Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 219516 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rijal Noor Al-Ghiffari
"Skripsi ini membahas tentang gambaran faktor psikososial dan gejala stres kerja pada pekerja surveyor proyek cargo monitoring di PT. XYZ yang bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor psikososial konten dan kontekstual pekerjaan serta gejala stres yang dialami surveyor. 50 surveyor (10,3% tingkat respon) mengisi kuesioner dengan lengkap. Variabel dependen penelitian ini ialah gejala stres kerja yang bermanifestasi pada gejala fisik, psikologis, perilaku, dan kognitif. Variabel independen dari penelitian ini ialah faktor psikososial konten pekerjaan (desain tugas, beban dan ritme kerja, jadwal kerja, lingkungan dan peralatan kerja) dan kontekstual pekerjaan (budaya dan fungsi organisasi, peran dalam organisasi, perkembangan karir, pengambilan keputusan dan kontrol, hubungan interpersonal, hubungan pekerjaan dengan personal). Hasil penelitian menunjukkan, satu-satunya faktor psikososial yang termasuk dalam kategori buruk berdasarkan skor penilaian (1,65) dan dipersepsikan buruk oleh sebagian besar responden (86%) ialah perkembangan karir. Persepsi buruk ini diduga timbul karena sistem kerja kontrak pada Surveyor. Gejala stres yang bermanifestasi pada kondisi fisik, psikologis, dan kognitif tergolong dalam kategori stres sedang-signifikan dialami oleh 10%, 8%, dan 4% responden secara berututan. Persentase yang cukup rendah ini diduga dipengaruhi oleh faktor psikososial yang sebagian besar dipersepsikan baik. Secara keseluruhan, faktor psikososial Surveyor tergolong baik dengan persentase gejala stres kerja rendah.

This thesis discusses the decription of psychosocial factor and symptoms of work-stress on cargo monitoring project surveyor workers at PT XYZ which aims to find out the description of the content and context of occupational psychosocial factor and the symptoms of stress experienced by surveyors. 50 surveyors (10,3% response rate) filled out the questionare completely. The dependent variable of this study is the symptoms of work stress manifested in physical, psychological, behavioral, and cognitive symptoms. The independent variables of this study are psychosocial factor of job content (task design, work load and work pace, work schedule, work environment and equipment) and job context (organizational culture an function, role in organization, career development, decision making and control, interpersonal relationship, home-work interface). The result showed that the only psychosocial factor that was included in the bad category based on the assessment score (1,65) and was perceived poorly by the majority of respondents (86%) is career development. This bad perception is thought to arise because of the contract work system among surveyor. Stress sympthoms that manifest in physical, psychological, and cognitive conditions that are classified as moderate-significant stress categories are experienced by 10%, 8%, dan 4% of respondents respectively. A fairly low percentage is thought to be influenced by psychosocial factors that are mostly perceived well. Overall, the Surveyor's psychosocial factors are good with a low percentage of work stress symptoms."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denti Vadalika Puteri
"Stres kerja merupakan keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara tuntutan pekerjaan dengan kemampuan seseorang untuk mengelola tuntutan tersebut sehingga menimbulkan berbagai dampak negatif. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor – faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada guru SMA Negeri di Jakarta Pusat saat masa pandemi COVID-19. Adapun faktor – faktor yang diteliti meliputi faktor karakteristik individu (jenis kelamin, usia, status pernikahan, masa kerja, tingkat pendidikan, tipe kepribadian, jumlah anak) dan faktor psikososial (beban kerja, jadwal kerja, dukungan sosial, kontrol pekerjaan, ambiguitas peran, konflik peran, home-work interface). Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dan pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner online. Dari 113 orang guru yang berpartisipasi dalam penelitian ini, didapatkan 47,8% guru mengalami stres kerja. Selain itu, terdapat hubungan antara status pernikahan (P value = 0,037), jumlah anak (P value = 0,016), ambiguitas peran (P value = 0,015), dan home-work interface (P value = 0,048) dengan stres kerja.

