Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130860 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Pusporini
"Studi ini meneliti perilaku pencarian informasi narapidana di Lapas Narkotika Kelas IIA Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan informasi, pencarian informasi dan hambatan yang dialami dalam pencarian informasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi dokumen. Hasil dari penelitian ini adalah narapidana membutuhkan informasi berdasarkan pada kebutuhan fisiologis, afektif, dan kognitif. Sumber informasi berupa perpustakaan, televisi, petugas, mading, SDP, dan narapidana lain. Hambatan yang ditemui berasal dari faktor peran-interpersonal, lingkungan dan karakteristik sumber. 

The focus of this study is information seeking behavior of prisoners in Lapas Narkotika Kelas IIA Jakarta. The purpose of this study is to know information needs, information seeking, and the obstacle they encounter when they seeking information. This study uses qualitative approach with case study method. Data collected from observation, interview and document related. The result of the study is the prisoners need information derives from their physiologis, affective, and cognitive needs. They use library, television, officers, wall magazine, SDP, and other prisoners to acquire the information. The obstacle they experience is from role-related or interpersonal, environments, and source characteristic variables.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riky Novarizala
"Sesuai dengan konsep sistem pemasyarakatan bertujuan menjadikan narapidana sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab agar dapat kembali kemasyarakat dan melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh narapidana, serta merupakan penerapan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tetang Pemasyarakatan, khususnya Pasal 14 mengenai hakhak narapidana, merupakan dasar bahwasanya narapidana harus diperlakukan dengan baik dan manusiawi dalam satu sistem pembinaan yang terpadu.
Sehingga peneliti ingin melihat bagaimana petugas Lapas Kelas IIA Pekanbaru memperlakukan narapidana narkotika dalam konsep pembinaan tersebut, dengan kondisi jumlah narapidana kasus narkotika mendominasi di Lapas Kelas IIA Pekanbaru baik itu dengan kategori bandar dan pengedar narkotika yang perlu ada penanganan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan.
Dalam melakukan penelitian peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, sumber data utama berasal dari informan narapidana narkotika yang sedang menjalani massa pidana di Lapas Kelas IIA Pekanbaru, untuk mengumpulkan data menggunakan teknik observasi, studi pustaka, dan wawancara mendalam. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian mencakup beberapa hal yaitu: pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Hasil penelitian peneliti menemukan Perlakuan terhadap narapidana narkotika dengan kategori bandar dan pengedar di perlakukan sama dengan narapidana kasus kejahatan lainnya baik didalam penempatan dan perlakuan lainnya, tetapi juga dilakukan berbeda pada perawatan kesehatan dimana saat narapidana kategori bandar dan pengedar tersebut mengalami reaksi sakau atau ketagihan di dalam Lapas Kelas IIA Pekanbaru yang merupakan Lapas umum. Narapidana narkotika dengan kategori bandar dan pengedar mengetahui adanya aturan khusus tentang perlakuan narapidana narkotika resiko tinggi meskipun tidak terlaksana di Lapas umum Pekanbaru Riau, sehingga karena itu perilaku narapidana narkotika kategori bandar dan pengedar melakukan kesepakatan-kesepakatan informal dengan petugas Lapas Kelas IIA Pekanbaru dalam mengatasi pemenuhan kebutuhan mereka.

