Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151197 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marsha Griselda Yoseph
"Latar Belakang:Media sosial kini dapat dimanfaatkan untuk mencari informasi kesehatan, khususnya oleh para remaja. Namun, masih sangat sedikit penelitian yang membahas mengenai hal ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi remaja dalam menggunakan media sosial untuk mencari informasi kesehatan gigi dan mulut serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap preferensi ini. Metode:Penelitiandengan desain cross-sectional dilakukan dengan subjek 521 siswa SMP di 5 wilayah kota Jakartapada bulan Oktober 2019.Seluruh subjek diminta untuk melengkapi kuesioner yang berisi34 pertanyaan meliputi profil responden, self-perceived oral health,dandata penggunaan media sosial. Digunakan uji Chi-squareuntuk analisis statistik.Hasil:Mayoritas remaja memiliki preferensi untukmenggunakan media sosial, hanya 6,7% yang tidakmenggunakan media sosial untuk mencari informasi kesehatan gigi dan mulut. Google adalah situs yang paling sering dikunjungi untuk mencari informasi kesehatan gigi dan mulut (76,8%) sedangkanYouTube adalah situs yang paling diinginkan remaja untuk memperoleh informasi kesehatan gigi dan mulut (57,2%). Self-perceived oral healthyang berpengaruh secara signifikan terhadap frekuensi penggunaan media sosial Google untuk mencari informasi kesehatan gigi dan mulutantara lainkebiasaan mencari informasi mengenai gigi berlubang (OR: 1,80; p=0,010), pembersihan karang gigi (OR: 1,87; p=0,014), memutihkan gigi (OR: 2,20; p<,001), bau mulut (OR: 1,94; p=0,010), dan sariawan (OR: 2,861, 95% CI: 1,664-4,921; p<0,001). Sementara itu, jenis kelamin (OR: 0,56; p=0,002), persepsi remaja bahwa gigi mereka rapi (OR: 1,54; p=0,019), dan kepuasan terhadap warna gigi (OR: 1,66; p=0,008) secara signifikanberpengaruh terhadap keinginan remaja untuk mendapatkan informasi mengenai kesehatan gigi dan mulut melalui YouTube.Kesimpulan:Dalam penelitian ini, remaja sebagian besar memiliki preferensi untuk mencari informasi kesehatan gigi dan mulut melalui media sosial. Hal ini mengindikasikan perlunya perhatian dari tenaga kesehatan profesional untuk menciptakan intervensi kesehatan gigi dan mulut berbasis media sosial, khususnya melalui YouTubekarena lebih cost-effective dan mampu meraih audiens yang lebih luas.

Background: Social media can now be used to seek oral health information, especially for adolescents. However, only a few studies had been conducted on this matter. Therefore, this study was aimed to assess adolescents’ preference to use social media to receive oral health information and factors associated with this preference. Methods: A cross-sectional survey was conducted, including 521 middle school students in 5 regions in Jakarta on October 2019. All the subjects were asked to fill in a questionnaire with 34 questions that assessed the subjects’ background information, self- perceived oral health, and data on social media usage. Results: Majority of adolescents preferred to use social media for oral health information—only 6,7% didn’t use social media to seek oral health information. Google was chosen as the most frequently used site to seek OHI (76,8%) meanwhile YouTube was chosen by adolescents as the most wanted social media to gain information about oral health (57,2%). Self-perceived oral health that was significantly associated with the frequency of using Google as the site to seek OHI ranged among seeking information about dental cavities (OR: 1,80; p=0,010), dental scaling (OR: 1,87; p=0,014), teeth bleaching (OR: 2,20; p<,001), halitosis (OR: 1,94; p=0,010), and aphtous ulcer (OR: 2,861, 95% CI: 1,664-4,921; p<0,001). Meanwhile, gender (OR: 0,56; p=0,002), perception of neat teeth (OR: 1,54; p=0,019), and satisfaction towards teeth colour (OR: 1,66; p=0,008) were significantly associated towards adolescents’ wantings for YouTube as the main site to gain information about OHI from in the future. Conclusion: Through this study, it could be inferred that most adolescents preferred to use social media in order to seek oral health information. This indicated the need for attention from dental health professionals to make a social media based intervention, especially through YouTube because it’s more cost-effective and it could reach a bigger audience"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Amanda
