelajaran dalam KKD dan hasil yang didapatkan dalam OSCE. Respenden merupakan 142 mahasiswa tahun pertama dan 170 mahasiswa tahun kedua dari masa 5 tahun pendidikan dokter di Universita Maranatha. Pendekatan pembelajaran mahasiswa dinilai melalui 21 pertanyaan dari kuesioner Approaches to Learning and Studying Inventory (ALSI) yang sudah direvisi dan divalidasi. Responden menjawab 14 pertanyaan mengenai persepsi mereka terhadap bimbingan KKD. Nilai OSCE masing-masing mahasiswa dibandingkan dengan persepsi tentang bimbingan KKD dan pendekatan pembelajaran mereka, Hasil OSCE berhubungan dengan bimbingan KKD (OR = I ,524) pada mahasiswa tahun pertarna, tetapi tidak berhubungan dengan pendekatan pembelajaran mahasiswa. Hasil OSCE juga berhubungan dengan belajar berkelompok (OR= 3,49), sesi OSCE (OR= 3,299), lama waktu persiapan menghadapi OSCE (OR= 2,056), dan rasa stres (OR= 1,933). Untuk mahasiswa tahun kedua, hasi! OSCE berhubungan dengan pendekatan pembelajaran mahasiswa (OR"'ยท 7,244), tetapi tidak berhubungan dengan bimbingan KKD, Selain itu juga berhubungan dengan lama waktu persiapanmenghadapi OSCE (OR = 6,185). Dengan adanya bibingan KKD yang baik, mahasiswa mempunyai kecendrungan mempunyai pendekatan pembelajaran yang diharapkan, terutama untuk mahasiswa tahun pertama. Pada mahasiswa tahun pertama, hasil OSCE dipengaruhi oleh bimbingan KKD. Sedangkan pendekatan pembelajaran berhubugan dengan hasil OSCE mahasiswa tahun kedua.

Basic clinical skills training allows a structured training programme for preclinical students in the acquisition of clinical skills. Students can take different approaches to learning: deep, surface and strategic. There is a Jack of published studies about the relationship between students' learning effects in skills laboratory and their performance in an undergraduate OSCE. This study aims to assess the relationship between students' perceptions about basic clinical skills training, students' teaming approaches in learning basic clinical skills and their performance in an undergraduate OSCE Participants are 142 students from year one and 170 students from year two of a 5-year undergraduate medical curriculum in Maranatha University. Students' learning approaches are measured using 21 questions from a revised and validated Approaches to Leeming and Studying Inventory (ALSI). Students answer 14 questions about their perceptions about the clinical skills training. The OSCE's marks of individual students are compared with their perceptions about the basic clinical skills training and their learning approaches. For year one students, performance in OSCE is related to clinical skills training (OR = 1.524), but not to students? learning approaches. It is also related to collaborative learning (OR3,49), OSCE session (OR3,299), preparation time for study (OR2,056), and stress (OR I ,933). For year two students, performance in OSCE is related to students' learning approach (OR7,244), but not to clinical skills training. It is also related to preparation time for study (OR6,185). Conclusion with good clinical skills training, students will have expected learning approaches, especially for year one students. Clinical skills training enables students to perform better in an OSCE for year one students. Students learning approaches are related to OSCE?s performance for year two students."
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2010
T20901
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Dokumen ini menganalisis sistem pengujian kompetensi pada siswa sekolah keperawatan dengan metode OSCE (Objective Structured Clinical Examination)."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 1998
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Marsha Kurniawan
"Pendahuluan: Respon mahasiswa dalam menghadapi OSCE berbeda-beda, namun sebagian besar mahasiswa mengalami kecemasan. Pada kondisi seperti ini, dibutuhkan dukungan sosial baik dari keluarga maupun kerabat dekat dan efikasi diri yang baik. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk meninjau hubungan efikasi diri dan dukungan sosial dengan aspek psikologis pada pengalaman mengikuti OSCE. Metode: Penelitian menggunakan studi cross-sectional dengan melibatkan 118 ners di DKI Jakarta yang telah mengikuti OSCE dengan metode purposive sampling. Variabel penelitian terdiri dari sosiodemografi, efikasi diri menggunakan GSE, dukungan sosial menggunakan ESSI, dan aspek psikologis menggunakan DASS-21. Analisis data menggunakan uji chi-square dan Mann-Whitney. Hasil: Uji Chi-square menunjukkan adanya hubungan antara efikasi diri dengan aspek psikologis (p=0,000) dan terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan aspek psikologis (p=0,004). Kesimpulan: Hasil penelitian ini menemukan adanya hubungan signifikan antara efikasi diri dan dukungan sosial dengan aspek psikologis. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi institusi pendidikan untuk lebih memperhatikan kondisi psikologis mahasiswa, khususnya saat akan OSCE.

