Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 46339 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Padang Wicaksono
Lembaga Demografi, 2016
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Reynaldi
"Teknologi yang sudah di produksi oleh industri elektronik telah menyediakan konsumen dengan sebuah rasa pemberdayaan, dimana konsumen menginginkan peran yang lebih besar dalam proses pembuatan nilai-nilai melalui penghasilan ide, proses ini bisa disebut juga sebgai inovasi antara produsen dan konsumen, dimana proses ini juga bisa terjadi dalam konteks bisnis yang lainya. Berdasarkan dari riset kecil yang menjelaskan tentang keunggulan dari inovasi antar produsen dan konsumen sebagai wadah yang memperlibatkan konsumen, ilmu ini bisa menjawab pertanyaan dari, apa saja strategi inovasi melalui pendekatan inovasi antar produsen dan konsumen dalam industri elektronik yang membuat keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Maka dari itu, dengan menyediakan konsumen wadah seperti media sosial, dan digabung dengan beberapa area fungsional dalam strategi inovasi perusahaan multi nasional melalui inovasi antar produsen dan konsumen, ilmu ini mengharapkan sebuah produk teknologi yang lebih baik yang mengesahkan hubungan antar sebuah perusahaan dan pelanggan melalui inovasi antar produsen dan konsumen yang akan menghasilkan kesejahteraan perusahaan, karena itu sudah meraih keberlanjutan keunggulan kompetitif secara sukes dan juga menambah kualitas hidup para pelanggan. Dengan terjadinya itu, secara langsung sudah membuat lingkungan yang berkelanjutan untuk para stakeholder dan keunggulan kompetitif berkelanjutan untuk perusahaan.

Technology that has been produced by many consumer technology industry provided consumers with a sense of empowerment, that they desire to play a greater role in the process of value creation through idea generation, this process is referred as co creation and can occur in many contexts of business. Based on the little research that explains the benefit of co creation in consumer trends and today rsquo s technology as engagement platforms such as social media, and other recent technological breakthrough to the firm rsquo s innovation strategy and its capabilities, this study is try to answer the question of, what are the innovation strategies through co creation approach in consumer technology industry that creates sustainable competitive advantage. Thus, by providing the consumers an engagement platform such as social media, and combined it with a number of involved functional areas in firm 39 s innovation strategies through co creation, this study expects that a better technological product that established the relationship between firm and customer through co creation that would result in well being of the firm, because it has successfully achieved sustainable competitive advantage and also enhance the customers quality of life. Thus, create a sustainable environment for stakeholders and sustainable competitive advantage for the firm.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S70006
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Indarti Primora Barlianta
"Perkembangan pola perdagangan internasional yang mengarah kepada globalisasi perdagangan, menuntut setiap negara untuk rneningkatkan daya saing dari produk-produk yang dihasilkannya agar dapat bersaing di pasar international. Dalam upaya membangun industri elektronika nasional, agar mampu menghasilkan produk ?produk berdaya saing tinggi,diperlu kan faktor?faktor pendukung seperti strategi dan kebijakkan yang diambil pemerintah, pelatihan dan pendidikan sumber daya manusia, jaringan pemasaran luar negeri, distribusi dan suplai komponen, pencapaian skala ekonomi dengan tingkat harga dan kualitas yang sesuai standar international, akses terhadap teknologi modern, serta fleksibliitas terhadap perubahan kebutuhan dan teknologi. Untuk hal itu kerja sama dengan mitra asing melalui invet tasi langsung masih sangat diharapkan untuk mengatasi kendala - kendala tersebut, disamping penggunaan merek global untuk mendapatkan citra produk yang berkualitas internasional.
Pada banyak negara, penggunaan proteksi pemberian insentif untuk R&D, pembelian pemerintah, partisipasi langsung dengan menggunakan perusahaan negara dan kontrol terhadap investasi asing banyak digunakan oleh pemerintah untuk mengembangkan industri elektronika. Walaupun upah buruh yang murah masih menjadi faktor andalan untuk menarik arus investasi asing ke Indonesia, namun kelangkaan akan tenaga kerja terampil, kebijakan tarif dan pajak yang belum harmonis, lemahnya dukungan dari industri komponen elektronika dalam negerl yang membuat produk elektro nika Indonesia sangat tergantung pada kompoen Impor menjadi penghalang arus investasi dalam Industri elektronika.
