Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158254 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R.A. Diandra Kesya Thrienandya
"Media massa seperti televisi memiliki pengaruh dalam memberikan informasi mengenai berbagai hal, salah satunya adalah kecantikan. Di Korea Selatan, program televisi yang memiliki pandangan tentang kecantikan adalah Get It Beauty dan The Beauty. Kedua program televisi itu mempunyai tujuan yang sama, yaitu memberikan tutorial makeup dan tips kecantikan terhadap para penontonnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis bagaimana program kecantikan Get It Beauty dan The Beauty menampilkan citra kecantikan perempuan Korea. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan metode analisis isi kualitatif untuk memudahkan penulis menganalisis data penelitian. Hasil studi ini menunjukkan bahwa citra kecantikan perempuan Korea telah terpengaruh standar kecantikan Barat yang dapat dilihat pada program Get it Beauty. Akan tetapi, terdapat pandangan lain yang masih tetap mempertahankan kecantikan alami yang diajarkan para leluhur bangsa Korea dapat dilihat pada program The Beauty.
Mass media such as television has a role to provide information on various things, like beauty. In South Korea, television programs that have this role and views on beauty are Get it Beauty and The Beauty. These two television programs have the same goal, which are giving makeup tutorials and beauty tips to the audience. The problem in this study is how do Get it Beauty and The Beauty display Korean women`s beauty image. This study has a purpose which is to analyse how do Get it Beauty and The Beauty programs display the beauty image of Korean women. The author uses qualitative descriptive research with a qualitative content analysis method to conduct the author analysing the research. Based on the result, it is concluded that the Western has affected Korean women`s beauty image and this can be seen from Get it Beauty. However, some still maintain their natural beauty that was taught by the ancestors and this can be seen from The Beauty."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hera Prastiwi
"Pengaruh globalisasi telah menyentuh semua aspek kehidupan manusia, termasuk kecantikan dan penampilan diri. Makna kecantikan dapat berubah-ubah seiring waktu. Media massa mengambil peranan besar dalam penyebaran budaya salah satunya Korean Wave. Makalah ini berusaha mengkaji bagaimana kemunculan fenomena Korean Wave mulai membentuk standarisasi cantik ala Korea. Kajian menunjukkan bahwa media memiliki peranan dalam menanamkan nilai cantik, kehadiran selebriti Korea yang dianggap sempurna mendorong para remaja menggunnakan kosmetika Korea demi mencapai kecantikan ala Korea.

The influence of globalization has touched all aspects of human life, including beauty and personal appearance. Beauty meaning can change over time. The media took a major role in spreading culture including the Korean Wave. This paper examines how the emergence of the phenomenon of Korean Wave start forming beautiful standardization of Korean Beauty. Studies show that the media has a role in instilling values of what is beauty using Korean beauty as standards, the presence of Korean celebrities who are considered perfect encourage the youth to use the Korean cosmetics in order to achieve the Korean style beauty.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Khulsum
"Tulisan ini membahas mengenai pandangan perempuan Korea mengenai makna cantik yang berkembang di Korea saat ini. Sempitnya makna cantik dan kerasnya kehidupan di Korea membuat perempuan Korea melakukan operasi plastik untuk mendapatkan paras wajah cantik sesuai dengan yang ia inginkan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik observasi film dan studi kepustakaan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa konsep cantik perempuan Korea merupakan inspirasi dan kombinasi cantik Asia dan cantik perempuan Barat. Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa paras cantik dalam tubuh seorang wanita dapat memberikan mereka kebahagiaan dalam dunia sosial serta mengantarkan mereka kepada nasib yang lebih baik.