Occupational stress is a situation where there is an imbalance between job demands and workers ability to manage those demands, then it can causing various negative impacts. The aim of this study is to explain factors related to work stress among public high school teachers in Jakarta Pusat during COVID-19 pandemic. Observed factors are individual characteristics (sex, age, marriage status, work period, education level, personality type, number of children) and psychosocial factors (workload, work schedule, social support, control over work, role ambiguity, role conflict, home-work interface). This study design is cross sectional and data collection was carried out by distributing online questionnaires. From 113 teachers participated in this study, it was found that 47,8% of teachers experience occupational stress. Moreover, the result also found a relationship between marriage status (P value = 0,037) and work stress, number of children (P value = 0,016) and work stress, role ambiguity (P value = 0,015) and work stres, home-work interface ( P value = 0,048) and work stress."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Pajar Yani
"Pendahuluan : GERD dapat menurunkan kualitas hidup yang dapat dipicu dan dieksaserbasi dengan stres. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara stres kerja dengan kejadian GERD.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang pada Januari hingga April 2021 terhadap 100 guru SD di Cipondoh, Kota Tangerang yang dipilih melalui metode multistage cluster random sample. Para guru mengisi kuesioner melalui google form. Kuesioner GERDQ digunakan untuk mendiagnosis GERD, sementara stres kerja dinilai menggunakan Teacher Stress Inventory (TSI). Seluruh faktor risiko yang mungkin ada dianalisa. Data yang didapat diolah dengan menggunakan analisis bivariat.
Hasil : Mayoritas guru adalah perempuan, berusia dibawah 40 tahun, mengajar sekolah swasta, dan memiliki pengalaman mengajar lebih dari lima tahun. Guru yang mengalami stres rendah sebanyak 77% dengan beban kerja sebagai stresor utama. Prevalensi GERD didapatkan sebanyak 23%. Dari hasil penelitian ini, tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara stres kerja pada guru dengan kejadian GERD (p=0,69). Faktor resiko yang bermakna secara statistik ialah merokok (p = 0,037; OR : 11,4). Karakteristik guru, obesitas, diet tinggi lemak, kafein serta peristiwa hidup yang stressful bukan merupakan faktor resiko yang bermakna.
Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara stres kerja dengan GERD.

GERD can reduce the quality of life and it can triggered and exacerbated by stress. The aim of this study is to find a relationship between occupational stress and GERD.
Method: This is a cross-sectional study, held in September 2020-July 2021. This study were involving 100 elementary teacher in Cipondoh, Kota Tangerang, whom selected by multistage cluster random sample method, and completing the questionnaire using google form application. The GERDQ Questioner were used to diagnose GERD, while occupational stress assessed using the Teacher Stress Inventory (TSI). All possible risk factors were analysed. Results were analysed using bivariate analysis.
Results: Most of the subject were female, under 40 years old, work in private school, and have more than five years experiences of teaching. They are having a low occupational stress (77%), workload being the most stressor. The prevalence of GERD was 23%. The result of this study failed to indicate a significant relationship between occupational stress among the teachers and GERD (p = 0,69). We found that the statistically significant risk factors of GERD is smoking (p = 0,037; OR = 11,4). Characteristic subject, obesity, fat dietary, caffein, and (stressful) life events were not a significant risk factors of GERD.
