Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168265 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rafika Dwisthiyahapsari
"BUMN dan instansi pemerintahan di Indonesia mulai menyadari pentingnya keterikatan karyawan dalam menyukseskan organisasi. Salah satu indikator keterikatan karyawan yaitu komitmen afektif. Dengan menggunakan teori Conservation of Resources (COR), penelitian ini bertujuan untuk menguji peran occupational self-efficacy sebagai mediator dalam hubungan antara occupational future time perspective OFTP dan komitmen afektif. Peneliti berargumentasi bahwa individu dengan OFTP yang tinggi cenderung memandang masa depannya dipenuhi dengan banyaknya waktu dan kesempatan pekerjaan di organisasi sehingga individu berusaha mengoptimalkan kesempatan tersebut dengan menginvestasikan sumber daya personal dan organisasional dalam membangun kompetensinya. Hal ini mengarah pada peningkatan occupational self efficacy atau keyakinan karyawan pada kompetensinya dalam menangani pekerjaan dan kemudian meningkatkan keterikatan emosional terhadap organisasi yang menyediakan pekerjaan tersebut. Data diperoleh melalui survei secara luring dan daring pada beberapa BUMN dan instansi pemerintah N = 223. Data dianalisis dengan menggunakan Process Hayes macro versi 3.4 pada IBM SPSS versi 22. Hasil menunjukan adanya efek tidak langsung yang signifikan dari OFTP pada komitmen afektif melalui occupational self efficacy. Berdasarkan hasil tersebut, implikasi praktis penelitian ini yaitu organisasi dapat menerapkan program yang membantu meningkatkan OFTP dan occupational self efficacy untuk meningkatkan komitmen afektif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Irene
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara occupational self-efficacy dan job insecurity pada tenaga kerja outsourcing. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan tipe penelitian non-eksperimental dan desain field study. Partisipan dalam penelitian adalah 127 orang tenaga kerja outsourcing yang bekerja di PT. X. Alat ukur yang digunakan terdiri dari dua buah alat ukur, yaitu adaptasi dari alat ukur occupational self-efficacy yang dikembangkan oleh Sychns dan von Collani (2002) dan modifikasi dari alat ukur job insecurity yang dikembangkan oleh Ashford, Lee, dan Bobko (1989).
Berdasarkan hasil korelasi Pearson product moment satu-ujung didapatkan hasil koefisien korelasi sebesar -0.2 yang signifikan pada l.o.s 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara occupational self-efficacy dan job insecurity pada tenaga kerja outsourcing. Selain itu, berdasarkan hasil perhitungan independent sample t-test diketahui bahwa ada hubungan antara job insecurity dan jenis kelamin, dimana wanita memiliki tingkat job insecurity yang lebih tinggi dibandingkan pria.

The purpose of this research is to find out the correlation between occupational self-efficacy and job insecurity on outsourcing workers. This is a quantitative research with non experimental type and field study research design. Participants of the research are 127 outsourcing workers who work at PT. X. There are two scales used in this research, adaptation of occupational self-efficacy scale by Sychns and Von Collani (2002) and modification of job insecurity scale by Ashford, Lee, and Bobko (1989).
The result of correlation Pearson product moment one-tailed is -0.2 which is significant at l. o. s 0.05. This indicates that there's a negative significant correlation between occupational self-efficacy and job insecurity on outsourcing workers. Besides, the result of independent sample t-test found that there's a correlation between job insecurity and gender, which is women has a higher job insecurity than men."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
658.314 22 IRE h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Latifanisa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari occupational future time perspective (OFTP) dan entrepreneurial self-efficacy (ESE) terhadap intensi individu untuk melakukan pensiun dini. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah karyawan bank di Indonesia (N = 202). Data yang diperoleh dari seluruh partisipan dianalisis menggunakan Pearsons correlation dan Multiple Linear Regression pada SPSS v. 23.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek dari OFTP pada intensi pensiun dini adalah negatif dan signifikan, dan efek dari ESE pada intensi pensiun dini adalah positif dan signifikan. Hasil penelitian juga menemukan bahwa terdapat varians unik yang disumbang oleh ESE pada intensi pensiun dini setelah mengontrol OFTP dan data demografis. Pembahasan hasil dan saran didiskusikan.

