Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112136 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bayundaru Hadi Prabuono
"ABSTRAK
Fokus tesis ini membahas mengenai isu identitas organisasi perusahaan dibalik pembentukan budaya ngopi di suatu organisasi perusahaan kedai kopi. Selama ini gagasan food culture selalu digiring pada perdebatan ruang sosial atas interaksi yang berlangsung. Saya melihat konsep lain yang tertinggal dari wacana ini di era menguatnya persaingan usaha, yaitu mengenai konsep identitas organisasi perusahaan. Konsep identitas organisasi adalah hal yang muncul dari proses pemaknaan budaya ngopi yang berlangsung di suatu organisasi perusahaan kedai kopi. Data tulisan hasil riset ini diperoleh melalui wawancara mendalam mengenai sejarah hidup individu-individu yang terkait dengan pengelolaan organisasi perusahaan kedai kopi. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa konsep identitas organisasi dari pembentukan food culture dapat diangkat dengan adanya ikatan emosional pada praktik budaya ngopi. Tanpa menampik keberadaan dari ruang sosial atas praktik pemaknaan budaya ngopi, gagasan ini tetap dilandasi oleh adanya narasi dan hubungan sosial antara karyawan dan pelanggan. Temuan atas konsep identitas perusahaan ini memberikan pemahaman baru untuk melihat proses pembentukan food culture pada organisasi perusahaan makanan atau minuman.

ABSTRACT
The focus of this thesis discusses the issue of corporate organizational identity behind the formation of coffee culture in a coffee shop company organization. So far, the idea of food culture has always been led to the debate of social space over the ongoing interaction. I see another concept left behind in this discourse in the era of strengthening business competition, namely the concept of corporate organizational identity. The concept of organizational identity is something that emerges from the process of understanding coffee culture that takes place in a coffee shop company organization. The research data was obtained through in-depth interviews about the life histories of individuals related to the management of the coffee shop company organization. The results of this study state that the concept of organizational identity from the formation of food culture can be raised by the emotional attachment to the practice of coffee culture. Without denying the existence of social space on the practice of the meaning of coffee culture, this idea is still based on the existence of narration and social relations between employees and customers. The findings of the concept of corporate identity provide a new understanding to see the process of forming food culture in food or beverage company organizations."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Sutedi
"Studi ini meneliti gaya hidup, budaya “ngopi” di coffee shop, dan identitas di kalangan generasi Z sebagai konsumer coffee shop di Kota Jakarta. Beberapa tahun terakhir, konsumsi kopi di coffee shop telah berkembang menjadi suatu fenomena global yang mencerminkan gaya hidup masyarakat perkotaan dan konsumerisme. Dalam fenomena ini, generasi Z memainkan peran sentral dengan turut memproduksi makna dan praktik konsumsi kopi di coffee shop sehingga membentuk identitas dalam masyarakat perkotaan. Studi-studi sebelumnya mengenai konsumsi kopi di coffee shop pada generasi Z telah banyak membahas terkait bagaimana kaum muda menggunakan coffee shop sebagai ruang sosial dalam kehidupan sehari-hari. Dalam studi ini, konsumerisme dan taste menjadi unsur penting dalam mengkaji gaya hidup generasi Z dalam budaya “ngopi” di coffee shop yang dapat merepresentasikan identitas di kalangan mereka. Peneliti berargumen bahwa aspek simbolis dan taste dalam budaya “ngopi” di coffee shop berperan terhadap pengukuhan gaya hidup dan identitas kelas menengah kaum muda di perkotaan. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data dari studi literatur, wawancara mendalam, dan observasi partisipan terhadap konsumer kopi di coffee shop di Jakarta.