Introduction: Nursing student responses to OSCE vary, but most experience anxiety. In this condition, social support from both family and close relatives is needed. Therefore, this study aims to examine the relationship between self-efficacy and anxiety levels during the experience of participating in OSCE. Methods: This cross-sectional study involved 118 nursing students in DKI Jakarta who had participated in OSCE through purposive sampling. The research variables consisted of sociodemographics, self-efficacy using GSE, social support using ESSI, and psychological aspects using DASS-21. Data analysis used chi-square and Mann-Whitney. Results: Chi-square test showed a relationship between self-efficacy and psychological aspects (p=0.000) and a relationship between social support and psychological aspects (p=0.004). Conclusion: The results of this study found a significant relationship between self-efficacy and social support with psychological aspects. Thus, the results of this study are expected to be a consideration for educational institutions to pay more attention to the psychological condition of students, especially when going to OSCE."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risnandya Primanagara
"Sistem Informasi telah menjadi penunjang di era modern, termasuk di dunia medis, salah satunya di bidang pendidikan kedokteran. Dalam pendididkan kedokteran, Sistem Informasi digunakan dalam membantu kelancaran pendidikan kedokteran, baik untuk pengajaran, pengujian hingga penilaian. Salah satu metoda pengujian dalam Pendidikan kedokteran yaitu OSCE (Objective Structured Clinical Examination). Dalam OSCE membutuhkan sumber daya yang besar. Sistem Informasi diintegrasikan dengan sistem audio visual diterapkan untuk meningkatkan efisiensi.
Sistem Informasi dikembangkan untuk pelaksanaan OCSE di fakultas Kedokteran Unswagati. Kemudian desain yang dibuat diujicobakan untuk melihat pengaruhnya terhadap reliabilitas, validitas dan efisiensi. Hipotesis awal mengharapkan bahwa tidak ada perbedaan dalam reliabilitas dan validitas OSCE, tetapi ada perubahan peningkatan efisiensi. Hasil pengujian menunjukan bahwa dengan penerapan Sistem Informasi terintegrasi audiovisual, menjadikan pelaksanaan OSCE reliabel, valid tetapi dengan peningkatan efisiensi.

Information system has been suppoting this modern era, including in the medical world, such as in medical education. In medical education, information system is being used to assist its fluency, such in teaching, examining and grading. One of the method to exam in medical education is called OSCE (Objective Structured Clinical Examination. OSCE requires massive resources. An information system integrated with audiovisual system is applied to enhance the efficiency.
This Information system is developed for implementation of OSCE in Medical Faculty of Unswagati. The design is tested to see the influence to its reliability, validity and efficiency. Early hypothesis is there will be no significant difference on OSCE?s Reliability and Validity, but there will be a significant improvement on efficiency. The test result shows that with implementation of Audiovisual integrated Information system, causing a reliable and valid OSCE with improved eviciency.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Kezia Arihta
"Ujian Objective Structured Clinical Examination (OSCE) merupakan ujian yang dapat menyebabkan kecemasan bagi mahasiswa kesehatan. Individu berupaya dalam menangani stressor dan salah satu bentuk maladaptifnya adalah perilaku self-harm yang merupakan upaya menyakiti diri sendiri. Penanganan stressor dapat adaptif bila menggunakan mekanisme koping yang cocok dengan individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan, perilaku self-harm, dan mekanisme koping mahasiswa yang menjalani OSCE. Desain penelitian deskriptif kuantitatif. Sampel penelitian 107 responden (52 responden angkatan 2019 dan 55 responden angkatan 2020), dengan teknik proportional sampling. Instrumen yang digunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A/HARS), Self-Harm Inventory (SHI), dan Brief COPE Scale. Analisis univariat dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan ringan (51%), perilaku self-harm rendah (79%) dengan memukul diri sendiri (38,31%), dan mekanisme koping sedang dengan jenis problem-focused paling banyak digunakan (72%). Saran dari penelitian ini adalah promosi kesehatan mengenai tingkat kecemasan, perilaku self-harm, dan mekanisme koping serta bagaimana solusinya.

