Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172657 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tanti Apriliana
"Kanak-kanak merupakan populasi yang rentan terhadap masalah gizi yaitu stunting. Stunting berdampak buruk bagi perkembangan kanak-kanak. Faktor-faktor penyebab stunting diantaranya pola asuh nutrisi, pola asuh ibu dan depresi ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan stunting dan perkembangan pada kanak-kanak. Desain penelitian menggunakan deskriptif korelatif dengan teknik quota sampling secara online. Responden berjumlah 140 ibu dengan kanak-kanak di Indonesia. Data diambil menggunakan kuesioner data demografi, pola asuh nutrisi kanak-kanak, pola asuh ibu, Edinburgh Postpartum Depression Scale, dan Beck Depression Inventory II. Hasil menunjukkan bahwa kanak-kanak stunting sebanyak 26,4% dan 73,6% tidak stunting. Pola asuh nutrisi dan depresi kehamilan ibu berhubungan bermakna dengan kejadian stunting kanak-kanak, sedangkan pola asuh ibu berhubungan bermakna dengan perkembangan kanak-kanak. Hasil penelitian dapat menjadi dasar mengembangkan promosi kesehatan jiwa terkait depresi ibu dan program preventif melalui pola asuh nutrisi serta kuratif dan rehabilitatif bagi kanak-kanak stunting.

Toddlers is a population that is vulnerable to nutritional problem is stunting. Stunting to have negativ effect for toddlers development. The factors that cause stunting in children include child nutrition parenting, maternal parenting and depression. This study aims to determine the factors associated with stunting and development in toddlers. The research design used descriptive correlative with online quota sampling technique. Respondents was 140 mothers with toddlers in Indonesia. Data were taken using questionnaires are demographic data, nutritional parenting for children, maternal parenting, the Edinburgh Postpartum Depression Scale, and the Beck Depression Inventory II. The results shows that toddlers who were stunted were 26.4% and 73.6% were not stunted. Nutrition parenting patterns and maternal pregnancy depression had a significant relationship with the incidence of toddlers stunting, while maternal parenting had a significant relationship with toddlers development. The results of this study are expected to be the basis for developing mental health promotion related to maternal depression and preventive programs through nutritional care then as curative and rehabilitative programs for stunting toddlers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Dranesia
"Stunting merupakan salah satu dampak dari kekurangan gizi kronik pada anak yang akan membawa dampak jangka panjang pada pertumbuhan serta lintas generasi ibu melalui siklus sindrom stunting.. Keberadaan anak stunting di kabupaten Kerinci mencapai setengah dari populasi balita yang dapat dipengaruhi oleh faktor anak, keluarga dan budaya. Penelitian cross sectional dilakukan untuk mengetahui faktor determinan kejadian stunting. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 290 anak yang dipilih dengan metode cluster random sampling.
Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara kejadian stunting dengan jenis kelamin p=0,019, riwayat ASI eksklusif p=0,038, dan suku ibu p=0,042. Hasil analisis multivariat menggunakan regresi logistik menunjukkan faktor yang berhubungan terhadap kejadian stunting pada balita adalah jenis kelamin, riwayat pemberian ASI eksklusif, praktik pemberian makanan menurut kepercayaan/tradisi ibu, larangan makan dan tekanan untuk makan. Sementara faktor yang paling berhubungan dengan kejadian stunting adalah riwayat pemberian ASI eksklusif. Dengan demikian pemberian asuhan keperawatan pada anak stunting dapat dilakukan dengan melakukan peningkatan upaya pemberian ASI eksklusif, serta berfokus kepada budaya ibu dalam pemberian makan pada anak.

Stunting is one of chronic malnutrition in children that will have long term impact on growth across generations through the cycle of stunting syndrome. The presence of stunting children in Kerinci district were about half of the under five years children population that can be affected by children, family and culture factors. Cross sectional study was conducted to determine the determinant factor of stunting. The number of samples in this study were 290 children selected by cluster random sampling method.
