Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178468 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nelfidayani
"Tesis ini disusun untuk mengetahui efektivitas latihan retrowalking dalam meningkatkan kekuatan otot quadriceps pada pasien overweight dan obesitas derajat I dengan osteoarthritis lutut. Penelitian menggunakan desain uji eksperimental Randomized Control Trial. Subjek penelitian merupakan pasien overweight dan obesitas derajat I dengan osteoarthritis lutut, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kontrol. Semua subjek dari kedua kelompok mendapatkan latihan standar berupa latihan aerobik dengan ergocycle, latihan penguatan otot quadriceps dan hamstring dengan NK table dan latihan keseimbangan dengan balance board sesuai dengan prosedur di Poliklinik Obesitas Departemen Rehabilitasi Medik RSCM Jakarta yang dilakukan 3x/minggu selama 4 minggu. Sebagai tambahan, kelompok perlakuan mendapatkan latihan retrowalking yang dilakukan 15 menit/sesi, 3x/minggu, selama 4 minggu. Hasil keluaran penelitian ini berupa kekuatan otot quadriceps yang diukur menggunakan handheld dynamometer pada sebelum, setelah 2 minggu dan setelah 4 minggu latihan. Analisis statistik dilakukan untuk membandingkan perubahan kekuatan otot quadriceps sesudah intervensi pada kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil
penelitian menyatakan bahwa latihan retrowalking sebagai terapi tambahan efektif dalam meningkatkan kekuatan otot quadriceps pada pasien overweight dan obesitas derajat I
dengan OA lutut setelah diberikan intervensi selama 4 minggu. Rerata peningkatan kekuatan otot quadriceps pada kelompok perlakuan dan kontrol masing-masing sebesar 3,026±1,33 kg dan 1,72±1,31 kg, dan didapatkan perbedaan signifikan dengan nilai p = 0,004. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai efektivitas latihan retrowalking terhadap aktivitas otot quadriceps secara lebih spesifik menggunakan Surface Electromiography (sEMG) yang menggambarkan rekruitmen motor unit otot.

This thesis was aimed to determine the effectiveness of retrowalking exercises in increasing quadriceps muscle strength in overweight and obese I patients with knee osteoarthritis. The design was randomized control trial. The subjects were overweight and obese grade I patients with knee osteoarthritis, and divided into 2 groups:
intervention and control groups. The subjects from both groups received standard exercises : aerobic exercise with ergocycle, quadriceps and hamstring muscle strengthening exercises with NK tables and balance exercises with balance board in accordance with procedures at the Obesity Polyclinic, Department of Medical Rehabilitation of RSCM Hospital, which was conducted 3x/week for 4 weeks. In addition, the intervention group received a retrowalking exercise during 15 minutes/session, 3x week, for 4 weeks. Handheld dynamometer were used to measure quadricieps muscle stregth in several time intervals before and after 2 weeks then after 4 weeks of completed training. Statistical analysis was performed to compare changes in quadriceps muscle strength after the intervention between the intervention and control groups. The results
of the study stated that retrowalking exercise as an adjunct therapy is effective in increasing quadriceps muscle strength in overweight and obese grade I patients with knee OA after 4 weeks training. The mean increase in quadriceps muscle strength in the intervention and control groups were 3.026 ± 1.33 kg and 1.72 ± 1.31 kg, respectively, and a significant difference was obtained with p value 0.004. Further research is needed to assess the effectiveness of retrowalking exercises on quadriceps muscle activity more specifically using Surface Electromiography (sEMG) which assesses the recruitment of motor muscle units.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Meliana Sudirgo
"JuduJ : Mengetahui ketelitian dan ketepatan alat EN Tree dibandingkan dengan alat NK
Table dalam menilai kekuatan otot kuadriseps dengan metoda 10 RM
Tujuao : Membuktikan alat EN Tree dan alat NK Table memiliki kemampuan yang sarna
dalam menilai kekuatan otot kuadriseps.
Disain : Uji diagnostik
Tempat Penelitiao : IRM-RSUPN eM
Peserta : 30 mahasiswi D3 Rehabilitasi Medik FKUI.