"Latar belakang : untuk mengetahui indikator yang berkorelasi dengan preferensi guru SMP di DKI Jakarta dalam menggunakan media sosial untuk mencari informasi kesehatan gigi dan mulut. Metode : cross sectional survey yang dilakukan dari bulan September hingga Oktober 2019 di 14 SMP di DKI Jakarta. Kuesioner diadaptasi dari “Indicators of adolescents preference to receive oral health information using social media” oleh Maha El Tantawi,et al tahun 2016 (Publikasi tahun 2019). Kuesioner terdiri dari Informasi demografis, data kesehatan gigi dan mulut, dan pertanyaan menilai kebiasaan penggunaan media sosial dalam mencari informasi kesehatan gigi dan mulut. Variabel dependen adalah frekuensi pencarian informasi kesehatan gigi dan mulut menggunakan media sosial. Hasil : Tingkat responden 99 % (213/215). Situs yang paing sering digunakan oleh responden untuk mencari informasi kesehatan gigi dan mulut adalah Google (85,4%) dan YouTube (43,2%). Penggunaan Google sebagai situs yang digunakan untuk informasi gigi dan mulut berkorelasi dengan informasi memutihkan gigi (OR: 0,850, 95%Cl: 0,773-0,934; p=0,012) dan bau mulut (OR: 0,831 95%Cl: 0,741-0,931; p=0,002). Informasi mengenai sariawan merupakan prediktor penggunaan YouTube untuk informasi kesehatan gigi dan mulut an (OR: 0,654 95%Cl: 0,484-0,884 ; p=0,010). Kesimpulan : mayoritas guru menggunakan sosial media untuk mencari infomasi kesehatan gigi dan mulut, dikaitkan dengan kenyamanan dan kebermanfaatan dari informasi yang di dapatkan. Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak penyelenggara layanan kesehatan agar dapat memberikan informasi kesehatan melalui media yang sering digunakan oleh masyarakat
Objectives: to identify factors affecting teacher’s preference in Junior High School in DKI Jakarta in using social media to receive information about oral health. Materials and method: A cross sectional survey that held since September to October 2019 in total 14 Junior High School in DKI Jakarta. The questionnaire was adapted from “Indicators of adolescents preference to receive oral health information using social media” by Maha El Tantawi, et al in 2016 (Published in 2019). The questionnaire consisted of information on demography, oral health data, and previous using social media for getting information about oral health. The dependent variable is the frequency of searching information related to oral health using social media. The percentage of respondent is 99% (213/215). The most sites used by respondents to search for dental and oral health information are Google (85,4%) and YouTube (43,2%). The use of Google as a site used for dental and oral health information correlates with information on teeth whitening (OR: 0,850, 95%Cl: 0,773-0,934; p=0,012) and bad breath (OR: 0,831 95%Cl: 0,741-0,931; p=0,002). Information about oral lesion is a predictor of using YouTube for dental and oral health information an (OR: 0,654 95%Cl: 0,484-0,884 ; p=0,010). Conclusion: The majority of teachers are using social media to search for information related to oral health, related to the comfort and usefulness of the information obtained. The purpose of this research is expected to be an input for health service providers in order to provide health information through media that is often used by the society."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiya Bunga Annisa
"Latar Belakang: Karies gigi sulung atau Early Childhood Caries (ECC) merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling banyak diderita anak-anak di dunia. Di Indonesia, karies diderita oleh 45,5% anak kelompok usia 3-4 tahun dan 90,2% oleh anak kelompok usia 5-9 tahun. Jika dibiarkan tidak dirawat, karies gigi sulung dapat menyebabkan sakit, bengkak, abses, gangguan mengunyah, dan meningkatkan risiko karies pada gigi tetap. Kondisi tersebut memerlukan perawatan di dokter gigi. Adanya pandemi COVID-19 yang ditransmisikan melalui aerosol dan droplet, membuat perawatan di dokter gigi jadi terbatas. Kondisi kesehatan gigi dan mulut anak tidak lepas dari peran orang tua sebagai pengasuh. Oleh karena itu, diperlukan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) bagi orang tua untuk meningkatkan pengetahuan terkait pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak di rumah sebagai upaya pencegahan karies gigi sulung. Tujuan: Mengetahui perbedaan pengetahuan orang tua mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak, sebelum dan setelah pemberian KIE dengan media audiovisual secara daring. Metode: Dilakukan penelitian secara daring dengan desain studi eksperimental. Sebanyak 44 orang tua dengan anak usia 3-6 tahun yang terdaftar di TK di Kecamatan Setia Budi, Jakarta Selatan dipilih secara acak untuk mengisi kuesioner sebelum dan setelah diberikan KIE dengan media audiovisual secara daring melalui aplikasi video conference selama 3 menit. Hasil: analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada pengetahuan orang tua mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak setelah diberikan KIE dengan media audiovisual secara daring. Kesimpulan: Media audiovisual secara daring dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak pada masa pandemi COVID-19.

