Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152722 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eleonora Renata Andelina
"Kesepian merupakan pengalaman subjektif dan aversif yang sering dikaitkan dengan dampak negatif terkait kesehatan mental dan fiisk, terutama pada mahasiswa. Internet dianggap sebagai penghubung yang tepat untuk memudahkan individu melakukan help-seeking. Terlebih adanya asosiasi terkait peningkatan penggunaan internet pada individu yang mengalami kesepian. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara kesepian dan online help-seeking berbasis internet pada mahasiswa (N = 270). Dalam penelitian ini ditemukan hubungan signifikan yang positif antara kesepian dan niat online help-seeking dengan cara mengunggah ke sumber anonim (r = 0,23, p < 0,01). Selain itu ditemukan juga hubungan signifikan yang negatif antara kesepian dan niat online help-seeking dengan cara mengirim pesan kepada orang terdekat (r = -0,29, p < 0,01). Kesepian juga ditemukan memiliki hubungan signifikan yang positif dengan perilaku online help- seeking dengan cara mengirim pesan kepada orang terdekat (r = 0,33, p < 0,01). Berdasarkan hasil penelitian ini, pihak profesional dapat menyediakan layanan online sebagai sarana bantuan yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.

Loneliness is a subjective and aversive experience that is commonly linked to physical and mental health, especially towards college students. Internet is considered as a useful tool of connection which makes seeking help even easier. Moreover there is an association regarding the increase of internet use of the individual who experiences loneliness. The research that is conducted is a correlational study that aims to learn the connection between loneliness and online help-seeking through the internet among college students (N = 270). It is found in the study that loneliness is positively correlated with online help-seeking intention by posting to anonymous sources (r = 0,23, p < 0,01). Additionally, it is found that loneliness is also negatively correlated with online help- seeking intention by way of directly messaging close others (r = -0,29, p < 0,01). Furthermore, loneliness is also have a positive correlation with online help-seeking behaviour by way of directly messaging close others (r = 0,33, p < 0,01). These findings could help the professionals to provide the effective online tools for college students that might want to seek help."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vini Theodophilia
"Mahasiswa menjadi pengguna internet tertinggi dan mendapatkan paparan yang cukup banyak. Banyak hal yang dapat dialami oleh mahasiswa dan dapat menyebabkan masalah kesehatan mental. Namun, terdapat hambatan-hambatan bagi mahasiswa untuk mencari bantuan. Seperti, finansial, ketersediaan waktu, confidentiality, pengalaman help-seeking sebelumnya dan sebagainnya. Hambatan ini dapat dijembatani dengan Online Help-Seeking, namun stigma tetap menjadi salah satu yang dapat mempengaruhi OHS. Salah satu kategori stigma adalah Religious Reinforced Stigma (RRS). Alat ukur yang akan digunakan pada penelitian ini adalah OHSQ (Online Help-Seeking Questionnaire) dan RBMI (Religious Beliefs about Mental Illness). Pengolahan data akan menggunakan metode pearson’s correlation dan pada beberapa item menggunakan Chi-square. Hasil data yang didapatkan adalah N = 349 dan rentang usia 18-25 tahun (M = 20,75, SD = 1,213). Analisis utama pada penelitian ini menunjukan bahwa di kalangan mahasiswa sin/moral responsibility dan spiritually-oriented causes/treatments tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan online help-seeking. Peran social support, attachment dan mental health literacy dalam mempengaruhi kedua variabel ini dapat diteliti untuk penelitian selanjutnya.

