Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183642 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Kristiani Irawaty
"Rasio angka kematian ibu melahirkan di Indonesia masih tinggi. Keluarga Berencana (KB) berkontribusi secara langsung terhadap penurunan rasio angka kematian ibu. Namun, kebutuhan KB yang tidak terpenuhi dan angka penggunaan kontrasepsi cara modern di Indonesia masih stagnan. Belum ada definisi dan pengukuran baku mengenai partisipasi laki-laki dalam KB. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tren partisipasi laki-laki dalam KB di Indonesia pada tahun 2007, 2012 dan 2017 dengan alasannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian potong lintang berdasarkan data pasangan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, 2012 dan 2017. Subyek penelitian adalah pasangan (suami dan istri) yang berhasil diwawancarai dalam SDKI namun mereka menyatakan bahwa istrinya tidak sedang hamil dan menyatakan tidak ingin memiliki anak. Jumlah subyek penelitian sebesar 4.661 pasangan pada tahun 2007, 4.553 pasangan pada tahun 2012 dan 5.117 pasangan pada tahun 2017. Variabel bebas pada penelitian ini adalah sumber informasi KB yang diterima oleh suami baik melalui tenaga kesehatan, tenaga penyuluh KB atau media. Variabel terikat pada penelitian ini adalah partisipasi laki-laki dalam keluarga berencana yang diukur berdasarkan hasil analisis faktor dari pengetahuan suami mengenai kontrasepsi, sikap suami mengenai KB, sikap suami mengenai kontrasepsi, komunikasi pasangan mengenai KB, pengambil keputusan mengenai kontrasepsi, dan penggunaan kontrasepsi. Variabel kontrol adalah karakteristik sosial demografi pasangan. Analisis menggunakan analisis satu arah (oneway) dan analisis varians ganda (multiway Analysis of Variance-ANOVA). Dapat disimpulkan bahwa pemberian informasi secara langsung antara suami dengan tenaga kesehatan dan tenaga penyuluh KB berhubungan secara signifikan dengan partisipasi laki-laki dalam KB. Suami yang mendapat informasi KB dari tenaga penyuluh KB memiliki skor partisipasi yang baik daripada suami yang mendapat informasi dari tenaga kesehatan. Media tidak berhubungan secara signifikan dengan partisipasi laki-laki dalam KB. Disarankan tenaga penyuluh KB maupun tenaga kesehatan memberikan informasi KB secara langsung kepada suami dengan pendekatan yang sensitif jender.

Indonesian Demographic and Health Surveys Indonesia faces huge challenges for reducing maternal mortality ratio. Family planning has direct contribution for reducing maternal mortality ratio. Nevertheless, the unmet need for family planning and contraceptive prevalence rate for modern methods remains stagnan. No universal measurement of male engagement in FP. Hence, the objective of this research is to analyze various factors associated with low male engagement in family planning in Indonesia during 2007, 2012 and 2017. This cross-sectional study utilized a quantitative approach based on couplematched data from 2007, 2012 and 2017 Indonesian Demographic and Health Surveys (IDHS). Research subjects were couples (husbands and wives) who had successfully interviewed by the IDHS but they declared that their wives were not pregnant and they were not want any child. The numbers of research subjects were 4.661 couples in 2007, 4.553 couples in 2012 and 5.117 couples in 2017. The independent variable of this study was source of family planning information received by husbands, either through health workers, family planning field workers or the media (television, radio, newspaper/magazine). This study conducted a factor analysis for reducing a set of complex variables in terms of male engagement in family planning, as the dependent variable of this study, measured by husband's knowledge on contraception, husband's attitude about family planning, husband's attitude about contraception, inter-spousal communication regarding family planning, contraceptive decision-maker, and contraceptive use. The control variable was the socio-demographic characteristics of couples. This research utilized one-way and multi-way Analysis of Variance (ANOVA). The conclusion that family planning field workers and health workers revealed significant association to male engagement into FP. Husbands who received FP information from family planning field worker had higher score of male engagement of FP than husbands who received information from health workers. Media has no correlation with male engagement into FP. Hence, it is recommended that family planning field worker and health workers provide face-to-face counselling of FP to husbands with gender sensitive approach. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
D2737
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ujang Abdul Muis
"Inisiasi menyusui dini dapat mengurangi pemberian makanan prelaktal serta mempromosikan pemberian ASI eksklusif pada pemberian ASI eksklusif selama 4 hingga 6 bulan pertama serta dapat memberikan nutrisi dan kekebalan tubuh kepada bayi. Metode penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dan 2017 dengan tujuan untuk mengetahui kenaikan atau penurunan proporsi serta determinan perilaku pemberian makanan dini di Indonesia.
Hasil penelitian didapatkan bahwa ada peningkatan proporsi pemberian makanan dini di tahun 2017. Pemberian makanan dini lebih dipengaruhi oleh sosial ekonomi, umur ibu, lokasi tempat tinggal, pendidikan ibu, paritas, dan jenis persalinan. Paritas mempengaruhi pemberian makanan dini sebesar 2,06 kali, ibu dengan umur 5-19 tahun lebih berpeluang memberikan makanan dini dibandingkan dengan umur yang lebih tua, semakin rendah tingkat pendidikan, justru semakin berpeluang untuk memberikan makanan dini.
Diharapkan kepada pemerintah agar lebih fokus terhadap faktor pendidikan dan sosial ekonomi dalam mengatasi cakupan pemberian makanan dini ini. Menerapkan serta pelaksanaan PP No. 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Jika diperlukan agar melakukan pemberian sanksi bagi institusi yang tidak melaksanakannya.

