Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 67730 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Leonie Paula
"ABSTRAK
Tulisan ini disusun untuk menganalisis media misogyny dalam pemberitaan Prostitusi VA oleh Kompas.com. Penelitian ini menggunakan teknik analisis wacana kritis Sara Mills. Data pada penelitian bersumber dari 14 berita yang terdapat dalam kanal News Kompas.com. Media misogyny pada penelitian ini menggunakan kategori dari Buiten & Salo, yakni Obscuring The Role of Perpetrators, Figuring Gender Based Violence as part of a normal Society, dan Denying Male Agency in Gender Based Violence. Penelitian ini membuktikan bahwa kompas.com sebagai media misogyny dengan mengaburkan prostitusi sebagai kekerasan seksual dan perempuan dipandang sebagai pelanggar moral yang mengancam moral masyarakat.

This work is structured analyze media misogyny in VAs coverage by Kompas.com. This study uses critical discourse analysis by Sara Mills. The data in this study were collected from 14 news in News Kompas.com. Media misogyny in this study use category from Buiten & Salo, Obscuring The Role of Perpetrators, Figuring Gender Based Violence as part of a normal Society, dan Denying Male Agency in Gender Based Violence. This study proves that Kompas.com as a media misogyny by obscuring prostitution as a sexual violence and women as moral offender that threat moral in society"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Paska Lia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap representasi sosial yang dominan dan perubahan dari tahun ke tahun tentang disabilitas dalam pemberitaan di media Kompas.com dan Detik.com. Paradigma dalam penelitian ini adalah kritis dengan melihat tatanan bahasa dapat membangun ketidakseimbangan dan perbedaan kekuatan sosial. Penelitian ini menerapkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan metode penelitian corpus-assisted discourse study (CADS). Metode ini merupakan gabungan dari corpus linguistic dan analisis wacana kritis yang memanfaatkan data digital sebagai bagian dari jurnalisme data dengan analisis menggunakan perangkat lunak, serta mengelaborasikannya dengan analisis wacana kritis. Objek penelitian ini yaitu pemberitaan di Kompas.com dan Detik.com sejak 2004 hingga awal 2023 dengan kata kunci pencarian utama "disabilitas", "difabel", "cacat", dan "tuna". Hasil penelitian mengungkap terdapat empat representasi sosial yang dominan dalam pemberitaan tentang disabilitas. Pertama, disabilitas dipandang sebagai kelompok yang membebankan masyarakat dan pemerintah, sehingga layak memperoleh bantuan. Kedua, perempuan disabilitas sebagai kelompok yang terdiskriminasi (menjadi korban). Ketiga, representasi disabilitas supercrip dalam konteks paling dominan pada pemberitaan bertema olahraga, pendidikan, dan seni. Keempat, representasi sosial anak-anak dengan disabilitas sebagai kelompok lemah. Dari aspek diakronik, belum ada perubahan dalam representasi sosial disabilitas. Namun stigmatisasi dan stereotip disabilitas secara repetitif diberitakan oleh media dari tahun ke tahun.