The highest internet user is college students and they spend a lot of time in social medias etc. . When in college, college students experiencing many things that might cause mental illness. Despite all the problems they had, there're things that hindrance them to seek help. Those problems can be financial problem, time availability, confidentiality, help-seeking experience etc.. These problems can be solved with Online Help-Seeking (OHS), but stigma might affect OHS. Religious reinforced stigma (RRS) is one of stigma's categories. Tools that were used in this research are OHSQ (Online Help-Seeking Questionnaire) and RBMI (Religious Beliefs about Mental Illness). Pearson's correlation was used to analyze the main research question and some of the item used Chi-Square. This research got N = 349 participants with an age range 18-25 years old (M = 20,75, SD = 1,213). The main analysis showed that religious reinforced stigma isn't significantly correlated with online help-seeking. For the next study, researcher suggest to research on social support, attachment and mental health literacy influence in these variables. These findings might be used as one of the references for psychoeducation about religious reinforced stigma and help-seeking
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trisha Almira
"Mahasiswa termasuk dalam kelompok usia dewasa muda yang sangat rentan mengalami gangguan kesehatan mental namun sangat sedikit yang mencari pertolongan. Self-Concealment sebagai faktor penghambat individu untuk mencari pertolongan dapat diatasi dengan media online karena memfasilitasi anonimitas. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara self-concealment dengan online help-seeking. Partisipan (N = 270) merupakan mahasiswa S1 aktif di Indonesia. Hasil menunjukkan bahwa self-concealment secara signifikan berhubungan dengan niat online help-seeking pada cara Mengunggah ke sumber anonim (r = 0,18, p < 0,01), cara Mencari dan membaca informasi (r = 0,29, p < 0,01), dan cara Mengirim pesan secara langsung kepada orang terdekat (r = -0,16, p < 0,01). Self-concealment juga secara signifikan berhubungan dengan perilaku online help seeking pada cara Mencari dan membaca informasi (r = 0,17, p < 0,01) dan cara Mengirim pesan kepada orang terdekat (r = -0,18, p < 0,01). Penemuan ini dapat berguna sebagai landasan untuk mengembangkan fungsi media online agar dapat meningkatkan pencarian bantuan pada orang dewasa muda, khususnya mahasiswa.

College students are classified as young adult age groups who are very vulnerable to mental health disorders but very few of them are seeking help. Self-concealment as an inhibiting factor for individuals to seek help can be overcome by online media because it facilitates anonymity. This correlational study aimed to see the relationship betweet self-concealment and online-help seeking. Participants (N = 270) were active undergraduate students in Indonesia. Results showed that self-concealment was significantly related to online help-seeking intentions by way of Posting to Anonymous sources (r = 0,18, p < 0,01), Searching and reading information (r = 0,29, p < 0,01), and Directly messaging close others (r = -0,16, p < 0,01). Self-concealment is also significantly related to online help-seeking behavior by way of Searching and reading information (r = 0,17, p < 0,01), and Directly messaging close others (r = -0,18, p < 0,01). These findings can be useful as a basis to develop online media functions in order to increase help-seeking in young adults, especially college students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danika Nurannisa S.
"

Masalah kesehatan mental pada mahasiswa sering terjadi, namun kenyataannya niat dan perilaku mencari bantuan secara online yang mudah untuk dijangkau masih jarang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan stigma diri dan online help-seeking pada mahasiswa. Proses pengumpulan data dilakukan kepada mahasiswa di Indonesia dengan rentang usia 18-29 tahun dengan jumlah sebanyak 270 orang. Partisipan diminta untuk mengisi kuesioner secara online yang di dalamnya terdapat Self-Stigma of Seeking Help Scale dan Online Help-Seeking Questionnaire. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa stigma diri memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan niat mencari bantuan secara online dengan cara menggunakan internet untuk mencari dan membaca informasi masalah pribadi dan emosional (r = -0,25, p < 0,01). Penelitian ini juga menunjukkan stigma diri memiliki hubungan positif yang signifikan dengan perilaku mencari bantuan online dengan cara mengunggah ke penonton yang besar (r = 0,13, p < 0,01). Hasil dari temuan ini dapat berguna dalam program preventif dan memperkaya dalam literatur terkait stigma diri dan niat serta perilaku mencari bantuan secara online. 

Kata Kunci: mahasiswa; mencari bantuan secara online; stigma diri 


Mental health problems in college students often occur, but the reality the intention and behavior of online help-seeking that is easy to reach are still rarely done. This study aims to examine the relationship of stigma diri and online help-seeking in students. The data collection process was carried out for college students in Indonesia with an age range of 18- 29 years with a total of 270 people. Participants were asked to fill out an online questionnaire in which there was a Self-Stigma of Seeking Help Scale and an Online Help-Seeking Questionnaire. The results of this study indicate that self-stigma has a significant negative relationship with intention online help-seeking by using the internet to find and read information on personal and emotional problems (r = -0.25, p <0.01). This study also showed that self-stigma had a significant positive relationship with online help-seeking behavior by uploading to a large audience (r = 0.13, p <0.01). The results of these findings can be useful in preventive and enriching programs in the literature related to stigma diri and the intention and behavior of online help-seeking. 