The result of bivariate analysis shows the relationship between stunting incidence with sex p 0,019, history of exclusive breastfeeding p 0,038, and maternal ethnicity p 0,042 . The results of multivariate analysis using logistic regression showed factors related to stunting were gender, history of exclusive breast feeding, feeding practices according to mother 39 s belief tradition, restriction and pressure to eat. While the factor most related to the incidence of stunting is history of exclusive breastfeeding. Thus the provision of nursing care in stunting children can be done by improving exclusive breastfeeding efforts, and focusing on the mother 39 s culture in feeding the child.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50880
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eti Marifah
"ABSTRAK
Stunting merupakan masalah yang saat ini sedang diperjuangkan oleh masyarakat Indonesia. Pemerintah dalam penanggulangan masalah stunting telah melakukan berbagai upaya yaitu dengan menetapkan 100 kabupaten / kota prioritas intervensi stunting di Indonesia. Stunting dapat menjadi ancaman mengingat stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktivitas dan akan menghambat pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan. Kabupaten Cilacap masuk dalam 100 lokus kabupaten / kota prioritas intervensi penanganan stunting. Skripsi ini membahas tentang implementasi kebijakan manajemen stunting di Kabupaten Cilacap tahun 2019 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Implementasi kebijakan yang dibahas menggunakan teori Van Metter dan Van Horn, dan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhinya digunakan teori Edwards III. Penelitian ini merupakan penelitian pasca positivis, dengan instrumen wawancara mendalam dan studi literatur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan yang relatif baru membuat pelaksanaan belum optimal, hal ini disebabkan regulasi di beberapa tingkat pemerintahan, dari atas hingga bawah masih belum jelas, sumber daya yang mendukung pelaksanaan kebijakan belum memadai serta koordinasi dan komunikasi distribusi yang tidak merata. antara pelaksana dan dengan kelompok sasaran masih belum maksimal, pemahaman dan sikap pelaksana dan kelompok sasaran (masyarakat) terhadap kebijakan mengenai pentingnya pemahaman mereka tentang stunting rendah, serta pengaruh kondisi ekonomi, sosial dan lingkungan. politik.
ABSTRACT
Stunting is a problem that is currently being fought by the Indonesian people. The government in overcoming the problem of stunting has made various efforts, namely by setting 100 priority districts / cities for stunting intervention in Indonesia. Stunting can be a threat considering that stunting has an impact on the level of intelligence, vulnerability to disease, reduces productivity and will hamper economic growth, as well as increase poverty and inequality. Cilacap Regency is included in the 100 district / city locus priority interventions for handling stunting. This thesis discusses the implementation of stunting management policies in Cilacap Regency in 2019 and the factors that influence it. The implementation of policies discussed uses the theory of Van Metter and Van Horn, and to see the factors that influence it, the theory of Edwards III is used. This research is a post-positivist research, using in-depth interview instruments and literature study. The results of this study indicate that a relatively new policy makes implementation less than optimal, this is due to regulations at several levels of government, from top to bottom are still unclear, resources that support policy implementation are inadequate and coordination and communication are uneven distribution. between the implementers and the target group is still not maximal, the understanding and attitude of the implementers and the target group (community) towards the policy regarding the importance of their understanding of low stunting, as well as the influence of economic, social and environmental conditions. political."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Metia Ariyanti
"ABSTRAK
Stunting merupakan salah satu permasalahan malnutrisi yang berdampak pada kegagalan pertumbuhan dan dapat berhubungan dengan perkembangan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kejadian stunting dengan status perkembangan anak usia 24 ndash;59 bulan. Design penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 100 responden anak stunting usia 24-59 bulan dan orang tuanya yang diambil dengan menggunakan metode probability sampling yaitu jenis stratified random sampling. Status perkembangan diidentifikasi menggunakan kuesioner pra skrining perkembangan KPSP , data stunting mengacu pada height of age z-score HAZ , dan stimulasi memakai kuesioner stimulasi berdasarkan kelompok usia. Hasil penelitian ini diuji dengan menggunakan chi-square. Anak stunting dan severe stunting memiliki status perkembangan meragukan sebesar 37 dan 14 p=0,044 . Dapat disimpulkan bahwa kejadian stunting dengan status perkembangan usia 24-59 bulan memiliki korelasi yang signifikan. Status perkembangan anak sangat penting untuk dilakukan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan atau masyarakat terlatih, selain itu stimulasi perkembangan yang sederhana sesuai kemampuan ekonomi masyarakat perlu diajarkan kepada masyarakat terutama ibu. Kata kunci :stunting, status perkembangan anak, stimulasi

ABSTRACT
Stunting is one of the malnutrition problem. The incident of stunting in worldwide is 162 million and it will impact to growth failturing and children development WHO, 2014 . The aim of this research is to know the associated between stunting and children development of age 24 59 months. The design of this study is cross sectional. Total sample is 100 children and parents and used a probability sampling with stratified random sampling. This research used Kuesioner Pra Skreening Perkembangan KPSP for the children development, height for age z score to knew stunted or severe stunted and questionnare stimulating development for the parents. This study used chi square to analysis it. There were 37 children has stunted and 14 severe stunted who has ldquo meragukan rdquo for the children development. The result of this study said that there was associated between stunting and development children of age 24 59 months. Child development is very important, so nurses must examine it and give some solution about a simple stimulating development. Keyword stunting, development of age 24 59 months, stimulation"