Besarnya investasi, tingginya teknologi yang dlgunakan serta tidak adanya proteksi membuat keengganan melakukan inves tasi dalam industri komponen elektronika. Lemahnya posisi tawar-menawar dari produsen elektronika Indonesia terhadap mitra asiingnya, maslh merupakan faktor kendala dalam meningkatkan kandungan lokal dan produk elektro nika . Walaupun komponen sudah dapat dibuat di Indonesia namun jaminan kualitas komponen masih meragukan pihak pninsipel."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
T2458
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budhi Tjahjono Yuwono
"Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini semakin ke arah globalisasi perdagangan. Produk yang dihasilkan suatu negara tidak hany diperdagangkan di negara tersebut, melainkan diperdagangkan pula di negara lain. Akibatnya orientasi pasar ditujukan ke seluruh dunia. produsen harus menyesuaikan disain produknya agar seseuai dengan kebutuhan global yaitu dengan menciptakan produk yang bersifat universal. Kalaupun harus dilakukan penyesuaian, maka penyesuaian itu kecil dan tidak memerlukan biaya besar.
Tersedianya media komunikasi yang canggih akan mempercepat informasi suatu produk sampai pada calom pembeli. Informasi itu tidak hanya mengenai produk saya, namun juga harga jual di tiap negara. Demikian juga pola permintaan, penawaran, pola penyaluran serta karakteristik pemakai dari suatu produk dapat diketahui dengan cepat.
Faktor-faktor diatas akan mendorong gray marketer untuk melakukan kegiatan bisnisnya. Semua kegiatan yang menyangkur penyaluran suatu produk tanpa melalui saluran distribusi yang resmi, dikenal sebgai kegiatan gray market. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan cara mengimpor dan menjual produk yang sama dari sumber di negara lain, dapat berasal dari produsen maupun distributor resmi, kemudian menjualnya di pasar dalam negeri dengan harga bersaing.
Di samping itu gray market dapat menekan biaya pemasaran dan operasinya dengan memanfaatkan citra produk yang memang sudah dikenal oleh calon pemakainya. Dengan harga bersaing, yaitu sekitar 40% di bawah harga jual resmi, pemakai umumnya berani mengambil resiko dengan mengabaikan pelayanan purna jualnya yang mencakup jaminan, pelayanan perbaikan dan tersedianya suku cadang.
Pembahasan ini dilakukan pada industri elektronika mengingat bahwa kegiatan ini merupakan masalah utama yang dihadapi oleh industri elektronika di Indonesia. Dari pengamatan LIPI dan Gabungan Pengusaha Elektronika, jumlah produk yang berasal dari kegiatan ini berkisar antara 40-60 % dari total permintaan produk elektronika di Indonesia.
Pada masa resesi, banya produsen elektronika yang menghentikan produksinya karena menurunnya daya beli masyarakat dan mengecilnya pangsa pasar akibat kegiatan gray market. Ditambah pula, kebijakan pemerintah terhadapa industri elektronika mengenai produk komponen elektronika sehingga menyebabkan harga jual tidak bersaing.
Namun dengan dikeluarkannya Paket Kebijaksanaan 28 Mei 1990 (PAKMEI), industri elektronika di Indonesia mendapat peluang yang besar untuk melakukan perluasan usaha sehingga akan tercipta produk yang murah dengan kualitas yang baik. Akibatnya, produk yang dihasilkan oleh produsen lokal dapat bersaing dengan produk luar negeri.
Dampak selanjutnya adalah kecenderungan berkurangnya peran kegiatan gray market, sehingga distorsi terhadap mekanisme pasar akan sangar berkurang. Namun demikian hal ini tidak terjadi secara langsung. Banyak faktor yang perlu dibenahi seperti misalnya kualitas distributir produk elektronika, kualitas produk rakitan lokal dan juga peranan investasi pada industri komponen elektronika.
Melihat peluang industri elektronika yang sangat besar, terutama dalam menunjang ekspor non migas, maka prospek kegiatan gray market menjadi tidak menarik lagi. Perbedaan harga produk elektronika raktian dalam negeri cenderung menjadi lebih murah dari produk rakitan luar negeri, industri elektronika merupakan industri padat karya, sehingga komponen biaya tenaga buruh menjadi relatif lebih menguntungkan."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
T10227
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tokyo: Dodwell Marketing Consultants , 1993
621.381 STR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ardian C. Koesbandoro
"ABSTRAK
Pada saat ini Bangsa Indonesia dan negara di ASEAN dihadapkan pada suatu
kondisi yang tidak menguntungkan yaitu krisis ekonomi. Krisis yang melanda
Indonesia selama Iebih dari dua tahun ini telah merontokkan hampir seluruh sendi
sendi kehidupan di Indonesia.
Gejolak mata uang yang disebabkan krisis moneter mempunyai dampak
negatif bagi sektor rill yang memiliki komponen barang modalnya dari Import dan
mendanai proyek dengan hutang luar negeri jangka pendek (foreign currency) untuk
menghasilkan mata uang kawasan (home currency).