This research aims to unveil the dominant social representations and their evolution over the years regarding disabilities in the reporting of Kompas.com and Detik.com. The paradigm employed in this research is critical, as it investigates how language structures can foster social imbalances and power disparities. The study utilizes both quantitative and qualitative approaches, employing the corpus-assisted discourse study (CADS) research method. CADS is an amalgamation of corpus linguistics and critical discourse analysis, leveraging digital data as part of data journalism and analyzed through software, while also subjecting it to critical discourse analysis. The research focuses on the reporting on Kompas.com and Detik.com from 2004 to early 2023, using keywords like "disabilities," "differently-abled," "disabled," and "handicap." The research findings reveal four dominant social representations in the reporting on disabilities. First, disabilities are perceived as a burden on both society and the government, thereby justifying the need for assistance. Second, women with disabilities are portrayed as a discriminated group (victims). Third, the supercrip representation of disabilities prevails in reports related to sports, education, and arts. Fourth, there is a social representation of disabled children as a vulnerable group. From a diachronic perspective, there have been no changes in the social representation of disabilities. However, media consistently reports stigmatization and perpetuates stereotypes of disabilities year after year."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Reza Rizaldy
"Tulisan ini berkontribusi dalam mengkaji moral entrepreneurs di masyarakat, bahwa ada kelompok tertentu berusaha menegaskan nilai moralnya ke masyarakat. Isu mengenai LGBT tahun 2016 sempat menjadi topik utama di media massa. Isu LGBT berakar pada sebuah organisasi intra kampus Support Group and Resource Center Sexual Studeis Universitas Indonesia atau SGRC UI. Salah satu media yang memberitakan secara intens adalah Media X. Media X yang memiliki ideologi dan kepentingan kelompok tertentu berusaha melakukan penegasan moral ke masyarakat. Perannya dalam mengkonstruksi realitas sosial sangat mungkin untuk mendefinisikan kelompok tertentu sebagai penyimpang moral masyarakat. Media X melalui framing berita berusaha memarjinalkan SGRC UI sebagai kelompok menyimpang karena dianggap mengancam nilai moral masyarakat. Untuk memperkuat argumen akan dilakukan analisis framing dari beberapa karya ilmiah lainnya.

This paper contribute for reviewing moral entrepreneurs in society, there are certain groups trying to assert their moral values to the community. The issue of LGBT in 2016 has become a major topic in the mass media. The LGBT issue is rooted in an intra-campus organization of the Support Group and Resource Center of Sexual Studies University of Indonesia or SGRC UI. One of the media that preaches intensely is Media X. Media X has ideology and their own interest where they want to give moral affirmation to the people. Their role in constructing social reality might be define certain groups as a moral deviation of society. Through news framing, Media X trying to marginalize SGRC UI as a deviant group as it is considered threatening moral values of society. To strengthen the argument, this paper will involve framing analysis of several other scientific works."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ursula Toding Allorante
"

Seiring berkembangnya budaya selebriti dan teknologi, fenomena selebriti mikro kini marak dijumpai dalam media baru. Penelitian ini bertujuan untuk membongkar relasi kuasa melalui pencarian bentuk-bentuk komodifikasi oleh selebriti mikro dalam media sosial Instagram. Sesuai bentuk komodifikasi milik Mosco (2009), peneliti melihat praktik tersebut dilanggengkan oleh selebriti mikro dalam media sosial. Penelitian ini menggunakan kacamata kritis, serta mengacu pada semiotika sosial dari Halliday sebagai teknik analisis data. Peneliti menemukan bahwa selebriti mikro menciptakan relasi yang tidak setara melalui penyusunan caption, serta melanggengkan komodifikasi konten melalui konten berbayar dan komodifikasi pengikut. Meskipun identik dengan kebebasan bersuara dan perluasan akses, media sosial tetap sarat akan kepentingan ekonomi dan pemasaran.