This study examines the lifestyle and culture of consuming coffee in coffee shops and the identity of Generation Z as coffee shop consumers in Jakarta. In recent years, coffee consumption in coffee shops has evolved into a global phenomenon reflecting urban lifestyle and consumerism. In this phenomenon, Generation Z plays a central role by producing meaning and coffee consumption practices in coffee shops, thereby shaping identity in urban society. Previous studies on coffee consumption in coffee shops among Generation Z have extensively discussed how young people use coffee shops as social spaces in their daily lives. In this study, consumerism and taste become crucial elements in examining Generation Z's lifestyle in the culture of consuming coffee in coffee shops that can represent identity among them. The researcher argues that symbolic aspects and taste in the culture of consuming coffee in coffee shops play a role in reinforcing the lifestyle and identity of the urban middle-class youth. This study uses a qualitative approach with data collection from literature studies, in-depth interviews, and participant observations of coffee shop consumers in Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awalia Rahma
"Selain sebagai nama sebuah pulau, ?Jawa? juga dikenal sebagai nama generik kopi yang dikenal dunia sejak abad ke-18 hingga saat ini karena kualitas premiumnya. Termasuk ke dalam budaya minum kopi adalah hal-hal terkait kopi seperti aktivitas, penyiapan, tempat dan konteks, suasana yang dibangun dan teknologi di dalamnya. Studi ini berusaha menjawab tiga pertanyaan terkait pelacakan budaya minum kopi di Jawa; bagaimana budaya minum kopi membentuk gaya hidup dan identitas masyarakat, serta makna budaya minum pada tiga tempat: domestik, lingkup kerja, dan hiburan, menggunakan pendekatan sejarah praktek keseharian. Praktek keseharian dalam studi ini merupakan praktek individu dan masyarakat yang melibatkan kopi dalam aspek sosial-budaya, politik, ekonomi dan agama. Studi menemukan bahwa kopi sudah dikenal dan dikonsumsi masyarakat di Jawa jauh sebelum diperkenalkan oleh Belanda pada akhir abad ke- 17. Budaya minum kopi di Jawa sangat kaya dan terbentuk dari praktek keseharian keluarga di rumah, di tempat kerja dan melebar ke tempat-tempat hiburan. Selain itu konsumsi kopi juga ditemukan di tempat lain seperti tempat ibadah, tempat belajar, perjalanan, pengasingan, dan sebagainya. Pada tempattempat tersebut kopi memperlihatkan makna beragam bagi individu dan masyarakat, yang membedakan gaya hidup dan identitas bangsa dan kelas sekaligus meleburnya pada saat yang sama melalui tempat yang berbeda, jenis minuman kopi yang dikonsumsi, kualitas kopi, peralatan minum, dan sebagainya.

Java, "the Garden of the East", is a name for an island where different people lived together coast to coast. It is also recognized for the generic name of world premium quality coffee. Coffee culture includes everything relate to coffee in terms of its activity, preparation, places and contexts, ambiance, technology, etc. This theme is still largely overlooked in the previous studies. The existing studies paid more attention to the history of plantation and economic aspects of coffee otherwise. A three-fold research questions are mostly directed on: a) the historical traces of coffee in Java; b) how coffee culture in Java shaped its people?s identity and lifestyle; and c) the meaning of coffee culture in three main loci: at home, at work, and at play. Using the everyday practice approach which can be explained as a patchwork of individuals and social practices by exploring social, cultural, political, economic and religious aspects of coffee in people?s everyday lives, this study eventually found: a) coffee has long been consumed in Java before it was introduced by the Dutch; b) coffee culture in Java were rich, started by individuals? everyday practices in their homes at any times, followed by practices in the workplace during the day, and at play usually during their nights or leisure times; c) coffee signifies individuals and social lives, distinguished the identity as well as everyday lifestyle of nations and class yet disguise their boundaries at the same time through its spatial-geographic place, kind of coffee drink, coffee quality, glassware, etc."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
D2267
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berliana Windy Arlintya
"Ketandan merupakan kawasan permukiman masyarakat Etnis Tionghoa (pecinan) yang terletak di Kota Yogyakarta. Adanya kependudukan Belanda di tanah Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat ternyata memiliki pengaruh terhadap pembentukan identitas budaya masyarakat Etnis Tionghoa. Hal tersebut dapat terlihat pada
gaya bangunan yang dijadikan sebagai tempat aktivitas sehari-hari. Bangunan yang dijadikan data penelitian berjumlah 13 bangunan yang berupa bangunan hunian, rumah toko, dan toko. Dengan demikian penelitian ini akan membahas mengenai identitas budaya masyarakat Tionghoa di Pecinan Ketandan dengan menggunakan
tiga metode penelitian Sharer&Ashmore, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data. Analisis yang digunakan menggunakan analisis deskriptif yang didasarkan pada konsep identitas budaya Stuart Hall (identity of becoming dan identity of being). Setelah dilakukan analisis akan ditarik kesimpulan yang
menjelaskan bahwa masyarakat Tionghoa di Pecinan Ketandan memiliki tiga identitas budaya yang berbeda, yaitu Tionghoa, Belanda, dan Jawa. Adanya tiga budaya yang berbeda ini dipengaruhi oleh faktor sosial dan religi, yaitu interaksi keseharian, perkawinan, dan tradisi.