This research studies about nowadays korean women's perspective about being beautiful. The importance of being beautiful in the life of korean women leads them to having plastic surgery in order to gain the beautiful face that they want. This research uses qualitative research method with movie observing technic and literature study. The goal of this research is to prove that the beauty concept of korean woman is inspired by the combination of the beauty concept of asian woman and western woman. The result of the analysis show that being beautiful can give a woman happiness in her social life and can also lead them to have a better life.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yulindra Dwitya Nugrahany
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas tentang standar kecantikan wanita Korea Selatan yang ditinjau melalui video tutorial makeup beauty vloggers Korea Selatan. Industri kecantikan Korea Selatan telah berkembang pesat dan mempunyai ciri khas yang berbeda dengan negara-negara lain. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif dan menggunakan video-video tutorial makeup dengan estetika Korea Selatan yang diunggah ke situs YouTube sebagai bahan analisis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan standar kecantikan wanita di Korea Selatan yang tampak pada video-video tutorial makeup tersebut. Instrumen pengumpulan data adalah studi pustaka dan analisis video. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa standar kecantikan di Korea Selatan merupakan hasil penggabungan antara standar kecantikan tradisional Korea dengan standar kecantikan Barat.

ABSTRACT
his journal discusses about the beauty standard of women in South Korea that were reviewed on makeup tutorial videos by South Korean beauty vloggers. South Korean beauty industry has been growing rapidly and have characteristics that differ from other countries. This study uses descriptive qualitative theory and also uses the makeup tutorial videos of South Korean beauty vloggers which was uploaded to the YouTube for analysis. The purpose of this study is to describe the beauty standard of women in South through the makeup tutorial videos. The author uses the review of literature method and video analysis to support this research. The result of this study explains that South Korean women rsquo s beauty standard is an assimilation product of Korea rsquo s traditional beauty standard and western rsquo s beauty standard."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Bagus Rinaldi
"Studi ini bertujuan untuk membahas proses medikalisasi kecantikan yang dilakukan melalui klinik kecantikan. Medikalisasi adalah sebuah proses yang menjadikan beberapa aspek di kehidupan manusia dianggap sebagai sebuah permasalahan medis, sehingga menjadikan manusia mulai bergantung pada proses medis untuk menyelesaikan masalah, salah satu contoh medikalisasi adalah medikalisasi kecantikan. Menurut Conrad (2007) dan Maturo (2012), terdapat dua bentuk dan fungsi dari proses medikalisasi kecantikan, yaitu “mengobati” dan “meningkatkan kualitas hidup” dengan menggunakan proses medis (biomedical enhancement), yang mana pada era modern saat ini hal tersebut dapat diwujudkan melalui klinik kecantikan. Berangkat dari pemikiran Conrad mengenai proses medikalisasi, peneliti berargumen bahwasannya proses medikalisasi kecantikan yang dilakukan melalui klinik kecantikan merupakan sebuah bentuk biomedical enhancement yang berkaitan dengan standarisasi kecantikan yang merupakan hasil dari konstruksi sosial. Hasil temuan data menunjukan bahwa proses medikalisasi kecantikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup (enhancement) secara fisik berupa perwujudan kulit wajah yang sehat dan bersih, maupun non-fisik berupa peningkatan bentuk kepercayaan diri yang berkaitan dengan body & mind. Namun bentuk biomedical enhancement yang dilakukan melalui klinik kecantikan tidak hanya untuk mengobati, tetapi juga untuk merawat diri yang pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan proses wawancara mendalam dan studi dokumen online sebagai metode pengumpulan data.

