Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71466 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sarrah Hasyim Abdullah
"ABSTRAK
Pengembangan empati merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi munculnya masalah perilaku sosial seperti perilaku agresif. Penelitian ini membahas mengenai program intervensi kegiatan bercerita menggunakan puppetry untuk meningkatkan pemahaman empati anak usia 5-6 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas dari kegiatan bercerita dengan menggunakan puppetrydalam meningkatkan pemahaman empati pada anak usia 5-6 tahun. Partisipan pada penelitian ini terdiri dari 11 siswa di PAUD X. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Emosi Dasar-Anak Usia Dini (ED-AUD) yang di adaptasi dari alat ukur Bryant Empathy Scales for Children (Bryant, 1982) dan sistem skoring yang digunakan adalah Empathy Scoring System yang dikembangkan oleh Strayer (1993). Desain penelitian ini adalah One Group Pre-Test-Post Test Design. Kegiatan bercerita dilakukan dengan hand puppet dan stick puppet yang dilakukan selama 5 sesi. Pembuatan cerita dilakukan dengan mempertimbangkan aspek empati mengenai 4 emosi dasar, yaitu senang, marah, sedih, dan takut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan bercerita dengan puppetry secara signifikan dapat meningkatkan pemahaman empati anak usia 5-6 tahun. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan mengukur tingkah laku empati ataupun dengan menggunakan kelompok kontrol.

ABSTRACT
Empathy development is a program that can be done to overcome the emergence of social behavior problems such as aggressive behavior. This study discusses the intervention program of storytelling activities using puppetry to increase empathy understanding of children aged 5-6 years. The purpose of this study is to look at the effectiveness of storytelling activities using puppetry in increasing empathy understanding in children aged 5-6 years. Participants in this study consisted of 11 students in PAUD X. Measuring instruments used in this study were Basic Emotions-Early Childhood (ED-AUD) adapted from the Bryant Empathy Scales for Children (Bryant, 1982) and the scoring system used is the Empathy Scoring System developed by Strayer (1993). The design of this research is One Group Pre-Test-Post Test Design. Storytelling activities were carried out with hand puppets and stick puppets conducted for 5 sessions. The making of the story is done by considering aspects of empathy regarding the 4 basic emotions, which are happy, angry, sad, and afraid. The results showed that storytelling activities with puppetry could significantly increase empathy understanding for children aged 5-6 years. This research can be developed by measuring empathy behavior or by using a control group."
2019
T55323
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Permata Sari
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji program intervensi dramatic play untuk meningkatkan empati anak usia 5-6 tahun. Desain penelitian ini adalah non-experimental within subject. Pelaksanaan rangkaian aktivitas penelitian dilakukan secara tatap muka di sekolah RA Al Ikhlas Kabupaten Bandung. Penelitian ini melibatkan guru sebagai fasilitator yang menyampaikan rangkaian aktivitas. Penelitian diawali dengan praintervensi berupa pemberian materi kepada guru terkait empati, dramatic play, dan rancangan intervensi. Partisipan penelitian adalah anak-anak kelas B berusia lima hingga enam tahun (n=5). Alat ukur yang digunakan saat pre-test dan post-test adalah Skala Empati Anak. Hasil analisis statistik Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada skor rata-rata anak pada waktu pre-test (M=7, SD=1.78) dan post-test 1 (M=11.16, SD=0.70) Z=-1.841ᵇ, p>0.05. Angka menunjukkan dramatic play tidak efektif meningkatkan empati anak. Hasil analisis statistik kedua menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada skor rata-rata post-test 1 dan rata-rata post-test 2 (M=11.4, SD=0.89) Z=-1.414ᵇ, p>0.05. Angka menunjukkan dramatic play tidak memberi pengaruh setelah jangka waktu tertentu.