Ketandan is a residential area of ​​the Chinese ethnic community (Chinatown) located in the city of Yogyakarta. The existence of the Dutch population in the land of the Ngayogyakarta Hadiningrat Sultanate turned out to
have an influence on the formation of the cultural identity of the Chinese community. This can be seen in the style of the building as a place for daily activities such as residential buildings, shop houses, and shops. This
study will discuss the cultural identity of the Chinese community at Ketandan Chinatown by using three methods of Sharer & Ashmore research, namely data collection, data processing, and data analysis. The analysis used is
descriptive analysis based on Stuart Hall's concept of cultural identity (identity of becoming and identity of being). After the analysis is conducted, conclusions will be drawn explaining that the Chinese community in
Ketandan Chinatown has three different cultural identities, namely Chinese, Dutch, and Javanese. The existence of these three different cultures are influenced by social and religious factors, namely daily interactions, marriage, and tradition
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alif Pratama
"Penelitian ini membahas mengenai kedai kopi sebagai salah satu budaya perkotaan di Kota Bekasi, Jawa Barat. Kehadiran Kedai kopi di perkotaan dipengaruhi dengan digitalisasi dan penciptaan ruang publik perkotaan, lalu dengan jadwal aktivitas perkotaan yang padat dan kebutuhan akan tempat rekreasi, relaksasi dan hiburan untuk tetap produktif dan fleksibel. Dengan begitu kedai kopi menjadi tempat ketiga yang dibutuhkan masyarakat perkotaan, dengan berbagai fasilitas, suasana, lingkungan dan interaksi sosial yang diperlukan. Penelitian ini dilakukan pada beberapa kedai kopi di Kota Bekasi, seperti Cotta Coffee, Fwb Coffee dan Kopi Prijaji dengan menggunakan metode etnografi dengan nongkrong langsung dan wawancara kepada pelanggan dan barista kedai kopi dan juga studi pustaka. Dalam penelitian ini menggambarkan budaya perkotaan yang ter manifestasikan ke dalam sebuah kedai kopi dengan melihat pola-pola interaksi didalamnya dan menganalisis pemikiran kedai kopi sebagai tempat ketiga.

This study discusses coffee shops as one of the urban cultures in Bekasi City, West Java. The presence of coffee shops in Indonesia is influenced by digitalization and creating urban public spaces, then with the busy schedule of urban activities and the need for recreation, relaxation and entertainment places to stay productive and flexible. That way the coffee shop becomes the third place needed by urban communities, with various facilities, atmosphere, environment and social interaction needed. This research was conducted in several coffee shops in Bekasi City, such as Cotta Coffee, Fwb Coffee and Prijaji Coffee using the ethnographic method by hanging out directly and interviewing customers and coffee shop baristas as well as literature study. This study describes urban culture that is manifested in a coffee shop by looking at the patterns of interaction in it and analyzing the thinking of a coffee shop as a third place."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnasari Kusumawardani
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas tentang budaya minum kopi yang sedang menjadi tren di kalangan masyarakat Korea. Kehadiran Starbucks di Korea pada akhir tahun 1990-an menjadi pemicu berkembangnya budaya minum kopi, khususnya di kafe. Dengan menggunakan metode kepustakaan bersifat deskriptif, tujuan jurnal ini adalah untuk menganalisis peran kolektivisme sehubungan dengan gaya hidup minum kopi dalam masyarakat Korea. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya hidup minum kopi di kafe sangat berkembang di Korea karena adanya latar belakang kolektivisme yang kuat dalam masyarakat Korea.