Key Words: college students; online help-seeking; self-stigma 

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Pratiwi
"Salah satu jenis stres pada mahasiswa adalah stres akademik. Perilaku helpseeking merupakan salah satu mekanisme koping yang efektif terhadap stres. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres akademik dan perilaku help-seeking pada mahasiswa Universitas Indonesia. Sebanyak 100 orang mahasiswa dari tiga rumpun ilmu diambil sebagai sampel dengan teknik pengambilan sampel cluster random sampling. Hasil penelitian didapatkan 33% mahasiswa mengalami stress akademik berat dan 53% menunjukkan perilaku help-seeking. Hasil analisis hubungan didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara stress akademik dan perilaku help-seeking (p=0.56; α=0.05). Penelitian lanjutan yang bersifat analitik dibutuhkan untuk mengetahui hubungan sebab-akibat antara kedua variabel.

This study focused on the academic stress and help-seeking behavior of regular program students at Universitas Indonesia. This study purpose is to identify the relationship between academic stress and help-seeking behavior. The research method of this study is descriptive-correlative. This research gathered college students as samples (N=100). The result showed 33% of student experienced high level of academic stress and 53% students showed help-seeking behavior, but no evidence of correlation between academic stress and help-seeking behavior (p value 0.560; α 0.05). More analytical researches are recommended to study the causative relations between the two variables.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S45773
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Tsamara Rustiadi
"Mahasiswa yang merantau harus menghadapi lebih banyak penyesuaian dalam kehidupan perkuliahannya, terlebih setelah adanya perubahan global yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19. Dalam situasi yang sulit tersebut, kedekatan dengan alam dan resiliensi dapat memiliki peran penting agar mahasiswa tidak mempersepsi situasi secara negatif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran resiliensi sebagai mediator pada hubungan kedekatan dengan alam dan persepsi stres mahasiswa perantau. Data diambil menggunakan survei daring pada mahasiswa perantau di seluruh Indonesia (N = 123). Pengukuran variabel pada penelitian ini menggunakan adaptasi 21-Item Nature Relatedness Scale (NR21), Resilience Scale (RS), dan Perceived Stress Scale (PSS). Data penelitian dianalisis dengan model mediasi pada perangkat PROCESS dari Hayes di SPSS. Penemuan yang didapatkan dari penelitian ini antara lain kedekatan dengan alam berpengaruh positif terhadap resiliensi, resiliensi berpengaruh negatif terhadap persepsi stres, dan terdapat indirect-only mediation dari resiliensi terhadap hubungan kedekatan dengan alam dan persepsi stres mahasiswa perantau.

Sojourner college students have to face more adaptation in their college life, especially now after there are global changes all around the world because of COVID-19 pandemic. In this stressful situation, nature relatedness and resilience have an important role in reducing college students’ negative perception of the situation. This research’s objective is to see the role of resilience as mediator between nature relatedness and perceived stress. Data were taken using online survey from sojourner students all over Indonesia (N = 123). Variables were measured using the adaptations of 21-Item Nature Relatedness Scale (NR21), Resilience Scale (RS), and Perceived Stress Scale (PSS). The data that have already been collected were analyzed using mediation model on Hayes’ PROCESS tool on SPSS. Results from this research is nature relatedness can positively predict resilience, resilience can negatively predict perceived stress, and there is an indirect-only mediation from resilience to the relationship between nature relatedness and perceived stress of sojourner college students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Faturamadhan
"Permasalahan kualitas tidur menjadi salah satu hal yang umum ditemui pada kelompok mahasiswa. Kualitas tidur buruk ditemukan berasosiasi positif dengan kesepian. Hal ini mengingat mahasiswa masih berada di tahapan perkembangan yang rentan terhadap munculnya kesepian. Mekanisme hubungan antara kesepian dan kualitas tidur diduga dimediasi oleh cara individu merespons terhadap pengalaman kesepian tersebut. Salah satu respons yang umum dilakukan oleh individu saat menghadapi kesepian adalah ruminasi atau memikirkan pengalaman suasana hati negatif secara berulang-ulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ruminasi sebagai mediator antara hubungan antara kesepian dan kualitas tidur pada mahasiswa Indonesia. Partisipan pada penelitian ini terdiri atas 124 mahasiswa strata 1 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia (M = 21,08; SD = 0,95). Alat ukur yang digunakan adalah UCLA Loneliness Scale version 3 untuk mengukur kesepian, Ruminative Response Scale Short Version untuk mengukur ruminasi, dan Pittsburgh Sleep Quality Index untuk mengukur kualitas tidur. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ruminasi terbukti secara signifikan berperan sebagai variabel mediator antara hubungan kesepian dan kualitas tidur pada mahasiswa (ab = 0,0198, 95% CI [0,0052, 0,0391]). Hasil penelitian ini dapat menjadi rekomendasi kepada mahasiswa untuk mengadopsi respons yang lebih adaptif dalam menghadapi kesepian serta kepada perguruan tinggi dan tenaga kesehatan mental profesional untuk merancang intervensi yang dapat meminimalisasi tingkat kesepian dan ruminasi pada mahasiswa.