Perlakuao : Masing-masing peserta dilakukan penilaian kekuatan otot kuadrisers dengan
metoda 10 RM pada alat EN Tree tiga kali dan alat NK Table tiga kali.
Hasil Penelitian : Dilakukan uji statistik independent samples t test dengan membandingkan
luas di bawah kurva yang mewakili total gaya yang dikeluarkan otot kuadrisep pada alat EN
Tree dengan NK table, dan diperoleh basil significant (2-tailed) = 0,106 (p> 0,05).Nilai ini
menyatakan luas di bawah kurva yang mewakili total gaya yang dikeluarkan otot kuadrisep
pada alat EN Tree tidak berbeda bennakna dibandingkan dengan NK table.
Kesimpulan : alat EN Tree dan alat NK Table memiliki kemarnpuan yang sarna dalam
menilai kekuatan otot kuadriseps."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T58776
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nori Widiowati
"Pendahuluan: Kejadian fraktur menjadi urutan ketiga di dunia dan ekstremitas bawah sebagai angka tertinggi di Indonesia. Open Reduction Internal Fixation (ORIF) merupakan tindakan fraktur ekstremitas bawah yang sering digunakan. Salah satu latihan yang dapat mencegah komplikasi imobilisasi yaitu isometrik quadricep dengan pressure biofeedback. Dalam penelitian ini pressure biofeedback diberikan pada pasien post ORIF ekstremitas bawah hari I sampai III. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi efektivitas pressure biofeedback terhadap kekuatan otot quadricep dan nyeri post ORIF ekstremitas bawah.
Metode: Penelitian ini merupakan Randomized Controlled Trial dengan pre and posttest pada pengukuran skala nyeri dan posttest only pada skor kekuatan otot quadricep. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dengan kriteria inklusi diantaranya post ORIF ekstremitas bawah hari pertama sampai ketiga dan berusia 18-64 tahun. Responden dengan multipel fraktur, fraktur bilateral, neglected, riwayat DM, kelainan neuromuskular, cacat fisik dan penurunan kesadaran dieksklusikan. Perhitungan sampel dengan menggunakan standar deviasi dan derajat kemaknaan diperoleh 30 responden di RSD Idaman Banjarbaru dan Ratu Zalecha Martapura yang terbagi menjadi 2 kelompok perlakuan. Double blind diterapkan pada responden dan pengambil data. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecemasan (APAIS), nyeri (VAS), dan kekuatan otot quadricep (MMT).
Hasil: Penelitian ini melaporkan bahwa pressure biofeedback secara signifikan meningkatkan kekuatan otot quadricep (p value 0,01; α < 0,05). Namun, berdasarkan hasil uji statistik Paired T-test baik pada responden dengan latihan pressure biofeedback maupun tanpa pressure biofeedback, didapatkan hasil yang signifikan dalam penurunan nyeri (p value 0,00; α < 0,05). Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa pressure biofeedback tidak efektif dalam menurunkan nyeri pasien post ORIF ekstremitas bawah. Begitu pula hasil uji Mann Whitney pada selisih rerata skala nyeri yang menunjukkan bahwa penurunan nyeri yang terjadi tidak dipengaruhi oleh pressure biofeedback.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa latihan isometrik kombinasi pressure biofeedback secara signifikan dapat meningkatkan skor kekuatan otot quadricep pada pasien post ORIF ekstrimtas bawah.

Introduction: The incidence of fractures is third in the world and lower extremities are the highest in Indonesia. Open Reduction Internal Fixation (ORIF) is a frequently used procedure for lower extremity fractures. One exercise that can prevent immobilization complications is quadriceps isometrics with pressure biofeedback. In this study, pressure biofeedback was given to post ORIF lower extremity patients on days I to III.
Objective: The aim of this study was to identify the effectiveness of pressure biofeedback on quadricep muscle strength and post-ORIF lower extremity pain. Methods: This study was a Randomized Controlled Trial with pre and posttest on pain scale measurements and posttest only on quadricep muscle strength scores. The sampling technique used simple random sampling technique with inclusion criteria including post ORIF lower extremities first to third day and aged 18-64 years. Respondents with multiple fractures, bilateral fractures, neglected, history of DM, neuromuscular disorders, physical disabilities and decreased consciousness were excluded. Sample calculations using standard deviation and degree of significance obtained 30 respondents at RSD Idaman Banjarbaru and Ratu Zalecha Martapura who were divided into 2 treatment groups. Double blind is applied to respondents and data takers. Instruments used to measure anxiety (APAIS), pain (VAS), and quadricep muscle strength (MMT).