In accordance with the concept of the correctional system aims to make inmates as good citizens and responsible in order to return the society and protect the public against the possibility of repeated criminal acts by inmates, as well as an application of the values contained in Pancasila. Under the provisions Undang-Undang No. 12 of 1995 Correctional neighbors, particularly pasal 14 on the rights of prisoners, is the basis that prisoners should be treated well and humanely in an integrated coaching system.
So the researchers wanted to see how the Lapas Kelas IIA Pekanbaru prison officers treat prisoners narcotics in the coaching concept, the condition number of inmates in prisons narcotics cases dominate both the Lapas Kelas IIA Pekanbaru with status as users, traffickers and drug dealers that there needs to be more comprehensive treatment and sustainable.
In conducting the study researchers used a descriptive method with qualitative approach, the primary data source is derived from narcotics informant inmate who is serving a criminal mob in Lapas Kelas IIA Pekanbaru, to collect data using observation, library research, and in-depth interviews. The method used in the study includes several things: research approach, data collection techniques, and data analysis techniques.
The results of the study researchers found treatment of inmates with drug dealers and traffickers category is treated the same as other crimes inmates both in placement and other treatments, but it is also done differently in the health care category where current inmates and drug dealers are having a reaction sakau or hooked in the Lapas Kelas IIA Pekanbaru which is common prison. Inmates with drug dealers and traffickers categories aware of any specific rules concerning the treatment of prisoners at high risk narcotics although not implemented in the general prison Pekanbaru Riau, so therefore the behavior of inmates category narcotics dealers and dealers do informal agreements with Lapas Kelas IIA Pekanbaru officers in dealing with compliance their needs."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
T41917
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umar
"Rehabilitasi Sosial Kasus Tindak Pidana Narkoba di LAPAS Klas IIA Narkotika Jakarta belum maksimal tidak sebanding dengan kondisi jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang mencapai 3 kali lipat dari kapasitas LAPAS. Rehabilitasi Sosial yang dilaksanakan di LAPAS Klas IIA Narkotika Jakarta dalam penelitian ini adalah Rehabilitasi Sosial Theurapeutic Community (TC) dan Criminon. Penelitian kedua Rehabilitasi Sosial ini apakah dapat ditangani di dalam LAPAS, dapat merubah pola pikir WBP setelah mengikuti rehabilitasi sosial dan dengan perubahan pola pikir ini berdampak terhadap Ketahanan LAPAS. Penelitian dengan locus di LAPAS Klas IIA Narkotika Jakarta ini dengan tujuan untuk mengetahui perubahan pola pikir WBP setelah mengikuti Rehabilitasi Sosial Theurapeutic Community (TC) dan Criminon dalam meningkatkan Ketahanan LAPAS. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif deskriptif dengan teknik penelitian melakukan observasi langsung di LAPAS Klas IIA Narkotika Jakarta, wawancara, dokumen resmi yang tersedia, undang - undang yang berkaitan dengan penelitian dan studi kepustakaan dengan menggunakan dokumen yang ada. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penanganan Rehabilitasi Sosial Theurapeutic Community (TC) dan Criminon di LAPAS Klas IIA Narkotika Jakarta dapat ditangani di dalam LAPAS tetapi belum maksimal karena jumlah WBP yang banyak tidak sebanding dengan jumlah WBP yang ikut Rehabilitasi Sosial dilaksanakan di LAPAS, Rehabilitasi Sosial TC dan Criminon menunjukkan bahwa dapat merubah pola pikir dan perilaku WBP terhadap kehidupan sehari-hari di LAPAS dan pada akhirnya dengan adanya perubahan pola pikir dan perilaku WBP yang mengikuti Rehabilitasi Sosial TC dan Criminon ini dapat berimplikasi terhadap Ketahanan Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS).