Background: Early Childhood Caries (ECC) represents as most common oral health
disease of children worldwide. In Indonesia, caries found in percentage of 45,5% of
children between 3 and 4 years of age, and 90, 2% of children between 5 to 9 years of
age. Dental caries can lead to pain, swelling, dental abscess, masticatory dysfunction, and
increase risk for caries development in permanent dentition if left untreated. Those
condition are necessary for dental treatment at dental practices. The emergence of
COVID-19 pandemic results in limitation of dental services. Parents as caregiver plays a
fundamental role in maintaining their children oral health care. Therefore, it is important
to provide an adequate communication, information, and education for the parents to raise
their knowledge on children oral health care at home as ECC prevention strategy.
Objectives: To assess the difference of parental knowledge on children oral health care,
before and after online communication, information, and education using audio visual
media. Methods: This experimental study comprised of 44 parents with children of age
3 to 6 years old kindergartens at Setia Budi, South Jakarta who were selected randomly
to fill out the questionnaire before and after online communication, information, and
education using audio visual media via video conference platform for 3 minutes. Results:
Data analysis showed significant differences of parental knowledge on children oral
health care after online communication, information, and education using audio visual
media. Conclusion: Online audio visual media could improve the parental knowledge
on children oral health care during COVID-19 pandemic.
Background: Early Childhood Caries (ECC) represents as most common oral health disease of children worldwide. In Indonesia, caries found in percentage of 45,5% of children between 3 and 4 years of age, and 90, 2% of children between 5 to 9 years of age. Dental caries can lead to pain, swelling, dental abscess, masticatory dysfunction, and increase risk for caries development in permanent dentition if left untreated. Those condition are necessary for dental treatment at dental practices. The emergence of COVID-19 pandemic results in limitation of dental services. Parents as caregiver plays a fundamental role in maintaining their children oral health care. Therefore, it is important to provide an adequate communication, information, and education for the parents to raise their knowledge on children oral health care at home as ECC prevention strategy. Objectives: To assess the difference of parental knowledge on children oral health care, before and after online communication, information, and education using audio visual media. Methods: This experimental study comprised of 44 parents with children of age 3 to 6 years old kindergartens at Setia Budi, South Jakarta who were selected randomly to fill out the questionnaire before and after online communication, information, and education using audio visual media via video conference platform for 3 minutes. Results: Data analysis showed significant differences of parental knowledge on children oral health care after online communication, information, and education using audio visual media. Conclusion: Online audio visual media could improve the parental knowledge on children oral health care during COVID-19 pandemic.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis Jamilah
"Skripsi ini membahas mengenai persepsi ibu terhadap kesehatan gigi mulut dan status kesehatan gigi mulut anak prasekolah. Penelitian ini adalah deskriptif analitik potong lintang. Data persepsi ibu tentang kesehatan gigi dan mulut diambil dengan pengisian kuesioner Hiroshima University Dental Behaviour Inventory (HU-DBI) yang dimodifikasi. Data status kesehatan gigi mulut anak diambil menggunakan oral rating index dan oral debri. Hasil penelitian menunjukkan status kesehatan gigi mulut anak lebih baik dibandingkan dengan ibunya dan ditemukan hubungan yang bermakna antara beberapa persepsi ibu mengenai kebiasaan ibu dalam menjaga kesehatan gigi mulut anaknya dengan status kesehatan gigi mulut anak.