Within the development of celebrity culture and technology, the phenomenon of micro celebrities is now prevalent in new media. This study aims to dismantle the power relations through the search for forms of commodification by micro celebrities on social media Instagram. Following Moscos commodification form (2009), researcher see that the practice is perpetuated by micro celebrities in social media. This study uses critical point of view, referring to Hallidays social semiotics as a data analysis technique. Researcher found that micro celebrities create inequality through captions, and perpetuate the commodification of content through paid content and the commodification of followers. Although social media is known for its accessibility and freedom of speech, it remains full of economic and marketing interests.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vashti Trisawati Abhidana
"Dengan berkembangnya media teknologi yang pesat, kehidupan kaum muda di berbagai belahan dunia pun cenderung berubah. Di Indonesia, dengan semakin menjamurnya televisi swasta, profesi pembawa acara (presenter) atau pun video jockey (VJ) juga mulai berkembang pesat. Mereka juga mulai diterpa dengan dunia internet, yang membawa mereka berkelana ke belahan dunia lainnya. Teknologi seakan-akan menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji: Peran teknologi media dalam Budaya Kaum Muda Jakarta Selatan. Ide meneliti masalah ini karena penulis terinspirasi dengan berbagai tulisan kaum muda urban di berbagai media massa lokal maupun internasional, ulasan mengenai "Gaya Jalanan" (Street Style) di Amerika berdasarkan pengamatan dan penelitian oleh Janine Lopian-Misdom dan Joanne De Luca, serta pemildran Marshall McLuhan dalam memandang media dan masyarakat di era globalisasi.
Tujuan penelitian ini adalah, ingin mengetahui budaya kaum muda Jakarta Selatan, pandangan dan pecan teknologi media dalam kehidupan mereka, serta melihat prediksi gaga hidup kaum muda, yang diungkapkan oleh Janine Lopiano-Misdom dan Joanne De Luca telah ditemui pada budaya kaum muda Jakarta Selatan. Untuk kajian pustaka, peneliti mendasari pada pemikiran Marshall McLuhan mengenai "Global Village" dan "Understanding Media", Budaya Cyber, Budaya Populer dan Teknologi buah pikiran John Fiske, James Lull, John V. Pavlik, dan Derrick de Kerckhove, serta konsep Uses and Gratification yang dikemukakan oleh J.G Blumler dan E.Katz.
Metode penelitian dalah kualitatif dengan melakukan Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan di Kafe Regal, Mal Pondok Indah. Satuan Analisis adalah kelompok. Sampel dilakukan secara purposif, yaitu I kelompok pertemanan yang datang ke cafe tersebut dan diajak berdiskusi. Mereka terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan usia 17-25 tahun. Penelitian dilakukan dari Juni sampai dengan Agustus 2000.
Sejumlah pertanyaan didiskusikan dan peneliti mengelompokkannnya pada data: (I) Demografi: Jati diri, pendidikan, penghasilan dan pengeluaran; (2) Sifat kelompok , alasan berkelompok dan hal-hal yang menyatukan mereka dalam kelompok; (3) Dimensi Gaya Hidup sesuai klasifikasi yang dikemukakan David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta. Dalam riset ini, peneliti menambahkan konsep Cool & Funky yang didiskusikan bersama para responden. Hal ini dilakukan, karena kedua konsep ini cenderung telah menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Peneliti berhasil mengumpulkan 8 kelompok pertemanan, terdiri 5 ski 10 orang, dengan karakteristik sbb: (I) Kelompok Konservatif, (2) Kelompok Volta!, (3) Kelompok Felksibel, (4) Kelompok Aspirasi Barat, (5) Kelompok Orientasi Barat, (6) Kelompok Pecinta Alam, (7) Kelompok Eksperimental, dan (8) Kelompok Pecinta Musik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para kaum muda memiliki berbagai karakter individual di dalam I kelompok. Ada diantara kelompok yang diteliti memiliki kesamaan "alasan berkelompok", meskipun "sifat kelompok" mereka berbeda-beda. Opini mereka terhadap kaum muda adalah lebih terbuka, cepat dewasa, ekspresif dan lebih babas. Konsep Cool, menurut mereka adalah orang yang kepribadiannya cuek (acuh), gayanya enak dilihat, tampil apa adanya tanpa harus menarik perhatian orang. Sedangkan funky, lebih kepada penampilan yang aneh ataupun tidak seperti orang pada umumnya. Namun kedua konsep tersebut bagi mereka masih ada kerancuan satu sama lainnnya. Sebagian dari mereka memandang optimis terhadap masa depan dan sebagian lagi pesimis. Tantangan terberat adalah menjelang pasar terbuka dan masa depan negara.
Mereka cenderung mengikuti berbagai isu yang terjadi dalam masyarakat, balk itu sosial, politik, bisnis, ekonomi, budaya dan lingkungan. Media yang mereka pilih untuk mengetahui isu pertama kali bukanlah internet, seperti yang diharapkan peneliti. Untuk isu-isu tertentu seperti sosial, politik, budaya dan lingkungan, televisi menjadi pilihan pertama, namun kecil sekali dibandingkan media cetak. Namun apabila ingin mengetahui isu lebih lanjut, penggunaan internet meningkat, sedangkan televisi menurun. Alasan kuat mereka menggunakan internet karena tidak adanya keberpihakan, meskipun tidak dapat dipercaya sepenuhnya.
Media televisi menurut pendapat mereka cenderung mempengaruhi gaga hid up mereka terutama dalam penampilan dan Tara bicara. Televisi merupakan media yang mampu memberikan hiburan dan informasi. Strategi kaum muda dalam memilih acara televisi masih tetap strategi 'kedalaman', meskipun hanya sebagian saja. I kelompok kadangkala mencari Koran terlebih dahulu. 5 dari 8 kelompok yang diteliti menyatakan acara televisi belum memberikan kepuasan meskipun telah memenuhi kebutuhan mereka.
Penggunaan media internet cenderung masih dalam tahap awareness dan perannya untuk berkomunikasi/chatting dengan teman atau orang baru (hubungan personal) dan mendapatkan informasi terkini. Mereka yang memiliki minat tertentu, cenderung melakukan strategi terbatas, yaitu membuka situs yang diinginkan saja. Sedangkan Permainan video game bukanlah kebutuhan primer, tapi sepenuhnya memberikan kepuasan bila dapat memenangkan/menyelesaikan permainan dan memberikan hiburan (diversion) untuk meluar dari kegiatan sehari-hari mereka.
Dari ketiga teknologi media yang diteliti, televisi merupakan bagian dari kehidupan kaum muda yang tidak dapat dipisahkan, karena sejak kecil televisi menjadi "pengasuh" mereka. Sedangkan internet dan video game, mereka menganggap cenderung belum menjadi bagian kehidupan mereka. Bagi mereka, tidak berinternet atau main video game, kehidupan mereka sebagai anak muda tetap dapat dijalaninya.