Krisis moneter yang menyebabkan krisis ekonomi berdampak pula pada
struktur industri kelistrikan PT PLN (Persero) saat ini, krisis ini secara significant
berpengaruh pada harga beli tenaga listrik dan IPP?s sebesar 0.8 USD jauh melebihi
harga jual tenaga listrik ke konsumen (rakyat Indonesia) yang hanya sebesar 0.2
USD (kurs 1USD Rp. 7000), ditambah dengan tidak jelasnya akuntabilitas tiap
unit pada vertikal integrasi bisnis PLN serta inefisiensi dalam bisnis proses PT PLN
(laporan audit Arthur andersen). Dalam kondisi saat ini PT PLN (Persero)
mengalami kerugian yang sangat besar.
Ketiga hal tersebut hanyalah sebagian dari masalah yang dialami PLN tetapi
mempunyai andiI cukup besar dari total kerugian tersebut. PT PLN (Persero) di tuntut
untuk melakukan antisipasi akan kerugian yang dialaminya, pendekatan yang salah
akan berpengaruh besar pada distorsi makro ekonomi, penyesuaian terhadap harga
beli dengan menaikan harga jual listrik akan berdampak bertambah tingginya biaya
produksi di semua sektor dan secara otomatis akan memacu tingkat inflasi yang lebih
tinggi.
Untuk mengatasi hal tersebut dalam Restrukturisasi sektor ketenagalistrikan
(Kebijakan Restrukturisasi Sekior Ketenagalistrikan ?White Paper?s Agustus 1998)
dimana akan merubah struktur industri kelistrikan dengan sasaran antara lain
terciptanya pasar listrik yang kompetitif di wilayah Jawa-Bali pada 2003, Maka
ditawarkan suatu pendekatan melalui Bursa Energi Listrik : Suatu Tinjauan Alternatif
Restrukturisasi Industri Kelistrikan Di Indonesia dengan Penciptaan suatu mekanisme
keseimbangan pasar antara harga yang ditawarkan produsen dengan harga yang
diinginkan konsumen sehingga tercapai harga yang wajar dan transparan dalam
industri kelistrikan.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3564
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Waworundeng, Adi Gidion
"Perdagangan intra-industri merupakan fenomena yang mendapat banyak perhatian dari banyak peneliti, baik secara teoritis maupun secara empiris. Awalnya fenomena ini banyak terjadi di negara maju, yang kemudian menyebar ke negara-negara berkembang pada tahun-tahun terakhir. Namun, hanya sedikit studi yang telah dilakukan pada negara-negara berkembang secara umum dan belum ada penelitian yang telah dilakukan terhadap perdagangan intra-industri di Indonesia secara mendalam. Studi ini mengkaji pola dan faktor-faktor determinan perdagangan intra-industri di Indonesia, dengan menggunakan indeks Grubel- Lloyd. Kemudian, perdagangan intra-industri dipisahkan menjadi perdagangan intra-industri horisontal dan perdagangan intra-industri vertikal. Model ekonometrik digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor penentu total perdagangan intra-industri, perdagangan intra-industri horisontal dan perdagangan intra-industri vertikal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks intra-industri di Indonesia cenderung meningkat pada periode 1991-200 . Secara umum, perdagangan intra- industri vertikal jauh lebih tinggi daripada perdagangan intra-industri horizontal dalam banyak kasus. Empat faktor penentu diidentifikasi untuk total perdagangan intra-industri yaitu, angka rata-rata PDB, selisih antara PDB, jarak geografis dan variabel dummy untuk AFTA, dan faktor-faktor penentu ini sama dengan factor- faktor untuk perdagangan intra-industri horisontal. Untuk perdagangan intra- industri vertikal, hanya ada tiga faktor penentu yang ditemukan signifikan yaitu, angka rata-rata PDB, selisih antara PDB, dan jarak geografis. Temuan ini sebagian besar sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya.

Intra-industry trade is a phenomenon which has received much attention from researchers, both theoretically an empirically. Initially a phenomenon in developed countries, it has expanded to developing countries in recent year. However, only a few studies have conducted on developing countries in general and none has been done on Indonesia’s intra-industry trade. This study investigates the patterns and determinants of Indonesia’s intra-industry trade, measuring it by Grubel-Lloyd index. Then, intra-industry trade is disentangled into horizontal IIT and vertical IIT. Econometric models are used to explain the determinants of total IIT, horizontal IIT or vertical IIT.
The results show that Indonesia’s intra-industry index has tended to increase from 1991 to 2000. In general, vertical intra-industry trade is much higher than horizontal intra-industry trade in most cases. Four determinants were identified for total IIT, the average of the GDP, the difference of GDP, geographical distance and dummy variable for AFTA, and the same determinants were formed for horizontal IIT. For vertical IIT, however, only three determinants were found significant, the average of the GDP, the difference of GDP, and geographical distance. These findings are mostly in line with the results of previous studies on intra-industry trade.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cirovic, Michael M.
Reston: Reston Publishing, 1979
621.3 CIR b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>