This study aims to discuss the process of medicalization of beauty carried out through beauty clinics. Medicalization is a process that makes some aspects of human life considered a medical problem, thus making humans start to rely on medical processes to solve problems, one example of medicalization is medicalization of beauty. According to Conrad (2007) and Maturo (2012), there are two forms and functions of the beauty medicalization process, namely "treating" and "improving the quality of life" by using a medical process (biomedical enhancement), which in today's modern era can realized through a beauty clinic. Departing from Conrad's thoughts on the medicalization process, the researcher argues that the beauty medicalization process carried out through a beauty clinic is a form of biomedical enhancement related to the standardization of beauty which is the result of social construction. The results of the data findings indicate that the beauty medicalization process aims to improve the quality of life (enhancement) physically in the form of the realization of healthy and clean facial skin, as well as non-physically in the form of increasing self-confidence that related to body & mind aspect. However, the form of biomedical enhancement that is carried out through beauty clinics isn’t only for treating, but also for self-care which ultimately improves the quality of life. This study uses a qualitative approach by conducting in-depth interviews and online document studies as data collection methods."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Esra Leonora
"Korean Reality show "Let 美人" adalah sebuah program reality TV yang memanfaatkan para peserta perempuan yang memiliki ketidakpuasan dan penolakan terhadap penampilan mereka, untuk mempromosikan operasi plastik. Fokus utama dari makalah ini adalah bagaimana kecantikan yang ideal direpresentasikan dan bagaimana perempuan diposisikan dalam season kedua Korean reality show "Let 美人". Secara khusus, tiga episode, yaitu episode keenam, ketujuh, dan kesembilan dalam season ini, dianalisis untuk melihat bagaimana acara reality show ini menghadirkan peserta sebelum dan setelah mereka menjalani operasi plastik. Dengan menggunakan analisis semiotik John Fiske, penulis menemukan bahwa kecantikan yang ideal dikonstruksikan di acara reality show ini, yaitu kecantikan yang mengarah kepada kecantikan ideal Barat. Bersamaan dengan itu, bagaimanapun, perempuan diobjektifikasikan sebagai objek seksual, objek kecantikan dan objek konsumsi. Makalah ini menyimpulkan bahwa meskipun "Let 美人" membantu peserta untuk menjadi perempuan yang cantik, mereka juga diperdaya pada waktu yang sama.

Korean reality show "Let 美人" is a reality TV program that exploits female participants with dissatisfactions and resistances on their appearance, to promote plastic surgery. The main focus of this paper is how the ideal beauty is represented and women are positioned in the second season of Korean reality show "Let 美人". Specifically, the three episodes, which are the sixth, the seventh, and the ninth episode in this season, are analyzed to examine the way this reality show presents participants before and after they undergo plastic surgery. By using John Fiske's semiotic analysis, I found out that the ideal beauty constructed in this reality show pointed to Western ideal beauty. Along with it, however, women are objectified as sexual objects, beauty objects and objects of consumption. This paper concludes that even though "Let 美人" assists participants to be beautiful women, they are also victimized at the same time.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Juwita Anindya
"Hampir semua orang tahu Barbie, sebuah boneka yang menunjukkan nilai-nilai budaya dan konsep kecantikan wanita. Bagaimanapun, Barbie hanya merepresetasikan satu budaya yang spesifik, yakni budaya kebaratan. Berbeda dengan budaya kebaratan, budaya ketimuran juga membutuhkan sebuah boneka yang dapat merepresentasikan budayanya. Kemudian muncullah Fulla sebagai representasi kecantikan budaya ketimuran. Fulla menunjukkan nilai-nilai budaya ketimuran serta konsep kecantikan baru yang berbeda dengan Barbie. Kemunculan Fulla memang dapat mempertegas perbedaan yang ada antara budaya kebaratan dan ketimuran, namun ia dapat memberi pilihan lain untuk membentuk pola pikir masyarakat mengenai adanya kecantikan budaya ketimuran. Dengan menggunakan teori Orientalisme Said penulis berharap dapat terbantu untuk mendukung argumen-argumen mengenai budaya ketimuran yang dapat menjadi kompetitor yang sama kuat dengan budaya kebaratan di masa sekarang ini.