The focus of this study is maternal perception of oral health and oral health status in preschool children. This research is cross-sectional analytic. Data about maternal perception of oral health was carried out by using Hiroshima University Dental Behaviour Inventory that has been modified. Data about oral health status was carried out by using oral rating index and oral debri. The results showed oral health status of children is better than their mother and found a significant association between some maternal perceptions about taking care their children`s oral health with oral health status of children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S45212
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Agustanti
"Latar belakang: Tren kepenyakitan gigi dan mulut secara global menunjukkan kelompok usia remaja berpotensi mengalami peningkatan risiko penyakit gigi dan mulut. Perawatan gigi dan mulut juga menjadi kebutuhan kesehatan yang paling banyak tidak terpenuhi pada kelompok remaja. Penelitian ini bertujuan menganalisis self-reported oral health dan normative need, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan utilisasi pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada remaja usia 15 tahun di Indonesia. Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dari Riset Kesehatan Dasar Indonesia 2018. Sampel dalam penelitian ini adalah 572 remaja berusia 15 tahun. Data yang dianalisis dalam penelitian ini didapatkan dari pemeriksaan klinis dan pemberian kuesioner. Hasil pemeriksaan klinis dan penilaian subjektif dibandingkan untuk mengukur validitas diagnostik. Selain itu dilakukan uji komparasi dan analisis area di bawah kurva (AUC) dari kurva ROC. Analisis bivariat dan multivariat dengan regresi logistik dilakukan untuk mengetahui hubungan antara utilisasi pelayanan kesehatan gigi dan mulut dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil: Kondisi yang paling banyak ditemukan dari pemeriksaan klinis dan penilaian subjektif adalah karies gigi. Terdapat variasi hasil pengukuran validitas self-reported oral health pada remaja Indonesia berusia 15 tahun dengan perbedaan nilai sensitivitas, spesifisitas, PPV, NPV, LR+, LR-, akurasi, dan AUC. Jenis kelamin, domisili, tingkat pendidikan orang tua, dan self-reported oral health berhubungan dengan utilisasi pelayanan kesehatan gigi dan mulut (p < 0.05). Kesimpulan: Self-reported oral health bisa digunakan untuk skrining dan perencanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, serta alokasi prioritas pada populasi. Disparitas pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut antar karakteristik sosiodemografi masih persisten.