Social rehabilitation for narcotics prisoners serving their sentence in the Class IIA Jakarta Narcotics Prison has not been optimal since the number of inmates (Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)) in that correctional facility is 3 times the capacity of the prison. Social rehabilitation programs held in the Class IIA Jakarta Narcotics Prison investigated in this study are Therapeutic Commnunity (TC) and Criminon. The study on the two rehabilitation programs focuses on whether these social rehabilitation programs can be held in the prison and can change the mindset of the inmates who have taken part in the rehabilitation program and whether the change in the mindset has an implication on the resilience of the prison. The location of the research is the Class IIA Jakarta Narcotics Prison and the objective of the research is to find out about the impact of the changes in the mindset of inmates who have taken part in Therapeutic Community (TC) and Criminon programs on the improvement of resilience of the prison. This study used a descriptive qualitative analisys by direct observation technique conducted in the Class IIA Jakarta Narcotics Prison, interview, study of available official documents, laws relating to the research and literature study in examining existing documents. The results of the research show that the treatment in Therapeutic Community (TC) and Criminon in the Class IIA Jakarta Narcotics Prison can be handled in the prison but it is not yet optimal because the proportion of inmates participating in the rehabilitation programs is still very small compared to the total number of inmates in the prison. In addition, the research shows that Therapeutic Community (TC) and Criminon programs can change the mindset and behavior of the inmates in their daily life in the prison and eventually the change in mindset and behavior of these inmates after they participated in Therapeutic Community (TC) and Criminon programs may have an implication on the resilience of the prison.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Kartika Belina
"

Lembaga pemasyarakatan berfungsi sebagai tempat melaksanakan pembinaan narapidana namun faktanya masih banyak permasalahan umum yang kerap terjadi seperti overcapacity, homoseksualitas, lesbian, pertengkaran antar sesama narapidana dan kerusuhan. Sehingga dibentuklah UU No.12 Th.1995 tentang Pemasyarakatan dan dalam Pasal 12 terdapat pengkategorian lapas berdasar usia, gender, masa pidana, kemudian kejahatan yang dilakukan serta kriteria lain yang bertujuan mengurangi masalah yang kerap terjadi di lapas. Maka itu Kementerian Hukum dan HAM telah membentuk Lapas Wanita dan Lapas Anak di Tangerang serta Lapas khusus Lansia di Serang.

Berdasar data Ditjenpas saat ini total napi lansia berjumlah 4.500 orang dan akan terus bertambah sampai dengan tahun 2025 menurut data Menteri Kesehatan. Namun sampai saat ini belum terbentuk pedoman khusus pembinaan untuk narapidana lansia dan masih dalam tahap perbincangan “The Jakarta Rules” dalam Seminar on Treatment Eldery Prisoners beberapa waktu lalu di Jakarta sehingga masih mengacu pada Permenkumham No.32 Th 2018 tentang Perlakuan bagi Tahanan Lanjut Usia. Narapidana lansia lebih rentan dengan berbagai jenis penyakit dan lebih sensitif sehingga membutuhkan perlakuan yang khusus. Maka dari itu penulis bermaksud meneliti sejauh mana pembinaan yang telah dilakukan kepada narapidana dengan kategori usia lanjut di Lapas Serang.

Metode penelitian yang digunakan studi kasus menggunakan kualitatif deskriptif. Selanjutnya guna mengumpulkan data pihak-pihak terkait seperti Kepala Lapas Serang, petugas Lapas Serang,beberapa narapidana lansia,forum pemerhati pemasyarakatan,observasi dan dokumentasi diwawancarai secara mendalam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengacu pada Pasal 3 Permenkumham No 32 Th.2018 perlakuan khusus terhadap napi lansia dilakukan dengan memberikan bantuan akses keadilan, pemulihan dan pengembangan fungsi sosial, pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan dengan menyediakan dokter spesialis, perlindungan keamanan dan keselamatan juga telah dipenuhi bagi narapidana lanjut usia dengan memenuhi hak-hak mereka berdasarkan UU No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia kemudian blok lansia juga direnovasi serta dilengkapi dengan peralatan seperti televisi.


Criminal cases that are rampant in Indonesia, especially Jakarta from year to year have caused an increase in the number of prisoners living in prisons (prisons) resulting in overcapacity in most Indonesian prisons. This triggers problems that commonly occur in prisons such as homosexuality or lesbians, fights between fellow inmates, riots and less than optimal coaching. In addition, The Department of Ministry and Law Human Rights saw vulnerability of female also child prisoners to form prisons specifically for women and children, such as the Tangerang Class IIA Women's Lapas and Tangerang Children's Special Guidance Center with guidance systems based on Law No.12 of 1995 and Bangkok Rules but in fact residents prison is also mostly inhabited by elderly prisoners (elderly) which currently number 4,500 people. Elderly prisoners are actually more susceptible to various types of diseases as well as their psychological state is more sensitive as parents with prisoners over 60 years old but until now there have not been established prisons and specific guidance for guidance for elderly prisoners.