This study aims to investigate the effect of occupational future time perspective (OFTP) and entrepreneurial self-efficacy (ESE) on intention of early retirement. Participants involved in this research were 202 bankers in Indonesia. Data were analysed using the Pearsons correlation and Multiple Linear Regression on SPSS v. 23.
Results indicated that the main effect of OFTP on intention of early retirement was negative and significant, and that the main effect of ESE on intention of early retirement was positive and significant. Furthermore, the results showed that ESE contributed unique variance on intention of early retirement after controlling OFTP and demographical data. Further research implications are discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rosida Nurullah
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah occupational self-efficacy memediasi hubungan antara dukungan sosial dan career indecision. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan menggunakan metode korelasional dengan menggunakan sampel individu pada usia 25−44 tahun dan sedang bekerja selama minimal enam bulan N= 167). Ketiga variabel diukur menggunakan Career Decision Scale (CDS), Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), dan Occupational Self-Efficacy(OCCSEFF). Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa terdapat direct effect (= .09, .05) yang tidak signifikan dan indirect effect (r= -.52, p.05) yang signifikan, dan mengindikasikan bahwa occupational self-efficacy memediasi secara penuh hubungan antara dukungan sosial dan career indecision. Dengan kata lain, dukungan sosial harus melewati occupational self-efficacy terlebih dahulu untuk memengaruhi career indecision. 

ABSTRACT
The purpose of this study is to determine whether occupational self-efficacy mediates the relationship between social support and career indecision. This research is a quantitative study and uses a correlational method using a sample of individuals at the age range of 25−44 years and were working for at least six months (N = 167). The three variables are measured by The Career Decision Scale (CDS), Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), and Occupational Self-Efficacy (OCCSEFF). The result of mediation analysis has shown the direct effect (r= .09, p> .05) that is not significant and a significant indirect effect (r= -.52, p< .05), which indicated that occupational self-efficacy fully mediates the relationship between social support and career indecision. In other words, social support must pass through occupational self-efficacy first to influence career indecision."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Kiranti
"Konflik orangtua yang terjadi dipersepsikan oleh anak sebagai sesuatu yang mengancam bagi dirinya dan juga orangtuanya. Pengalaman dengan konflik orangtua dapat membentuk skema relasional yang maladaptif yang menyebabkan individu secara tidak proporsional lebih peka pada diskusi dan argumen yang negatif dan agresif, lebih mungkin mengharapkan permusuhan dan eskalasi konflik selama bertengkar dengan pasangan romantis, melakukan atribusi negatif terhadap tingkah laku pasangan, dan adanya distorsi kognitif yang membenarkan penggunaan tingkah laku agresif (Nelson, 2004). Kemudian, persepsi anak terhadap konflik orangtua juga mempengaruhi keyakinan dan ekspektasinya terkait dengan hubungan di masa depan, sehingga menurunkan self-efficacy in romantic relationship individu. Self-efficacy in romantic relationship ditemukan berhubungan dengan aspek – aspek yang termasuk ke dalam romantic competence (Fincham & Bradbury, 1987; Riggio et al., 2011, 2013; Weiser & Weigel, 2016). Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk melihat peran mediasi self-efficacy in romantic relationship dalam hubungan antara persepsi anak terhadap konflik orangtua dengan romantic competence. Partisipan pada penelitian ini merupakan 162 laki-laki dan 262 perempuan dewasa awal yang sedang menjalani hubungan romantis dan tinggal bersama dengan kedua orangtua. Hasil analisis statistika regresi menunjukkan bahwa self-efficacy in romantic relationship memediasi secara parsial hubungan antara persepsi anak terhadap konflik orangtua dengan romantic competence dewasa awal (F(2,421) = 114,98, p = <0,01, LLCI= -0,228, ULCI= -0,117 R2 = 0,3533). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh persepsi anak terhadap konflik orangtua pada romantic competence dapat melalui self-efficacy in romantic relationship terlebih dahulu, namun kedua variabel dapat juga berhubungan secara langsung.