Conclusion: We didn’t find any significant relationship between teacher stress and GERD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Nurul Haq
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran tingkat stres kerja dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres kerja pada petugas pemadam kebakaran di Suku Dinas Penanggulan Kebakaran dan Penyelamatan Kecamatan Matraman. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif dengan design penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Suku Dinas Penanggulan Kebakaran dan Penyelamatan Kecamatan Matraman pada Maret – Juni 2020. Besaran sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 53 responden. Variabel dependen dari penelitian ini adalah stres kerja dan variabel independen dari penelitian ini adalah beban kerja, desain kerja, jadwal kerja, peran dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan interpersonal, dan home-work interface. Pengambilan data primer dilakukan dengan pengisian kuesioner COPSOQ untuk faktor psikososial dan PSS untuk stres kerja dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 31 petugas pemadam (58,5%) mengalami stres sedang. Terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan stres kerja (p = 0,019), ada antara hubungan interpersonal dengan stres kerja (p = 0,004), tidak ada hubungan antara desain kerja dengan stres kerja (p = 0,070), tidak ada hubungan antara jadwal kerja dengan stres kerja (p = 0,501), tidak ada hubungan antara peran dalam organisasi dengan stres kerja (p = 0,948), tidak ada hubungan antara pengembangan karir dengan stres kerja (p = 0,983), tidak ada hubungan antara home-work interface dengan stres kerja (p = 0,683). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa beban kerja dan hubungan interpersonal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada petugas pemadam di Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Kecamatan Matraman.

This study aimed to determine the factors related to work stress among firefighters. This study is a cross-sectional study with quantative and qualitative methods. The sample in this study were 53 firefighters. The dependent variabel is work stress and the independent variabels are workload, work design, work schedule, role in organization, career development, interpersonal relationship at work, and home-work interface. The instrument used in this study are Copenhagen Psychosocial Questionnaire III (COPSOQ III), Perceive Stress Scale (PSS) and interview. The findings revealed, 58,5% firefighters experienced moderate stress. While the variables that related to work stress are workload (p = 0,019) and interpersonal relationship at work (p = 0,004). The variables that not related to work stress are work design (p = 0,070), work schedule (p = 0,501), role in organization (p = 0,948), career development (p = 0,983), and home-work interface (p = 0,683). The study therefore concludes that workload and interpersonal relationship at work are the factors related to work stress in firefighters."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Belinda Widiastuti
"Penelitian ini adalah tentang gejala stres kerja dan bahaya psikososial pada pekerja kontraktor proyek repairing tanki 31T5 yang berlokasi di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Gejala stres kerja diukur menggunakan kuesioner dan ceklist mengenai keluhan-keluhan baik gejala fisik, emosi, dan perilaku yang merupakan gejala-gejala stres kerja. Sedangkan bahaya psikososial diukur dengan menggunakan kuesioner dan wawancara mengenai persepsi responden terhadap Context to Work dan Content of Work di tempat kerja.
Metode penelitian ini adalah cross sectional dengan melalukan observasi/wawancara, checklist dan kuesioner untuk pengukuran gejala stres kerja dan bahaya psikososial. Hasil dari pengukuran menunjukkan bahwa adanya keluhan gejala fisik pada responden sebesar 40%, yaitu keluhan sakit kepala, gangguan tidur, dan kaku otot. Sedangkan responden tidak menunjukkan persepsi yang diduga buruk terhadap aspek Context to Work dan Content of Work.

This study is about work stress symptoms and psychosocial hazard to contractor worker tank 31T5 repairing project that located in PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Work stress symptoms was measured by questionnaire and checklist about physical symptoms , emotion, and behavior complaint. Psychosocial hazard was measure by questionnaire and interview about respondent perception with Context to Work and Content to Work in working area.
The method of this study is cross sectional by doing observation/interview, checklist and work stress measuring and psychosocial hazard with questionnaire. Result of the measuring showing that complaints of physical symptoms on respondents by 40%, that complaint was fatigue, headache, indigestion, palpitations, sleep disorders, itching and sleepy. Then respondents did not indicate a bad perception of the aspects to Work Context and Content of Work.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S58977
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Ade Rahmat Kurnia
"Pendahuluan: Selama masa pandemi, tenaga kesehatan mengalami peningkatan stresor di tempat kerja yang membuat mereka lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental. Universitas Guyana mengembangkan kuesioner SSTRESS 1 untuk mengidentifikasi stresor yang dirasakan oleh petugas kesehatan selama pandemi. Kuesioner SSTRESS 1 perlu divalidasi sebelum dapat digunakan di Indonesia.
