Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198655 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fransisca Maria Putrini Himawan
"Makalah ini merupakan hasil penelitian mengenai pergeseran makna dan fungsi ritual salah satu tahapan Shang Tou, upacara pernikahan tradisional masyarakat Cina Benteng di Tangerang, Banten. Tulisan ini khususnya membahas tahap pemujaan terhadap sosok Dewa San Jie Gong dalam sembahyang San Jie. Penelitian ini memaparkan tentang (1) prosesi penghormatan San Jie Gong dalam upacara Shang Tou dan (2) makna dan fungsi penghormatan Tian dan San Jie Gong dalam upacara Shang Tou. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa prosesi, makna dan fungsi sembahyang San Jie Gong sudah mengalami perubahan seiring jaman dengan berubahnya aturan-aturan seperti waktu pemujaan, tempat pemujaan dan tahapan lain yang menjadi dipersingkat.

This paper is a result from a research about the meaning and function`s shifting of one from the many steps of Shang Tou, a traditional Benteng Chinese wedding Ceremony in Tangerang, Banten. This paper is focusing on the worship of a deity called San Jie Gong in a San Jie worship ceremony. This research explains about (1) the procession of San Jie Gong`s worship in Shang Tou ceremony and (2) the meaning and function of Tian and San Jie Gong`s worship in Shang Tou ceremony. Based on the research conducted, it is known that as the era progressing, the procession, meaning and function of San Jie Gong worship has shifted with the change of rules such as the time of worship, place of worship and other steps that have been shortened."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Priscylia Siswadie
"Makalah ini akan mengupas upacara makan 'dua-belas mangkok' dalam upacara pernikahan peranakan Tionghoa di Tangerang (Cina Benteng). Dalam penelitian ini akan dipaparkan makna dari makan 'dua-belas mangkok' dalam tata urutan upacara pernikahan masyarakat Cina Benteng dan bagaimana pelaksanaan upacara makan 'dua-belas mangkok' itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menjelaskan apa sebenarnya makna di balik upacara makan 'dua-belas mangkok', apa saja hidangan dalam 'dua-belas mangkok' tersebut, serta bagaimana tata cara upacaranya. Melalui laporan penelitian ini diharapkan masyarakat akan memahami secara mendalam apa makna dari upacara makan 'dua-belas mangkok' di dalam tata upacara pernikahan peranakan Tionghoa di Tangerang (Cina Benteng).

This paper will discuss the eating ritual 'dua-belas mangkok' in the wedding ceremony of Chinese-Indonesian society in Tangerang (Cina Benteng). This research will explain the meaning of eating 'dua-belas mangkok' in the process of Cina Benteng wedding ceremony and how the ritual 'dua-belas mangkok' is implemented. The purpose of this research is to explain the meaning behind eating ritual 'dua-belas mangkok', what are the dishes in the 'dua-belas mangkok' ritual, and how to do the ritual. People are expected to understand deeply the meaning of eating ritual 'dua-belas mangkok' in the process of wedding ceremony of Chinese-Indonesian society in Tangerang (Cina Benteng) through this paper.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Gabrielle Febriansyah
"Masyarakat Cina dipercaya telah melakukan migrasi sejak abad ke-1 Masehi ke seluruh penjuru dunia, tak terkecuali Pulau Jawa. Kedatangan para imigran Cina ke Nusantara menyebabkan terbentuknya suatu kebudayaan baru dalam masyarakat, antara kelompok etnis Cina dengan penduduk lokal. Di Batavia, para imigran Cina yang kebanyakan menghuni perkampungan kawasan Tangerang, kemudian membentuk komunitas yang dikenal dengan nama “Cina Benteng”. Komunitas ini merupakan hasil akulturasi melalui perkawinan antara para imigran etnis Cina dengan penduduk lokal dari etnis Betawi. Salah satu yang menjadi penanda khas masyarakat Cina Benteng adalah Rumah Kawin, sebuah tempat pernikahan yang terus dilestarikan hingga saat ini. Dengan objek penelitian yaitu Rumah Kawin Melati, penelitian ini akan menggunakan metode studi lapangan dan wawancara terhadap beberapa responden keturunan etnis Cina di kawasan Tangerang untuk mengetahui tanggapan mereka terkait eksistensi dari Rumah Kawin.