The interparental conflict was perceived by children as a threat for them and also parents. Experiences with interparental conflict have been found to shape a maladaptive relational scheme that leads people to be more disproportionately attended to negative and aggressive discussion or argument, more likely to expect hostility and escalation of conflict during a quarrel with a romantic partner, negative attribution toward partner’s behaviours, and cognitive distortion that justify the use of aggressive behaviour (Nelson, 2004). Also, children’s perception of interparental conflict impacts their belief and expectation about their own relationship in the future, so that reduce their self-efficacy in romantic relationship. Self-efficacy in romantic relationship has been proved related to the aspects included in romantic competence (e.g. Fincham & Bradbury, 1987; Riggio et al., 2011, 2013; Weiser & Weigel, 2016). Therefore, this research aims to see the mediating role of self-efficacy in romantic relationship within the association between children’s perception of interparental conflict and romantic competence. Participant of this study consist of 162 men and 262 women who are currently in a romantic relationship and living together with both parents. The result of this study indicates that self-efficacy in romantic relationship mediates partially the relationship between children’s perception of interparental conflict and romantic competence of emerging adulthood (F(2,421) = 114,98, p = <0,01, LLCI= -0,228, ULCI= -0,117. R2 = 0,3533). This result shows that children’s perception of interparental conflict can either affect romantic competence through self-efficacy in romantic relationship or directly."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Chairina
"Dalam menghadapi tantangan selama proses Belajar dari Rumah (BdR), siswa perlu mengembangkan academic buoyancy, yaitu kemampuan untuk mengatasi kemunduran dan tantangan akademik sehari-hari. Peran orang tua selama pandemi menjadi penting karena siswa lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah strength-based parenting (SBP), sebuah pendekatan pengasuhan yang menekankan pada identifikasi dan pengembangan kekuatan anak, memprediksi academic buoyancy melalui academic self-efficacy, social self-efficacy, dan emotional self-efficacy. Penelitian dilakukan terhadap 238 siswa SMA di Indonesia. Alat ukur yang digunakan adalah Strength-Based Parenting Scale, Self-Efficacy Questionnaire for Children, dan Academic Buoyancy Scale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SBP berkorelasi positif dengan academic buoyancy (r = 0,33, p < 0,01). Academic self-efficacy dan emotional self-efficacy masing-masing memediasi hubungan antara SBP dan academic buoyancy (a1b1 = 0,05, BootCI 95% [0,03, 0,07]; a3b3 = 0,03, BootCI 95% [0,01, 0,05]). Social self-efficacy tidak ditemukan memiliki peran mediasi (a2b2 = -0,00, BootCI 95% [-0,02, 0,01]). Ketika orang tua mengenali dan mengembangkan kekuatan yang siswa miliki, maka siswa akan merasa yakin dengan kemampuannya untuk melakukan tugas akademik dan mengatasi emosi negatif. Dengan demikian, siswa akan lebih mudah mengatasi kemunduran dan tantangan akademik yang dialami selama menjalani BdR.

