Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134969 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Misella Elvira Farida
"ABSTRAK
Luka kaki diabetik merupakan komplikasi diabetes yang menyebabkan tingginya angka amputasi. Luka kaki diabetik membutuhkan perawatan yang efektif dan efisien untuk mecegah perluasan infeksi dan memperbaiki kerusakan jaringan. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menganalisis keefektifan balutan luka modern dalam perawatan luka kaki diabetik. Metodologi yang digunakan adalah studi kasus. Hasil analisis yang didapat bahwa terdapat perbaikan pada kondisi luka berupa berkurangnya jaringan nekrotik sebanyak 75% , jumlah eksudat berkurang 80%, dan lingkungan disekitar luka tampak lembab. Studi kasus ini merekomendasikan agar perawatan luka dengan menggunakan balutan modern jenis hydrogel dapat diimplementasikan pada perawatan luka kaki diabetik untuk mempercepat proses penyembuhan luka.

ABSTRACT
Diabetic foot ulcer is a complication of diabetes which causes high amputation rates. Diabetic foot ulcer requires effective and efficient treatment to prevent the spread of infection and repair damaged tissue. The purpose of writing this scientific paper is to analyze the effectiveness of modern dressing Hydrogel in the treatment of diabetic foot ulcer. The methodology used is a case study. The results of the analysis found that there was an improvement in the condition of the wound in the form of 75% reduction in necrotic tissue, the amount of exudate was reduced by 80%, and the environment around the wound looked moist. This case study recommends that wound care using modern dressing hydrogel can be implemented for treatment of diabetic foot ulcer to promote the wound healing process.
"
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khoeruni Aulia Saida
"Spondilitis tuberkulosis manifestasi tuberkulosis ekstrapulmoner hasil dari penyebaran hematogen tuberkulosis ke vertebral melalui aliran darah dan paling sering melibatkan persimpangan thorakolumbar. Tanda-tanda lanjutan penyakit ini adalah paraparesis dan paraplegia, kejadian ini dilaporkan pada 4% sampai 30% kasus. Pasien spondilitis tuberkulosis mengalami gangguan neuromuskuler sehingga mengalami gangguan mobilitas dan sangat rentan terhadap perkembangan ulkus dekubitus akibat jaringan terlalu lama terpapar oleh tekanan. Analisis dilakukan pada pasien laki-laki berusia 55 yang mengalami paraparesis akibat spondilitis tuberkulosis sehingga muncul ulkus dekubitus dan menjalani operasi debridement ulkus. Masalah keperawatan yang muncul adalah risiko infeksi, risiko ketidakseimbangan elektrolit, ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhn tubuh. Tujuan penulisan ini yaitu memaparkan hasil analisis asuhan keperawatan dengan perawatan luka menggunakan honey dressing pada pasien spondilitis tuberkulosis dan post debridement ulkus dekubitus. Penerapan perawatan luka dengan honey dressing ini dilakukan dari tanggal 18-20 April 2023, balutan diganti sehari sekali. Dari penerapan intervensi ini, terbukti menurunkan skor PUSH tool (Pressure Ulcer Scale for Healing) namun, perlu penilaian dengan durasi lebih lama untuk melihat kemajuan luka. Kesimpulannya perawatan luka dengan honey dressing dapat dilakukan untuk meningkatkan kesembuhan luka, selain itu honey dressing ini mudah dicari, efektif, dan ekonomis.