The Chinese community is believed to have migrated since the 1st century AD to all corners of the world, including Java. The arrival of Chinese immigrants to the Nusantara led to the formation of a new culture in society, between the Chinese ethnic group and the local population. In Batavia, Chinese immigrants who mostly lived in the Tangerang area then formed a community known as "Benteng Chinese". This community is the result of acculturation through marriage between ethnic Chinese immigrants and local residents of the Betawi ethnicity. One of the distinctive markers of the Benteng Chinese community is the Rumah Kawin, a wedding venue that has been preserved to this day. With the object of research, namely Rumah Kawin Melati, this research will use the method of field study and interviews with several respondents of Chinese ethnic descent in the Tangerang area to find out their responses regarding the existence of Rumah Kawin."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Triasuci Putri Ramadhanty
"Makalah ini merupakan hasil penelitian mengenai pernikahan tradisional masyarakat Cina Benteng di Kedaung Wetan, Tangerang yang secara khusus membahas tentang upacara sawer (salah satu dari rangkaian upacara pernikahan tradisional masyarakat Cina Benteng) dan keberadaan pendaringan (tempat menyimpan beras) dalam pernikahan.
Penelitian ini memaparkan (1) tata cara pelaksanaan upacara sawer dan tata letak pendaringan, (2) makna dari upacara sawer dan keberadaan pendaringan, dan (3) perlengkapan yang digunakan beserta maknanya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui upacara sawer dan pendaringan menyiratkan harapan dan juga pesan moral bagi kedua mempelai yang akan menjalani rumah tangga. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah untuk penelitian lanjutan mengenai upacara sawer dan pendaringan dalam pernikahan tradisional masyarakat Cina Benteng, Tangerang.
This paper is a result of a research about the traditional wedding of Cina Benteng community in Kedaung Wetan, Tangerang which specifically discusses about sawer ceremony (one of traditional wedding ceremony series of Cina Benteng community) and the presence of pendaringan (a place to store rice) in the wedding.
This research explains (1) the procedure of sawer ceremony and pendaringan layout, (2) the meaning of the sawer ceremony and the presence of pendaringan, and (3) equipment used and their meanings. Based on research conducted, it is known sawer ceremony and pendaringan express hope and moral message for the bride and groom who will be undergoing households. Hopefully this research is able to give a scientific contribution for further research on sawer ceremony and pendaringan in traditional wedding of Cina Benteng community, Tangerang.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Rifa`ati Hanifah
"Jurnal ini membahas mengenai akulturasi upacara kematian masyarakat Cina Benteng di Tangerang, Banten. Masyarakat Cina Benteng adalah orang-orang keturunan Tionghoa yang tinggal di wilayah Tangerang, Banten. Nama Cina Benteng berasal dari kata ldquo;Benteng rdquo;, nama lama kota Tangerang. Kata ldquo;Benteng rdquo; dalam istilah Cina Benteng mengacu pada Benteng Makassar, yang terletak disisi timur sungai Cisadane.
Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara lengkap bagaimana ritual upacara kematian masyarakat tradisional Tionghoa dan menjelaskan bagaimana ritual upacara kematian masyarakat Cina Benteng yang telah mengalami akulturasi dengan budaya masyarakat setempat di Tangerang, Banten. Selain itu, juga untuk menunjukan bagaimana upacara kematian menjadi salah satu titik temu antara dua budaya yang berbeda dan melihat sejauh mana budaya tradisional masih mempengaruhi budaya yang sudah terakulturasi melalui upacara kematian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa upacara kematian masyarakat Cina Benteng telah terakulturasi dengan budaya upacara kematian masyarakat Non- Cina Benteng di sekitarnya. Oleh karena itu, dalam upacara kematian Cina Benteng terdapat beberapa bagian yang berbeda dari upacara kematian masyarakat tradisional Tionghoa. Upacara kematian masyarakat Cina Benteng lebih sederhana dalam pelaksanaannya. Selain itu, akulturasi kematian masyarakat Cina Benteng terjadi karena adanya pergeseran zaman dan pergeseran budaya.