Therefore in addition to the UU No 12 Th 1995 and Permenkumham No.32 th 2018 which existed some time ago the Directorate General of Corrections of the Departments Human Rights also held seminar discussing about formation of Jakarta Rules which was attended by the Department Law and Human Right as well as representatives of other delegations the formation of international agreements as specific guidelines regarding the general standard of treatment of elderly prisoners whose purpose is to increase protection regulations based on the principles of upholding human rights for elderly prisoners. Therefore, by looking at it is still quite rare to discuss the efforts to provide guidance for prisoners with advanced age, the author intends to examine the extent to which guidance has been carried out to elderly prisoners in Serang Prison as a prison appointed to pilot the treatment of elderly participants at Seminar on Treatment. of Eldery Prisoners.

"
2019
T52714
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Rezcky Ramadhan
"Penelitian ini bertujuan untuk membahas bagaimana kebutuhan dan perilaku jurnalis televisi dalam melakukan pencarian informasi sebagai materi utama dalam produksi berita. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi pada 20 April sampai 30 Juni 2021. Informan dalam penelitian ini merupakan jurnalis yang bertugas sebagai produser program berita buletin dan non-buletin (magazine) di Metro TV. Kebutuhan dan perilaku informan dianalisis menggunakan model perilaku pencarian informasi berbasis kompleksitas tugas dari Byström dan Järvelin. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan riset untuk membangun naskah berita beserta dukungan audio visual adalah faktor yang membedakan perilaku pencarian informasi jurnalis televisi dengan jurnalis lainnya. Penugasan dari redaksi mencakup tema dan format berita akan mempengaruhi kompleksitas tugas yang harus diselesaikan. Perilaku pencarian informasi berdasarkan kompleksitas tugas pada produser yang bertugas dalam program buletin dan non-buletin memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Kesimpulannya adalah produser program berita berdasarkan kategori kompleksitas tugasnya adalah tugas keputusan normal dan tugas keputusan asli dengan pengetahuan; kebutuhan informasi diidentifikasi berdasarkan jenis berita dan format yang disajikan; sumber dan saluran informasi yang disadari pertama adalah sumber media online sebagai informasi awal untuk acuan membuat naskah; dan informasi dari sumber yang lebih kompleks dan beragam dapat menggunakan bantuan dari divisi riset dan library. Saran yang diajukan secara umum adalah pelatihan dan praktik di tempat kerja mengenai cara memanfaatkan sumber informasi tertentu secara efisien.