Tuberculosis spondylitis is manifestations of extrapulmonary tuberculosis result from hematogenous spread of tuberculosis to the vertebrae via the bloodstream and most commonly involve the thoracolumbar junction. Later signs of the disease are paraparesis and paraplegia, which have been reported in 4% to 30% of cases. Patients with tuberculosis spondylitis have neuromuscular disorders that cause impaired mobility and are highly susceptible to the development of decubitus ulcers due to prolonged tissue exposure to pressure. The analysis was performed on a 55-year-old male patient who had paraparesis due to tuberculosis spondylitis resulting in decubitus ulcers and underwent ulcer debridement surgery. The problems that arise are the risk of infection, the risk of electrolyte imbalance, nutritional imbalance: less than the body's needs. The purpose of this paper is to present the results of an analysis of wound care using honey dressing in patients with tuberculosis spondylitis and decubitus ulcer post debridement. The implementation of wound care with honey dressing is carried out from April 18-20 2023, the dressing is changed once a day. From the implementation of this intervention, it is proven to reduce the score of the PUSH (Pressure Ulcer Scale for Healing) tool but requires an assessment with a longer duration to see the progress of the wound. In conclusion, wound care with honey dressing can be done to improve wound healing, besides that honey dressing is easy to find, effective, and economical."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Tobroni
"Diabetes Mellitus merupakan penyakit degeneratif yang jumlahnya terus meningkat setaip tahunnya. Individu yang menderita DM dengan gula darah yang tidak terkontrol sangat, berisiko mengalami luka ulkus diabetikum. Selain penanganan hiperglikemia dengan pemberian obat-obatan, perawatan luka ulkus diabetikum penting dilakukan untuk mencegah terjadi infeksi. Studi kasus ini bertujuan mengetahui efektifitas penggunaan antibiotik topikal pada perawatan luka ulkus diabetikum grade 1. Analisis dilakukan pada asuhan keperawatan yang diberikan di ruang rawat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Evaluasi dilakukan dengan memonitoring proses penyembuhan luka ulkus selama perawatan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa proses penyembuhan luka ulkus dapat cepat mengering. Karya ilmiah ini menyarankan bahwa penggunaan antibiotik topikal sebagai alternatif jenis perawatan luka ulkus.

Diabetes Mellitus is a degenerative disease whose numbers continue to increase every year. Individuals suffering from diabetes mellitus with uncontrolled blood sugar are at risk of developing diabetic ulcer. In addition to handling hyperglycemia by administering drugs, care for diabetic ulcer wounds is important to prevent infection. This case study aims to determine the effectiveness of using topical antibiotics in grade 1 diabetic ulcer wound care. The analysis was carried out on nursing care given in the hospital room Dr. RSUPN Cipto Mangunkusumo. Evaluation is done by monitoring the ulcer wound healing process during treatment. Evaluation results indicate that the ulcer wound healing process can dry out quickly. This scientific work suggests that the use of topical antibiotics as an alternative treatment of diabetic ulcer."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Dewi sartika SLI
"ABSTRAK
Diabetes millitus merupakan gangguan metabolisme karbohidrat yang berlangsung
kronis, penyakit ini mempunyai beberapa komplikasi jangka panjang. Salah satu
komplikasinya adalah luka diabetes yang pada tahap lanjut dapat dilakukan amputasi.
Perawatan luka merupakan intervensi keperawatan yang dapat menghindarkan pasien
dari amputasi. Prinsip perawatan luka yang baik adalah memberikan lingkungan yang
lembab dan hangat untuk dapat meningkatkan proses perkembangan luka. Selain itu
perawatan luka juga harus efektif dalam pembiayaan, efektif dalam pembiayaan tidak
harus selalu murah tapi dilihat dari banyaknya manfaat yang didapat pasien.. Penelitain
ini merupakan penelitian kuasieksperimen pretest-postest with control group design.
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, dan dipilih secara acak.
Instrument pengkajian luka yang digunakan adalah instrument pengkjian luka Bates-
Jansen dan lembar pencatatan biaya material perawatan luka. Perbedaan proses
perkembangan luka dan efektifitas pembiayaan antara balutan modern dibandingkan
baluatan konvensional diuji dengan uji t independen dengan tingkat kepercayaan 95 %.
Hasil uji t independen menunjukkan ada perbedaan proses perkembangan luka antara
kelompok perlakuan dan kontrol (p=0,031) dan terdapat perbedaan efektifitas
pembiayaan antara kelompok perlakuan dan kontrol (p=0,002). Dengan demikian
institusi pelayanan perlu mengembangkan metode perawatan luka diabetes menggunakan
balutan modern.