The Role of Media Technology in Urban Youth Culture of South Jakarta - A Qualitative Study of Describing The Youth Culture at Pondok Indah Mall and The Relationship with The Media TechnologyWith the rapid development of technology media, the young generation's lifestyle tends to change throughout the world. Since the emergence of private television channels in Indonesia, new profession such as presenters or Video Jockey (VJs) have taken places in the hearts of the young generations. The Internet world also has exposed them to travel the world and have technology as a part of their lives.
This new phenomena have interest me to research: The Role of Media Technology in Youth Culture at South Jakarta. This idea also has been inspired by several articles about the urban youth culture in the local and international media, and "Street Culture" research by Janine Lopiano-Misdom and Joanne De Luca, and Marshall McLuhan's point of views about the media and society in the globalization era.
This research objective is to explore the urban youth culture at South Jakarta, their opinions and the role of media technology towards their lives, and to discover whether there any similar prediction the future youth culture in Jakarta based on Lopiano-Misdom's and Joanne De Luca's point of view. The literatures are based on Marshall McLuhan's standpoint of "Global Village" and "Understanding Media"; the Popular Culture and Technological views by John Fiske, James Lull, John V. Pavlik, and Derrick de Kerckhove, with the Uses and Gratification concepts by J.G. Blumler and E. Katz.
The research method is a qualitative study, by developing Focus Group Discussion at Kale Regal, Pondok Indah Mall. The analysis unit is by groups and the sampling is purposive by taking peer groups who hang-out in this cafe and conduct a full discussion. Each group consists of male and female, between the age from 17 to 25. The research has been held from June to August 2000.
Several questions had been divided into three types of data: (I) Demography: Biodata, education, income and expenditure; (2) Group personal traits, the reason to form a group and attributes which relate between them to be in a one group; (3) Lifestyle Dimension based on David L. Loudon's and Albert J. Della Bitta's indicators. In this research, I add the "Cool" and "Funky" concept. The reason I added this variable because these terms has becomes a part of their lives.
Researcher has managed to gather 8 groups and each group between was between 5 to 8 persons, with the characteristics as follow: (I) Conservative Group, (2) Outspoken Group, (3) Flexible Group, (4) Western Aspiration Group, (5) Western Orientation Group, (6) Nature Lovers Group, (7) Experimental Group, and (8) Music Lovers Group. Among Groups, there are several groups who have the same "reason to be in a group", although "their group's personal traits" are different.
Their opinions about themselves are: young generations are more outspoken and expressive, become mature before time, and more have freedom in a relationship. "Cool" means a person who likes to be him or herself without anything "artificial" personality. He or she has a 'style' that people love to see and be with this individual. He does not need any attention from others_ "Funky" means their looks are awkward, dare to be different but try to the grab people's attention. But they said sometimes they are confused to see the difference between cool and funky. About the future, some say with: Optimistic (37,5%) and pessimistic (37,5%) and the rest has mentioned it depends on this country's situation. They would like to be entrepreneurs in entertainment business, arts, set-up television stations, become film producers, or to be film stars themselves and models.
They tend to be interested in issues, such as social, politic, business, economy, cultural and environment. To become aware on the issues for the first time, they do not use internet. Especially for social, politics, culture and environment issues, they watch television but the percentage is under 50%. if they want to know the further more issues, they browse the internet or watch television. They said the news in the Internet is neutral, although they did not believe in it 100%.
Watching television tends to influence their lifestyle, especially in their looks and conversations. Television provides news and entertainment 4 groups still use "exhaustive" strategy to find TV shows and I group check the newspaper to find the show. Mostly of the groups said that TV shows have not satisfied them although it already provides their needs.
Browsing sites throughout the Internet tend to be in an awareness stage. The roles of browsing in the internees are for chatting with friends or discovering new friends (personal relationship) and get the latest information. If they have any specific interest, they use "restricted" strategy by only browsing limited sites. Playing video games is not a primary needs, but it gives them full satisfactory when they can win or finished the game; provide them some entertainment and filling in their spare times.
From researching three different media technologies, television cannot be separated from their every day life, because since their childhood television has became their baby-sitter. For internet and video games, they tend no to be their lifestyle. For the urban youth culture, living without Internet or video game is not a big deal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T9148
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Agrika Lintang Astuti
"