Metode: Studi validasi dengan validasi dan adaptasi trans-kultural, proses penerjemahan ke bahasa Indonesia dilakukan dengan metode ISPOR. Uji reliabilitas dilakukan dengan konsistensi Internal Cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Analisis faktor dilakukan untuk menyelidiki faktor yang terbentuk dari kuesioner ini berdasarkan budaya lokal dengan >0,3 sebagai muatan minimum untuk masing-masing pertanyaan.
Hasil: Uji menghasilkan kuesioner SSTRESS 1 versi Bahasa Indonesia dengan 18 pertanyaan valid dengan Cronbach’s alpha 0,919. Enam pertanyaan dikeluarkan karena korelasi antar item < 0,03. Frustrasi, tekanan dan beban kerja adalah faktor-faktor yang menyusun kuesioner ini.
Kesimpulan: Kuesioner SSTRESS 1 Bahasa Indonesia terdiri dari 18 pertanyaan dengan 3 faktor yaitu frustrasi, tekanan dan beban kerja. Eksternal validasi menggunakan SRQ-20 menunjukkan korelasi yang positif

Background: During pandemic healthcare workers suffered from an increased stressor in their workplace which make them more vulnerable to mental health problems. University of Guyana developed SSTRESS 1  questionnaire to identify stressor perceived by healthcare workers during pandemic. SSTRESS 1 questionnaire need to be validated before it can be used in Indonesia.
Method: Validation study with trans-cultural validation, translation process to Bahasa Indonesia done with ISPOR method. Reliability test carried out with Internal consistency of Cronbach’s alpha greater than 0.6. Analysis factor conducted to investigate factor made from this questionnaire based on local culture with > 0.3 as minimum loading for each question.
Result: Test generate 18 valid questions form SSTRESS 1 questionnaire version of Bahasa Indonesia with Cronbach’s alpha 0.919. Six questions are excluded as the inter-item correlation < 0.03.  Frustration, pressure and workload are factors composed this questionnaire.   
Conclusion: SSTRESS 1 questionnaire in Bahasa Indonesia consist of 18 questions with 3 factors i.e. frustration, pressure and workload. External validation with SRQ-20 shown positive correlation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kaligis, Fransiska
"Remaja usia transisi rentan mengalami masalah kesehatan jiwa dan sekitar 50–75% masalah kesehatan jiwa muncul pada usia 14–24 tahun. Pada usia tersebut terjadi perubahan biologis, psikologis dan lingkungan yang dapat menimbulkan stres sehingga remaja perlu beradaptasi. Mahasiswa merupakan remaja usia transisi yang rentan terhadap stres sehingga perlu dilatih untuk meningkatkan ketahanan mental (resiliensi). Namun, belum ada modul penguatan kesehatan jiwa bagi mahasiswa usia transisi sehingga diperlukan modul yang efektif memperkuat kesehatan jiwa berdasarkan aspek biospikososial. Desain penelitian ini adalah mixed method research, yaitu exploratory sequencial method dengan penelitian kualitatif untuk pengembangan modul yang diikuti penelitian kuantitatif untuk menilai efektivitas modul. Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada bulan September 2020 sampai Januari 2022. Subjek penelitian kualitatif adalah 20 mahasiswa FKUI serta 12 ahli yang terdiri atas psikiater, psikolog dan dosen. Mahasiswa dipilih secara random sedangkan para ahli dipilih dengan consecutive sampling. Data dari mahasiswa diambil dengan wawancara mendalam dan dari para ahli dilakukan metode delphi. Uji efektivitas terhadap resiliensi mahasiswa dilakukan secara kuasi eksperimental dengan pengukuran berulang pada minggu ke-4, ke-8, ke-12. Tema modul adalah “Transisi dan Adaptasi Menuju Resiliensi: Modul Kenali Stres dan Penguatan Kesehatan Jiwa dalam Proses Adaptasi Mahasiswa Baru di Fakultas Kedokteran”. Kepuasan mahasiswa terhadap modul diukur dengan instrumen CSQ-I dan diperoleh skor 37,4 (SB 3,81) dari skor maksimal 40. Uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner pengetahuan, sikap terhadap kesehatan jiwa, dan perilaku mencari bantuan diperoleh rentang I-CVI 0,7–1,0, serta nilai S-CVI untuk masing-masing kuesioner 0,87; 0,90 dan 0,99. Reliabilitas kuesioner diuji