Background: The global trend of oral diseases shows that the adolescent age group has the potential to experience an increased risk of oral diseases. Dental care is the most common unmet health needs in adolescents. This study aims to analyze self-reported oral health and normative need, and to identify associated factors of the utilization of dental services in Indonesian adolescents aged 15 years. Methods: This analysis used secondary data collected from the Indonesian Basic Health Survey 2018. Samples for this study were 572 adolescents aged 15 years. Data analyzed in this study were obtained from the clinical examination and questionnaires administration. The clinical examinations and subjective assessments were compared to measure its diagnostic validity. In addition, comparative test and analysis of the area under the curve (AUC) of the ROC curve were also carried out. Bivariate and multivariate analysis with logistic regression were conducted to determine the relationship between the utilization of dental services and its associated factors. Results: The most common condition reported in clinical examination and subjective assessment was dental caries. There were variations in the results of diagnostic validity measurement of self-reported oral health in Indonesian adolescents aged 15 years with different values ​​of sensitivity, specificity, PPV, NPV, LR+, LR-, accuracy, and AUC. Gender, residential area, parental education level, and self-reported oral health were related to the utilization of oral health services (p < 0.05). Conclusion: Self-reported can be used for screening, planning dental services. Disparity of dental service utilization between sociodemographic characteristics is still persistent.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Dwitasari
"Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi (TPMDG) merupakan salah satu jenis FKTP sektor swasta di Indonesia yang dalam perawatannya memberikan pelayanan kesehatan primer dengan kontak pertama pada individu, keluarga, dan masyarakat. Permasalahan yang timbul pada TPMDG seperti seringnya menawarkan perawatan gigi mulut secara tidak terstruktur, kurangnya pemeriksaan yang mendetail pada kunjungan pertama. Model pemeriksaan komprehensif pada pelayanan gigi digambarkan sebagai perawatan yang berorientasi pada pasien dengan melakukan edukasi kesehatan, menerapkan perawatan berbasis preventif-promosi, merangkum perawatan dan mencapai promosi kesehatan. Sehubungan dengan belum terdapatnya sistem informasi yang dapat digunakan sebagai alat bantu pelayanan gigi dan mulut, maka perlu dibuat rencangan sistem informasi perencanaan kesehatan gigi dan mulut komprehensif. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dan perancangan sistem dengan metode System Development Life Cycle (SDLC) dengan pendekatan prototipe, untuk mendapatkan kebutuhan pengembangan sistem. Dalam sistem ini akan diperoleh data terkait pemeriksaan dan status kesehatan gigi dan mulut. Penggunaan sistem ini dapat mendukung fungsi pengawasan dan evaluasi kesehatan gigi dan mulut pasien, selain itu sistem informasi ini dapat mengefisiensikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di TPMDG dalam penjadwalan pasien, pemeriksaan pasien, konsultasi pasien, penyusunan laporan, dan mendapatkan informasi untuk digunakan dalam perencanaan program kesehatan gigi dan mulut.

Primary Dental Healthcare (TPMDG) is one type of private sector FKTP in Indonesia which in its care provides primary health services with first contact to individuals, families, and communities. Problems that arise in TPMDG such as frequent offers of unstructured oral dental care, lack of detailed examination at the first visit. The comprehensive examination model in dental services is described as patient-oriented care by conducting health education, implementing preventive-promotion-based care, summarizing care and achieving health promotion. Due to the lack of an information system that can be used as a dental and oral service aid, it is necessary to design a comprehensive dental and oral health planning information system. The research was conducted by qualitative methods and system design with the System Development Life Cycle (SDLC) method with a prototype approach, to obtain system development needs. In this system, data related to dental and oral health examinations and status will be obtained. The use of this system can support the function of monitoring and evaluating the patient's dental and oral health, in addition this information system can streamline dental and oral health services at TPMDG in patient scheduling, patient examination, patient consultation, report preparation, and obtaining information for use in dental and oral health program planning."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Aqsa Aditya Gunadarma
"Perubahan sistem pelayanan kesehatan yang terjadi di Jakarta menyebabkan peningkatan pengguna pelayanan kesehatan yang berdampak pada ketidakpuasan pasien.
Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui korelasi kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan di Poli Gigi Puskesmas Jakarta Pusat.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang dengan menggunakan 92 sampel yang diberikan kuisoner. Uji non-parametik Spearman digunakan untuk mengetahui seberapa kuat korelasi yang ada.
Hasil: Terdapat 15 item pada variabel mutu pelayanan yang memiliki nilai p< 0,05.
Kesimpulan: Terdapat 13 item yang memiliki korelasi positif sangat kuat, dan 2 item memiliki korelasi positif yang kuat.