To overcome adversities during Belajar dari Rumah (BdR) period, students need to develop academic buoyancy, described as ‘the ability to deal with daily academic setbacks and challenges’. Parents’ role during BdR is important since students spend more time at home. This study aims to investigate the relationship between strength-based parenting (SBP) and academic buoyancy through academic self-efficacy, social self-efficacy, and emotional self-efficacy. 238 high school students in Indonesia participated in this study. Strength-Based Parenting Scale, Self-Efficacy Questionnaire for Children, and Academic Buoyancy Scale were used to measure the variables. The results showed that SBP positively correlated with academic buoyancy (r = 0.33, p <0.01). Academic self-efficacy and emotional self-efficacy serve as unique mediators in the relationship between SBP and academic buoyancy (a1b1 = 0.05, BootCI 95% [0.03, 0.07]; a3b3 = 0.03, BootCI 95% [0.01, 0.05]). Meanwhile, the role of social self-efficacy as mediator is not significant (a2b2 = -0.00, BootCI 95% [-0.02, 0.01]). When parents identify and cultivate their children’s strengths, children will believe in their ability to carry out academic tasks and deal with negative emotions which in turn help them overcome setbacks and challenges during BdR."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ai Nurhasanah
"Stres akademik merupakan permasalahan yang sering dialami mahasiswa, tak terkecuali mahasiswa yang tinggal di Pondok Pesantren. Kondisi ini merupakan tekanan akibat dari proses belajar yang dapat memberi pengaruh pada aspek fisik maupun psikologis. Penelitian terdahulu mengungkapkan sejumlah variabel yang dapat mengurangi stres akademik, diantaranya adalah variabel efikasi diri akademik dan pola pikir positif. Husnudzan sebagai pola pikir positif dalam islam, dipandang memiliki pengaruh pada berbagai aspek psikologis seperti kesehatan mental, resiliensi, penerimaan diri dan kecemasan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menyebarkan adaptasi skala stres akademik (SSI), skala husnudzan dan skala efikasi diri akademik (TASES). Uji validitas dan reliabilitas telah dilakukan pada ketiga skala tersebut, dengan nilai 0.922 dan 0.959 untuk skala stress akademik, 0.876 dan 0.796 untuk skala husnudzan serta 0.905 dan 0.951 untuk skala efikasi diri akademik. Analisis data dilakukan dengan melakukan uji korelasi dan uji mediasi. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 80 mahasiswa Universitas Islam Negeri Bandung. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada variabel husnudzan dan efikasi diri (r = 0.480 dengan p < 0.01). Sedangkan pada variabel lainnya tidak terdapat korelasi yang signifikan, dengan nilai r = -0.147 (p = 0.193) untuk efikasi diri akademik dan stres akademik, serta r = -0.169 (p = 0.135) untuk husnudzan dan stres akademik. Berdasarkan uji mediasi, hasil penelitian menunjukkan efikasi diri akademik tidak berperan sebagai mediator dalam hubungan husnudzan dan stres akademik dimana nilai yang diperoleh pada indirect effect adalah -0.0944, yang memiliki rentang antara BootLLCI (-0.3656) dan BootULCI (0.1986) melewati nilai 0.

Academic stress is a problem experienced mostly by students including those who live in Islamic boarding schools. This condition happens because of the learning process presssure which can affects them physically and psychologically. Many previous studies examined a number of variables that can reduce academic stress, including the variables of academic self-efficacy and positive mindset. Husnudzan, a positive mindset in Islam, is considered to have an influence on various psychological aspects such as mental health, resilience, self-acceptance and anxiety. The method used in this study is a quantitative method by distributing the adaptation of the academic stress scale (SSI), the husnudzan scale and the academic self-efficacy scale (TASES). The validity and reliability scores are 0.922 and 0.959 for academic stress scale, 0.876 and 0.796 for husnudzan scale, also 0.905 and 0.951 for academic self-efficacy scale. Data analysis was carried out by conducting correlation and mediation analyses. A total of 80 undergraduate students from State Islamic University of Sunan Gunung Djati Bandung (UIN Bandung) participated in the study. The results demonstrated that husnudzan significantly correlated with academic self-efficacy (r = 0.480 and p<0.01). In contrast, there was no significant correlation not only on academic self-efficacy and stress academic r = -0.147 (p = 0.193) but also on husnudzan and stress academic r = -0.169 (p = 0.135). The mediation test results showed that academic self-efficacy could not mediate the relationship between husnudzan and academic stress with indirect effect score -0.0944 (BootLLCI = -0.3656 and BootULCI = 0.1986)."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Hasby