Results: This study reported that pressure biofeedback significantly increased quadricep muscle strength (p value 0.01; α < 0.05). However, based on the results of the Paired T-test statistical test for both respondents with pressure biofeedback training and without pressure biofeedback training, significant results were obtained in reducing pain (p value 0.00; α < 0.05). However, it can be said that pressure biofeedback is not effective in reducing pain in post-ORIF lower extremity patients. Likewise, the results of the Mann Whitney test on the mean difference on the pain scale showed that the reduction in pain that occurred was not influenced by pressure biofeedback.
Conclusion: This study shows that isometric training combined with pressure biofeedback can significantly increase quadricep muscle strength scores in lower extremity post ORIF patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimatus Zahroh
"Tesis ini disusun untuk mengetahui efektivitas penggunaan elastic taping terhadap intensitas nyeri, kekuatan otot quadriceps dan status fungsi lutut pada pasien obesitas dengan osteoartritis lutut. Penelitian menggunakan desain uji eksperimental Randomized Control Trial. Subjek penelitian merupakan pasien overweight dan obesitas dengan osteoarthritis lutut, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan. Semua subjek dari kedua kelompok mendapatkan latihan standar berupa latihan aerobik dengan ergocycle, latihan penguatan otot quadriceps dan hamstring dengan NK table dan latihan keseimbangan dengan balance board sesuai dengan prosedur di Poliklinik Obesitas Departemen Rehabilitasi Medik RSCM Jakarta yang dilakukan 2x/minggu selama 2 minggu. Kelompok perlakuan mendapatkan pemasangan 3 elastic taping dengan tarikan 40- 50%, sedangkan kelompok kontrol mendapatkan pemasangan elastic taping dengan arah pemasangan yang sama namun tanpa penarikan. Pemasangan elastic taping dilakukan sebanyak 3 kali dalam waktu 2 minggu. Hasil keluaran penelitian ini berupa intensitas nyeri berdasarkan nilai VAS, kekuatan otot quadriceps yang diukur menggunakan handheld dynamometer serta penilaian kuesioner KOOS pada sebelum, setelah 1 minggu dan setelah 2 minggu pemasangan elastic taping. Analisis statistik dilakukan untuk membandingkan perubahan nilai VAS, kekuatan otot quadriceps dan nilai keusioner KOOS sesudah intervensi pada kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil penelitian menyatakan bahwa pemasangan elastic taping sebagai terapi tambahan efektif dalam menurunkan nilai VAS, meningkatkan kekuatan otot quadriceps, dan nilai kuesioner KOOS pada pasien overweight dan obesitas dengan osteoartritis lutut setelah diberikan intervensi selama 2 minggu. Perbaikan nilai median VAS pada kelompok kontrol dan perlakuan masing-masing sebesar
3 (1-4) dan 2 (1-3) dan didapatkan perbedaan signifikan dengan nilai p = 0,008. Peningkatan rerata kekuatan otot quadriceps pada kelompok kontrol dan perlakuan masing- masing sebesar 3,44±0,71 kg dan 5,66±1,71 kg, dan didapatkan perbedaan signifikan dengan nilai p< 0,001. Peningkatan rerata nilai kuesioner KOOS pada kelompok kontrol dan perlakuan masing-masing sebesar 12,92±3,51 dan 17,02±5,59, dan didapatkan perbedaan signifikan dengan nilai p=0,023. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai efektivitas elastic taping dalam jangka waktu yang lebih lama serta untuk membandingkan efektivitas aplikasi elastic taping pada otot quadriceps antara metode dua taping dengan tiga taping untuk melihat perbandingan penurunan intensitas nyeri.