This study aims to examine the intervention program “dramatic play” to improving kindergarten’s empathy. This research design is on-experimental within subject. The implementation of research activities was carried out by face-to-face at RA Al Ikhlas School, Bandung Regency. This study involved the teacher as the person who delivered the activities. This study began with pre-intervention to providing materials for teacher related to empathy, dramatic play, and manual program research. The participants were kindergarten children age 5-6 years old (n=5). The measuring instrument used during pre-test and post-test is Skala Empati Anak. Statistical analysis used Wilcoxon Signed Rank Test showed that there was no significant difference on kindergarten’s emotional understanding mean score in pre-test (M=7, SD=1.78) and post-test 1 (M=11.16, SD=0.70) Z=-1.841ᵇ, p>0.05. It shows that dramatic play is no effective in increasing kindergarten’s emotional understanding. The result of the second statistical analysis show that there was no significant difference in the mean score of post-test 1 and post-test 2 (M=11.4, SD=0.89) Z=-1.414ᵇ, p>0.05. It shows that dramatic play doesn’t take effect certain amount of time."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giyati Retnowati
"ABSTRAK
Kindness merupakan tindakan fisik atau dukungan emosional yang bertujuan untuk membangun atau mempertahankan hubungan dengan orang lain Binfet Gaertner, 2015 . Pembacaan cerita dapat menjadi salah satu cara untuk mengajarkan kindness pada anak melalui perilaku kindness dari tokoh cerita sebagai model. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembacaan buku cerita bergambar dalam meningkatkan kindness pada anak.Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan 31 anak usia 5-6 tahun yang diambil dari Taman Kanak-Kanak di Bandung sebagai partisipan. Intervensi dilakukan dengan pembacaan 8 delapan buku cerita bergambar selama 8 delapan hari. Peningkatan kindness diukur dengan menggunakan alat ukur yang dibuat oleh peneliti, berupa sembilan kartu berwarna yang menggambarkan perilaku kindness serta dengan melakukan pengamatan melalui pohon kebaikan dan lembar observasi yang diisi oleh guru.Analisis data penelitian dengan menggunakan uji beda Wilcoxon signed-rank test menunjukkan perbedaan nilai rata-rata kindness yang signifikan p

ABSTRACT
Kindness is a physical act or emotional support aimed to build or maintain relationships with others Binfet Gaertner, 2015 . Storytelling can be one way of teaching kindness to children, through the kindness of a character rsquo s behavior as a model. This study aimed to determine the effectiveness of picture storybook reading to increase kindness in children.This study involving 31 children aged 5 6 years taken from Kindergarten in Bandung as participants. The intervention is done by reading 8 eight picture books for 8 eight days. Increased kindness is measured using a measurement instrument created by the researcher, in the form of nine colored cards that describe the behavior of kindness. Measurement also done by making observations through the ldquo kindness tree rdquo and observation sheets filled out by the teacher.Data analysis using Wilcoxon Signed rank test shows a significant difference on average score of kindness p"
2016
T46989
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuanakotta, Melissa
"ABSTRAK
Pada masyarakat modern sekarang ini, termasuk di Indonesia, sedang terjadi krisis lingkungan hidup. Krisis tersebut bisa diatasi dengan mengubah perilaku dan cara pandang manusia terhadap alam secara mendasar dengan melakukan intervensi kepada masyarakat sedini mungkin. Mendongeng dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman anak tentang respek kepada lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas mendongeng untuk meningatkan pemahaman respek kepada lingkungan pada anak usia 5-6 tahun. Penelitian ini melibatkan 31 partisipan dari TK Negeri Pembina, Kuningan. Intervensi dilakukan dengan membacakan empat dongeng selama empat hari. Pemahaman respek kepada lingkungan diukur dengan menggunakan alat ukur yang dibuat peneliti, berupa enam ilustrasi yang menggambarkan perilaku respek kepada lingkungan. Dari hasil analisis statistik Wilcoxon signed-rank test menunjukkan perbedaan nilai rata-rata respek kepada lingkungan yang signifikan p

ABSTRACT
In today 39 s modern society, including in Indonesia, there is an environmental crisis. This environmental crisis can be overcome by changing people 39 s behavior and perspective by intervening to the community as early as possible. Storytelling can be one way to increase children 39 s understanding about respect for nature. This study aims to knowing the effectiveness of storytelling to increase understanding of respect for nature in children aged 5 6 years. This study involving 31 children from TK Negeri Pembina, Kuningan, as participants. Intervention is done by reading four tales in four days. Understanding of respect for nature is measured using a measurement tool created by the researcher, in the form of six illustrations that depicting the behavior of respect for nature. The statistic analysis using Wilcoxon signed rank test showed the difference of mean value of respect for nature understanding is significant p "
2018
T50888
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dias Amartiwi Putri Gavinta
"Perilaku agresif sering ditemui pada anak-anak. Anak-anak yang berperilaku agresif cenderung memiliki empati yang rendah, sebab anak yang memiliki empati akan lebih memahami dan peduli pada orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas bercerita dengan boneka tangan dalam meningkatkan empati pada anak usia 4-6 tahun. Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan 11 anak usia 4-6 tahun dari TPA di Bekasi sebagai partisipan. Intervensi dilakukan dengan bercerita dengan boneka tangan. Terdapat 4 skrip buku cerita yang menjadi acuan selama bercerita. Intervensi dilakukan selama 4 (empat) hari. Peningkatan empati diukur dengan menggunakan alat ukur Empathy Scale for Children (ESC), berupa 12 kartu bergambar dengan cerita singkat yang terdiri dari 3 cerita bergambar untuk masing-masing emosi, yaitu emosi senang, sedih, marah, dan takut. Analisis data penelitian menggunakan uji beda Wilcoxon signed-rank test menunjukkan perbedaan nilai rata-rata empati yang signifikan (p < 0.05) antara sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bercerita dengan boneka tangan efektif dalam meningkatkan empati pada anak usia 4-6 tahun. Post-test kedua yang dilakukan dua minggu setelah intervensi menunjukkan terjadinya peningkatan skor empati yang signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa efektivitas bercerita dengan boneka tangan dalam meningkatkan empati pada anak usia 4-6 tahun masih menetap setelah dua minggu diberikannya intervensi.