Most people know Barbie, a doll that conveys some values about culture and about the concept of women?s beauty. However, Barbie only represents one specific culture, which is Western culture. Different with Western culture, Eastern culture needs a doll who can represent their values. Then, Fulla appears as the representative of Eastern beauty. Fulla conveys some values about Eastern culture and about the new concept of women?s beauty which are different from Barbie. Fulla?s appearance here is thought can emphasize the cultural differences among the society, but it can give another choice to shape people?s new thought about the beauty of Eastern culture. Using Said?s orientalism will help the writer to support the arguments about Eastern culture that can be an equal competitor to Western culture nowadays.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Permatasari
"Pada tahun 2022, Karoline Herfurth sebagai produser dan aktris asal Jerman merilis sebuah film bertemakan feminisme sebagai bentuk kekhawatiran atas permasalahan perempuan yang masih terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu permasalahan perempuan yang sering dijumpai adalah konstruksi kecantikan. Dengan menggunakan teori film Graeme Turner dan teori objectified body conciousness scale milik McKinley & Hyde, penelitian ini akan membahas bagaimana film Wunderschön merepresentasikan persepsi negatif perempuan Jerman mengenai tubuhnya. Tujuan penelitian ini untuk menguraikan hasil analisis mengenai persepsi negatif perempuan Jerman mengenai tubuhnya di dalam film Wunderschön. Hasilnya menunjukkan beberapa perilaku yang menunjukkan objektifikasi diri sebagai salah satu akibat yang ditimbulkan dari persepsi negatif, yaitu mengamati tokoh idola dan membandingkan diri sendiri di depan cermin, memakai riasan, melakukan operasi plastik, merokok, mengonsumsi narkotika, dan berolahraga secara keras tanpa memikirkan kondisi tubuh. Kesimpulannya adalah konstruksi kecantikan ideal membuat sebagian besar perempuan lupa bahwa tubuh mereka berharga dan kesehatan mereka lebih penting daripada penampilan. Penulis berharap penelitian mengenai subjektivitas dan perlawanan terhadap objektifikasi diri ini dapat ditelusuri lebih lanjut dan tidak hanya itu, masih banyak permasalahan perempuan di dalam film Wunderschön yang harus diteliti.

In 2022, Karoline Herfurth as a producer and actress from Germany released a film with the theme of feminism as a form of concern about women's problems that still occur in everyday life. One of the problems women often encounter is the construction of beauty. By using Graeme Turner's film theory and McKinley & Hyde's objectified body conciousness scale theory, this research will discuss how the film Wunderschön represents German women's negative perceptions of their bodies. The aim of this research is to describe the results regarding the analysis of negative perceptions of German women regarding their bodies in the film Wunderschön. The results show several behaviors that indicate self-objectification as one of the consequences of negative perceptions, namely observing idol figures and comparing oneself in the mirror, wearing make-up, having plastic surgery, smoking, consuming narcotics, and exercising vigorously without considering body condition. The conclusion is that the construction of ideal beauty makes most women forget that their bodies are valuable and their health is more important than appearance. The author hopes that this research on subjectivity and rejection of self-objectification can be explained further and not only that, there are still many women's problems in the Wunderschön film that need to be researched."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Milka Angela
"Keberadaan media sosial kini tak lepas dengan kehidupan sehari-hari. YouTube sebagai media sosial berbasis video, menjadi pilihan banyak orang terutama karena tampilannya yang mudah diterima dan jelas tergambarkan terutama dalam hal tutorial, termasuk juga video kecantikan. Melalui beauty vloggers, informasi mengenai cara ber-makeup dapat lebih mudah diterima dalam bentuk video. Tulisan ini berfokus kepada pemaknaan kecantikan yang dimiliki beauty vloggers, dan diwujudkan dalam video. Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunakan metode etnografi virtual untuk melihat dan mengamati pola-pola tertentu terhadap hal yang ditampilkan dalam media sosial, dan juga wawancara terkait kecantikan dan pengalaman yang mengiringinya. Kecantikan yang dimaknai tiap vloggers berbeda dan terkait dengan sejumlah pengalaman tertentu, namun terdapat kesamaan mendasar didalamnya. Melalui media sosial, individu tidak hanya sebagai produser, tetapi juga sebagai audience. Ide mengenai kecantikan tidak sepenuhnya bersifat personal, tetapi terbentuk dan terkait erat dengan penggunaan media.