Early breastfeeding initiation reduced prelactal food and promotes exclusive breastfeeding, and exclusive breastfeeding during the first of 4 to 6 month provide best nutrition and immunity to the infants. This study used a cross-sectional design using data from the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in 2012 and 2017 with the aim of finding out the determinants of Early Feeding Behavior in Indonesia.
The results showed that there was an increase in the proportion of early feeding in 2017. Early feeding was more influenced by socioeconomic, maternal age, location of residence, mother's education, parity, and type of delivery. Parity affects early feeding of 2.06 times, mothers aged 5-19 years are more likely to provide early food compared to older ages, the lower the level of education, the more likely they are to provide early food.
Expected to the government in order to focus more on educational and socio-economic factors in overcoming the scope of this early feeding. Implement and implement PP No. 33 of 2012 concerning the Provision of Exclusive Breast Milk. If it is necessary to make sanctions for institutions that do not implement it.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52950
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukma Rahayu
"Indonesia masih memiliki tantangan dalam upaya penurunan AKI untuk mencapai target SDGs tahun 2030. Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program yang efektif untuk menurunkan AKI, namun selama satu dekade terakhir program KB mengalami stagnansi. Saat ini, program KB cenderung berfokus pada perempuan dan partisipasi laki-laki dalam keluarga berencana dinilai masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran partisipasi laki-laki dalam keluarga berencana pada tahun 2007, 2012 dan 2017, determinan sosial yang mempengaruhinya serta ketidakmerataan geografis dan sosial ekonomi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi potong lintang dari data pasangan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, 2012 dan 2017. Sampel pada penelitian ini adalah pasangan usia subur (PUS) yang masih dalam status perkawinan dan responden istri sedang tidak hamil. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 5.058 (2007), 5.431 (2012) dan 5.957 (2017) pasangan. Analisis multiway ANOVA dilakukan untuk menilai determinan partisipasi laki-laki dalam keluarga berencana. Berbagai ukuran ketidakmerataan juga digunakan untuk meninjau ketidakmerataan partisipasi laki-laki dalam keluarga berencana dengan bantuan alat ukur Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) yang dikembangkan oleh World Health Organization (WHO). Hasil penelitian adalah terjadi peningkatan partisipasi laki-laki dalam keluarga berencana dalam kurun waktu 2007 – 2017, dari 68.9 hingga 71.2. Jika dilihat dari ketidakmerataan geografis dan sosial ekonomi, terjadi penurunan ketidakmerataan meskipun terdapat beberapa perubahan pola ketidakmerataan pada tempat tinggal (perkotaan vs perdesaan) dan sosial ekonomi. Umur suami, pendidikan suami, tempat tinggal dan paparan KIE KB dari media menjadi determinan sosial yang memiliki pengaruh signifikan terhadap partisipasi laki-laki dalam keluarga berencana. Perlu ada pemanfaatan media sosial atau media massa dengan melakukan kampanye massif terkait peran laki-laki dalam keluarga berencana baik sebagai pengguna maupun pendamping dan agen perubahan.