"Kompetensi sosial emosional merupakan salah satu kemampuan yang dibutuhkan oleh guru dalam menyiapkan siswa yang kompeten secara sosial emosional untuk menghadapi berbagai tantangan di abad 21. Dalam mengembangkan kompetensi sosial emosional pada guru, persepsi guru terhadap iklim sekolah dan tingkat efikasi diri guru menjadi faktor yang mendukung hal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mencari efek mediasi yang dimiliki oleh efikasi diri guru terhadap hubungan antara persepsi iklim sekolah dan kompetensi sosial emosional guru. Partisipan pada penelitian ini berjumlah 493 guru sekolah dasar di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan alat ukur Social Emotional Competencies-Teacher Rating Scale untuk mengukur kompetensi sosial emosional guru, Revised-School Level Enviromental Questionnaire untuk mengukur persepsi iklim sekolah, dan Teachers’ Sense of Efficacy Scale versi bahasa Indonesia untuk mengukur efikasi diri guru. Analisis regresi Hayes dilakukan terhadap penelitian ini dan ditemukan bahwa terdapat mediasi parsial untuk variabel efikasi diri guru terhadap hubungan persepsi iklim sekolah dan kompetensi sosial emosional guru pada dimensi teacher-student relationships dan emotion regulation. Hasil temuan ini membuktikan bahwa persepsi positif guru terhadap iklim sekolah dan efikasi diri guru berperan dalam meningkatkan kompetensi sosial emosional pada guru sekolah dasar.

Social-emotional competence is one of the abilities required by teachers to prepare students who are socially and emotionally competent to face various challenges in the 21st century. In developing social-emotional competence in teachers, teachers' perceptions of the school climate and the level of teacher self-efficacy become factors that support this. This study aims to find the mediating effect of teacher self-efficacy on the relationship between perceptions of the school climate and the social-emotional competence of teachers. The participants in this study were 493 elementary school teachers in Indonesia. This research is quantitative in nature, using the Social Emotional Competencies-Teacher Rating Scale (SECTRS) to measure teachers' social-emotional competence, the Revised-School Level Environmental Questionnaire (R-SLEQ) to measure perceptions of the school climate, and the Teachers’ Sense of Efficacy Scale in the Indonesian language (I-TSES) to measure teacher self-efficacy. Regression analysis, specifically Hayes' method, was applied to this research, and it was found that there is partial mediation for the variable of teacher self-efficacy in the relationship between perceptions of the school climate and teachers' social-emotional competence in the dimensions of teacher-student relationships and emotion regulation. These findings demonstrate that positive perceptions of the school climate and teacher self-efficacy play a role in enhancing social-emotional competence in elementary school teachers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa Syafira Dumbi
"Melihat fenomena tantangan dalam pemilihan karier yang secara khas dihadapi oleh mahasiswa atlet, penelitian ini bertujuan untuk menguji perspektif waktu masa depan sebagai moderator dalam hubungan antara identitas atletik dengan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karier. Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa atlet dari berbagai cabang olahraga yang pernah atau sedang tergabung dalam tim khusus yaitu Tim Klub, Tim Wilayah/Kota, PPLM, Pelatda, dan Pelatnas (N=405). Pengambilan data dilakukan secara daring dengan tiga alat ukur. Identitas atletik diukur menggunakan Athletic Identity Measurement Scale (AIMS), efikasi diri dalam pengambilan keputusan karier diukur menggunakan Career Decision Making SelfEfficacy Scale Short Form (CDSE-SF), perspektif waktu masa depan value dan connectedness diukur menggunakan Future Time Perspective Scale (FTPS). Uji analisis korelasi menunjukkan bahwa identitas atletik berhubungan positif dengan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karier, r = 0,384, p < 0,01 r² = 0,147. Hubungan tersebut secara signifikan dimoderasi oleh value (b = .024, SE = .009, 95% CI [.006, .042]) dan connectedness (b = .018, SE = .006, 95% CI [-1.013, -.559]). Dengan kata lain, hubungan antara identitas atletik dengan efikasi dalam pengambilan keputusan karier diperkuat oleh perspektif waktu masa depan dimensi value dan connectedness.