This journal talks about the acculturation of the death ceremony of Chinese Benteng community in Tangerang, Banten. Chinese Benteng are people of Chinese descentdant who live in Tangerang, Banten. The name of Chinese Benteng comes from the word ldquo;Benteng rdquo; means ldquo;Fort rdquo; , which is the old name of city of Tangerang. The word Benteng in the term of Chinese Benteng refers to Benteng of Makassar Makassar Fort , which lies on the east side of the Cisadane river.
The purpose of this research is to fully describe the death ceremony ritual of the Chinese Traditional community and the death ceremony ritual of Chinese Benteng people that has been acculturated with the culture of the local community in Tangerang, Banten. In addition, it shows how the death ceremony became the point of intersections between two different cultures and to what extent the traditional cultures still affect the culture that has been acculturated through the death ceremony. The method used in this research is qualitative method.
The result of this research shows that the death ceremony of Chinese Benteng community has been acculturated with the death ceremony of Non-Chinese Benteng community in Tangerang. Therefore, the death ceremony of Chinese Benteng is different in some parts from the death ceremony of traditional Chinese community. The death ceremony of the Chinese Benteng community is more simple in its implementation. In addition, the acculturation of death ceremony of Chinese Benteng community also occurred due to the changing of time and culture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Kamelia Dewi
"Ritual Mapag Panganten merupakan salah satu prosesi dalam pernikahan adat Sunda. Sebagai sebuah ritual adat, Mapag Panganten termasuk ke dalam tradisi lisan karena telah diturunkan lebih dari dua generasi, menjadi identitas dari kelompok, dan terus dikembangkan hingga saat ini. Selain sebagai sebuah ritual adat, Mapag Panganten juga menyajikan bobodoran (lucu-lucuan) untuk menghibur para tamu dalam acara pernikahan adat sunda. Dari tradisi ini banyak hal menarik yang ditemukan, salah satunya adalah makna simbolik. Terkait hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan dan mendeskripsikan makna simbolik di dalam ritual Mapag Panganten dalam pernikahan adat Sunda di Dusun Ciseda, Desa Citimun, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan ritual Mapag Panganten yang diadakan pada tanggal 23 Februari 2020 di Dusun Ciseda, Desa Citimun, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat sebagai data penelitian. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif, sedangkan analisis isi dilakukan dengan pendekatan tradisi lisan dan pendekatan semiotik. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, penelitian menghasilkan tiga makna simbolik, yaitu makna religius, makna historis, dan makna estetis. Penelitian ini dapat menjadi kontribusi untuk bahan pengetahuan budaya mengenai makna simbolik dalam Mapag Panganten dari sudut pandang tradisi lisan dengan pendekatan semiotik.

Ritual Mapag Panganten is one of the procession in Sundanese wedding ceremony. As a tradition ritual, Mapag Panganten included in oral tradition because it has been passed down over two generations, became identity to the community, and continues to be developed currently. Beside as a ritual tradition, Mapag Panganten also shows bobodoran to entertain the guests. From this tradition, there are many interesting things, one of them is symbolic meaning. Related to this, the aim of this study is describe the symbolic meaning in ritual Mapag Panganten in Sundanese wedding ceremony in Ciseda Hamlet, Citimun Village, Sumedang District, West Java. The data used is ritual Mapag Panganten that has been held on February 23rd 2020 in Ciseda Hamlet, Citimun Village, Sumedang District, West Java. This research uses qualitative method. Furthermore, this research uses oral tradition approach and semotic approach to analyze the data. The result of this study yields three symbolic meanings, which are religius meaning, historical meaning, and aesthetic meaning. This study can be a contribution to cultural knowledge material about symbolic meaning in Mapag Panganten from oral tradition point of view with semiotic approach."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Susayya Nadhira Sonia
"Topik penelitian ini adalah Upacara Perkawinan Cio Tao di lingkungan komunitas Cina Benteng yang berdomisili di wilayah Tanggerang-Banten. Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang kehidupan komunitas Cina Benteng khususnya yang berkaitan dengan tradisi perkawinan Cio Tao. Penelitian yang dilakukan berlandaskan metode kualitatif, menemukan beberapa fakta menarik, salah satu di antaranya adalah adanya pengaruh budaya lokal dalam upacara perkawinan tersebut. Penemuan itu menunjukkan bahwa telah terjadi akulturasi di antara budaya komunitas Cina Benteng dengan budaya penduduk lokal. Hal itu juga dapat menjadi petunjuk adanya hubungan yang harmonis antara komunitas tersebut dengan penduduk lokal.