This thesis was aimed to determine the effectiveness of elastic taping on pain intensity, quadriceps muscle strength and knee function status in obese patients with knee osteoarthritis. The study used an experimental randomized control trial design. The subjects were overweight and obese patients with knee osteoarthritis, which was divided into 2 groups: control and intervention groups. All subjects from both groups received standard exercises: aerobic exercise with ergocycle, quadriceps and hamstring muscle strengthening exercises with NK tables and balance exercises with balance board in accordance with procedures at the Obesity Polyclinic, Department of Medical Rehabilitation of RSCM Jakarta, which was conducted 2x/week for 2 weeks. The intervention group received an application of 3 elastic taping with 40-50% stretched, while the control group received an application of elastic taping with the same mounting direction but without stretching. Installation of elastic taping is done 3 times in 2 weeks. The results of this study include pain intensity based on VAS values, quadriceps muscle strength measured using a handheld dynamometer and KOOS questionnaire assessment before, after 1 week and after 2 weeks of elastic taping application. Statistical analysis was performed to compare changes in VAS values, quadriceps muscle strength and KOOS questionnaire values after the intervention in the control and intervention groups. The results stated that the application of elastic taping as an adjunct therapy was effective in reducing the value of VAS, increasing quadriceps muscle strength, and the value of the KOOS questionnaire in overweight and obese patients with knee osteoarthritis after 2 weeks of intervention. Improvements to the median VAS values in the control and intervention groups were 3 (1-4) and 2 (1-3), respectively, and a significant difference was obtained with p value 0.008. The mean increase in quadriceps muscle strength in the control and intervention groups was 3.44
± 0.71 kg and 5.66 ± 1.71 kg, respectively, and a significant difference was obtained with p value <0.001. The increase in the average value of the KOOS questionnaire in the control and intervention groups was 12.92 ± 3.51 and 17.02 ± 5.59, respectively, and a significant difference was obtained with p value 0.023. Further research is needed to assess the effectiveness of elastic taping over a longer period of time and to compare the effectiveness of the application of elastic taping in the quadriceps muscle between the two taping and three taping methods to see a comparison of the decrease in pain intensity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Barus, Abner Penalemen
"Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh electrical stimulation (ES) terhadap kekuatan otot kuadriceps penderita PPOK ekserbasi dan pasca eksaserbasi akut dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode: Desain penelitian adalah kuasi eksperimental. Seluruh subyek mendapatkan terapi ES pada kedua sisi otot kuadriceps selama 30 menit, 4 kali per minggu. Lamanya terapi diberikan selama 4 minggu. Data yang dikumpulkan meliputi kekuatan otot kuadriceps sebelum dan sesudah perlakuan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya (usia, jenis kelamin, IMT) Hasil: Kekuatan otot kuadriceps meningkat secara bermakna pad a sisi kanan ( 154,60±34, 77 menjadi 206,36±32,47, p<0,05) dan kiri (141 ,82±48,87 menjadi 201,78±57,94, p<0,05) setelah diberikan stimulasi ES selama 4 minggu. Tidak ditemukannya hubungan yang bermakna antara usia, jenis kelamin dan Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap peningkatan kekuatan otot kuadriceps. Simpulan: Stimulasi ES selama 4 minggu dapat meningkatkan kekuatan otot kuadriceps penderita PPOK eksaserbasi dan pasca eksaserbasi akut.