2017
T46940
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yedida Ayuningtyas
"Stunting merupakan masalah pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi, infeksi berulang, dan kurangnya rangsangan psikososial. Stunting memiliki konsekuensi negatif baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk peningkatan kejadian penyakit, gangguan perkembangan dan keterampilan belajar yang buruk, peningkatan risiko terkena penyakit tidak menular, penurunan kemampuan kerja, serta dampak antargenerasi. Kejadian stunting dikaitkan dengan berbagai faktor, di antaranya asupan tidak adekuat, penyakit infeksi, kerawanan pangan, pola asuh yang kurang tepat, serta kesehatan lingkungan dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai. Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 melaporkan bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan provinsi kelima dengan prevalensi stunting tertinggi di Indonesia dan termasuk dalam masalah kesehatan masyarakat kategori sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting serta faktor dominan kejadian stunting pada anak usia 6—23 bulan di Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional menggunakan data sekunder SSGI tahun 2021. Terdapat 600 subyek baduta yang dilibatkan dalam penelitian ini. Data dianalisis menggunakan uji kai kuadrat pada analisis bivariat dan uji regresi logistik ganda pada analisis multivariat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat variabel yang secara signifikan berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6—23 bulan, yaitu usia anak, jenis kelamin, partisipasi ibu dalam kelas ibu hamil, dan berat badan lahir. Anak dengan riwayat berat badan lahir rendah diketahui sebagai faktor dominan kejadian stunting pada anak usia 6—23 bulan dengan p-value 0,001 dan OR 3,560 (CI 95%: 1,777-7,132). Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian untuk masyarakat melakukan pencegahan dini kejadian stunting dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, memerhatikan kecukupan gizi sejak dini, menerapkan pola asuh yang sesuai, dan menggunakan akses sanitasi yang layak. Selain itu, instansi kesehatan diharapkan dapat mengoptimalkan dukungan kepada masyarakat melalui Komuikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Gizi yang berkaitan dengan stunting. Program-program pencegahan stunting yang sudah ada perlu dioptimalkan oleh instansi kesehatan guna memberikan manfaat yang maksimal dalam mencegah stunting di masyarakat.

Stunting is a growth and development problem in children caused by malnutrition, reccurent infections, and lack of psychosocial stimulation. Stunting has negative consequences in both the short and long term, including increased incidence of disease, impaired development and poor learning skills, increased risk of non-communicable diseases, decreased ability to work, and intergenerational impacts. The incidence of stunting is associated with various factors, including inadequate intake, infectious diseases, food insecurity, inadequate caregiving practices, and inadequate environmental health and health services. According to the 2021 Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) report, it is known that Southeast Sulawesi Province is the fifth province with the highest prevalence of stunting in Indonesia and is classified under the category of very high public health problem. This study aims to analyze the factors associated with stunting incidence and identify the dominant factors among children aged 6-23 months in Southeast Sulawesi Province. This research was conducted using a cross-sectional design using secondary data from the 2021 SSGI. A total of 600 children aged 6-23 months subjects were involved in this study. Data were analyzed using chi-square test in bivariate analysis and multiple logistic regression in multivariate analysis. The results of the study show that there are four variables significantly associated with the occurrence of stunting in children aged 6-23 months, namely child age, gender, maternal participation in maternity classes, and low birth weight. Children with a history of low birth weight were identified as the dominant factor in the occurrence of stunting in children aged 6-23 months, with a p-value of 0,001 and an odds ratio (OR) of 3,560 (95% CI: 1,777-7,132). Based on the research, suggestions for the community to prevent stunting include utilizing healthcare facilities for early prevention, paying attention to early nutritional adequacy, implementing appropriate parenting practices, and using proper sanitation facilities. In addition, healthcare institutions are expected to optimize support to the community through Nutrition Communication, Information, and Education (KIE Gizi) related to stunting. Existing stunting prevention programs need to be optimized by healthcare institutions to provide maximum benefits in preventing stunting in the community."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paramitha Anisa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 25-60 bulan di Kelurahan Kalibaru Depok tahun 2012. Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 104 balita yang didapat dengan cara simple random sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Mei 2012. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran tinggi badan, wawancara kuesioner dan lembar FFQ semikuantitatif. Analisis data dilakukan dengan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi responden yang stunting sebesar 21,2% dan yang memiliki status gizi TB/U normal sebesar 78,8%. Analisis uji statistik menunjukkan adanya hubungan bermakna antara asupan protein, berat lahir, pendidikan orang tua, pekerjaan ayah, dan status ekonomi keluarga dengan kejadian stunting pada balita.