System changing in health service that’s happening in Jakarta increase dental and oral health service user number which may cause unsatisfied patient.
Objective:The purpose of this study is to know how strong the correlation between patient satisfaction and the service quality in Poli Gigi Puskesmas Jakarta Pusat is.
Method:A quantitative study with a cross-sectional design was used in this study and there were 92respondents which have been given questionnaire. Spearman’s non-parametric test was used to know how strong the correlation is.
Result:15 items from service quality variables had p-value<0,05.
Conclusion: There’re 13 items that show very-strong positive correlation, and 2items show strong correlation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wijayanti
"Pada tahun 2012 penyakit gigi dan mulut menempati urutan empat besar penyakit utama di Kota Bogor , dalam proses pencatatan dan pelaporan program kesehatan gigi dan mulut Puskesmas Kota Bogor terdapat beberapa permasalahan yaitu keterlambatan saat melaporkan ke Dinas Kesehatan dikarenakan banyaknya penyalinan data, isi laporan masih ada tidak sesuai format laporan dan tidak memiliki basis data. Aplikasi SIKDA Generik menyediakan basis data dan pencatatan terintegrasi antar unit sehingga memudahkan pencatatan dan pelaporan di Puskesmas, namun masih belum tersedia indikator pelaporan program kesehatan gigi dan mulut, sehingga diperlukan pengembangan modul sistem informasi kesehatan gigi dan mulut pada aplikasi SIKDA Generik . Telah dihasilkan modul sistem informasi kesehatan gigi dan mulut pada aplikasi SIKDA Generik berbasis komputer yang dapat mempermudah dalam pencatatan dan pelaporan program kesehatan gigi dan terintegrasi antar pelayanan tanpa terjadi data yang duplikasi, tidak valid, dan keterlambatan pelaporan . Sistem informasi kesehatan gigi dan mulut pada Aplikasi SIKDA Generik masih diperlukan perbaikan dalam penerapannya sehingga membutuhkan kerjasama antar pihak yaitu Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan dan Puskemas dalam penerapan aplikasi tersebut.

In the year 2012 oral disease ranks four major diseases in Bogor City, the process of recording and reporting oral health programs Bogor City health centers, there are several problems that may delay the time to report to the Health Department because many of duplicate the data, the contents of the report there is still no appropriate report format and do not have a database. application SIKDA Generic provides an integrated database and recording between the units so as to facilitate the recording and reporting at health centers, but is still not available indicator reporting program of oral health, so it requires the development of information systems module of oral health on the application SIKDA Generic. Has produced a module system of oral health information on the the application of computer-based SIKDA Generic to facilitate the recording and reporting of dental health programs and integrated inter-service without any data duplication, invalid, and reporting delays. System of oral health information on the application SIKDA Generic still needed improvement in its application that requires cooperation between the parties, namely the Ministry of Health, Department of Health and health centers in this application.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ayu Hanifa
"Latar Belakang: Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018, angka gigi berlubang pada anak di Indonesia mencapai 92,6%. Masalah rongga mulut yang sering terjadi pada anak adalah karies dini/Early Childhood Caries (ECC) yang terjadi pada anak usia 3-6 tahun. ECC yang tidak dirawat akan menyebabkan rasa sakit, abses, pembengkakan, gangguan mastikasi, dan meningkatkan risiko terjadinya karies pada gigi tetap anak. Akibat dari pandemi COVID-19 yang penularannya dapat terjadi melalui aerosol dan droplet menyebabkan adanya limitasi kunjungan ke dokter gigi. Sebagai tindakan pencegahan karies, maka perlu diberikan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak (PKGMA) kepada orang tua. Pengetahuan orang tua berdampak pada kesehatan gigi dan mulut anaknya. Untuk mengurangi penyebaran infeksi maka dilakukan pembatasan sosial, berdasarkan hal tersebut, orang tua perlu diberikan KIE menggunakan media visual secara daring melalui platform video conference mengenai PKGMA.