Objective: To evaluate the effect of electrical stimulation (ES) on the strength of quadriceps femoris muscles in COPD patients during acute exacerbation and post acute exacerbation . Method: A quasi experimental study was conducted. ES was applied for 30 minutes on both sides of quadriceps muscles, 4 times a week and the duration of treatment was 4 weeks. The strength of quadriceps (before and after intervention) and factors that related to it were collected. Result: Muscle strength improved significantly on right side (by 154,60±34,77 to 206,36±32,47, p<0,05) and left side (by 141 ,82±48,87 to 201 ,78±57,94, p<0,05) after 4 weeks. There were no significant correlation between age, sex, Body Mass Index (BMI) and improvement of muscle strength. Conclusion: Strength of quadriceps muscle was improved after 4 weeks stimulation in COPD patients during acute exacerbation and post acute exacerbation acute.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2008
T59086
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Listyani Herman
"Cedera medula spinalis (CMS) adalah kondisi cedera pada medula spinalis yang ditandai dengan gangguan pada komponen motorik, sensorik, serta otonom. Severitas gangguan yang terjadi sesuai dengan klasifikasi ASIA Impairment Scale (AIS) dan level neurologis. Salah satu gangguan yang biasa ditemui adalah kelemahan otot pernapasan. Kekuatan otot inspirasi digambarkan dengan nilai Maximal Inspiratory Pressure (MIP), diukur dengan manometer otot pernapasan (MicroRPM®), dan  ditingkatkan dengan latihan kekuatan otot inspirasi. Tesis ini disusun untuk mengetahui rerata MIP sebelum dan setelah latihan otot inspirasi menggunakan Threshold Inspiratory Muscle Trainer (threshold IMT®) pada pasien CMS fase kronis. Desain menggunakan studi intervensi one group pre and post-test. Sebelas orang penderita CMS AIS A-D dan level neurologis C5-T6 diberikan latihan otot inspirasi dengan beban sebesar 30% MIP yang disesuaikan berdasarkan pengukuran MIP setiap minggu. Latihan dengan durasi 30 menit/hari dan frekuensi 5 hari/minggu selama 6 minggu. Uji Wilcoxon digunakan untuk membandingkan data MIP sebelum dan setelah latihan selama 6 minggu. Nilai tengah MIP sebelum dan setelah latihan didapatkan sebesar 38 (30-85) cmH2O dan 85 (56-126) cmH2O dengan nilai p<0,05. Simpulan: terjadi peningkatan kekuatan otot inspirasi setelah latihan menggunakan threshold IMT pada pasien CMS fase kronis.

 


Spinal cord injury (SCI) is injury of the spinal cord characterized by disorders of the motor, sensory, and autonomic components. The severity depends on the ASIA Impairment Scale (AIS) classification and neurological level. The common problems is respiratory muscle weakness so sufferers tend to experience respiratory complications. Inspiratory muscle strength is illustrated by Maximal Inspiratory Pressure (MIP) value, measured using respiratory muscle manometer (MicroRPM®), and enhanced by inspiratory muscle strength training. This thesis is structured to determine the average MIP before and after inspiratory muscle training using Threshold Inspiratory Muscle Trainer (threshold IMT®) in chronic phase SCI patients. The study design used one group pre and post-test intervention study. Eleven people with SCI AIS A-D and neurological level C5-T6 were given inspiratory muscle training with load 30% MIP adjusted according to weekly MIP measurements. The duration is 30 minutes / day and  frequency is 5 days / week for 6 weeks. The Wilcoxon test was used to compare MIP data before and after exercise for 6 weeks. The median MIP before and after exercise was 38 (30-85) cmH2O and 85 (56-126) cmH2O with p <0.05. Conclusion: increase in inspiratory muscle strength after exercise using threshold IMT in chronic phase SCI.

 

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhwan Rinaldi
"Latar Belakang : Peningkatan persentase usia lanjut Indonesia disertai proporsi perempuan melebihi laki-laki meningkatan masalah kesehatan perempuan usia lanjut khususnya jatuh. Kelemahan otot kuadriseps femoris adalah faktor risiko jatuh yang dan dapat diintervensi serta seringkali muneul bersamaan dengan defisiensi vitamin D pada usia lanjut. Penelitian di dunia tentang hubungan keduanya belum signifikan bahkan ada yang tidak signifikan sehingga masih kontroversi. Penelitian ini dilakukan di Indonesia yang mengalami dua musim dengan alat ukur dinamometer Cybex yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya guna melengkapi hasil-hasil yang sudah ada. .
MetodoIogi : Penelitian dilakukan di tiga panti werdha di Jakarta dan satu di Bekasi dengan desain korelatif potong lintang pada bulan Januari 2005 terhadap perempuan mandiri berusia 60 tahun atau lebih. Subyek diperiksa kekuatan otot kuadriseps femoris dengan alat dinamometer Cybex pada kecepatan 150°Idetik sebanyak 2 set (3 repetisi dengan waktu istirahat 30 detik). Konsentrasi 25 (OH) D diperiksa dengan cara ELISA.
