Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171942 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jazeed Parama Abidin
"ABSTRAK
Krisis Keuangan Asia (AFC) 1997-98 dan Krisis Keuangan Global (GFC) 2008 telah mendorong turbulensi ekonomi dan mata uang negara-negara ASEAN-5. Fenomena ini meningkatkan kerentanan fundamental ekonomi makro dan memicu peneliti untuk membangun Indikator Peringatan Dini (EWI) sebagai alat untuk mencegah terjadinya krisis mata uang. Skripsi ini akan membandingkan 9 perilaku indikator ekonomi makro dari sektor domestik, eksternal, dan kerentanan moneter dan keuangan di negara-negara ASEAN-5 yang meningkatkan kemungkinan krisis mata uang terjadi, menggunakan matriks ERPD dan regresi logit biner pada periode AFC dan GFC. Hasil penelitian menunjukkan variabel sektor eksternal signifikan dalam meningkatkan kemungkinan krisis mata uang terjadi di negara-negara ASEAN-5 selama periode AFC dan GFC. Rasio impor terhadap cadangan devisa adalah indikator yang paling signifikan dan memiliki dampak positif pada kemungkinan terjadinya krisis. Semakin besar impor ke cadangan meningkatkan tekanan nilai tukar dan meningkatkan kemungkinan krisis mata uang terjadi.

ABSTRACT
Asian Financial Crisis (AFC) 1997-98 and Global Financial Crisis (GFC) 2008 had driven economic and currency turbulence of ASEAN-5 countries. This phenomenon increases vulnerabilities of macroeconomic fundamentals and triggers the researcher to build an Early Warning Indicator (EWI) as a tool to mitigate the occurrence of a crisis. This research will compare 9 macroeconomic indicators behavior from real domestic, external, and monetary and financial vulnerabilities sector in ASEAN-5 countries that increase the possibility of currency crisis using the ERPD matrix and binary logit regression during the AFC and GFC period. The results show the external sector variables are significant in increasing the probability of currency crisis in ASEAN-5 countries during the AFC and GFC period. Import to reserves ratio is the most significant indicator and has a positive impact on the probability of crisis occurrence. The greater import to reserves increasing the exchange rate pressure and increase the probability of currency crisis to occur"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Calfin Murrin Yp
"ABSTRAK
Efek dari krisis ekonomi semakin lama semakin meluas. Krisis Asia 1997-1998 dan Krisis Global 2008 adalah contoh nyata penyebaran krisis ekonomi. Melalui metode komparasi, tinjauan literatur ini melihat bagaimana perkembangan kanal penyebaran krisis saat Asia 1997- 1998 dan Krisis Global 2008. Terlihat adanya perbedaan signifikansi kanal antara Krisis Asia dan Krisis Global. Signifikansi kanal fundamental dan makroekonomi dipertanyakan oleh para akademisi karena sulit ditemukan bukti empiris bahwa krisis dapat menyebar melalui kanal tersebut. Pada kanal hubungan finansial, tren menunjukkan bahwa kanal hubungan finansial semakin dipercayai sebagai kanal yang sangat signifikan dalam penyebaran krisis, terbukti dari perkembangan tulisan ilmiah yang lebih banyak membahas tentang kanal tersebut. Untuk kanal hubungan perdagangan, signifikansinya dirasakan menurun dari Krisis Asia ke Krisis Global walaupun masih tetap penting untuk sebagian negara berkembang yang menggantungkan perekonomiannya kepada pasar luar negeri. Sedangkan kanal perilaku investor semakin disoroti oleh para akademisi mengingat hubungannya yang dekat dengan kanal hubungan finansial sehingga potensi penyebaran krisisnya juga semakin besar.