Aggressive behavior is often found in children. Children who behave aggressively tend to have low empathy, because children who have empathy will understand and care more about others. This study aims to determine the effectiveness of storytelling using hand puppets in increasing empathy in children aged 4-6 years. This research was conducted by involving 11 children aged 4-6 years from TPA in Bekasi as participants. The intervention was done by telling stories using hand puppets. There are 4 storybook scripts that the researcher will use as a reference during storytelling. The intervention will be carried out for 4 (four) days. Increased empathy was measured using the Empathy Scale for Children (ESC), in the form of 12 picture cards with short stories, each of which consists of 3 picture stories for each emotion, happy, sad, angry, and afraid. Analysis of research data using the different Wilcoxon signed-rank test showed a significant difference in the mean value of empathy (p < 0.05) between before and after the intervention. The results showed that storytelling with hand puppets was effective in increasing empathy in children aged 4-6 years. Post-test 2 conducted two weeks after the intervention showed a significant increase in empathy scores, so it can be said that the way of storytelling with hand puppets increases empathy in children aged 4-6 years persisted after two weeks of receiving the intervention."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Korifanny Petrisia
"ABSTRAK
Meningkatnya jumlah anak-anak sebagai pelaku beberapa tindak kejahatan memperlihatkan bahwa anak membutuhkan empati sebagai penyangga perilaku. Pemahaman empati akan membantu anak memahami apa yang dirasakan oleh orang lain sehingga akan peka saat melakukan sebuah perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas program pembacaan buku cerita bergambar untuk meningkatkan pemahaman empati anak usia 3-4 tahun. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Empathy Scale for Children ESC . Disain penelitian ini adalah one group pre-test-post-test design. Metode pembacaan yang digunakan adalah dialogic reading, yang merupakan metode pembacaan cerita interaktif dengan tanya jawab antara pembaca cerita dengan anak. Pembacaan cerita menggunakan 4 buku cerita bergambar yang bercerita mengenai perasaan senang, sedih, marah dan takut. Pembacaan cerita dilakukan selama 4 hari pada TK XY, Kota Payakumbuh, Sumatera Barat dengan total partisipan sebanyak 29. Analisis hasil penelitian menunjukkan bahwa pembacaan buku cerita bergambar dengan dialogic reading secara signifikan meningkatkan pemahaman empati anak usia 3-4 tahun. Untuk penelitian selanjutnya, dapat melakukan checklist perilaku sebelum dan sesudah intervensi atau melakukan pembacaan buku cerita secara individu dengan orang tua atau guru.

ABSTRACT
The increasing number of children as offenders shows that children need empathy as buffer for their behavior. Empathy understanding will help children to have perspectives of what other people feel, hence children will have some consideration before act. The aim of this research is to test the effectiveness of picture storybook with dialogic reading to develop empathy understanding of children age 3 4 years old. The effectiveness of picture storybook with dialogic reading is measured using Empathy Scale for Children ESC . The Research design is one group pre test post test design. This research using dialogic reading as the reading method, which is interactive reading method between the storyteller and children. The storytelling use 4 picture storybooks each about happy, sad, anger and scare that conducted for 4 days at XY Kindergarten, Payakumbuh, West Sumatra. The statistical results demonstrate that there is significant difference at children rsquo s empathy understanding score before and after the book reading. For further research, can do the behavior checklist before and after the intervention or do one to one book reading with teacher or parent."