Basil : Dari 67 perempuan usila yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan, lima orang diantaranya mengundurkan diri saat pemeriksaan kekuatan otot kuadriseps femoris. Rerata (SB) usia adalah 71,1 (7,2) tahun, konsentrasi vitamin D serum adalah 68,2 (21,6) nmoill, dengan konsentrasi < 50 nmoIll sebesar 22,6%, median (minimum-maksimum ) kekuatan otot kuadriseps femoris adalah 40,00 (11-116) N.m., dengan persentase subyek yang mengalami kelemahan otot sebesar 82,3%. Terdapat korelasi konsentrasi 25 (OH)D serum dengan kekuatan otot kuadriseps femoris (r = 0,327 ; P = 0,009).
Simpulan : Pada perempuan usia lanjut Indonesia konsentrasi 25(OH)D serum berkorelasi dengan kekuatan otot kuadriseps femoris. Proporsi perempuan usia lanjut dengan kekuatan otot yang lemah lebih besar dibandingkan dengan dengan perempuan usia lanjut dengan kekuatan otot yang normal. Besamya proporsi kelompok kekuatan otot yang lemah lebih besar pada kelompok usia yang lebih tua. Proporsi status vitamin D berturut-turut dari yang paling besar sampai yang paling kecil adalah normal dan defisiensi vitamin D.

Background
The increase of elderly people in Indonesia with a higher proportion of women impact on the increase of the health problem , especially the falls. One of the falls risk factor that could be intervented is the femoral quadriceps weakness. More commonly vitamin D deficiency may also occur some previous studies on the correlation between falls and vitamin D deficiency showed no significant results and it remains controversial. This study was performed in Indonesia and using a cybex dynamometer. It is a reliable tool to measure the muscle strength and has been validated.
Objective
To investigate correlation between serum vitamin D (25(OH)D) concentration and the femoral quadriceps femoral muscle strength in Indonesia elderly women in nursing homes
Methods
This study was a cross sectional. correlative study and conducted at three nursing. homes in Jakarta and one nursing homes in Bekasi. On January 2005. The subjects were women aged 60 years or above. Those selected study subjects underwent the femoral quadriceps muscle strength examination with cybex dynamometer on speed of 15001second, twice (three repetition with a rest time of 30 second). 25 (OH)D concentration was measured by ELISA.
Results
Out of 67 subjects met the required criteria for this study. Five subjects were discharged when femoral quadriceps muscle strength examinations were performed. The mean age was 71.1 (SD 7.2) years old while the mean serum vitamin D concentration was 6&2 (SD 21.6) nmolIl. Vitamin D deficiency 50 nmolll) was found in 22.6% of subjects. It was also found that the median (minimum-maximum) femoral quadriceps muscle strength was 40.00 (11-116) N.m. Approximately, 82.3% of subjects had muscle weakness overall, there was a correlation between serum 25 (OH)D concentration and femoral quadriceps muscle strength ( r = 0.327; P = 0.009).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58461
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikram Picaso
"Obesitas merupakan suatu trend yang semakin banyak di dunia. Hal ini terjadi karena banyak faktor seperti junk food, globalisasi, dan penurunan aktivitas fisik. Obesitas sendiri merupakan faktor terbesar terjadinya Osteoartritis (OA) lutut. Otot quadriceps adalah salah satu otot yang melindungi sendi lutut. Pasien OA lutut ditemukan memiliki kelemahan otot quadriceps. Hubungan antara obesitas dan OA lutut serta hubungan antara OA lutut dengan kekuatan otot quadriceps sudah banyak diteliti, namun hubungan antara IMT dan kekuatan otot quadriceps masih belum jelas. Penelitian ini diadakan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kekuatan otot quadriceps pada pasien obesitas dengan OA lutut. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional secara analitik. Populasi subjek penelitian merupakan pasien obesitas dengan OA lutut di poli Rehabilitasi Medik RSCM. Data subjek penelitian diambil dari rekam medis elektronik lalu diskrining menggunakan kriteria eligibilitas sehingga didapatkan 18 subjek penelitian berdasarkan jumlah minimum sampel. Analisis data digunakan korelasi spearman di software SPSS. Hubungan dinyatakan bermakna secara statistik apabila p<0.05. Proses analisis data dengan korelasi spearman pada variabel Indeks Massa Tubuh (IMT) dan kekuatan otot quadriceps menghasilkan nilai p<0.05 dengan nilai rho -0,498. Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa terdapat inverse correlation antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan kekuatan otot quadriceps yang bermakna secara statistic, maka semakin besar IMT seseorang, semakin lemah kekuatan otot quadriceps subjek pada populasi pasien obesitas dengan OA lutut.