ABSTRACT
The financial crisis effects so many countries in the world. Asian Financial Crisis 1997- 1998 and Global Financial Crisis 2008 are the living examples of the contagion effect. By using contrasting method this literature review sees the evolution of the contagion channels from Asian Financial Crisis 1997-1998 to Global Financial Crisis 2008. There are some differences in the significance of the contagion channels between the Asian Financial Crisis and the Global Financial Crisis. The significancy of macroeconomic fundamentals channels are questioned by scholars because there is no empirical evidance that crisis can spread through that channels. Financial relationships channels are increasingly believed to be a more significance channels, proven by more academic research towards that channels. For trade relations channels, the significance are perceived to be declining although it is still important for some developing countries who have economic dependency towards foreign market. Investor behavior channels are increasingly highlighted by scholars considering its close relations with the financial relations channels.
"
2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dendi Anugerah Pratama Suhubdy
"Riset ini bertolak belakang dari penggunaan krisis 2008 yang populer dikalangan industri perbankan dan menyebabkan kebangkrutan beberapa institusi keuangan internasional Riset ini mencoba menilai credit default swap CDS dengan cara melihat keberadaan hubungan arbitrase tingkat kedua dan tingkat pertama antara nilai obligasi CDS dan saham Selain untuk menilai harga ini juga analisa yang telah dilakukan untuk melihat perbedaan harga CDS sebelum dan sesudah krisis 2008 dan juga untuk melihat perilaku perubahan harga instrument finansial pada saat Sharp mengalami kesulitan finansial Hasil yang didapatkan adalah adanya arbitrase tingkat kedua namun tidak untuk tingkat ketiga Riset ini juga menunjukkan bahwa penggunaan model Risk Neutral Probability to Default dari informasi akuntansi tidak dapat memprediksi kebangkrutan dengan baik.

This research tries to expand this relationship within the third order arbitrage such the linkage between the risk neutral probability RNPD to default of the bonds CDSs and equity values The purpose of this arbitrage relationship seeking other than to calculate the fair price for the credit default swap but to indicate any price differences pre and post of the global financial crisis of 2008 This research also describes the process of Sharp's bankruptcy in the end of 2012 According to the results obtained there are second but no third or arbitrage relationship between the corporate bond market equity market and its respective credit derivative market This research also obtains facts that the models that Fitch Equity Implied Rating does not work to predict the changes in Risk Neutral Probability to Default in the case of Sharp's bankruptcy "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S46106
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuning Trihadmini
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis komparasi krisis Asia dengan krisis keuangan global dalam aspek pola penularan (contagion, interdependence) dan spillover, baik secara intra dan inter asset price serta analisis respons kebijakan moneter. Pola penularan diestimasi dengan menggunakan model DCC-GARCH dari data harian, sedangkan analisis spillover dan respons kebijakan dimodelkan dengan menggunakan Global VAR (GVAR) dengan data bulanan. Periode analisis dari Januari 1995 sampai dengan Maret 2018. Hasil penelitian menunjukkan terdapat persamaan dan perbedaan pola penularan antara krisis Asia dengan krisis keuangan global.
Beberapa persamaannya adalah; (i) perambatan shock intra asset price lebih besar dibandingkan inter asset price, (ii) terjadi common cycle yaitu penularan krisis cenderung terjadi dalam periode yang pendek dan berulang, (iii) terjadi interdependence pada nilai tukar, serta (iv) dari dua periode krisis, nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi paling tajam diantara mata uang negara ASEAN. Adapun perbedaan dari kedua krisis adalah; (i) pada krisis Asia, terjadi interdependence intra asset price pada suku bunga O/N, nilai tukar, serta interdependence terbatas pada indeks saham, kemudian terjadi juga interdependence semua asset price intra ASEAN. Pada nilai tukar, terjadi common trend intra ASEAN yaitu mengalami pergerakan searah dalam jangka panjang, kecuali dengan SGD tidak terjadi. (ii) Pada krisis keuangan global terjadi asimetri interdependence pada nilai tukar, dimana Interdependence negative yang terjadi sebelum GFC (mata uang ASEAN menguat dalam tahun 2005-2007) lebih kecil dibandingkan dengan interdependence positif yang terjadi saat krisis keuangan global, (mata uang ASEAN mengalami depresiasi). (iii) Pada krisis Asia, suku bunga O/N memiliki degree of co-movement paling besar baik intra dan inter asset price, juga intra ASEAN. Sementara pada krisis keuangan global nilai tukar menunjukan co-movement paling besar. Terdapat pertalian yang kuat antara nilai tukar dengan indeks saham, namun shock nilai tukar mempunyai efek yang lebih besar dan bertahan dalam jangka panjang. (iv) Diantara variabel riel, inflasi menerima efek limpahan paling besar pada kedua krisis, namun pada krisis Asia efeknya lebih eksplosif. Penurunan GDP saat krisis Asia lebih banyak disebabkan efek limpahan dari public debt, sementara pada krisis keuangan global oleh nilai tukar. (v) Respons kebijakan moneter Tight Money Policy pada krisis Asia lebih efektif dalam jangka panjang (1-2 tahun), sementara itu respons kebijakan stabilisasi pada krisis keuangan global lebih efektif dalam jangka pendek.