Sleep quality problems are common among university students. Poor sleep quality was found to be positively associated with loneliness. This is because students are still at a stage of development that is vulnerable to the emergence of loneliness. The mechanism of the relationship between loneliness and sleep quality is thought to be mediated by the way individuals respond to the experience of loneliness. One of the common responses made by individuals when facing loneliness is rumination or thinking about negative mood experiences repeatedly. This study aims to determine the role of rumination as a mediator in the relationship between loneliness and sleep quality in Indonesian university students. Participants in this study consisted of 124 undergraduate students from state and private universities in Indonesia (M = 21.08; SD = 0.95). The instruments used were the UCLA Loneliness Scale version 3 to measure loneliness, the Ruminative Response Scale Short Version to measure rumination, and the Pittsburgh Sleep Quality Index to measure sleep quality. The results of statistical analysis show that rumination is proven to significantly act as a mediator variable in the relationship between loneliness and sleep quality in college students (ab = 0.0198, 95% CI [0.0052, 0.0391]). The results of this study can be a recommendation for students to adopt more adaptive responses in dealing with loneliness and for universities and mental health professionals to design interventions that can minimize the level of loneliness and rumination in college students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Ariowibowo
"ABSTRAK
Memiliki hubungan yang baik dengan siswa merupakan kebutuhan dasar guru. Guru harus memiliki hubungan baik dengan siswa agar dapat menampilkan kinerja yang baik. Tak terkecuali bagi guru jenjang sekolah menengah, memiliki hubungan baik dengan siswa dapat mencegah kenakalan yang dapat ditimbulkan siswa. Terdapat perbedaan kondisi dari well-being guru wali kelas dan guru non-wali kelas yang disebabkan oleh perbedaan kondisi hubungan guru-siswa diantara kedua kelompok guru tersebut. Guru wali kelas memiliki kondisi hubungan dengan siswa serta well-being dan yang lebih baik daripada guru non-wali kelas (Fisherman, 2015; Hagenauer et al., 2015). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan pada kondisi hubungan guru-siswa terhadap well-being guru wali kelas dan guru non-wali kelas di jenjang sekolah menengah. Penelitian ini dilakukan kepada guru jenjang sekolah menengah (N = 284; M = 35,58 tahun) dengan alat ukur Student-Teacher Relationship Scale dari Aldrup et al. (2018) dan Teacher Subjective Well-Being Questionnaire dari Renshaw et al. (2015). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis Independent Sample T-Test. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan kondisi hubungan guru-siswa [t(284) = -0,430; p = -0,667] dan well-being [t(284) = 1,815; p = 0,71] pada guru wali kelas dan guru non-wali kelas di jenjang sekolah menengah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syazka Kirani Narindra
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara orientasi masa depan dalam hubungan romantis dan kualitas hubungan romantis pada pasangan beda agama. Pengukuran orientasi masa depan dalam hubungan romantis menggunakan alat ukur Future Time Orientation in Romantic Relationship Scale (Oner, 2000) dengan koefisien reliabilitas sebesar 0.89 dan pengukuran kualitas hubungan romantis menggunakan Partner Behaviors as Social Context dan Self Behaviors as Social Context (Ducat, 2009) dengan koefisien reliabilitas sebesar 0.93. Partisipan berjumlah 231 individu dewasa muda yang terdiri atas 96 laki-laki dan 135 perempuan yang memiliki karakteristik berusia 20 hingga 40 tahun (rata-rata [+/-SD] usia 19,5 +/- 24 tahun) dan sedang menjalani hubungan romantis berpacaran beda agama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara FTORR dengan kualitas hubungan romantis (r=0.220, p<0.001) pada pasangan beda agama. Sehingga dapat diketahui bahwa semakin tinggi FTORR maka semakin tinggi pula kualitas hubungan romantis pada pasangan beda agama.