The existence of social media, now not separated with everyday life. YouTube as a video-based social media, is the choice of many people mainly because of it looks easily accepted and clearly illustrated primarily in terms of tutorials, included beauty videos. Through beauty vloggers, information on how to makeup can be more easily accepted in video form. This paper focuses on the meaning of beauty forbeauty vloggers, and embodied in the video. Therefore, this study will use virtual ethnographic methods to see and observe certain patterns of things featured in social media, as well as interviews that related of the beauty and experience that accompanies it. The beauty that is interpreted by each vloggers is different and related to a specific experiences, but there are basic similarities in it. Through social media, individuals are not only producers, but also as audiences. The idea of beauty is not entirely personal, but it is formed and closely related to media usage.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prisckha Mayufithi Islamitha
"ABSTRAK
Sleeping Beauty adalah sebuah dongeng yang dipopulerkan oleh Disney. Hanya sedikit orang tahu bahwa dongeng Sun, Moon and Talia adalah versi literatur Sleeping Beauty paling pertama yang dibuat oleh pendongeng Italia, Giambattista Basile. Dongeng tersebut dipublikasikan tahun 1634 setelah kematiannya dalam ldquo;Lo cunto de li cunti rdquo;, sebuah karya yang berisi kumpulan versi pertama dongeng-dongeng populer seperti Cinderella, Rapunzel, dan lainnya. Sun, Moon and Talia memiliki kemiripan namun juga sangat berbeda dengan versi Disney. Jalan ceritanya terdiri dari perkosaan, perselingkuhan, dan banyak lagi yang menghasilkan penindasan terhadap perempuan. Dengan menggunakan metode Analisis Wacana Kritis Fairclough dan konsep arkeologi milik Foucault, penelitian ini bertujuan untuk membongkar dan menjelaskan perbedaan marjinalisasi terhadap perempuan yang terjadi dalam dongeng Sun, Moon and Talia dan Sleeping Beauty populer karya Disney. Hasil penelitian ini adalah motif, gaya hidup dan pengalaman pengarang memainkan peran dalam mengkonstruksi penindasan perempuan. Aspek ekonomi, religi dan sosial pada Italia abad ketujuhbelas dan Amerika abad keduapuluh turut menegaskan peran gender yang membentuk marjinalisasi perempuan, termasuk imoralitas terhadap perempuan yang ada dalam dongeng Sun, Moon and Talia sehingga dongeng tersebut sangat berbeda terhadap dongeng populer Sleeping Beauty karya Disney.

ABSTRACT
Sleeping Beauty by Disney is the most well known version by public. Only a few know the Sun, Moon and Talia is the first version of printed Sleeping Beauty tale by an Italian poet, Giambattista Basile. It published in 1634 after his death in his ldquo Lo cunto de li cunti rdquo , a collection of fairy tales which consist the first version of many popular tales such as Cinderella, Rapunzel, etc. Sun, Moon and Talia has the resemblance but in very different way to Disney version. Its story line consists of rape, affair, and many more that leads to marginalization of women. Using Fairclough rsquo s critical discourse analysis method and Foucault rsquo s concept of archaeology, this study aims to disassemble and explain the differences of women rsquo s marginalization presented in the Sun, Moon and Talia and popular Sleeping Beauty tale. The result is the authors rsquo motives, their lifestyle and experience play a role in constructing the women oppression. The economic, religion and social aspects during seventeenth century in Italia also affirming the gender role that shaping the marginalization of women, as well as the immorality to women that occurs in the Sun, Moon and Talia tale, so it has big difference to popular Sleeping Beauty rsquo s Disney."
2017
T47875
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>