This study aims to discuss television journalists' needs and information searching behavior as the primary material in news production. The research methodology used is a qualitative method with a case study approach. In-depth interviews and observations carried out data collection from April 20 to June 30, 2021. The informants in this study were journalists who served as producers of bulletin and magazine news programs on Metro TV. The needs and behavior of the informants were analyzed using the task complexity-based information-seeking behavior model from Byström and Järvelin. The findings in this study indicate that research activities to build news scripts along with audio-visual support are factors that distinguish television journalists' information-seeking behavior from other journalists. The editor's assignment includes the theme and format of the news will affect the complexity of the task that must be completed. Information-seeking behavior based on task complexity among responsible producers in the bulletin and non-bulletin programs has a significant difference. The conclusion is news program producers based on the complexity category of the task are normal decision tasks, and in known, genuine decision tasks; information needs are identified based on the type of news and the format presented; the first recognized sources and channels of information are online media sources as initial information for reference in making scripts, and information from more complex and diverse sources can use assistance from the research and library divisions. Suggestions put forward, in general, are on-the-job training and practice on how to make efficient use of specific sources of information."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bhakti Satrio Wicaksono
"Dengan kemajuan yang ada saat ini, telah membuat penyebaran informasi berkembang begitu pesat. Kemudahan dalam mengakses informasi didukung oleh kehadiran internet dan pendukung lainnya seperti gawai pintar. Kehadiran informasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat tidak terkecuali untuk informasi yang berkaitan dengan politik. Dengan banyaknya informasi politik yang tersebar di internet, khalayak mempunyai kebebasan dalam menentukan informasi yang ingin mereka konsumsi berdasarkan kebutuhan mereka. Di sisi lain, informasi politik seakan tidak terdistribusi dengan baik kepada masyarakat kalangan bawah seperti asisten rumah tangga. Bercermin pada pemilu 2019 silam, banyak asisten rumah tangga yang memiliki Kartu Tanda Penduduk berbeda dengan domisili mereka bekerja, tidak bisa memberikan suaranya karena tidak mengetahui informasi terkait formulir pindah memilih. Dalih yang digunakan mereka adalah karena tidak mendapatkan informasi untuk melakukan pengurusan formulir pindah memilih. Para asisten rumah tangga pada dasarnya memiliki hak yang sama dalam berdemokrasi, hanya saja dalam praktiknya mereka sering kali apolitik sehingga mengabaikan informasi politik yang tersedia. Dalam tesis ini, saya berusaha untuk melihat bagaimana perilaku pencarian informasi politik yang terjadi di kalangan asisten rumah tangga berdasarkan perilaku pencarian informasi dalam model yang ditawarkan Wilson (2006). Penelitian ini menemukan, bahwa masyarakat kalangan bawah pada dasarnya tidak memiliki kebutuhan akan informasi politik yang mana hal ini kebutuhan akan informasi sangat penting dalam membangun perilaku pencarian informasi. Selain itu, meski mereka tetap menerima informasi terkait politik, namun informasi yang mereka terima tidak utuh dan memiliki pola yang berbeda dengan model Wilson (2006). Hal ini disebabkan, inti dari perilaku pencarian informasi yaitu kebutuhan tidak dimiliki oleh masyarakat kalangan bawah.

With all the advances in this era, the dissemination of information has grown so rapidly. The ease of accessing information is supported by the presence of the internet and other supporters such as smart devices. The presence of information has become a necessaru things by the public, including information that related to politics issue. With so much political information spread on the internet, the public has the freedom to determine the information they want to consume based on their needs. On the other hand, political information does not seem to be well distributed among the lower classes such as household assistants. Reflecting on the 2019 election, many household assistants who have different identity cards from their work’s domicile, cannot join the vote because they do not know the information about how to administer the transfer voting form. The excuse used by them was that they do not have the information to make arrangements for the voting transfer form. Domestic assistants basically have the same rights in democracy, it's just that in practice they are often apolitical, thus ignoring the available political information. In this thesis, I try to see how the political information seeking behavior that occurs among household assistants is based on information seeking behavior in the model offered by Wilson (2006). This study found that the lower class society basically does not have a need for political information, which is “the need” for information is very important in building information seeking behavior. In addition, even though they still receive information related to politics, the information they receive is incomplete and has a different pattern from Wilson's (2006) model. This is because the essence of information-seeking behavior is that the lower class doesn't have a need."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salna Mulyadi Putri
"Artikel ini membahas mengenai perilaku pencarian informasi dewasa awal terkait vaksinasi Covid-19. Penelitian ini akan mengkaji perilaku pencarian informasi dalam memenuhi kebutuhan informasi, khususnya dewasa awal di Perumahan Harapan Pesona. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui gambaran secara rinci perilaku pencarian informasi dewasa awal dalam memenuhi kebutuhan informasi serta pengetahuan mengenai vaksinasi Covid-19. Selain itu, penelitian ini juga ingin mengidentifikasi hambatan yang ditemui dewasa awal saat melakukan pencarian informasi. Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara semi terstruktur dan mendalam secara online. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat kategori perilaku pencarian informasi dewasa awal Perumahan Pesona yaitu perhatian pasif, pencarian pasif, pencarian aktif, dan pencarian berkelanjutan. Namun, terdapat hambatan psikologi yang dialami dewasa awal dalam melakukan pencarian informasi adalah rasa malas dan kesibukan yang membuat stress. Kemudian hambatan lingkungan tempat tinggal yang kurang memberikan sosialisasi dan penyuluhan terkait vaksinasi Covid-19, juga dewasa awal yang kurang mampu menilai keakuratan informasi yang diperoleh.