This research is purposed to examine the correlation between future time orientation in romantic relationship and romantic relationships on interfaith couple. Future Time Orientation in Romantic Relationship Scale (Oner, 2000) is used to measure future time orientation in romantic relationship with a 0.89 reliability coefficient, while Partner Behaviors as Social Context and Self Behaviors as Social Context (Ducat, 2009) is used to measure relationship quality with a 0.93 reliability coefficient. Participants consist of 231 young adults between the age of 20 to 40 years old (mean [+/-SD] age 19,5 +/- 24 years), 96 of which are male while 135 of which are female, and all are currently having a romantic interfaith relationships. The results have shown that there is a significant positive correlation between future time orientation in romantic relationship and the quality of the romantic relationship (r=0.220, p<0.001) with partners of
different faith. Thus it is found that a higher future time orientation in romantic relationship the higher quality of relationships on interfaith couple."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S58990
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutmainnah
"Masalah kesehatan mental pada remaja di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun tindakan mencari bantuan pada pihak profesional masih tergolong rendah. Diduga terdapat faktor lain yang menghambat intensi remaja untuk mencari bantuan pada pihak profesional ketika memiliki masalah. Sayangnya, penelitian mengenai faktor utama penghambat remaja mencari bantuan pada pihak profesional seperti stigma diri dan sikap terhadap tindakan mencari bantuan masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sikap sebagai mediator terhadap hubungan stigma diri dan intensi remaja untuk mencari bantuan profesional. Sebanyak 255 remaja Indonesia (laki-laki=57 dan perempuan=198) berusia 11-19 tahun (M= 15.31 tahun) menjadi partisipan dan mengisi serangkaian kuesioner meliputi Intention to Seek Counseling Questionnaire (ISCI), Self-Stigma of Seeking Help Scale (SSOSH) dan Mental Help Seeking Attitude Scale (MHSAS). Berdasarkan analisis mediasi ditemukan sikap memediasi secara penuh hubungan stigma diri dan intensi mencari bantuan tenaga kesehatan mental profesional. Semakin rendah stigma diri, maka sikap terhadap tindakan mencari bantuan pada pihak profesional semakin positif. Sikap yang positif selanjutnya akan meningkatkan intensi remaja meminta bantuan kepada pihak profesional. Temuan dalam penelitian ini mengindikasikan perlu digencarkannya program psikoedukasi berkaitan dengan pentingnya merawat kesehatan mental untuk remaja untuk menurunkan stigma diri dan mendorong sikap positif dan intensi mencari bantuan pada tenaga profesional remaja meningkat.

Mental health problems in adolescents in Indonesia are increasing from year to year, but the act of seeking professional help is still relatively low. It is suspected that other factors prevent adolescents from seeking professional help when they have problems. Unfortunately, research on the main factors inhibiting adolescents from seeking professional help such as self-stigma and attitudes toward seeking help is still minimal. This study aims to determine the role of attitude as mediator on the relationship bestween self-stigma and adolescents intention to seek professional help. A total of 255 Indonesian adolescents (boys = 57 and girls = 198) aged 11-19 years (M = 15.31 years) became participants. It filled out questionnaires including the Intention to Seek Counseling Questionnaire (ISCI), Self-Stigma of Seeking Help Scale (SSOSH), and Mental Help Seeking Attitude Scale (MHSAS). Based on the mediation analysis, it was found that the attitude of fully mediating the relationship of self-stigma and intention to seek help from professionals. The lower the self-stigma, the more positive the attitude towards seeking help from professionals. A positive attitude will further increase the intention of adolescents seeking help from professionals. The findings in this study need to be intensified with psychoeducational programs related to the importance of treating mental health for adolescents to reduce self-stigma, encourage adolescents positive attitudes, and increased intention ti seek help from proffesionals mental health."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>