ABSTRACT
This journal discusses the coffee culture which is becoming a trend among South Korean society since Starbucks presence in the end of 1990. By using text review and descriptive review, this study is purposed to analize the role of collectivism and its relation with the coffee culture in Korean society. This journal concludes that the growing of coffee culture in Korea because of the cultural backgrounds along with strong collectivism in Korean society."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmalitasari Rahadian
"Penelitian ini membahas tentang budaya gahwa, yaitu tradisi minum kopi yang dilakukan dengan tata cara masyarakat Emirat di Uni Emirat Arab. Gahwa sebagai tradisi telah menjadi sarana interaksi sosial masyarakat Emirat sejak abad ke-15 Masehi dan masih bertahan hingga era modern ini. Bukan sekadar bertahan, tradisi gahwa di Uni Emirat Arab sejalan dengan modernisasi yang tengah berlangsung. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana budaya gahwa dapat dipertahankan oleh masyarakat Emirat dan bagaimana pertemuan antara tradisi dengan modernisasi dalam budaya gahwa terjadi di Uni Emirat Arab. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil informasi dari buku, artikel jurnal elektronik, video yang termuat di Youtube dan artikel di situs web. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori modernisasi yang dikemukakan Koentjaraningrat, dan didukung oleh teori pelestarian budaya lokal yang dikemukakan Jacobus Ranjabar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pemertahanan budaya gahwa dilakukan masyarakat Emirat dengan terus dipraktikkan dalam keseharian sehingga menjadi gaya hidup. Kemudian ketika terjadi pertemuan antara tradisi gahwa dengan modernisasi, tradisi ini diselaraskan dengan jalannya modernisasi. Melalui modernisasi, gahwa sebagai tradisi dapat terus dipertahankan dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Pemerintah Uni Emirat Arab dan masyarakat Emirat terlibat langsung dalam proses modernisasi dan pemertahanan gahwa, dengan cara menjadikan gahwa sebagai konsumsi publik dan melakukan komodifikasi gahwa.

This research discusses the gahwa culture, the coffee drinking tradition in accordance with the procedures of the Emirati Culture in the United Arab Emirates. This tradition has been a medium of social interaction for the Emirats since the 15th Century and has managed to remain in existence until now. The gahwa culture in the United Arab Emirates is also in line with the ongoing modernization. This research aims to explain how the gahwa culture in the United Arab Emirates is preserved by the Emiratis and how the tradition and modernization meets in the gahwa culture occurs in the United Arab Emirates. This research uses a descriptive qualitative method. The research data is gathered from books, electronic journal articles, videos on YouTube, and websites. The theory used in this research is the theory of modernization by Koentjaraningrat, and the theory of the preservation of local culture by Jacobus Ranjabar. The results of this research are that the process of preserving the gahwa culture is carried out by the Emirat community by continuing to be practiced in daily life so that it becomes a lifestyle. When gahwa as a tradition meets modernization, this tradition is harmonized with modernization. Through modernization, gahwa as a tradition can be maintained and adapted to the present times. The government of the United Arab Emirates and the Emirat people are directly involved in the modernization and preservation of gahwa, by making gahwa public consumption and commercializing gahwa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Valentina Fieda Lutfiana
"Makalah ini membahas tentang tradisi meminum kopi dan khamar sebagai minuman berenergi pada masyarakat Islam dan pandangan ulama mengenai kopi dan khamar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya meminum kopi sebagai minuman pengganti khamar yang menimbulkan kontroversi akibat kemiripan efek yang dihasilkan setelah meminumnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sejarah dan metode penelitian kualitatif. Masyarakat Islam mencari ketenangan dan energi pada khamar namun khamar mulai ditinggalkan dan beralih pada kopi. Kopi dianggap lebih baik dari khamar. Namun kopi juga memiliki sifat candu jika dikonsumsi dalam jumlah besar.