A financial crisis that occurs in one country can easily spread to other countries and become a global financial disaster in a short time. This study aims to conduct a comparative analysis of the Asian crisis with the global financial crisis in terms of contagion, interdependence and spillover effect, both intra and inter asset prices, as well as an analysis of monetary policy responses. The pattern of contagion was estimated using the DCC-GARCH model from daily data, while the spillover analysis and policy response were modeled using Global VAR (GVAR) with monthly data. The analysis period is from January 1995 to March 2018. The results show that there are similarities and differences in transmission patterns between the Asian crisis and the global financial crisis.
Some of the similarities are; (i) intra-asset price shock propagation is greater than inter-asset price, (ii) common cycle occurrence, i.e. crisis transmission tends to occur in short and repeated periods, (iii) exchange rate interdependence, and (iv) from two crisis periods , the Rupiah experienced the sharpest depreciation among ASEAN currencies. The differences between the two crises are; (i) in the Asian crisis, there was interdependence of intra asset prices on O/N interest rates, exchange rates, and limited interdependence on stock indices, then there was also interdependence of all intra ASEAN asset prices. In the exchange rate, there is a common intra-ASEAN trend that is experiencing the same direction of movement in the long term, except that SGD does not occur. (ii) In the global financial crisis, interdependence asymmetry occurred in exchange rates, where the negative interdependence that occurred before the GFC (the ASEAN currency strengthened in 2005-2007) was smaller than the positive interdependence that occurred during the global financial crisis, (the ASEAN currency experienced a depreciation. ii) During the Asian crisis, the O/N interest rate had the highest degree of co-movement, both intra and inter asset prices, as well as intra ASEAN. Meanwhile, during the global financial crisis, the exchange rate showed the largest co-movement. There is a strong relationship between the exchange rate and stock indices, but exchange rate shocks have a larger effect and persist in the long term. (iv) Among real variables, inflation received the largest spillover effect in the two crises, but in the Asian crisis the effect was more explosive. The decline in GDP during the Asian crisis was mostly due to spillover effects from public debt, while in the global financial crisis it was caused by the exchange rate. (v) The monetary policy response of the Tight Money Policy to the Asian crisis was more effective in the long term (1-2 years), while the stabilization policy response to the global financial crisis was more effective in the short term.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dandy Dwi Ramdani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal bank terhadap dua dimensi kinerja, yaitu probabilitas kelangsungan hidup (probability of survival) dan pangsa pasar (market share) bank di Negara ASEAN-5 pada periode Krisis Asia 1997 dan Krisis Global 2008. Pada penelitian ini menggunakan data panel, dan terdapat dua model, dimana model 1 yaitu untuk melihat pengaruh modal terhadap probabilitas kelangsungan hidup bank dengan menggunakan metode regresi logit dan model 2 untuk melihat pengaruh modal terhadap pangsa pasar dengan menggunakan metode regresi OLS. Terdapat dua hasil temuan utama pada penelitian ini, pertama yaitu modal bank memiliki pengaruh positif terhadap probabilitas bank bertahan hidup pada satu periode setelah krisis Asia 1997 dan krisis Global 2008. Kedua, penelitian ini juga menemukan bahwa modal bank memiliki pengaruh positif terhadap persentase perubahan pangsa pasar bank pada periode Krisis Asia 1997 dan Krisis Global 2008.