Obesity is an increasing trend in today’s world. This happens because various factors such as increase in availability of junk food, globalization, and decrease in physical activity. Obesity is one of the biggest risk factor for knee OA. Quadriceps muscle is one of the muscle that protects the knee joint. There is a lot of findings of weakening in quadriceps muscle strength in knee OA patients. There is a lot of evidence for the correlation of obesity and knee OA, there is also a lot of evidence for the correlation of knee OA and quadriceps muscle strength, but there is very little evidence for the correlation between BMI and quadriceps muscle strength. This study is made to find the correlation between BMI and quadriceps muscle strength in obese patients with knee OA. This study has an analytic cross-sectional design. The population of this study’s subject is obese patients with knee OA in the Department of Medical Rehabilitation of dr. Cipto Mangunkusumo Hospital. Subject’s data is acquired through electronic medical records and then screened using a particular eligibility criteria. This study acquired 18 subjects according to the minimum study sample. Data was analysed using spearman correlation in SPSS software. The correlation is stated statistically significant if p<0,05. Data analysis using spearman correlation to search for the correlation between BMI variable and quadriceps muscle strength variable shows a result with p<0.05 and a rho of -0,498. Based on the results of data analysis, it can be concluded that there is an inverse correlation between BMI and quadriceps muscle strength that’s statistically significant. Therefore, in obese patients with knee OA, the higher the BMI means the lower the strength of quadriceps muscle is."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Hardiansyah Safitri
"Stimulus sensorik merupakan salah satu dari intervensi keperawatan komplementer yang membantu mengatasi masalah gangguan kelemahan (hemiparesis). Hipnoterapi merupakan terapi potensial yang menggunakan sugesti positif sebagai input sensoris dalam merangsang pusat somatosensoris untuk perencanaan dan pemrograman gerakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi pengaruh hipnoterapi terhadap peningkatan kekuatan otot dan rentang pergerakan sendi pada ekstermitas. Desain penelitian kuasi-eksperimen dengan pendekatan nonequivalent control group pre?posttest design dengan purposive sampling sebanyak 44 responden. Kelompok kontrol diberikan perlakuan latihan range of motion (ROM) sedangkan kelompok intervensi diberikan latihan ROM dan hipnoterapi.
Terdapat peningkatan kekuatan otot dan rentang pergerakan sendi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi sesudah 10 kali intervensi. Namun analisa lebih lanjut juga terdapat perbedaan yang signifikan diantara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p value < 0,05). Diperlukan penelitian lanjutan dengan homogenitas sampel yang lebih baik dan situasi yang lebih terkontrol.

Sensory stimulus exercise is one of activity in the complementary nursing interventions to overcome weakness (hemiparesis). Hypnotherapy is a potential therapy utilizes art of persuasive communication as the sensory input to provoke the somatosensory center in planning and programming movement.
This study aimed to identify the effect of hypnotherapy to increase muscle strength and range of motion the joints extremity. Quasi-experimental designs with purposive sampling 44 samples. Control group were given range of motion (ROM) exercise and experiment group were given ROM exercise and hypnotherapy.
There were significant effect in both experiment and control group to increase muscle strength and range of motion. Further analysis also getting significant differences between control and experiment group (p value < 0,05). Require further research with better homogeneity sample and more controlled situation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T45499
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Edward E.