Tujuan: Mengetahui perbedaan pengetahuan orang tua mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak, sebelum dan setelah dilakukan KIE menggunakan media visual secara daring.
Metode: Dilakukan penelitian eksperimental secara daring sebanyak 45 orang tua murid dengan anak usia 3-6 tahun yang terdaftar di TK dan RA dipilih secara acak di Kecamatan Setia Budi, Jakarta Selatan yang bersedia mengisi kuesioner sebelum dan setelah pemberian KIE dengan menggunakan media visual secara daring mengenai PKGMA.
Hasil: Berdasarkan uji non-parametrik Wilcoxon, menunjukan bahwa terdapat perbedaan bermakna secara statistik pada skor total pengetahuan orang tua mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak setelah diberikan KIE dengan media visual secara daring.
Kesimpulan: Media visual secara daring dapat meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak pada masa pandemi COVID-19.

Background: According to Indonesia Baseline Health Research (RISKESDAS) 2018, the prevalence of caries experiences in children is 92,6%. Early Childhood Caries (ECC) is a major oral health problem found in the 3 -6 years old age group. Untreated decayed teeth can lead to pain, abscess, swelling, difficulties in eating, and increase the risk of caries development in permanent dentition. However, due to COVID-19 pandemic, which can be transmitted through droplets and aerosols, it causes the limitation of dental visits. Parents’ knowledge has an impact on children’s oral health. Therefore, in order to prevent ECC, communication, information, and education intervention regarding children oral health care should be given to the parents via online. Social distancing measures are used to reduce the spreading of infection, based on this condition, parents are being given online communication, information, and education using visual media via video conferences platform regarding children oral health maintenance.
Objectives: To identify the differences of parental knowledge regarding children oral health care before and after online communication, information, and education using visual media.
Methods: The design of this study is an experimental study a total of 45 parents with children of age 3-6 years from randomly selected preschool at Setia Budi, South Jakarta were asked to fill out the questionnaire before and after online communication, information, and education using visual media via video conferences platform.
Results: Based on non-parametric Wilcoxon test, there is a significant differences of parental knowledge on children oral health care after online communication, information, and education using visual media.
Conclusion: Online visual media could improve the parental knowledge on children oral health care during COVID-19 pandemic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Khairinisa
"

Latar belakang:ECC merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut dengan prevalensi dan keparahan yang tinggi, termasuk di Indonesia. Kondisi ini dapat berdampak ke kualitas hidup anak. Adanya berbagai faktor yang mempengaruhi ECC antara lain praktik kebersihan gigi dan mulut serta konsumsi makanan kariogenik. Usia 5 tahun merupakan waktu akhir periode gigi sulung sebelum akhirnya digantikan oleh gigi permanen. Tujuan:Mengetahui hubungan praktik kesehatan gigi dan mulut serta status karies gigi sulung terhadap kualitas hidup anak usia 5 tahun. Metode:Studi Cross-sectionalpada 266 anak berusia 5 tahun pada bulan Agustus-Oktober 2019 yang terpilih dengan metode multistage cluster random sampling dari TK di Jakarta Timuryang memenuhi kriteria inklusi anak berusia 60-71 bulan, kooperatif, dan orangtua bersedia mengisi informed consent. Seluruh orangtua subjek diminta untuk melengkapi kuesioner yang bersisi pertanyaan terkait karakteristik sosiodemografik, praktik kesehatan gigi dan mulut, serta kualitas hidup anak persepsi orang tua (SOHO-5p). Pada anak, dilakukan pemeriksaan status karies gigi sulung berupa indeks dmft dan pufa serta