Penelitian ini menyarankan agar peran aktif pemerintah khususnya petugas kesehatan untuk menanggulangi kejadian stunting pada balita. Selain itu, diharapkan masyarakat untuk menerapkan pola makan gizi seimbang dan mendapatkan pendidikan yang layak untuk meningkatkan kesejahteraannya.

The objective of this research is to determine the description and relationship factors of stunting children among 25-60 months at Kelurahan Kalibaru Depok in 2012. The method of this research is cross sectional design. There are 104 children was being the samples in this research and they obtained by simple random sampling. The research was held on April to May 2012. The database were collected by measuring of height, interview on the questionnaire and FFQ semiquantitative sheet.
The result of this study found that proportion of the respondents who are stunting was 21,2 % and the respondents who had normal nutrition status of HAZ was 78,8%. The result of statistic analysis showed that the protein intake, birth weight, parent?s education father?s occupation, and family economic status had a significant association with child-stunting.
This research suggest the active role from government, especially health care workers to solve the problem of child-stunting. Beside of that, people are expected to implement the balanced nutritional diet and get a proper education to improve their economic status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Damanik, Sri Melfa
"Stunting merupakan salah satu kondisi gagal tumbuh pada anak dimana tinggi badan anak <-2SD menurut tabel Z-score WHO. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab utama masalah stunting pada anak, salah satunya yaitu ketidakoptimalan praktik pemberian makan anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi gambaran praktik pemberian makan pada anak Batita yang mengalami stunting di Jakarta. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini yaitu sebanyak 15 orang partisipan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis konten. Hasil analisis data memperoleh 11 tema yang menggambarkan praktik pemberian makan pada anak Batita yang mengalami stunting di Jakarta antara lain : 1) Bayi dirawat terpisah dengan ibu setelah lahir, 2) Bayi diberikan susu formula menunggu ibu pulih, 3) Bayi diberikan ASI dan kontak dengan ibu hanya sebentar saat baru lahir, 4) Ibu senang bisa menyusui anaknya, 5) ASI dibantu dengan susu formula karena ASI kurang banyak pada usia 0-6 bulan, 6) Bayi diberikan ASI lanjutan, 7) Ibu memberikan MPASI dengan bubur bayi instan dan bubur tim siap saji, 8) Frekuensi pemberian makan 2-3 kali sehari dengan porsi yang sedikit, 9) Keragaman diet tidak terpenuhi, 10) Menu makanan disesuaikan dengan kondisi ekonomi, dan 11) Asupan makanan yang mengandung zat besi kurang optimal. Pemberian edukasi yang optimal kepada ibu hamil dan ibu yang memiliki Balita tentang praktik pemberian makan yang tepat diharapkan dapat menurunkan kejadian stunting di Indonesia.
Kata kunci : Batita, praktik pemberian makan, stunting

Stunting is a condition of failed to grow in children where the child's height is <-2SD according to the WHO Z-score table. There are several things that are the main causes of stunting problems in children, one of which is the inability to maximumly feed the children practices. The aim of this study is to explore the illustration of feeding practices for stunting toddlers in Jakarta. Participants involved in this study are 15 participants. The data analysis used in this study is content analysis. The results of the data analysis obtained 11 themes that illustrated the practice of feeding toddlers who experience stunting in Jakarta, among others : 1) Babies treated separately from mothers after birth, 2) Babies given formula milk waiting for mothers to recover, 3) Babies given breast milk and contact with mother only for a short while at birth, 4) Mother is happy to be able to breastfeed her child, 5) breast milk is assisted with formula milk because there is not much milk at the age of 0-6 months, 6) Babies are given continued breastfeeding, 7) Mothers provide instant porridge and ready-to-serve steam chicken rice, 8) Frequency of feeding 2-3 times a day with a small portion, 9) Diversity of diets not fulfilled, 10) Food menu adapted to economic conditions, and 11) Intake of foods containing iron is not optimal. Providing optimal education to pregnant women and mothers who have toddlers about proper feeding practices is expected to reduce the incidence of stunting in Indonesia.