Menjamurnya kedai kopi baik merek asing maupun lokal menjadikan persaingan usaha penjualan minuman berbahan dasar kopi menjadi hal yang tidak terelakan. Kemajuan teknologi khususnya keberadaan media sosial pada era revolusi industri 4.0 membuat pelaku usaha berlomba-lomba melakukan promosi di media sosial. Seiring semakin ketatnya persaingan usaha antara kedai kopi merek lokal dan asing, analisis media sosial memainkan peranan sangat penting sebagai instrumen dari intelijen kompetitif yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan oleh pelaku usaha. Penelitian ini bertujuan menganalisis peranan media sosial terhadap intelijen kompetitif bagi beberapa merek kedai kopi. penelitian dilakukan terhadap 6 merek kedai kopi: Starbucks Indonesia, Maxx Coffee, Anomali Coffee, Fore Coffee, Kopi Kenangan, dan Kopi Janji Jiwa. Sumber data berasal dari akun Instagram. Metode penelitian yang digunakan adalah crawling menggunakan aplikasi Phlanx dan analisis komentar konsumen lalu mengaitkan intelijen kompetitif dengan teori AIDA model dan marketing mix. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyusunan strategi yang tepat terkait promosi melaui media sosial dibutuhkan oleh pelaku usaha agar dapat bertahan dalam persaingan usaha yang semakin ketat.

 


The rising of coffee shops both foreign and local brands makes business competition of  coffee-based drinks business become inevitable. The presence of social media in the industrial revolution 4.0 era, makes business competition in promoting in social media. As business competition between local and foreign brand coffee shops increasingly tightens, social media analysis plays a very important role as an instrument of competitive intelligence that can be used as a basis for business decision making. This study aims to analyze the role of social media on competitive intelligence for several coffee shop brands, namely Starbucks Indonesia, Maxx Coffee, Anomaly Coffee, Fore Coffee, Kopi Kenangan, and Kopi Janji Jiwa. The data source comes from Instagram account. The research method used is crawling using Phlanx application and analysis of consumer comments and then linking competitive intelligence with the AIDA theory model and marketing mix. The results showed that the preparation of the right strategy related to promotion through social media is needed by business actors in order to survive in increasingly fierce business competition.