diwawancara terkait kualitas hidup anak persepsi sendiri (SOHO-5c). Digunakan uji beda Contuinity Correction, Pearson Chi Square, Mann Whitney, dan Kruskall Wallis serta Uji korelasi spearman untuk analisis statistik. Hasil: prevalensi ECC pada 266 anak adalah 88,7% dan pufa >0 sebanyak 35%. Terdapat hubungan yang bermakna antara praktik kebersihan gigi dan mulut terhadap indeks dmft (r=0,19;p=0,01) dan skor SOHO-5p (r=0,27;p<0,001) serta praktik konsumsi makanan kariogenik terhadap indeks dmft (r=0,14;p<0,01), dan SOHO-5p (r=0,27;p=0,013). Status karies gigi sulung memiliki hubungan yang bermakna dengan SOHO-5 (p<0,001). Seluruh variabel SOHO-5p memiliki hubungan yang bermakna dengan indeks dmft dan indeks pufa (p<0,05) kecuali menghindari tersenyum karena penampilan terhadap indeks pufa. Tetapi, hanya skor total SOHO-5c, variabel kesulitan makan, dan kesulitan tidur yang memiliki hubungan yang bermakna terhadap indeks dmft dan indeks pufa (p<0,001). Secara umum, tidak terdapat perbedaan bermakna antara SOHO-5p dan SOHO-5c kecuali pada variabel kesulitan tidur (p=0,001), menghindari tersenyum karena rasa sakit (p=0,002), dan menghindari tersenyum karena penampilan (p=0,042) Kesimpulan:Terdapat hubungan yang bermakna antara status karies gigi sulung dan SOHO-5 tetapi hanya SOHO-5p yang memiliki hubungan bermakna dengan praktik kesehatan gigi dan mulut.. Tidak terdapat perbedaan persepsi yang bermakna antara SOHO-5p dan SOHO-5c sehingga orangtua dapat dijadikan penilai proksi dari kualitas hidup anak, tetapi kedua persepsi tetap diperlukan untuk menghindari informasi yang hilang. 



Background:ECC is a dental health problem with high prevalence and severity, including in Indonesia. This condition will affect child’s Oral-Health Related Quality of Life (OHRQoL). Factors that cause ECC are multifactorial, one of which is oral hygiene practice and comsumption of cariogenic meals. 5 years old is the late period of primary dentition before it’ll changed to permanent dentition Objective: To analyze relationship between oral health practice and early childhood caries with 5 years old children’s quality of life in Jakarta Timur. Method: Cross-sectional study in 266 5 years old children during August-October 2019 that chosen with multistage cluster random sampling from preschools in Jakarta Timur that fulfilled inclusion criteria child aged 60-71 month, cooperate, and parents had signed informed consent. All parents completed questionnaire about sociodemographic characteristic, oral health practice, and parent perception of child quality of life (SOHO-5p). Children were examined with dmft and pufa index and also interviewed about their perception of self quality of life (SOHO-5c). Result: Prevalence of ECC for 266 children is 88,7% with 35% have pufa index >0. There’s a significant relationship between oral hygiene practice with dmft index (r=0,19;p=0,001) and SOHO-5p(r=0,27;p<0,001) so does cariogenic meals consumption with dmft index (r=0,14;p<0,001) and SOHO-5p (r=0,27;p=0,013). ECC has significant relationship with SOHO-5 (p<0,05). All variables in SOHO-5p has significant relationship with dmft dan pufa index(p<0,05) except avoid smiling because of appearance towards pufa index. But, only total score of SOHO-5c,‘difficult eat’ and ‘difficult sleep’ variables have significant relationship with dmft and pufa index (p<0,001). In general, there’s no statistically difference between mother-child perception in SOHO-5p and SOHO-5c except in ‘difficult sleep’ (p=0,001), ‘avoid smiling because of pain’ (p=0,002) and ‘avoid smiling because of appearance’(p=0,042). Conclusion:There’s significant relationship between ECC and SOHO-5 but only the parental version has significant relationship with oral health practice. There’s no significant difference between SOHO-5p and SOHO-5c thus parents could be the proxy rater for their child but both perception still needed to avoid missing information.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>