2017
T49688
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rana Dwinadia
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji program intervensi “Three in One” melalui metode storytelling sebagai sarana mengembangkan kemampuan regulasi emosi anak TK (usia 5-6 tahun). Desain penelitian menggunakan the one group pretest-posttest design. Pelaksanaan dilakukan secara daring yang melibatkan peran guru kelas TK B sebagai asisten peneliti yang akan membacakan buku cerita bergambar. Penelitian dimulai dengan training for trainers pada guru sebelum melakukan storytelling dalam program intervensi “Three in One” kepada partisipan penelitian. Partisipan penelitian adalah anak-anak kelas TK B yang berusia lima hingga enam tahun (n= 7). Alat ukur yang digunakan untuk menilai perkembangan regulasi emosi anak saat pretest, posttest, dan follow up adalah The Emotion Regulation Checklist (ERC). Hasil analisis statistik Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada skor rata-rata kemampuan regulasi emosi anak TK pada waktu pretest (M = 43,29, SD = 1,32) dan posttest (M = 41,64, SD = 3,25) Z = 0,000, p >0,05. Akan tetapi ada perbedaan yang signifikan pada skor rata-rata kemampuan regulasi emosi anak TK pada waktu posttest (M = 41,64, SD = 3,25) dengan follow up (M = 34,64, SD = 1,65) Z = 2,37, p <0,05. Kesimpulannya adalah meskipun program intervensi “Three in One” melalui metode storytelling tidak efektif dalam mengembangkan kemampuan regulasi emosi anak TK (usia 5-6 tahun), namun pengembangan kemampuan regulasi emosi memerlukan waktu yang tidak hanya melibatkan peran guru di sekolah saja, tetapi juga membutuhkan peran orang tua di rumah.

This aim of this study is examine the intervention program “Three in One” using storytelling method to develop kindergarten’s emotion regulation, aged five to six years old. The design is the one-group pre test-post test design. This research did by online administration which involved kindergarten’s teacher from class B as researcher assistant, who read picture books. First, this research was started by training for trainers to teacher before did a storytelling in intervention program “Three in One” to the participants. The participants were kindergartens in class B which is five to six years old (n=7). The instrument which was used to rate the kindergarten’s emotion regulation development in pre-test, post-test, and follow up is The Emotion Regulation Checklist (ERC). Statistical analysis used Wilcoxon Signed Rank Test showed that no significant differences on kindergarten’s emotion regulation mean scores in pre-test (M = 43,29, SD = 1,32) and post-test (M = 41,64, SD = 3,25) Z = 0,000, p >0,05. But, it showed significant differences on kindergarten’s emotion regulation mean scores in post-test (M = 15,86, SD = 3,25) and follow up (M = 34,64, SD = 1,65) Z = 2,37, p <0,05. The conclusion is even though intervention program “Three in One” using storytelling method is not effective to develop kindergarten’s emotion regulation aged 5-6 years old, the development emotion regulation need much time which wasn’t involved only by teacher’s role at school, but also need the parents’ role at home."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shani Safarah Rohmah
"Tingginya angka perundungan di usia anak-anak memperlihatkan bahwa anak-anak perlu dilatih untuk berempati sejak dini. Empati membuat anak lebih peka dengan lingkungannya dan mempertimbangkan orang lain dalam berperilaku. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas kegiatan sosiodrama dalam meningkatkan empati
anak berusia 5-7 tahun. Alat ukur empati yang digunakan dalam penelitian ini merupakan adapatasi dari Bryants Empathy Index for Children dengan skala yang merupakan
adaptasi dari The empathy continuum: Integrated emotional-cognitive scoring system. Desain penelitian ini adalah within subject experimental design, yaitu mengukur empati anak sebelum dan sesudah kegiatan sosiodrama. Kegiatan sosiodrama merupakan aktivitas bermain peran secara berkelompok dengan muatan situasi sosial tertentu.
Kegiatan sosiodrama dalam penelitian ini menggunakan 3 situasi sosial dengan masingmasing menekankan emosi sedih, marah, dan takut. Penelitian ini dilakukan di sebuah sekolah di Kota Cilegon, Banten selama tiga pekan dan melibatkan 30 orang partisipan. Analisis hasil penelitian menggunakan teknik Wilcoxons signed rank test menunjukkan bahwa kegiatan sosiodrama meningkatkan empati anak berusia 5-7 tahun secara signifikan (Z = -4,35, p = ,000). Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisir pada populasi yang lebih besar karena keterbatasan jumlah partisipan. Selain itu, efek dari kegiatan sosiodrama bertahan setelah tiga minggu tanpa perlakuan. Di sisi lain hal tersebut juga mengindikasikan bahwa empati anak tidak berkembang lebuh lanjut tanpa adanya program pengembangan empati. Dengan demikian, pihak sekolah dan keluarga perlu memiliki program khusus untuk mendorong perkembangan empati anak.