 

"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Putri
"Karena meningkatnya kekhawatiran tentang dampak ekologis dan sosial yang berbahaya dari industri fashion, fashion berkelanjutan mengangkat perhatian sebagai model yang mempertimbangkan aspek etika, ekologi, dan sosial. Dengan elektronik dari mulut ke mulut (eWOM) sebagai alat yang ampuh untuk menyebarkan informasi di media sosial, makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara eWOM dan fashion berkelanjutan melalui media sosial. Juga, mengeksplorasi hubungan antara sikap yang dibentuk oleh eWOM dan perilaku pembelian terhadap konsumsi mode berkelanjutan. Menggunakan tinjauan literatur, temuan menunjukkan bahwa eWOM memediasi sikap pelanggan terhadap mode berkelanjutan, namun, sikap ini tidak diterjemahkan ke perilaku yang sesuai karena kesenjangan sikap-perilaku. Tidak ada kesimpulan yang ditemukan mengapa kesenjangan sikap-perilaku ini terjadi karena penelitian sebelumnya percaya bahwa sikap positif mengarah pada perilaku positif. Makalah ini menemukan bahwa pelanggan fashion berkelanjutan memiliki karakteristik psikologis yang berbeda dan oleh karena itu peneliti harus mengelompokkan mereka untuk mendapatkan studi menyeluruh tentang pemahaman perilaku mereka. Segmentasi pelanggan pada keberlanjutan menghasilkan hasil yang berbeda. Keterbatasan dalam penulisan ini adalah pengumpulan datanya mengandalkan data sekunder, disarankan untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan dual metode pengumpulan data dari sumber primer dan sekunder untuk mendapatkan studi yang lebih kaya.

Because of the rising concern about the harmful ecological and social impact of the fashion industry, sustainable fashion raises attention as a model that considers the ethical, ecological, and social aspects. With electronic word-of-mouth (eWOM) as a powerful tool to disperse information on social media, this paper aims to explore the relationship between eWOM and sustainable fashion through social media. Also, explore the relationship between attitude formed by eWOM and purchasing behavior toward sustainable fashion consumption. Using the literature review, the finding shows that eWOM mediates customers’ attitudes toward sustainable fashion, however, this attitude doesn’t translate to a corresponding behavior because of the attitude-behavior gap. No conclusion was found on why this attitude-behavior gap occurred because a prior study believes that a positive attitude leads to positive behavior. This paper found that sustainable fashion customers have different psychological characteristics and therefore researchers should segment them to obtain a thorough study on understanding their behavior. Segmentation of customers on sustainability yields different results. The limitation of this paper is that the data gathering relies on secondary data, it’s recommended that future research can do a dual method of gathering data from primary and secondary resources to get a richer study."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Febbiyanti Satyabudhi
"Program televisi berkontribusi dalam memberikan penggambaran terkait segala aspek realitas mengenai suatu ruang. Pada program Indonesia Bagus Episode Kehidupan di Atas Rawa, semua penggambaran terkait kehidupan pada Rawa Paminggir didasarkan pada persepsi pembuat dan masyarakat dalam mempersepsikan Rawa Paminggir sebagai suatu entitas ruang menggunakan metode hermeneutika. Fokus dalam penelitian ini menggunakan konsep representational of space yang mana ruang dinyatakan sebagai sesuatu yang ‘dibayangkan’ hasil ciptaan kelompok dominan. Melalui konsep representational of space, sebuah media dalam bentuk program televisi dianggap mampu menciptakan suatu citra ruang yang terbentuk oleh persepsi atau bayangan dan imajinasi si pembuatnya.. Konteks besar penelitian ini adalah mata pencaharian masyarakat.
Hasil intepretasi dalam Program Indonesia Bagus Episode Kehidupan di Atas Rawa menghasilkan 6 nilai lanskap yang tersebar di tujuh tempat pada Desa Bararawa dan Desa Sapala. 6 nilai lanskap tersebut diantaranya nilai kebudayaan, nilai rekreasi, nilai sosial, nilai subsisten, nilai ekonomi, dan nilai lingkungan. Nilai kebudayaan tersebar di seluruh elemen intangible dan tangible. Nilai rekreasi dan nilai sosial muncul di elemen intangible seperti pacuan kerbau, dan sebagian elemen tangible yakni kalang & tempat penumbuk purun. Nilai subsisten tersebar di seluruh elemen vernakular. Nilai ekonomi muncul sebagian besar pada elemen vernakular seperti sungai & rawa, padang purun, dan hutan dan sebagian pada elemen tangible yakni kalang. Nilai lingkungan muncul pada sebagian elemen vernakular yakni padang purun, sungai & rawa serta hutan. Identitas Rawa Paminggir dalam konteks nilai lanskap dimaknai sebagai suatu tempat menyambung hidup yang sarat tradisi, unik dan menarik, memiliki sumber daya yang makmur, namun secara bersamaan juga terbatas karena sifatnya yang rentan.