Indonesia still has challenges in efforts to reduce MMR to achieve the SDGs target in 2030. Family Planning (KB) is one of the effective programs to reduce MMR, but over the past decade the family planning program has stagnated. Currently, family planning programs tend to focus on women and men's participation in family planning is still considered low. The purpose of this study was to find out the male involvement in family planning in 2007, 2012 and 2017, the social determinants that influence it as well as geographical and socioeconomic inequality.
This study uses a quantitative approach with a cross-section study design from the pair data of the Indonesian Health Demographic Survey (IDHS) in 2007, 2012 and 2017. The samples in this study were couples of childbearing age who were still in marital status and respondents wives were not pregnant. The total sample in this study was 5,058 (2007), 5,431 (2012) and 5,957 (2017) couples. ANOVA multiway analysis was performed to assess the determinants of male involvement in family planning. Various measures of inequality are also used to review the unevenness of male participation in family planning with Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) measuring tool developed by the World Health Organization (WHO).
The results of the study were an increase in male participation in family planning in the period 2007 – 2017, from 68.9 to 71.2. There is a decrease in geographical and socioeconomic inequality even though there are some changes in the pattern of inequality in residences (urban vs rural) and socioeconomic. The husband's age, husband's education, place of residence and exposure to family planning promotion from the media are social determinants that have a significant influence on man involvement in family planning. Massive campaigns using social media need to be done to promote the role of men in family planning as active client, companions and agents of change
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Lutfiah
"Partisipasi pria dalam KB masih sangat rendah yaitu 4,7% tahun 2012. Wanita masih sangat dominan dalam pemakaian alat kontrasepsi. Efek samping dari penggunaan beberapa metode kontrasepsi dapat menyebabkan beberapa gangguna, seperti disfungsi seksual dan hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pria kawin usia 15-54 tahun dalam KB di Indonesia tahun 2012, menggunakan design studi cross sectional pada 9260 pria kawin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pria yang berpartisipasi dalam KB adalah pria yang pendidikan tinggi, pengetahuan yang baik mengenai KB, terpapar informasi KB melalui media masa, didukung oleh pasangannya, dan terjadi komunikasi antara pria dengan pasangannya (suami-istri).

Male participation in KB is still low in 2012, taht is 4,7%. Women are still very dominant in the use of contraceptives. The use of multiple methods of contraception may cause some side effects, such as sexual dysfunction and hypertension. This study aims to investigate the characteristics of merried men aged 15-54 years for family planning propram participating in Indonesia at 2012, using cross-sectional study desugn to 9260 married men. The result showed that men who participated in family planning program is a man with heigh education, have a good knowledge about family planning, accessing family planning program from mass media, supported by her partner, and communicating their partner as husband and wife."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53708
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariyanti
"

Abstrak

 

Unmet need KB merupakan kondisi perempuan aktif seksual yang ingin menunda atau membatasi kehamilan tetapi tidak menggunakan kontrasepsi. Penelitian ini mengkaji determinan sosiodemografik unmet need di Indonesia. Pengukuran unmet need menggunakan data SDKI 2017 dengan cara non-kalender yang mendasarkan pada status penggunaan kontrasepsi saat survei (11,7%), sedangkan cara kalender mendasarkan status penggunaan kontrasepsi dalam kurun waktu 69 bulan jelang survei (14,7%). Perbedaan sekitar 3% ini menyangkut tambahan hampir 1,6 juta perempuan berisiko kehamilan tidak diinginkan. Indonesia dengan konteks angka putus pakai kontrasepsi relatif tinggi, pengukuran unmet need KB cara kalender lebih sesuai dibanding cara non-kalender. Penguatan konseling oleh tenaga kesehatan, penataan pola pelayanan KB yang lebih sesuai diperkotaan, pemerataan pelayanan KB di seluruh wilayah Indonesia dan menjangkau masyarakat miskin diharapkan dapat menurunkan unmet need KB.