Keywords : Toddlers, feeding practices, stunting
"
2019
T54064
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devita Ariestiana Prabowo
"Gizi buruk merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang terjadi pada balita. Kasusnya semakin banyak ditemukan karena malnutrisi pada balita lebih sulit dideteksi.Seringkali gizi buruk pada balita disertai dengan penyakit infeksi yang menyertai, disamping akibat asupan makanan yang kurang.Desain penelitian berupa cross sectionaldengan data sekunder dari laporan PPG, form pelacakan gizi buruk, dan pemeriksaan klinis balita gizi buruk tahun 2012-2013.Variabel dependen adalah peningkatan status gizi balita dan variabel independennya meliputi faktor karakteristik balita, orang tua, dan perilaku ibu.Analisis data berupa analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi balita yang mengalami peningkatan status gizi sebesar 55,0%, lebih banyak terjadi pada balita umur < 12 bulan (60,0%), dengan jenis kelamin perempuan (61,2%), yang lahir dengan BBLR (61,9%), ASI eksklusif (65,0%), disertai penyakit infeksi penyerta (58,7%), pada balita dengan ibu yang beumur <31 tahun (49,0%), berpendidikan tinggi (80,6%), ayah yang bekerja sebagai pekerja kasar (61,8%), ibu yang tidak bekerja (58,5%), dan ibu yang patuh dalam kunjungan PPG (70,7%).Faktor yang secara statistik memiliki hubungan yang bermakna dengan peningkatan status gizi adalah tingkat pendidikan ibu dan kepatuhan ibu dalam kunjungan PPG.

Malnutrition is a public health problem that occurs in toddler. The case increasingly found due to malnutrition in children under five is more difficult to detection. Oftentimes, malnutrition among children under five accompanied by an accompanying infectious diseases, in addition to due to the lack of food intake. The study design was cross-sectional, using secondary data from outpatient TFC reports, forms tracking of malnutrition, and clinical examination form malnutrition children in 2012-2013. Dependent variables is increase in nutritional status and the independent variables include factors toddlers characteristics, parents charracteristics, and mother behavior.Analisis performed by univariate and bivariate analyzes.
The results showed that the proportion of infants who have increased nutritional status is 55.0%, is more common in infants aged <12 months (60.0%), with female sex (61.2%), who were born with low birth weight (61, 9%), exclusive breastfeeding (65.0%), accompanied by concomitant infections (58.7%), in infants whose mothers age<31 years (49.0%), highly educated (80.6%), father who worked as a laborer (61.8%), mothers who did not work (58.5%), and mothers who are obedient to visit TFC (70.7%). Factors that have a statistically significant association with increased nutritional status is the level of maternal education and maternal adherence in PPG excursions.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55564
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gladys Apriluana
"Latar belakang: Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang banyak diderita balita di Indonesia. Kecamatan Pagedangan memiliki jumlah balita kurang gizi masih tinggi. Faktor penting pada pertumbuhan anak adalah asupan gizi. MPASI yang diberikan setelah balita berusia 6 bulan harus beraneka ragam dan adekuat, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dalam mencapai pertumbuhan yang optimal. Sayangnya, di Indonesia sulit untuk mencapai asupan gizi cukup dari MPASI yang umumnya berbasis tradisional dan tidak difortifikasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara
Metode: Penelitian dilakukan dengan disain kasus kontrol dan rasio sampel 1:1,5. Penelitian dilakukan dari Maret-Mei 2019. Populasi adalah balita usia 24 bulan. Total sampel sebanyak 100 anak.
Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pemberian MPASI (p=0,033) dan pekerjaan ibu (p=0,040) dengan kejadian stunting. Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang paling berpengaruh adalah pekerjaan ibu (OR=7,6), pendapatan keluarga (OR=4,8), dan pemberian MPASI (OR=4,0).
Kesimpulan: Faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita adalah pekerjaan ibu, setelah dikontrol pendapatan keluarga, pemberian MPASI, frekuensi minum susu, konsumsi susu, dan usia mulai minum susu. Saran: Meningkatkan program “Isi Piringku” dengan membuat menu makanan yang bergizi untuk balita disesuaikan ketersediaan pangan dan status sosial ekonomi warga.