"Latihan kekuatan otot non mesin merupakan latihan yang dapat meningkatkan kemampuan fungsional dalam hal ini otot tungkai. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui efek latihan kekuatan otot non mesin selama 10 minggu terhadap kekuatan otot tungkai, daya tahan otot tungkai, kecepatan berjalan dan keseimbangan berjalan sebagai variabel kemampuan fungsional otot. Penelitian ini juga untuk mengetahui apakah latihan kekuatan otot jenis kombinasi weight bearing dan elastic resistance memberikan peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan latihan jenis weight bearing yang dilanjutkan dengan elastic resistance. Metode: Subyek terdiri dari 36 orang karyawan pra usia lanjut (45-56 tahun) sehat tidak terlatih yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok A melakukan latihan jenis kombinasi weight bearing dan elastic resistance sedangkan kelompok B melakukan latihan jenis weight bearing saja dan kemudian dilanjutkan dengan latihan elastic resistance saja. Kedua kelompok tersebut melakukan latihan dengan frekuensi 2-3 xlminggu selama 1 jam dengan intensitas 1-3 setlgerakan dan tiap set terdiri dari 8-12 ulangan/repetisi. Hasil: Hasil menunjukan kedua jenis latihan memberikan peningkatan terhadap kemampuan fungsional otot tungkai (Uji Anova p=0,00), namun jenis kombinasi weight bearing dan elastic resistance memberikan peningkatan yang lebih besar (Uji t p=0,01-0,04). Latihan kekuatan otot tungkai jenis kombinasi weight bearing dan elastic resistance memberikan peningkatan kekuatan otot (59,93%), daya tahan otot (58,42%), kecepatan berjalan (36,88%) dan keseimbangan berjalan (47,12%) sedangkan jenis weight bearing dilanjutkan elastic resistance memberikan peningkatan kekuatan otot (39,66%), daya tahan otot (31,69%), kecepatan bedalan (23,33%) dan keseimbangan berjalan (25,90%). Seluruh variabel kemampuan fungsional tersebut mempunyai korelasi yang kuat satu dengan lainnya (Uji korelasi Pearson p=0,000-0,001). Selain itu melalui kuesioner didapatkan bahwa subyek merasa nyaman dengan latihan jenis kombinasi dan menambah minat mereka terhadap latihan jasmani. Kesimpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa latihan kekuatan otot jenis kombinasi weight bearing dan elastic resistance memberikan peningkatan yang lebih besar terhadap variabel kemampuan fungsional otot pada kelompok karyawan pra usila sehat tidak terlatih.

Non machine muscle strength exercises can be used to increase functional ability, especially the lower limb muscle. Purpose: The purpose of this research was to evaluate the effects of 10 weeks of non machine muscle strength exercises on muscle functional ability. The variables for functional ability will be muscle strength, muscle endurance, speed of walk and balance of walk. And to determine if simultaneously combined weight bearing and elastic resistance exercises will be better than weight bearing followed by elastic resistance exercises on increasing muscle strength. Methods: The subjects were 36 healthy untrained employees aged between 45-56 years. They were divided randomly into 2 groups, groups A and B. Group A was trained with a simultaneous combination of weight bearing and elastic resistance exercises while group B was first trained with weight bearing exercises and then with elastic resistance exercises. Both groups exercised 2-3 times a week for 1 hour with an intensity of 1-3 sets/motion and 8-12 repetitions/set. Results: Results showed both types of exercises increased muscle functional ability (ANOVA test p-0.00), but the simultaneous combination of weight bearing and elastic resistance exercises was better (t test p=O.01-0.04). The simultaneous combination of weight bearing and elastic resistance exercises increased muscle strength (59.93%), muscle endurance (58.42%), speed of walk (36.88%), and balance of walk (47.12%), while the succeeding weight bearing and elastic resistance exercises increased muscle strength (39.66%), muscle endurance (31.69%), speed of walk (23.33%), and balance of walk (25.90%). All muscle functional ability variables were strongly correlated to one other (Pearson correlation test p=0.000-0.001). From the questionnaires given, it was found that the subjects enjoyed the simultaneous combination exercises which increased their motive for physical exercise. Conclusion: It was concluded that muscle strength exercises which simultaneously combined weight bearing with elastic resistance exercises were better in increasing muscle functional ability in healthy untrained young older employees."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18008
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>