Television program can contribute to create an image of the space. In Indonesia Bagus Program Episode Kehidupan di Atas Rawa. All the image of the space related Rawa Paminggir’s livelihood are formed through author’s perception and people’s perceptions in interpreting Rawa Paminggir as a spatial entity. This research examines how place identity produced through those perceptions use representation of space concept used hermeneutics methods. This research always based on context, which the big context is about livelihoods. Intepretation of the narrations on Indonesia Bagus produced 6 landscape values that spread on 7 segment places in Desa Bararawa and Desa Sapala. There are 6 landscape values, it consists cultural value, recreation value, social value, economic value, subsistent value, and cultural value. Cultural value is spread all over intangible and tangible elements. Recreation value and social value are appearing on intangible element such as kerbau rawa races, and tangible elements such as kalang dan tempat penumbuk purun. Subsistent value is spread on vernacular elements. Economic value appears on tangible element such as kalang and vernacular elements such as padang purun, forest, river, and swamp. Cultural value appears on vernacular element such as padang purun, river, swamp, and forst. The identity of Rawa Paminggir produced based on those values are place to live in, full of tradition, unique, interested, prosperous but at the same time limited because the susceptibility to environments.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Arya Pradana
"Kasus penyalahgunaan narkotika berkaitan erat dengan peredaran gelap sebagai bagian dari dunia tindak pidana internasional. Salah satu kasus penyalahgunaan narkotika yang fenomenal di wilayah hukum Polres Metro Jakarta Barat adalah pengungkapan kasus artis AP dan penelitian ini membahas tentang pemanfaatan Teknologi Sekuriti Informasi dalam pengungkapan kejahatan narkotika artis AP. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan penelitian studi kasus. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pertama, regulasi yang mengatur kaitannya dengan tanaman ganja, ada dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, tanaman ganja dan zat aktifnya lainnya dikelompokkan dalam lampiran Daftar Narkotika Golongan I. kemudian diperbaharui dengan Peraturan Kementerian Kesehatan Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika, tanaman ganja dan zat aktif yang dilarang. Kedua, faktor yang menjadi penghambat pengungkapan penyalahgunaan narkotika oleh tersangka AP, antara lain : 1) Alat komunikasi yang digunakan pelaku menggunakan kode rahasia atau password, sehingga pihak penyidik menemui kesulitan dalam mengambil data-datanya; 2) Pelaku tidak kooperatif dalam memberikan informasi kepada penyidik mengenai jaringan narkobanya. Ketiga, strategi pemanfaatan teknologi sekuriti informasi dalam kejahatan narkotika artis AP oleh Polres Jakarta Barat dilakukan penyidik dengan menggunakan teknologi informasi, dengan melakukan analisa komunikasi media sosial milik tersangka dam nomor telepon seluler milik tersangka yang terdapat dalam database jaringan narkoba oleh Tim Analis Polres Jakarta Barat.