 


Abstract

 

Unmet need for family planning is a condition of sexually active women who want to delay or limit pregnancy but do not use contraception. This study examines the unmet need for sociodemographic determinants in Indonesia. Unmet need measurement uses IDHS 2017 by the non-calendar method which is based on the contraceptive use status during the survey (11.7%), while the calendar method is based on the status of contraceptive use within 69 months prior to the survey (14.7%). This difference of around 3% concerns the addition of nearly 1.6 million women at risk of unwanted pregnancy. In Indonesia with relatively high contraceptive discontinuation rate, the unmet need for family planning in the calendar method is more appropriate than the non-calendar method. Strengthening counseling by health workers, structuring patern family planning services that are more appropriate in urban areas, equitable distribution of family planning services throughout Indonesia, and reaching the poor are expected to reduce unmet need for family planning. 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risty Ivanti
"Keikutsertaan KB merupakan upaya pengaturan kelahiran yang diharapkan dapat menurunkan laju pertumbuhan penduduk dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Angka kelahiran nasional selama 10 tahun terakhir menunjukkan angka yang stagnan 2,6 dan belum mencapai target nasional 2,1 dengan angka pemakaian kontrasepsi hanya mengalami peningkatan 1 persen di priode yang sama. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder SDKI 2012 yang merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan KB pasangan usia subur.
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor status ekonomi, pendidikan istri, paritas, sumber Informasi KB melalui diskusi, sumber Informasi KB melalui layanan KB dan tokoh masyarakat, dan sumber informasi KB melalui petugas kesehatan berhubungan dengan keikutsertaan KB pasangan usia subur. Adapun faktor yang dominan berhubungan adalah sumber informasi melalui diskusi dengan keluarga/teman/kerabat.
Saran dari studi ini adalah meningkatkan akses informasi KB secara luas, cara dan media yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik daerah dan karakteristik masyarakat di daerah tersebut. Kemudian menumbuhkan semangat melayani peserta KB dengan komunikatif di kalangan petugas kesehatan (bidan, dokter dan perawat) agar dapat meningkatkan pelayanan KB.

The Participation of family planning is an effort of birth control that is expected to reduce population growth rate and increase family welfare. The number of nationality fertility rate for the last 10 years shows is stagnant in 2,6 and not yet achieve national target 2,1 with the contraceptive prevalence rate just increased 1 percent in the same period. This study is a secondary data analysis of Demographic and Health Survey 2012 a quantitative study using cross sectional design. This research to analyze factors related to the family planning participation of reproductive age couple.
The analysis resulted that the factors of economic status, education wife, parity, source of family planning information through discussions, information resource planning services and family planning through community leaders, and family planning resources through health workers associated with family planning participation of reproductive age couple. The dominant factor is associated resources through discussions with family/friends/relatives.
Suggestions of this study is to improve access to family planning information widely, and the way the media is used according to the characteristics of the region and the characteristics of people in the area. Then grow the spirit of serving participant family of planing with good communicative among health care workers (midwives, doctors and nurses) in order to improve family planning services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T38612
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Maylan Tiolina Misrain
"Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi. Laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa semakin rendah kuintil kekayaan (semakin miskin), maka AKB akan semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan mengetahui determinan kematian bayi pada keluarga miskin di Indonesia dalam rangka upaya mencegah kematian bayi pada keluarga miskin dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat perekonomian rendah.
Penelitian ini menggunakan desain studi crossectional dengan populasi penelitian meliputi wanita usia subur 15 - 49 tahun yang berada pada kuintil 1 (poorest) dan kuintil 2 (poorer).
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa determinan kematian bayi pada keluarga miskin di Indonesia adalah berat bayi lahir, jenis kelamin bayi, dan penolong persalinan, sedangkan umur ibu, paritas, jarak kelahiran, jumlah kunjungan pemeriksaan antenatal, ukuran bayi saat lahir, dan tempat persalinan merupakan variabel konfounding.
Pemerintah perlu menyediakan pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau oleh keluarga miskin ataupun mendatangi keluarga miskin untuk melakukan pemeriksaan antenatal. Pengelola program kesehatan perlu mengupayakan program yang membantu ibu miskin memenuhi kecukupan gizi selama mengandung untuk mencegah bayi lahir dengan BBLR; mengintervensi ibu terkait pengaruh jenis kelamin bayi terhadap kematian bayi sehingga dapat dilakukan pencegahan sejak dini; dan menggalakkan program kesehatan yang mengupayakan agar ibu dapat bersalin di fasilitas kesehatan dan ditolong oleh petugas kesehatan.