This research topic is the Marriage Ceremony Cio Tao in community Cina Benteng whose domiciled in Tangerang, Banten. The purpose of this research is to provide an overview of life of the Cina Benteng community especially that related to the tradition of Cio Tao. The research was based on qualitative methods, found some interesting facts, one of which is the influence of local culture in the marriage ceremony. The finding shows that there has been a cultural acculturation among Cina Benteng community with cultural locals. It can also be indicative of a harmonious relationship between the community and the local population.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadette Chyntia Larasati
"Masyarakat Tionghoa memercayai bahwa shio dapat menentukan nasib seseorang. Banyak orang Tionghoa berharap anak mereka dapat lahir pada tahun naga karena mereka percaya orang bershio naga akan mendapat kemudahan dan keberuntungan dalam hidupnya. Kepercayaan ini memunculkan sebuah fenomena yang dikenal Dragon Baby Boom, yaitu angka kelahiran meningkat pada tahun naga terutama di beberapa negara yang memiliki banyak populasi masyarakat dengan tradisi Cina yang kental. Fenomena ini juga terjadi di masyarakat Tionghoa di Indonesia, tetapi penelitian ini secara khusus memilih masyarakat Cina Benteng sebagai subjek penelitian untuk melihat keunikan dan stigma mengenai Cina Benteng yang dianggap telah meninggalkan tradisi Tionghoa masih memercayai shio sebagai pedoman dalam hidup. Dalam tulisan ini, penulis meninjau kepercayaan masyarakat Cina Benteng terhadap shio dan menemukan bahwa peran keluarga yang masih memegang teguh tradisi, keyakinan baru yang sudah bertentangan dengan tradisi, dan cara berpikir rasional menentukan bagaimana mereka memaknai shio naga.

The Chinese community believes that the zodiac (shio) can determine a person’s destiny. Many Chinese families hope their children are born in the year of dragon, as they believe individuals with the dragon shio are destined for ease and success in life. This belief has led to a phenomenon known as the Dragon Baby Boom, where birth rates increase during the year of the dragon, especially in countries with large populations of Chinese communities deeply rooted in tradition. This phenomenon also occurs among Chinese communities in Indonesia. This study focuses on the Chinese Benteng community to explore their uniqueness and the stigma they face, often seen as having abandoned traditional Chinese customs, yet still adhering to shio beliefs as life guidance. In this article, the author examines the Chinese Benteng community’s belief in the shio and finds that the role of families who uphold traditions, new beliefs that differ from traditions, and rational thinking shapes their views on the dragon shio"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nola Triyanda
"Makalah ini membahas mengenai ritual berkabung dalam upacara kematian masyarakat peranakan Tionghoa di Tangerang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara lengkap apa yang dimaksud dengan ritual berkabung dalam upacara kematian, apa saja yang harus dilakukan saat berkabung dan menjelaskan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk berkabung. Melalui penelitian ini diharapkan masyarakat dapat memahami tata cara ritual berkabung dalam upacara kematian masyarakat peranakan Tionghoa di Tangerang.

This paper discusses the mourning ritual of the funeral ceremony practiced by half-breed Chinese community in Tangerang. This research aims to describe the definition of the mourning ritual of the funeral ceremony; things that are supposed to do when practising it; and tries to explain how long the time takes normally in the mourning period. Upon this research, it is expected that people could better comprehend the etiquette of mourning ritual of the funeral ceremony practiced by the half-breed Chinese community in Tangerang.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Kahfi Ardani
"Topik penelitian ini adalah Festival Pe’cun dalam komunitas Cina Benteng yang berdomisili di wilayah Tangerang, Banten. Penelitian bertujuan untuk menjelaskan sejarah Festival Pe’cun dan manfaat festival ini bagi komunitas Cina Benteng serta bagi hubungan Cina Benteng dengan penduduk lokal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Beberapa hasil analisis yang diperoleh dari penelitian ini adalah Festival Pe’cun merupakan salah satu perayaan hari besar tradisional kaum Tionghoa yang masih dijaga dengan baik hingga saat ini di dalam komunitas Cina Benteng. Perayaan festival ini telah mengalami akulturasi dengan budaya masyarakat setempat seperti Betawi dan Sunda. Akulturasi yang tercipta menunjukkan adanya hubungan yang terjalin harmonis antara komunitas Cina Benteng dengan penduduk lokal. Festival ini juga memiliki manfaat untuk meningkatkan hubungan antara komunitas Cina Benteng dengan penduduk lokal baik dalam aspek budaya, sosial, maupun ekonomi.

The main topic of this research is Dragon Boat Festival as Chinese Benteng Community tradition observation that located in Tangerang, Banten. The purpose of this research is to describe a Dragon Boat Festival history and benefit of Chinese Benteng Community with positive relationship between local and Indo-Chinese. The research’s method is qualitative. According to the conclusion of this research, the author describes that Dragon Boat Festival is one of Chinese celebration day that still exist and annually celebrated in Tangerang. The festival is acculturated naturally with Betawi and Sunda culture. That acculturation describes a positive relationship between local and Indo-Chinese. This acculturation has impact to raise an economic, social, and culture aspect of local and Indo-Chinese.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>