The Objective Structured Clinical Examination (OSCE) is an exam which can cause anxiety for health students. Students are trying to deal with stressors and self-harm behavior is one of the maladaptive forms, which is defined as an attempt to hurt themselves. The coping mechanism students using to handle stressor can adaptive if it matches for each individual. This study aims to see the characteristics of respondents and the overview of the level of anxiety, self-harm behavior, and student coping mechanisms during OSCE. This research is quantitative descriptive. The research sample consisted of 107 FIK UI students consisting of 52 respondents from class of 2019 and 55 respondents from class of 2020 with a proportional sampling technique. The instruments used are the Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A/HARS), the Self-Harm Inventory (SHI), and the Brief COPE Scale. This study uses univariate analysis with the results showed that students experienced mild levels of anxiety (51%), low self-harm behavior (79%), and moderate use of problem-focused coping mechanisms (72%). The main suggestion of this research is health promotion regarding anxiety levels, self-harm behavior, and coping mechanisms and how to solve them."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kanya Lindianindita
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektivitas dari penerapan strategi structured learning untuk meningkatkan ketrampilan menampilkan posisi tubuh yang pantas saat melakukan percakapan pada A, seorang remaja laki-laki berusia 14 tahun 4 bulan dengan gangguan pervasive developmental disorder-not otherwise specified (PDD-NOS). Strategi structured learning ini mengacu pada program yang dikembangkan oleh Baker (2004) untuk melatih ketrampilan sosial pada anak dengan gangguan pervasive developmental disorder. Strategi structured learning terdiri dari empat tahap, yaitu psikoedukasi, modeling, roleplay, dan latihan pada setting natural. Keempat tahapan tersebut berfungsi untuk menanggulangi kesulitan-kesulitan anak atau remaja dengan gangguan pervasive developmental disorder, seperti kurangnya pengetahuan mengenai norma sosial dan keterampilan sosial dalam situasi sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada ketrampilan menampilkan posisi tubuh yang pantas saat melakukan percakapan pada A. Peningkatan ketrampilan tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada durasi mempertahankan kontak mata dan penurunan frekuensi berjalan-jalan saat sedang melakukan percakapan.

The aim of this research is to see how effective structured learning strategy are to increase appropriate body positioning skills during conversations for A; 14 year 4 months old adolescent with pervasive developmental disorder-not otherwise specified. These structured learning strategy refer to programs developed by Baker (2004) to train social skills for children with pervasive developmental disorder. Structured Learning strategy consist of four stages; psychoeducation, modelling, roleplay, and practice in natural settings. These four stages are designed to tackle the difficulties children or adolescent with pervasive developmental disorder, such as the lack of understanding of social norms and social skills in day to day life. The result of this research shows increase in social skills, specifically appropriate body positioning skills during conversations for adolescent with PDD-NOS. The increase in the aforementioned skills are evident through the increase of eye conact duration and the decrease in frequency of restless walking during conversations."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46598
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendra Yoanda
"Remaja dengan disabilitas intelektual ringan memiliki kebutuhan untuk berinteraksi seperti remaja normal namun mereka mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungan karena rendahnya keterampilan sosial yang mereka miliki. Oleh karena itu remaja dengan disabilitas intelektual memerlukan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka. Social Stories trade merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan sosial pada remaja mulai dari mereka yang memiliki disabilitas intelektual tingkat moderate hingga mereka dengan inteligensi lebih tinggi.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah Social Stories trade dapat meningkatkan keterampilan sosial khususnya dalam meminta bantuan guru pada remaja dengan disabilitas intelektual ringan.
Berdasarkan hasil pelatihan keterampilan sosial menggunakan Social Stories trade pada remaja dengan disabilitas intelektual ringan IQ 52 skala Wechsler ditemukan adanya perubahan pada keterampilan sosial partisipan. Partisipan yang awalnya tidak bisa menampilkan perilaku meminta bantuan kepada guru saat ini mampu untuk menampilkan perilaku tersebut dengan bantuan verbal prompt oleh guru. Penggunaan kalimat deskriptif dan ilustrasi gambar dalam modul Social Stories trade berfungsi untuk memberikan gambaran perilaku yang diharapkan untuk ditampilkan oleh partisipan. Penggunaan kalimat affirmative dan directive berfungsi untuk mengarahkan partisipan kepada respon perilaku yang diharapkan muncul."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42359
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sultan Fahrezy Syahdwinata Nugraha
"Segmentasi tiga dimensi merupakan task yang pada awalnya sulit digunakan yang disebabkan keterbatasan spesifikasi perangkat. Segmentasi tiga dimensi memanfaatkan point cloud sebagai input dan point cloud dihasilkan dari sensor LiDAR yang kepemilikannya sangat terbatas. Dahulu, LiDAR hanya ada pada perangkat industri, berguna untuk mendapatkan informasi tiga dimensi lahan. Sekarang, LiDAR sudah terdapat pada perangkat ponsel, namun hanya pada yang spesifikasinya termasuk golongan high-end atau mewah. Berangkat dari permasalahan tersebut, muncul pertanyaan mengenai kemungkinan segmentasi tiga dimensi tanpa menggunakan sensor LiDAR, tujuannya agar fitur tersebut tidak eksklusif ke suatu kelompok, melainkan semua orang yang memiliki ponsel dengan kamera bisa melakukan segmentasi tiga dimensi. Dirumuskanlah penghasil point cloud dengan menggunakan 3D Gaussian Splatting. Model segmentasi yang digunakan juga merupakan state-of-the-art, yaitu Point Transformer v2 dan v3, serta sebuah metode segmentasi tiga dimensi unik yang memanfaatkan 3DGS secara langsung, yaitu SAGA. Hasil penelitian menemukan bahwa SAGA merupakan model segmentasi tiga dimensi yang paling baik. Selain hasil kemampuannya mensegmentasi 3DGS, SAGA juga mampu mensegmentasi objek tanpa batasan kelas sehingga membuat SAGA unggul pada konteks penelitian ini.