This research aims to determine the effect of the bank's capital towards two dimensions of bank performance, ie probability of survival and market share bank in ASEAN-5 during The Asian Crisis 1997 and The Global Crisis 2008. This research using panel data and there are two models, where the first model is to determine the impact of bank's capital towards bank`s probability of survival with logit regression method, and the second model is to determine the impact of bank's capital towards bank`s market share with OLS regression method. There are two main result. First, bank`s capital helps to increase bank`s probability of survival during The Asian Crisis 1997 and The Global Crisis 2008. Second, bank`s capital helps to increase bank`s market share during The Asian Crisis 1997 and The Global Crisis 2008."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S64036
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oda Sekar Ayu Issusilaningtyas
"Ada keuntungan dan kerugian ambigu dari ekonomi bawah tanah dalam suatu negara ekonomi. Gagasan yang bisa diperdebatkan seputar apakah ekonomi bawah tanah dapat membantu negara ekonomi dalam kasus krisis. Banyak ekonom mungkin percaya bahwa itu bisa berubah menjadi pengukuran yang menyesatkan. Masalah meningkat ketika strategi fiskal dan moneter harus menjadi tindakan bersama untuk mengendalikan ekonomi bawah tanah, dalam kasus krisis keuangan global. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan analisis kebijakan publik untuk masalah ekonomi bawah tanah di Indonesia selama krisis keuangan global. Periode penelitian adalah 2004-2017 dan populasi dalam penelitian ini adalah Indonesia. Sampel diperoleh melalui metode purposive sampling. Regresi Least Square Biasa digunakan sebagai metode analisis data dalam penelitian ini. Ditemukan dari penelitian ini bahwa nilai rata-rata ekonomi di Indonesia dari 2004 hingga 2017 adalah 26 dari PDB dengan kerugian dari potensi pajak sekitar 2,8 dari PDB.

There are ambiguous advantages and disadvantages of underground economy within an economic state. The debatable notions surrounding whether or not underground economy might help an economic state in the case of crisis. Many economists also believe that it might destroy an economic performance of a country since it might turn into misleading measurements. The problems rise when fiscal and monetary strategies should take actions together in order to control underground economy in the case of global financial crisis. The objective of this research is to obtain public policy analysis for underground economy problem in Indonesia during global financial crisis. The research period is from 2004 2017 and population in this research is Indonesia. Sample is obtained through purposive sampling method. Ordinary Least Square regressions are used as the data analysis method in this research. It is found from this research that the average value of underground economy in Indonesia from 2004 to 2017 is 26 of GDP with the loss from tax potential around 2,8 of GDP."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T50937
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Khanza Andarina
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh dari perbedaan jenis kepemilikan bank terhadap pertumbuhan pinjaman bank di kawasan ASEAN-5 saat krisis keuangan global periode 2008-2009 dan krisis sovereign debt di Eropa periode 2010-2013. Terdapat 3 jenis kepemilikan bank yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kepemilikan pemerintah, kepemilikan swasta domestik, dan kepemilikan asing. Peneliti menemukan bahwa dikedua periode krisis, bank milik pemerintah cenderung memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi daripada bank swasta domestik. Sedangkan, bank asing memiliki pertumbuhan pinjaman yang lebih rendah dibandingkan bank-bank domestik di kawasan ASEAN-5 saat terjadi krisis sovereign debt di Eropa. Akan tetapi, pada saat krisis keuangan global 2008-2009, pertumbuhan pinjaman bank asing di ASEAN-5 lebih tinggi dibandingkan bank milik pemerintah maupun bank swasta domestik Terdapat perbedaan perilaku antara bank asing dan bank domestik di ASEAN-5 selama periode krisis.

This study aims to identify the impact of bank ownership types on the growth of bank lending in ASEAN 5 region during the 2008 2009 global financial crisis and the European sovereign debt crisis 2010 2013. There are three types of bank ownership that used in this study state owned, private domestic owned, and foreign owned. This study found that the government owned banks had higher lending growth than domestic private owned banks during the crisis period. Meanwhile, foreign banks had lower bank lending growth than domestic banks in ASEAN 5 during the European sovereign debt crisis. However, during the global financial crisis, foreign owned banks in ASEAN 5 tend to lend more and had higher lending growth than government owned banks and domestic private banks. There are differences in the behavior of foreign and domestic banks in ASEAN 5 during the crisis."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S68905
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anjar Sumarjati
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk menganalisis dampak krisis keuangan tahun 2008 terhadap perilaku BUMN di Indonesia berdasarkan data keuangan periode tahun 2006 – 2010. Dampak krisis keuangan tahun 2008 dianalisis dengan menggunakan Wilcoxon Signed-Rank Test berdasarkan indikator-indikator rasio marjin laba operasi, rasio marjin laba bersih, total aset turnover, rasio pengembalian investasi, rasio pengembalian modal, tingkat pengembalian total aktiva, total utang terhadap ekuitas, dan rasio total hutang terhadap aset. Tesis ini juga menganalisis total factor productivity untuk BUMN di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BUMN di Indonesia memiliki kinerja yang lebih baik daripada sebelum ataupun setelah krisis keuangan tahun 2008, serta hampir semua BUMN memiliki pertumbuhan total factor productivity yang positif pada periode analisis.