The high rate of bullying among children shows that children need to learn to empathize as early as possible. Empathy makes children more sensitive to their environment and considers others to behave. This study aims to see the effectiveness of socio-drama activities in increasing empathy for children aged 5-7 years. The measuring instrument used in this study is the adaptation of Bryants Empathy Index for Children with a scale that is the result of an adaptation of the empathy continuum: Integrated emotional cognitive scoring system. The design of this study is within-subject experimental design,
which measures the empathy of children before and after socio-drama activities. Sociodrama activity is a role-playing activity in groups with the content of certain social situations. Sociodrama activities in this study used 3 social situations with each stressing the emotions of sadness, anger, and fear. This research was conducted at a school in Cilegon, Banten for three weeks and involved 30 participants. Analysis of Wilcoxons signed rank test technique showed that socio-drama activity significantly increased the empathy of children aged 5-7 years (Z = -4.35, p = .000). Due to limited participants, this result study could not be generalized to a bigger population. Fortunately, the effect of sociodrama activity persisted after three weeks without any treatment. On the other hand, it also indicates that a childs empathy does not develop further without an empathy development program. Therefore, school and parents sould have a special program to foster the childrens empathy development.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T55165
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Addina Ayuningtyas
"ABSTRAK
Kindness menurut Binfet dan Gaertner (dalam Binfet, 2015), yaitu suatu tindakan
mendukung secara emosional atau fisik yang membantu membangun atau
mengurus hubungan dengan orang lain. Penelitian ini berfokus pada pemahaman
kindness dalam menghibur teman, menolong teman, dan berbagi yang dibutuhkan
anak usia 3-5 tahun dalam interaksi sosialnya. Penggunaan boneka tangan dalam
bercerita merupakan cara meningkatkan pemahaman kindness pada anak berusia
3-5 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas program
intervensi bercerita dengan boneka tangan untuk meningkatkan pemahaman
kindness pada anak usia 3-5 tahun. Penelitian ini dilakukan pada 28 partisipan
berusia 3-5 tahun yang berada di salah satu sekolah Jakarta Selatan. Dalam
penelitian ini, digunakan desain one group pre-test post-test design. Pre-test dan
intervensi dilakukan pada hari yang sama. Intervensi bercerita menggunakan
boneka tangan dilakukan selama 3 hari. Analisis data pada penelitian ini
menggunakan Wilcoxon signed-rank test untuk melihat perbedaan hasil skor
antara sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Hasil penelitian menunjukkan
adanya peningkatan skor antara sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi.

ABSTRACT
Kindness, according to Binfet and Gaertner as cited in Binfet (2015), is an
emotional or physical support that helps build or maintain relationships with
others. This study focuses on the understanding of kindness such as comforting
friends, helping friends, and sharing, which children aged 3-5 years need in social
interactions. This study aims to determine the effectiveness of storytelling
intervention program by using hand puppets to improve the understanding of
kindness within children aged 3-5 years. This study was conducted on 28
participants aged 3-5 who go to one of the schools located in South Jakarta. This
study use one group pretest and posttest design. Pretest and intervention was done on
the same day, whereas the intervention lasted for 3 days by hand puppets story telling.
For this study's data analysis, the researcher uses Wilcoxon signed-rank test to see
the difference between the scores before and after intervention. The results
showed the scores have increased after the intervention."
2017
T49204
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kushartanti
"Penelitian ini bertujuan memerikan bentuk-bentuk rangkaian cerita dan memerikan strategi pemertahanan topik yang diungkapkan oleh anak-anak usia prasekolah yang berbahasa Indonesia ketika berinteraksi dengan orang dewasa. Subyek penelitian ini adalah seorang anak laki-laki (usia 4,2) dan seorang anak perernpuan (usia 4,6). Keduanya berasal dari perkawinan antar suku dan dari lingkungan keluarga kelas menengah yang tinggal di Jakarta.