This article discusses the information seeking behavior of young adulthood related to the COVID-19 vaccination. This study will examine information seeking behavior in meeting information needs, especially young adulthood in Harapan Pesona Housing. The purpose of this study is to describe in detail the information-seeking behavior of young adulthood in meeting the information and knowledge needs of COVID -19 vaccination. In addition, this study also aims to identify the barriers that young adulthood encounter when searching for information. The method in this study uses a qualitative approach with a case study method. Data was collected by means of semistructured and in-depth online interviews. The results of this study indicate that there are four categories of information seeking behavior for young adulthood at Pesona Housing, namely passive attention, passive search, active search, and continuous search. However, there are psychological barriers experienced by young adulthood in searching information, such as a sense of laziness and a stressful busy life. Then the obstacles in the living environment that do not provide socialization and counselling related to COVID-19 vaccination, as well as young adulthood who are less able to assess the accuracy of the information obtained."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Handy Gala Fernando
"Penelitian ini membahas perilaku pencarian informasi Generasi Z mengenai perencanaan
keuangan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perilaku pencarian informasi yang dilakukan
oleh Generasi Z mengenai perencanaan keuangan dan hambatan yang dialami oleh Generasi Z
dalam pencarian informasi perencanaan keuangan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
dengan teknik pengumpulan data melalui kuesioner yang disebar hingga tercapai jumlah 142
orang responden Generasi Z dari berbagai karakteristik sebagai sampel penelitian dalam rentang
waktu 05 Mei 2023 hingga 15 Mei 2023. Data penelitian ini dianalisis persentase Tingkat Capaian
Responden (TCR) menggunakan rumus “Master Scale”. Hasil temuan pada penelitian ini
menunjukkan bahwa Generasi Z memiliki kesadaran dan harapan yang cukup tinggi bahwa
perencanaan keuangan sehingga menstimulus mereka untuk mencari kebutuhan informasi.
Namun, kesulitan dalam memahami istilah perencanaan keuangan dan informasi yang beredar
terlalu banyak sehingga sulit untuk diproses menjadi faktor penghambat. Di sisi lain faktor efikasi
diri pada activating mechanism memiliki peran terhadap kemampuan Generasi Z sehingga mereka
berhasil mengaplikasikan dan membuat perencanaan keuangan. Sedangkan, intervening variabel
mendorong mereka untuk memutuskan mencari informasi perencanaan keuangan. Penggunaan
media digital menjadi pilihan utama karena akses yang mudah. Selain itu, Generasi Z mampu
menyeleksi dan memproses informasi berdasarkan pengetahuan akan keuangan, pendapat, dan
keyakinan yang mereka miliki. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Generasi Z mampu
mengidentifikasi kebutuhan informasi hingga mengaplikasikan informasi perencanaan keuangan
sesuai dengan yang dimodelkan oleh Niedźwiedzka. Intervening variabel dan activating
mechanism memiliki peran dalam proses pencarian informasi perencanaan keuangan.