dengan cronbach’s alpha dan diperoleh nilai 0,521; 0,780; dan 0,852. Pengukuran biomarker kortisol menurun bermakna pada kelompok perlakuan (uji Wilcoxon, p < 0,001), sedangkan kadar enzim alfa-amilase saliva tidak berbeda bermakna. Nilai resiliensi yang diukur dengan kuesioner CD-RISC meningkat bermakna pada kelompok perlakuan dibandingkan kontrol pada minggu ke-4, ke-8 dan ke-12 (Uji ANOVA two way, p < 0,001). Terdapat juga peningkatan bermakna pada pengetahuan (uji ANOVA two way, p < 0,001), sikap dan perilaku terhadap kesehatan jiwa (uji ANOVA two way, p < 0,001). Terdapat penurunan bermakna (uji ANOVA two way, p < 0,001) skor persepsi terhadap stres yang diukur dengan kuesioner PSS. Skor depresi pada kelompok perlakuan yang diukur dengan kuesioner DASS pada minggu ke-12 menunjukkan penurunan bermakna (uji Wilcoxon, p < 0,001), demikian juga dengan ansietas (uji Wilcoxon, p < 0,001) dan stres (uji Wilcoxon, p < 0,001). Disimpulkan modul penguatan kesehatan jiwa dapat diterima dan diterapkan pada mahasiswa tingkat pertama di FKUI karena efektif meningkatkan kekuatan menghadapi stres dari aspek biopsikososial.
.....Adolescents of transitional age are vulnerable to mental health problems, and about 50–75% of mental health problems arise at the age of 14–24 years. At that age, biological, psychological and environmental changes can cause stress, so adolescents need to adapt. Students are teenagers of transition-age prone to stress, so they need to be trained to increase mental resilience. However, there is no module for strengthening mental health for transitional-aged students, so an effective module is needed based on biopsychosocial aspects. This research design is mixed-method research, namely exploratory sequential method with qualitative research for module development followed by quantitative research to assess the module’s effectiveness. The research was conducted at the Faculty of Medicine, University of Indonesia (FKUI) from September 2020–January 2022. The subjects of the qualitative research were 20 FKUI students and 12 experts consisting of psychiatrists, psychologists and lecturers. Students were selected randomly, while the experts were selected by consecutive sampling. Data from students were taken through in-depth interviews, and from the experts, the Delphi method was used. The effectiveness test on student resilience was conducted in a quasi-experimental manner with repeated measurements at the 4th, 8th, and 12th weeks. The module’s theme is “Transition and Adaptation Towards Resilience: Recognizing Stress and Strengthening Mental Health in the Adaptation Process of New Students at the Faculty of Medicine”. Student’s satisfaction with the module was measured using the CSQ-I instrument and a score of 37.4 (SB 3.81) out of a maximum score of 40. The validity and reliability test of the knowledge, attitudes toward mental health and help-seeking behaviour questionnaires obtained the I-CVI range of 0.7–1.0, while the S-CVI value for each questionnaire was 0.87; 0.90 and 0.99. The reliability of the questionnaire was tested with Cronbach’s alpha and obtained a value of 0.521; 0.780; and 0.852. Cortisol measurement decreased significantly in the treatment group (Wilcoxon test, p < 0.001), while salivary alpha-amylase enzyme levels were not significantly different. The value of resilience as measured by the CD-RISC questionnaire increased significantly in the treatment group compared to the control group at week 4, 8, 12 (ANOVA two way test, p < 0.001). There were significant improvement in knowledge (ANOVA two way test, p < 0.001) and in attitudes and behaviour toward mental health (ANOVA two way, p < 0.001). The PSS questionnaire measured a significant decrease (ANOVA two way, p < 0.001) in perceived stress scores. Depression scores as measured by the DASS questionnaire at week 12 showed significant differences (Wilcoxon test, p < 0.001), as did anxiety (Wilcoxon test, p < 0.001) and stress (Wilcoxon test, p < 0.001). It is concluded that the mental health strengthening module can be accepted and applied to first-year students at FKUI because it effectively increases the strength to deal with stress from a biopsychosocial aspect."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nendra Yelena Sarina