fant Mortality Rate (IMR) in Indonesia is still relatively high. Reports Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 2012 show that the lower quintiles of wealth (the poor), the IMR will be higher. This study aims to find out the determinants of infant mortality in poor families in Indonesia in an effort to prevent infant mortality in poor family and improve the health of low economic communities.
This study used a cross-sectional study design with the study population includes women of childbearing age 15-49 years who are in quintile 1 (poorest) and quintile 2 (poorer).
Multivariate analysis show that the determinants of infant mortality in poor families in Indonesia were birth weight, infant gender, and assistance of delivery, while maternal age, parity, birth spacing, number of antenatal visits, size of the infant at birth, and place of delivery is the variable konfounding.
The government should provide health care that is easily accessible by poor families or poor families came to do the antenatal care. Health program managers need to pursue programs that help meet the nutritional adequacy poor mothers during pregnancy to prevent infant delivery with low birth weight; mother intervenes related to the influence of the sex of the infant so that the infant mortality can do early prevention; and promote health programs support mothers to delivery at health facility and adelivery by health workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audria Meuthia Basyadi
"Neonatal mortality contributes the highest portion in under-five mortality, globally. Similar pattern also occurred in Indonesia. Additionally, the decreasing rate of neonatal mortality in Indonesia is slower than infant mortality and under-five mortality. In addition to be used as a basis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional(RPJMN) 2020-2024, an understanding of the factors associated with neonatal mortality is important as they may differ from factors that affect infant and/or under-five mortality.
The data used for this study was the 2017 Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS). Respondents of this study include births from ever-married-women, who died during their neonatal period in the past five years preceding the survey.
The results show that opposing trends can be seen in the factors proven to have significance in neonatal death. On one hand, second, third as well as fourth-and-so-on born, low birth weight, neonates with less than 24 months of birth interval compared with preceding birth, neonates with very small birth size, neonates with unemployed fathers, and neonates living in Sumatra, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, and Papua had lower chance of surviving neonatal period. On the other hand, female neonates, neonates with unemployed mothers, and neonates whose mothers working in agricultural sector were more likely to survive neonatal period.
To address these results, provision of reproductive health education, encouragement programs for pregnant women to keep pre-existing medical illness under control and maintain their weight during pregnancy, awareness programs for mothers to take postnatal care, provision of basic education for fathers, law enforcement of more flexible maternity leave, and efforts to strengthen health facilities are needed.

Kematian neonatal memberikan kontributi tertinggi pada kematian balita, secara global. Pola serupa dapat dilihat di Indonesia. Selain itu, penurunan angka kematian neonatal di Indonesia lebih lambat jika dibandingkan dengan penurunan angka kematian bayi and kematian balita. Selain digunakan sebagai dasar dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, pemahaman mengenai faktor-faktor yang terkait dengan kematian neonatal diperlukan karena faktor-faktor tersebut mungkin berbeda dari faktor-faktor yang mempengaruhi kematian bayi dan/atau balita.
Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Responden dari penelitian ini adalah kelahiran dari wanita yang pernah menikah, yang meninggal selama periode neonatal dalam lima tahun terakhir sebelum survei.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tren yang berlawanan dapat dilihat pada faktor-faktor yang terbukti memiliki signifikansi pada kematian neonatal. Di satu sisi, lahir, kedua, ketiga serta keempat dan seterusnya, berat badan lahir rendah, neonatus dengan interval kelahiran kurang dari 24 bulan dibandingkan dengan kelahiran sebelumnya, ukuran kelahiran sangat kecil, neonatus dengan ayah yang menganggur, dan neonatus yang tinggal di Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua memiliki peluang lebih rendah untuk lahir. Di sisi lain, neonatus wanita, neonatus dengan ibu yang menganggur, da neonatus yang ibunya bekerja di sektor pertanian lebih tinggi kemungkinannya untuk selamat pada saat periode neonatal.
Untuk mengatasi hasil-hasil ini, penyediaan pendidikan kesehatan reproduksi, program-program dorongan bagi wanita hamil untuk mengendalikan penyakit medis yang sudah ada sebelumnya dan menjaga berat badan mereka selama kehamilan, program-program kesadaran bagi para ibu untuk mengambil perawatan pascakelahiran, penyediaan pendidikan dasar untuk ayah, penegakan hukum cuti hamil yang lebih fleksibel, dan upaya untuk memperkuat fasilitas kesehatan diperlukan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lhuri Dwianti Rahmartani
"[ABSTRAK
Peningkatan tren praktik hubungan seksual pranikah pada remaja laki-laki di Indonesia tidak
disertai tindakan preventif yang adekuat. Tidak sampai 28% dari mereka yang menggunakan
kondom secara konsisten. Pada populasi remaja umum di Indonesia, sebanyak 30%-nya tidak
tahu bahwa kondom dapat mencegah kehamilan dan 40%-nya tidak tahu kondom dapat
mencegah infeksi menular seksual (IMS). Studi potong lintang dari analisis SDKI 2012 ini
berupaya melihat asosiasi pengetahuan tentang fungsi kondom terhadap penggunaan kondom
pada remaja laki-laki pelaku hubungan seksual pranikah. Hasilnya, setelah memperhitungkan
faktor demografis, pengetahuan kespro, dan perilaku lainnya, penggunaan kondom lebih
tinggi pada responden yang memiliki pengetahuan tentang kedua fungsi kondom (PR 2,38;
95% CI 1,47 ? 3,85) dibandingkan responden yang hanya tahu salah satu fungsi atau tidak
tahu sama sekali.