Berdasarkan data, yaitu segmen-segmen percakapan yang memuat cerita, ditemukan adanya bentuk bentuk rangkaian ujaran berupa dialog berimbang, monolog dalam dialog, dan dialog dalam dialog. Berdasarkan isinya, terdapat jenis cerita percakapan tentang dongeng, cerita percakapan tentang pengalaman, dan cerita percakapan tentang bermain pura-pura.
Terungkap pula bahwa anak-anak mampu memisahkan diri mereka sebagai pencerita dan sebagai yang diceritakan. Mereka dapat menjadi pencerita, yang diceritakan, dan bahkan menjadi tokoh dalam cerita yang mereka ungkapkan. Selain itu ditemukan pula adanya aspek-aspek khusus yang menandai setiap ketiga jenis cerita percakapan tersebut. Di dalam cerita percakapan tentang dongeng, kerangka cerita merupakan aspek yang berperan. Di dalam cerita tentang pengalaman, otoritas anak untuk mengembangkan cerita merupakan aspek yang berperan. Adapun di dalam cerita percakapan tentang bermain pura-pura, imajinasi anak memegang peranan.
Anak-anak mempergunakan penanda-penanda kesinambungan topik, pengulanganpengulangan, dan pelesapan-pelesapan untuk mempertahankan topik percakapan. Setiap jenis cerita percakapan mempunyai penanda kesinambungan topik berupa anafora zero (0), pronomina, dan demonstrativa. Persamaan di antara ketiganya adalah pada bentuk anafora zero dan wujud pronomina - nya, Perbedaannya terletak pada wujud-wujud pronomina yang lain dan demonstrativa, serta pada fungsi setiap wujud penanda kesinambungan topik. Di dalam cerita percakapan tentang dongeng dan tentang pengalaman ditemukan dia dan itu, yang tidak muncul dalam cerita percakapan tentang bermain pura-pura Dalam cerita percakapan tentang pengalaman dan tentang berinain pura-pura ditemukan ini, yang tidak ditemukan dalam cerita percakapan tentang dongeng. Penanda kesinambungan topik gini hanya terdapat pada cerita percakapan tentang bermain pura-pura. Setiap pcnanda kesinambungan topik memegang peranan dalam identifikasi topik.
Terungkap pula adanya pergeseran dan peralihan topik-topik dalam cerita percakapan tentang dongeng dan tentang pengalarnan. Pergeseran topik terjadi jika topik-topik itu dikembangkan oleh anak-anak, sedangkan peralihan topik terjadi jika dalam percakapan terjadi peralihan perhatian dari obyek tertentu kepada obyek yang lain. Interupsi, bentuk lain dari peralihan topik, muncul dalam cerita percakapan tentang dongeng. Bentuk ini muncul karena adanya peralihan perhatian sesaat.

The aims of this research are to describe Indonesian preschoolers' forms of story-telling and their strategies on maintaining topics when they interact with an adult. The subjects, a boy (aged 4,2) and a girl (aged 4,6), both speak Indonesian as their first language. They are children from inter ethnic marriages and from middle class families. They live in Jakarta. Based on the data, conversational segments containing stories, there are balanced dialogues, monologue in dialogues, and dialogs in dialogues. The contents of those kinds of dialogue can be distinguished into three kinds of conversational stories: conversational stories of fairy tale, conversational stories of experience, and conversational stories of imaginary play.
The children could make role separations. They could be the teller, or the experience, or even the characters of their fairy tale stories. There are specific aspects which signify each kind of story: children's frame of story awareness plays important role in conversational stories of fairy tale; children's authority in conversational stories of experience; and children's imagination in conversational stories of imaginary play.
Using repetitions, ellipses, and topic continuity markers are the children's strategies to maintain conversational topic. Each topic continuity marker plays important role in topic identification. Each kind of story has zero anaphora, pronouns, and demonstratives. There are zero anaphora and pronoun in each kind of conversational story. The difference is on the forms of other pronouns and demonstratives, and on the function of each topic continuity marker. In conversational stories of fairy tale and of experience there are dia and itu. Those markers are not found in conversational stories of imaginary play. In conversational stories of experience and of imaginary play there is ini, which is not found in the stories of fairy tale ini, a kind of demonstrative, found only in conversational stories of imaginary play.
Topics in conversational stories of fairy tale and of experience can be shifted or changed, since there are objects which can be developed. Topic shift occurs when the children develop an object, whereas topic change occurs when attention changes. A kind of topic change, the interruption, only occurs in conversational stories of fairy tale when a temporary change of attention happens."
2000
T3681
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>