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara stres akademis dengan psychological well being pada mahasiswa tahun pertama Universitas Indonesia. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 122 mahasiswa tingkat pertama berusia 17-20 yang sedang menempuh semester dua di Universitas Indonesia. Pengukuran psychological well-being menggunakan alat ukur Ryff?s Psychological Well- Being Scale (1995) yang telah diadaptasi oleh Yorike dan rekan-rekan payung penelitian psychological well-being tahun 2011. Pengukuran stres akademis menggunakan alat ukur Student-Life Stress Inventory yang dikembangkan oleh Gadzella (1994) dan telah diadaptasikan ke dalam konteks bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil penghitungan korelasi Pearson Product Moment, diperoleh hubungan yang negatif dan signifikan antara stres akademis dan psychological well -being pada mahasiswa tahun pertama Universitas Indonesia. Semakin tinggi skor stres akademis yang dimiliki maka semakin tinggi skor psychological wellbeing, begitu pula sebaliknya.

The objective of this research is to find the corelation between academic stress and psychological well-being among first-year college students in Universitas Indonesia . The participant for this research were 122 students aged 17-20 whose studied at the second term in Universitas Indonesia. Psychological well-being was measured with Ryff?s Psychological well-being Scale (1995) which was constructed by Carol D. Ryff and had been adapted to Indonesian context by Yorike and colleagues in 2011. Academic stress was measured with Student-Life Stress Inventory which constructed by Gadzella and had been adapted to Indonesian context. The coefficient of Pearson Product Moment correlation showed that there is negative and significant correlation between psychological well being and academic stress among first-year college students in Universitas Indonesia. The more academic stress suffered by first-year college students, the lower score of psychological well being they have and vice versa."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Putri Wulandari
"Mahasiswa rentan mengalami stres dan gangguan tidur ketika menyelesaikan skripsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan gangguan tidur pada mahasiswa skrips dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 99 mahasiswa skripsi di salah satu fakultas rumpun sciencetechnology Universitas Indonesia pada 28 April-18 Mei 2012. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportional stratified random sampling. Penelitian ini menggunakan dua instrumen kuesioner, yaitu kuesioner tingkat stres Safaria & Saputra dan kuesioner gangguan tidur yang dimodifikasi dari SMH Questionnaire.
Analisis data menggunakan uji chi square menunjukkan 61,6% responden mengalami stres sedang dan tidak ada yang mengalami stres berat, 44,6% responden mengalami gangguan tidur, dan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan gangguan tidur pada mahasiswa skripsi (95% CI; p= 0.675; α= 0.05). Promosi kesehatan mengenai pencegahan stres dan gangguan tidur perlu dilakukan sebagai upaya pencegahan stres dan gangguan tidur agar mahasiswa memiliki kesuksesan akademik.

Student was prone to stress and sleep disturbance when completing study. This study aimed to determine the relationship between the level of stress with sleep disturbance in college students with using descriptive correlation study design with a cross sectional approach. The sample used by 99 student research in one faculty of science-technology of University of Indonesia on 28 April to 18 May 2012. Sampling using proportional stratified random sampling technique. This study used two questionnaires instruments, is questionnaires Safaria & Saputra stress levels and sleep disturbance questionnaire modified from SMH Questionnaire.