Considering the unique career selection challenges faced by student-athletes, this study aims to examine the role of future time perspective in the relationship between athletic identity and career decision self-efficacy. Participants in this study were studentathletes from various sports disciplines who have been or are currently part of special teams such as Club Teams, Regional/City Teams, PPLM, Pelatda, and Pelatnas (N=405). Data was collected online using three measurement tools. Athletic identity was measured using the Athletic Identity Measurement Scale (AIMS), career decision self-efficacy was measured using the Career Decision Making Self-Efficacy Scale Short Form (CDSE-SF), future time perspective dimensions of value and connectedness was measured using the Future Time Perspective Scale (FTPS). Correlation analysis showed that athletic identity is positively related to career decision self-efficacy, r = 0,384, p < 0,01 r² = 0,147. This relationship is significantly moderated by value (b = 0.024, SE = 0.009, 95% CI [0.006, 0.042]) and connectedness (b = 0.018, SE = 0.006, 95% CI [-1.013, -0.559]). In other words, the relationship between athletic identity and career decision self-efficacy is strengthened by future time perspective dimensions of value and connectedness."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Callista Hapsari Almira Inez Ersya
"Persaingan antar perusahaan saat ini sudah semakin ketat dan perusahaan membutuhkan karyawan dengan komitmen organisasi yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat hubungan dua faktor individu, yaitu general self- efficacy dan organizational mobility preferences terhadap komitmen afektif pada karyawan swasta. Partisipan penelitian ini adalah 143 karyawan swasta yang bekerja di berbagai sektor industri di wilayah Jakarta. Komitmen afektif diukur menggunakan Affective Commitment Scale, New General Self-Efficacy Scale digunakan untuk mengukur general self-efficacy, dan organizational mobility preferences diukur dengan Boundaryless Career Attitudes Scale.
Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara general self-efficacy r = .21, p < .05 dan komitmen afektif serta hubungan negatif yang signifikan antara organizational mobility preferences dan komitmen afektif r = - .37, p < .01 . Hal tersebut menunjukkan bahwa individu dengan general self- efficacy yang tinggi memiliki komitmen afektif yang juga tinggi. Sebaliknya, individu dengan organizational mobility preferences yang tinggi memiliki komitmen afekktif yang rendah. Penelitian juga menunjukkan bahwa organizational mobility preferences ? = -.34, p < .05 memiliki pengaruh lebih kuat terhadap komitmen afektif dibandingkan general self-efficacy ? = .12, p < .05 . Pembahasan dan saran untuk penelitian selanjutnya didiskusikan.

Today, the competition among companies are tighter, and companies need employees with high organizational commitment. This research aims to examine the relations between two individual factors, which is general self efficacy and organizational mobility preferences, with affective commitment of private employees. Participants of this research are 143 private employees who work in various sectors in the Jakarta area. Affective commitment was measured using Affective Commitment Scale, general self efficacy was measured by New General Self Efficacy Scale, and organizational mobility preferences measured using Boundaryless Career Attitudes Scale.
The result of this study proves that there is a significant positive correlation between general self efficacy r .21, p .05 and affective commitment, and also a significant negative correlation between organizational mobility preferences r .37, p .01 and affective commitment. It implies that people with high general self efficacy also have high affective commitment. In contrast, people with high organizational mobility preferences have low affective commitment. This research also found that organizational mobility preferences .34, p .01 had stronger impact to affective commitment than general self efficacy .12, p .05 . Discussion and suggestion for further research are discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S70029
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>