This final project describes the tradition of drinking coffee and khamar as an energy drink in Islamic societies and the views of scholars regarding coffee and khamar. This study aims to determine the culture of drinking coffee as a substitute for khamar which causes controversy due to the similarity of the effects produced after drinking it. The method used in this research is historical research and qualitative research methods. Islamic society seeks calm and energy in khamar, but khamar be abandoned and turning to coffee. Coffee is considered better than khamar. But coffee also has opiate properties if consumed in large quantities."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahdini
"ABSTRAK
Bangunan masjid merupakan salah satu peninggalan masyarakat Minangkabau di Kabupaten Tanah Datar yang memiliki keberagaman dari segi bentuk dan ragam hias. Masjid-masjid kuna ini memperlihatkan adanya keselarasan antara adat dan agama Islam. Adat telah menjadi pegangan hidup bagi masyarakat Minangkabau dan juga menjadi identitas budaya bagi pengikutnya. Penelitian ini membahas mengenai bentuk-bentuk dari keempat masjid serta identitas budaya yang terepresentasikan pada bangunan masjid kuna di Kabupaten Tanah Datar. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh keterangan bahwa pada masjid kuna di Kabupaten Tanah Datar ini tercerminkan dua identitas budaya, yaitu identitas budaya Koto Piliang dan identitas budaya Bodi Caniago. Berdasarkan penelitian juga diketahui bahwa identitas budaya yang terlihat pada masjid kuna tersebut memperlihatkan jenjang status sosial masyarakat, yaitu identitas dari seorang raja dan identitas seorang pemimpin yang berasal dari rakyat biasa.

ABSTRACT
Old mosques is one of Minangkabau heritages in Tanah Dasar Regency that have various form and decoration. Old mosques shows the harmonious life of tradition and Islamic religion in this regency. Tradition has become guidance of life for Minangkabau society and also has become cultural identity for its disciple. This research focus on the physical forms of the four mosques and also the cultural identity that is represented by those old mosques in Tanah Datar Regency. This research resulting in indication of two distinct cultural identities, that is Koto Piliang culture and Bodi Caniago culture. The study also shows that cultural identity in those mosques indicating social ladder in society, which is identity of the king and identity of a leader from common folks.
"
2017
S68155
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donatella Rara Wulandari Sekar Arum Putriyanti
"Kopikabana Coffee and Kitchen didirikan oleh PT Sahitya Nusa Boga pada tahun 2018. Kafe dengan tema tropical yang terletak di kawasan strategis Sagan, Yogyakarta ini melakukan soft opening sejak 8 September 2018. Kopikabana merupakan challenger brand yang bersaing dengan ribuan kafe dan kedai kopi lainnya di Yogyakarta. Setelah melakukan evaluasi selama enam bulan beroperasi, Kopikabana hanya dapat mencapai sekitar 80% dari target penjualannya, dan banyak konsumen potensial yang belum aware terhadap brand, terutama di kalangan komunitas dan wisatawan di kota Yogyakarta. Solusi dari permasalahan ini adalah dengan menggunakan perencanaan pemasaran digital yang bertujuan untuk meningkatkan brand awareness kepada konsumen potensial, serta meningkatkan brand affinity di antara konsumen saat ini. Khalayak sasaran untuk program pemasaran digital Kopikabana melibatkan millennial dengan jangka usia 21-35 tahun yang berdomisili di daerah kota Yogyakarta, kabupaten Sleman, dan daerah sekitarnya. Big Idea yang akan diangkat dalam program ini yakni "a blend of colorful moments and comforting space" yang didukung oleh tagline "gather around and comfort yourself at Kopikabana" Dengan menggunakan empat tahapan yakni Attraction, Curiosity, Commitment, Affection (ACCA) yang melibatkan enam media digital, program pemasaran digital ini akan dilaksanakan selama enam bulan sejak September 2019 hingga Februari 2020 dengan total anggaran sebesar Rp 23.496.500,00.

Kopikabana Coffee and Kitchen was founded by PT Sahitya Nusa Boga in 2018. A café with a thematic tropical theme is located in Sagan, the heart of Yogyakarta, and has made it's soft opening on September 8th, 2018. Kopikabana is a challenger brand which compete with thousands of other cafes and coffee shop in Yogyakarta. An evaluation shown that after being operated for six months, Kopikabana can only reach around 80% of it's sales target, and many are still unaware of the brand, including the potential consumer which involves community and travellers in Yogyakarata city. According to the situation, a solution offered by implementing a digital marketing plan, which aims to increase brand awareness to potential consumer and increase brand affinity among current consumers. The target audience involved millennial aged 21-35 years old, who lived in Yogyakarta city, Sleman district, and surrounding areas. This program use "a blend of colorful moments and comforting space" as a big idea, and supported by "gather around and comfort yourself at Kopikabana" as a tagline. By using four stages of ACCA: Attraction, Curiosity, Commitment, Affection which involves six digital media, this digital marketing program will be held for six months from September 2019 to February 2020 with a total of budget of Rp 23.496.500,00.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>