Three-dimensional segmentation is a task that was initially difficult to use due to limited device specifications. Three-dimensional segmentation utilizes the point cloud as input and the point cloud is generated from the LiDAR sensor, which has very limited ownership. In the past, LiDAR only existed in industrial devices, useful for obtaining three-dimensional information of land. Now, LiDAR is available on mobile devices, but only on those whose specifications are included in the high-end or luxury class. Starting from this problem, the question arises about the possibility of three-dimensional segmentation without using a LiDAR sensor, the goal is that the feature is not exclusive to a group, but everyone who has a cellphone with a camera can do three-dimensional segmentation. A point cloud generator using 3D Gaussian Splatting was formulated. The segmentation models used are also state-of-the-art, namely Point Transformer v2 and v3, and a unique three-dimensional segmentation method that utilizes 3DGS directly, namely SAGA. The results found that SAGA was the best three-dimensional segmentation model. In addition to the results of its ability to segment 3DGS, SAGA is also able to segment objects without class constraints, which makes SAGA superior in the context of this research."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auzan Rama Satria
"Growth mindset dan kecemasan spasial merupakan disposisi psikologis yang dapat memengaruhi kemampuan navigasi individu dalam berbagai situasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara growth mindset, kecemasan spasial, penggunaan GPS, ketergantungan GPS, dan kemampuan navigasi. Penelitian dilakukan pada 127 partisipan dengan menggunakan desain kuantitatif korelasional. Data dikumpulkan secara daring melalui kuesioner yang mencakup lima alat ukur: skala Santa Barbara Sense-of-Direction (SBSOD), skala mindset, skala kecemasan spasial, skala penggunaan GPS, dan skala ketergantungan GPS. Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa growth mindset memiliki hubungan positif signifikan dengan kemampuan navigasi, sedangkan ketergantungan GPS memiliki hubungan negatif signifikan. Namun, kecemasan spasial dan penggunaan GPS tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kemampuan navigasi. Temuan ini menekankan pentingnya growth mindset dalam mendukung kemampuan navigasi serta perlunya pendekatan adaptif terhadap penggunaan GPS untuk mengurangi ketergantungan teknologi.

Growth mindset and spatial anxiety are psychological dispositions that can influence individuals' navigational ability in various situations. This study aims to examine the relationship between growth mindset, spatial anxiety, GPS Usage, GPS dependency, and navigational ability. The study was conducted with 127 participants using a quantitative correlational design. Data were collected online through questionnaires comprising five measurement tools: the Santa Barbara Sense-of-Direction (SBSOD) scale, mindset scale, spatial anxiety scale, GPS Usage scale, and GPS dependency scale. Hypotheses were tested using multiple regression analysis. The results showed that growth mindset had a significant positive relationship with navigational ability, while GPS dependency had a significant negative relationship. However, spatial anxiety and GPS Usage did not show significant relationships with navigational ability. These findings highlight the importance of a growth mindset in supporting navigational ability and the need for adaptive approaches to GPS Usage to reduce technological dependency."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>