Narcotics abuse cases are closely related to illicit drug trafficking as part of the world of international crimes. One of the most phenomenal narcotics abuse cases occurring in the jurisdiction of West Jakarta Metropolitan Police Resort is the disclosure of the case involving an artist called AP. The research discusses the use of information security technology in uncovering the narcotics crime involving AP. The research employs the qualitative approach using a case study. The results of the research reveal three points. First, the regulations governing the relationship with cannabis plants are stated in Law Number 35/2009 concerning Narcotics. Cannabis plants and other active substances are grouped in the attachment to the Narcotics List Category I. The regulation, then, is updated with the Ministry of Health Regulation Number 13/2014 concerning Changes in Narcotics Classification stating that cannabis plants and other active substances are prohibited. Second, the factors that hinder the disclosure of narcotics abuse involving AP are (i) the communication tool used by the perpetrator uses a secret code or password so that investigators have difficulty in retrieving the data and (ii) perpetrators are not cooperative in providing information to investigators about their drug network. Third, the strategy of using information security technology in uncovering the narcotics crime involving AP is carried out by investigators using information technology by analysing the suspect's social media communications and the suspect's cell phone number contained in the drug network database belongs to the police."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azhura Azliandara
"Sebagai ujung tombak dari pemasaran produk asuransi, agen sebagai tenaga pemasar kerap kali melakukan tindakan misrepresentasi berupa membuat perubahan terhadap ilustrasi produk asuransi, memaparkan pernyataan yang menyesatkan kepada nasabah, dan memberikan perbandingan yang tidak benar terkait dengan dengan polis asuransi jiwa dengan perusahaan asuransi lain. Skripsi ini membahas mengenai sebab dan wujud tindakan misrepresentasi yang dilakukan oleh agen dalam memasarkan produk asuransi dengan manfaat proteksi dan investasi yang memiliki kompleksitas tinggi atau asuransi jiwa unit link. Metode penelitian yang digunakan pada skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif-empiris yang mengimplementasikan pendekatan pada ketentuan normatif berupa undang-undang dan peraturan terkait lainnya dengan menggabungkan unsur empiris berupa fakta-fakta yang dihimpun melalui melalui wawancara yang dilakukan terhadap pihak manajemen perusahaan asuransi, ex-agen asuransi, dan nasabah pengguna produk asuransi jiwa unit link. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah Key Performance Indicator yang tidak menekankan unsur etik dan hanya mementingkan target penjualan yang berpengaruh pada besaran nilai komisi yang disebabkan oleh ketimpangan persentase penerimaan komisi, merupakan faktor utama tindakan misrepresentasi dilakukan. Dengan demikian, walaupun terdapat larangan dan ancaman penjatuhan pidana terhadap agen melalui Undang-Undang Perasuransian, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan, dan peraturan terkait lainnya, tindakan misrepresentasi berpotensi untuk tetap dilakukan apabila perusahaan tidak meninjau kembali kebijakan dan mekanisme kinerja agen dalam memasarkan produk asuransi.

As the spearhead of insurance product marketing, agents as marketers often commit acts of misrepresentation in the form of making changes to insurance product illustrations, presenting misleading statements to customers, and providing untrue comparisons related to life insurance policies with other insurance companies. The purpose of this thesis is to discuss the causes and forms of misrepresentation committed by agents when they market insurance products with protection and investment benefits that are complex like unit-linked life insurance products. The research method used in this thesis is a normative-empirical legal research method that implements an approach to normative provisions in the form of laws and other related regulations by combining empirical elements in the form of facts collected through interviews conducted with insurance company management, ex-agent, and a customer who use unit-linked life insurance products. The results obtained from this research are that Key Performance Indicators that do not emphasize ethical elements and are only concerned with sales targets that affect the amount of commission value caused by inequality in the percentage of commission receipts is the main factor in misrepresentation actions carried out by agents. Thus, although there are prohibitions and threats of criminal sanctions against agents through the Insurance Law, Financial Services Authority Regulations, and other related regulations, acts of misrepresentation have the potential to continue if the company does not review the policies and mechanisms of agent performance in marketing the insurance products."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>