This research discusses the information seeking behavior of Generation Z on financial planning.
The purpose of this study is to determine the information seeking behavior of Generation Z
regarding financial planning and the barriers experienced by Generation Z in the search for
financial planning information. This research uses quantitative methods with data collection
techniques through questionnaires distributed to reach a total of 142 Generation Z respondents
from various characteristics as research samples within the time span of May 05, 2023 to May
15, 2023. This research data was analyzed by the percentage of Respondent Achievement Rate
(TCR) using "Master Scale". The findings of this study indicate that Generation Z has a fairly
high awareness and expectation that financial planning can provide welfare, thus stimulating
them to identify information needs. However, difficulties in understanding financial planning
terms and too much information circulating that is difficult to process are inhibiting factors. On
the other hand, the self-efficacy factor in the activating mechanism has a role in Generation Z's
ability so that they can successfully apply and make financial planning. Meanwhile, intervening
variables encourage them to decide to look for financial planning information. The use of digital
media is the main choice due to easy access. In addition, Generation Z is able to select and
process information based on their financial knowledge, opinions and beliefs. The conclusion of
this study is that Generation Z is able to identify information needs and apply financial planning
information as modeled by Niedźwiedzka. Intervening variables and activating mechanisms have
a role in the process of searching for financial planning information.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fine Puspa Rumdini
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan informasi siswa SMA Cakra Buana serta perilaku pencarian informasi siswa dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Hasil penelitian ini adalah mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan siswa serta perilaku pencarian informasinya. Siswa SMA dalam memenuhi kebutuhan informasinya menggunakan sumber informasi berupa media elektronik, media cetak dan sumber informasi lainnya.
Penelitian ini menyarankan agar sekolah membantu perpustakaan untuk mendorong siswa untuk menggunakan informasi yang terdapat di perpustakaan dan perpustakaan dapat membuat program yang dapat menarik siswa untuk mengunjungi perpustakaan sekolah.

The purpose of this research is to comprehend information needs and also information-seeking behavior of SMA Cakra Buana students. The approach of this research is qualitative with case study method. Result of this research is to identify the needs of information and also information seeking behavior of the students. To fulfill the needs of information, students are using information resources such as electronic media, printed media and other information resources.
This research would suggest school to help enrich its library in order to encourage students to use information on library as well as making programs that attracted students to visit school library.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamila Iman
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya arus informasi dan kesadaran masyarakat terkait isu kesehatan mental yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami perilaku pencarian informasi Generasi Z mengenai psikopatologi atau yang dikenal sebagai gangguan jiwa. Penelitian ini disusun menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan data yang diperoleh melalui kuesioner. Kuesioner disusun dan disebar secara daring menggunakan teknik accidental sampling dan diisi oleh 124 responden. Penyusunan kuesioner didasarkan pada model Information Behavior oleh T.D. Wilson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi utama dalam melakukan pencarian informasi psikopatologi adalah dipicu oleh rasa ingin tahu dan keinginan untuk mempelajari hal baru. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Instagram merupakan media sosial yang paling sering digunakan untuk mencari dan mendapatkan informasi tersebut. Beberapa alasan mengapa informasi psikopatologi tidak dicari antara lain: tidak/belum merasa perlu melakukan pencarian informasi gangguan jiwa, tidak/belum tertarik dengan informasi gangguan jiwa, tidak/belum siap menerima informasi gangguan jiwa, tidak/belum percaya pada fenomena gangguan jiwa.

This research is motivated by the increasing flow of information and public awareness regarding mental health issues, aiming to understand the information-seeking behaviors of Generation Z concerning psychopathology or mental disorders. The study employs a descriptive quantitative method with data collected through a questionnaire distributed online using accidental sampling techniques, with 124 respondents participating. The questionnaire design is based on T.D. Wilson's Information Behavior model. Findings indicate that the primary motivations for seeking information on psychopathology include curiosity and a desire to learn new things. Moreover, the research highlights Instagram as the most frequently used social media platform for obtaining such information. Reasons why information on psychopathology is not sought include not feeling the need to search for mental disorder information, lack of interest or readiness to accept such information, and disbelief in mental health issues."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>