Data analysis used chi square test showed 61.6% of respondents experienced stress and nothing is being severely stressed, 44.6% of respondents experienced sleep disturbance, and no significant association between levels of stress with sleep disturbance in student research (95% CI, p = 0675; α = 0.05). Health promotion on the prevention of stress and sleep disturbances need to be done for prevention of stress and sleep disorders in order to have an academic success.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43681
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gatha Haris Widodo
"Perkembangan bisnis yang pesat di Indonesia saat ini menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk sektor kesehatan. Laboratorium merupakan salah satu sarana dalam sektor kesehatan yang dituntut dapat unggul dalam memberikan pelayanan kepada konsumen. PT. X adalah salah satu laboratoium swasta di Indonesia yang sudah memiliki beberapa penghargaan. Bagian pelayanan menjadi salah bagian terpenting dalam suatu sistem produksi di perusahaan ini. Penilaian terhadap faktor-faktor bahaya psikososial yang berhubungan dengan stres pada pekerja bagian pelayanan di PT. X cabang se-Jabodetabek belum pernah dilakukan sebelumnya, dimana pencatatan mengenai penilaian terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan stres dan pengendaliannya belum tersedia sebagai suatu dokumen K3 yang dapat disosialisasikan bagi seluruh elemen bagian pelayanan di PT. X cabang se-Jabodetabek.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor bahaya psikososial yang berhubungan dengan tingkat stres pekerja bagian pelayanan di PT. X cabang se-Jabodetabek tahun 2016. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan bagian pelayanan yang berjumlah 291 responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari instansi terkait dan data primer yang diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada responden.
Dari hasil penelitian didapatkan 51,2% responden mengalami stress kerja tinggi dan 48,8% mengalami stres kerja rendah. Hasil analisis bivariat dengan tingkat kemaknaan 5%, diperoleh lima faktor yang berhubungan dengan stres kerja yakni budaya dan fungsi organisasi dengan p value 0,001, peran dalam organisasi dengan p value 0,002, pengembangan karir 0,001, hubungan interpersonal dengan p value 0,001, dan peralatan kerja dengan p value 0,001. Dari hasil penelitian tersebut perusahaan harus segera mengambil tindakan pengendalian untuk guna mencegah terjadinya stres di kalangan pekerja dan yang akhirnya bisa merugikan pekerja dan perusahaan sendiri.

Rapid business development in Indonesia nowadays demands the implementation of Occupational Health Safety (OHS) in every workplace including the health sector. Laboratory as one of the facilities in the health sector are required to excel in providing services to consumers. PT. X is one of the private laboratory in Indonesia which already has several awards. Customer service department become one of the most important departements in this company production system. An assessment of workers stress levels and psychosocial hazard factors associated with stress on workers in the service section PT. X Jabodetabek branch has never been done before, where the recording of the assessment of the factors associated with stress and its control is not available as a document that can be socialized K3 for all elements of the service section at PT. X Jabodetabek branch.
This study aims to determine the factors associated with psychosocial hazards stress level services department workers at PT. X branch Jabodetabek 2016. The study design used in this study was cross-sectional. The sample in this study are employees of the customer service amounted to 291 respondents. The data used in this research is secondary data from the company and primary data obtained through a questionnaire given to respondents.
From the results, 51.2% of respondents experiencing high job stress and 48.8% had low job stress. The results of the bivariate analysis of the significance level of 5%, obtained five factors related to job stress. That are cultural and organizational functions with p value 0,001, role in the organization with p value 0.002, career development 0,001, interpersonal relationships with the p value of 0.001, and working equipment with p value of 0.001. From these results the company should take immediate action to control in order to prevent stress among workers and that could eventually be detrimental to workers and the company itself.;
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65224
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>