ABSTRACT
This study aims to determine the effects of the financial crisis in 2008 on the behavior of Indonesia’s SOEs using panel data for the period 2006-2010. the study evaluates the differences in financial indicators before and after the financial crisis in 2008 using the Wilcoxon Signed-Rank Test. The indicators used in the study are operating profit margin ratio, net profit margin ratio, total assets turnover, return on investment ratio, return on equity ratio, rate of return on total assets, total debt to equity ratio, and total debt to assets ratio. In addition, the total factor productivity is estimated for each of the Indonesian SOEs during the financial crisis. This study showed that the Indonesian SOEs actually achieved better performance in 2008 when Indonesia suffered from the financial crises and almost all SOEs achieved a positive total factor productivity growth during the period of analysis."
[Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, ], 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marvin Charlie Chan
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris akan pengaruh kepemilikan pemerintah terhadap kualitas laba perusahaan selama periode krisis keuangan global 2008. Pada dasarnya, kepemilikan pemerintah terhadap perusahaan dipercaya dapat mempengaruhi insentif pelaporan keuangan, sehingga kualitas laba dari kedua jenis perusahaan, BUMN dan perusahaan non-BUMN, dapat berbeda. Proksi yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui kualitas laba adalah discretionary accruals. Penelitian ini menemukan bahwa perusahaan milik pemerintah memiliki kualitas laba yang lebih buruk dibandingkan dengan perusahaan non-BUMN. Penelitian ini berbeda dengan penelitian lainnya karena menggunakan kualitas laba sebagai proksi untuk mengetahui pengaruh dari kepemilikan pemerintah, bukan performa perusahaan

ABSTRACT
This research aims to examine the effect of government ownership on earnings quality during global financial crisis 2008 In Indonesia. In particular, state-ownership of companies is believed to influence reporting incentives, which may differ the earnings quality between state-owned enterprises and non-state-owned enterprises. This research uses discretionary accruals as the proxy of earnings quality. This research finds that the earnings quality of state-owned enterprises in Indonesia is lower than their counterparts?non-state-owned enterprises?even during global financial crisis 2008. While many studies test the effect of government ownership during global financial crisis by using performance as a proxy, this research uses earnings quality of companies as the main proxy.;"
2016
S64873
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Burhan Nudin Sultan
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh periode krisis keuangan global 2008-2009 terhadap kebijakan payout, cash holdings, dan investasi perusahaan di negara-negara ASEAN 5 periode 2008-2013. Dengan teknik estimasi penelitian menggunakan data panel dengan metode regresi logit dan least square, penelitian ini menemukan bahwa terjadinya krisis keuangan global 2008-2009 memiliki pengaruh positif terhadap terjadinya payout reduction perusahaan ASEAN 5, tetapi memiliki pengaruh negatif terhadap cash holdings dan investasi perusahaan ASEAN 5. Hal tersebut mengimplikasikan bahwa selama periode krisis, perusahaan cenderung mengurangi distribusi kas kepada investor untuk digunakan sebagai sumber dana internal untuk menutupi kebutuhan kas dan investasi perusahaan.

This research is aimed to analyze the effect of global financial crisis 2008-2009 on corporate policy related to payout, cash holdings, and investment of firms in ASEAN countries. By applying logistic and least square estimations, this research presents that global financial crisis has positive effects on probability of payout reduction and has negative effect on cash holdings and investment. These findings suggest that in the period of crisis, firms tend to decrease their cash distribution to investor and used cash savings from these reduction to cover the needs of fund. Firms also needed to decrease their cash holdings and investment.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S60299
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>