ABSTRACT
The increasing trend of premarital sex among Indonesian male adolescents is not
accompanied with protective behavior. Less than 28% of sexually-active unmarried male
adolescents use condoms consistently. Approximately, 30% of Indonesian adolescents do not
know that condoms can help prevent pregnancy and 40% of them do not know that condoms
can help prevent sexually transmitted infections (STIs). This cross-sectional study using
IDHS 2012 aims to see whether there is an association between knowledge on condom
functions and condom use, particularly among unmarried male adolescents in Indonesia.
After controlling with other covariates such as demographic, knowledge on reproductive
health, and other behavior indicators, the prevalence of condom use is significantly higher in
respondents who know both functions of condoms, than in respondents who only know either
function or not at all (adjusted PR 2,38; 95% CI 1,47 ? 3,85).;The increasing trend of premarital sex among Indonesian male adolescents is not
accompanied with protective behavior. Less than 28% of sexually-active unmarried male
adolescents use condoms consistently. Approximately, 30% of Indonesian adolescents do not
know that condoms can help prevent pregnancy and 40% of them do not know that condoms
can help prevent sexually transmitted infections (STIs). This cross-sectional study using
IDHS 2012 aims to see whether there is an association between knowledge on condom
functions and condom use, particularly among unmarried male adolescents in Indonesia.
After controlling with other covariates such as demographic, knowledge on reproductive
health, and other behavior indicators, the prevalence of condom use is significantly higher in
respondents who know both functions of condoms, than in respondents who only know either
function or not at all (adjusted PR 2,38; 95% CI 1,47 ? 3,85)., The increasing trend of premarital sex among Indonesian male adolescents is not
accompanied with protective behavior. Less than 28% of sexually-active unmarried male
adolescents use condoms consistently. Approximately, 30% of Indonesian adolescents do not
know that condoms can help prevent pregnancy and 40% of them do not know that condoms
can help prevent sexually transmitted infections (STIs). This cross-sectional study using
IDHS 2012 aims to see whether there is an association between knowledge on condom
functions and condom use, particularly among unmarried male adolescents in Indonesia.
After controlling with other covariates such as demographic, knowledge on reproductive
health, and other behavior indicators, the prevalence of condom use is significantly higher in
respondents who know both functions of condoms, than in respondents who only know either
function or not at all (adjusted PR 2,38; 95% CI 1,47 – 3,85).]"
2015
T43458
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Adya Cahyani
"Inisiasi Menyusui Dini (EBI) di Indonesia, sebagai upaya optimalisasi eksklusif menyusui dan mengurangi kematian neonatal, menunjukkan peningkatan cakupan pada 2017 sebesar 57%. Meskipun demikian, masih ada kesenjangan di beberapa provinsi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasinya di Indonesia. Ini kuantitatif Penelitian dengan desain cross-sectional didasarkan pada data sekunder SDKI pada tahun 2017. The Hasil analisis menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan dengan persalinan normal metode 2,3 kali (95% CI: 1,79 - 2,84; p-value = 0,000) lebih mungkin untuk dilakukan lebih awal inisiasi menyusui dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dengan operasi caesar metode. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>