Background: Stunting is a chronic malnutrition problem that affects many children in Indonesia. Pagedangan district has a high number of malnourished children. An important factor in children's growth is nutritional intake. Complementary foods that given after a 6-month-old toddler must be diverse and adequate, so that it meets growth needs. Unfortunately, in Indonesia it is difficult to achieve sufficient nutritional intake from complementary foods which is generally traditional and not fortified. The purpose of study was to determine correlation between complementary feeding and the incidence of stunting in children aged 24 months.
Methods: The study was conducted with case control design and sample ratio of 1: 1.5. The study was conducted from March to May 2019. The population was children aged 24 months. A total sample of 100 children.
Results: The results of bivariate analysis showed that there was a significant correlation between complementary feeding (p=0.033) and maternal occupation (p=0.040) with the incidence of stunting. The results of multivariate analysis showed the most influential variables were maternal occupation (OR = 7.6), family income (OR = 4.8), and complementary feeding (OR = 4.0).
Conclusion: The dominant factor associated with the incidence of stunting in children aged 24 months is maternal occupation, after controlled family income, complementary feeding, frequency of drinking milk, milk consumption, and age start drinking milk. Suggestion: Improving the program "Fill my plate" by making nutritious food menus for toddlers adjusted for food availability and socio-economic status of the residents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54686
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Fikry Al Akrom
"Malnutrisi merupakan kontributor tunggal dan terbesar tingginya morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. WHO mengestimasikan bahwa 45% kematian balita disebabkan karena masalah kekurangan gizi. Pada tahun 2018, wasting (salah satu bentuk kekurangan gizi) menempati peringkat kedua penyebab kematian pada balita di dunia. Di Indonesia, wasting masih menjadi masalah kesehatan yang serius, dengan prevalensi kasus sebesar 10,2%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gizi kurang (wasting) pada balita usia 0-59 bulan di Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) ke-5 tahun 2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan desain studi cross-sectional. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 587 balita yang menjadi responden IFLS 5. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kejadian wasting pada balita adalah 9,71%. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan (p≤0,05) antara riwayat penyakit infeksi dan status pekerjaan ibu dengan kejadian wasting pada balita. Perhitungan derajat asosiasi menggunakan prevalence odds ratio (POR), menunjukkan bahwa peluang kejadian wasting lebih tinggi pada balita berumur 0-23 bulan (POR=1,70), berjenis kelamin laki-laki (POR=1,48), memiliki riwayat penyakit infeksi (POR=2,37), tidak diberikan ASI eksklusif (POR=1,15), diberikan MP-ASI pada waktu < 6 bulan (POR=1,57), memiliki riwayat BBLR (POR=1,66), memiliki ayah berpendidikan rendah (POR=1,09), ibu yang bekerja (POR=1,93), dan ayah yang tidak bekerja (POR=1,04). Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama antara pembuat kebijakan/program dan masyarakat untuk dapat memberikan intervensi dan tatalaksana yang tepat terhadap balita yang mengalami wasting, serta memberikan edukasi faktor risiko wasting kepada keluarga balita (khususnya yang mengasuh balita) dan masyarakat.

Malnutrition is the single largest contributor to high morbidity and mortality worldwide. The WHO estimates that 45% of under-five deaths are due to malnutrition. In 2018, wasting (a form of malnutrition) ranked as the second leading cause of death among children under five in the world. In Indonesia, wasting remains a serious public health problem, with a prevalence rate of 10.2%. This study aims to determine the factors associated with the incidence of wasting among children under the age of 0-59 months in East Java Province. This study used secondary data from the 5th Indonesia Family Life Survey (IFLS) in 2014. This study used a quantitative approach, with a cross-sectional study design. The number of samples used in this study was 587 toddlers who were part of IFLS 5 respondents. The results showed the prevalence of wasting in toddlers was 9.71%. The results of the chi-square statistical test showed that there was an association (p≤0.05) between the history of infectious diseases and mother's employment status with the incidence of wasting in toddlers. The degree of association calculation using the prevalence odds ratio (POR), showed that the odds of wasting was higher in children aged 0-23 months (POR = 1.70), being male (POR = 1.48), had a history of infectious diseases (POR = 2, 37), not exclusively breastfed (POR=1.15), given complementary food at <6 months (POR=1.57), had a history of LBW/low birth weight (POR=1.66), had a father with low education (POR=1.09), a working mother (POR=1.93), and a non-working father (POR=1.04). Therefore, joint efforts between policy and programme makers with the community are needed to be able to provide appropriate interventions and treatment for toddlers who experience wasting, as well as educate the risk factors for wasting to families of toddlers (especially those who took care for toddlers) and the community."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>