ABSTRACT
Diabetes mellitus is a chronic carbohydrate metabolism disturbance which has many long term complications. One of its complications is diabetic wound which has risk for amputation. Wound care is nursing intervention that prevents patient form being amputated. A good principle of wound care is giving a moist and warm environment in order to improve wound healing process. Wound care should be cost effective which does not mean to be cheap but can give benefits for patient. This research used quasi-experiment with pretest and post test with control group design. Sample was chosen randomly with purposive sampling. Instrument for wound assessment are Bates-Jansen wound assessment and the documentation of wound care material cost. The difference of wound healing process and cost effectivity between modern and conventional dressing was tested with independent t test with 95% confidence interval. The result of independent t test showed a difference in healing process between treated and controlled groups (p=0,031), and a difference in cost effectivity between treated and controlled groups (p=0,002). It is concluded that health services need to improve diabetic wound care method with modern dressing."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-24790
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Conny Marthafanny
"Upaya pemulihan kondisi pasca-amputasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan mobilisasi dini. Mobilisasi yang tidak tepat meningkatkan morbiditas perioperatif dan lama rawat, serta memperlambat proses penyembuhan luka. Tujuan penulisan untuk menganalisis intervensi mobilisasi secara aman pada pasien pasca- amputasi bawah lutut menggunakan metode Metode yang digunakan dengan menerapkan latihan mobilisasi selama 6 hari berturut-turut, sebanyak 2 kali dalam sehari, serta dilakukan selama 30 menit setiap kali latihan. Latihan meliputi latihan tungkai, perubahan posisi, berdiri seimbang dan berpindah posisi. Hasil evaluasi hari ke 6 klien mampu latihan gerak tungkai, berubah posisi serta posisi secara mandiri. Berdiri seimbang dan berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi roda dengan bantuan serta terdapat peningkatan kekuatan otot pada ekstremitas bawah. Mobilisasi dini pasca- amputasi diperlukan sebagai upaya pemulihan kondisi pasien dan melatih kemampuan berjalan.

Efforts to restore post-amputation conditions can be done in various ways, one of which is early mobilization. Improper mobilization increases perioperative morbidity and length of stay, and reduces wound healing. The purpose of this paper is to analyze the interventions of safely mobilization to post below knee amputation using SAFEMOB method. This study used method which applied mobilization exercises for 6 consecutive days in 2 times a day, for 30 minutes each exercise. Exercises involve leg exercises, position changes, dangling, standing balanced and moving positions. The results of the 6 day evaluation, the patient was able to train joint movements, change position and dangling independently. Standing in balance and shifting from bed to wheelchair with help also lies in increasing strength in the lower extremities. Early mobilization post- amputation is needed as an effort to restore the patients condition and practice walking skills. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Joice Polanida
"Acute Lung Oedema (ALO) merupakan kondisi dimana terjadi penumpukan cairan abnormal di kantong alveolus dan ruang interstisial di sekitar alveolus yang terjadi akibat peningkatan tekanan hidrostatik kapiler paru atau peningkatan permeabilitas kapiler paru yang dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas. Tujuan penulisan ini adalah menganalisis asuhan keperawatan pada pasien Acute Lung Oedema dengan intervensi yang diberikan adalah Deep Breathing Exercise (DBE). Hasil studi menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan keperawatan secara reguler dan kontinyu 6 kali sehari selama 30 menit, kriteria hasil yang didapatkan frekuensi napas 20x/menit, suara napas vesikuler, tidak ada keluhan sesak nafas, saturasi oksigen 99% serta pasien mampu melakukan Deep Breathing Exercise dengan benar. Penulisan ini merekomendasikan Deep Breathing Exercise dilakukan pada pasien dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas untuk meningkatkan fungsi ventilasi.

Acute Lung Edema (ALO) is a condition where there is a buildup of fluid in the alveolar pouch and the interstitial space around the alveoli which occurs due to an increase in pulmonary capillary hydrostatic pressure or an increase in pulmonary capillary permeability which can cause impaired gas exchange. The aim of the analysis is nursing care in patients with acute lung edema with the intervention given is Deep Breathing Exercise (DBE). The results of the study showed that after regular and continuous actions 6 times a day for 30 minutes, the criteria for the results obtained were respiratory rate 20x/minute, lung sounds vesicular, no complaints shortness of breath, oxygen saturation 99%  and the patient was able to perform Deep Breathing Exercises with correctly.This study recommends that a Deep Breathing Exercise be performed in patients with ineffective airway clearance to improve ventilation function."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ismayadi
"Latar belakang. Berbagai studi telah berhasil menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka khususnya terkait fungsi ginjal dan albumin. Akan tetapi, belum terdapat studi yang mengevaluasi hubungan fungsi ginjal dan albumin terkhusus pada penyembuhan luka pasca amputasi pasien luka diabetik.
Metode. Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif, yang dilakukan pada bulan Oktober–Desember 2022. Pasien ulkus kaki diabetik yang telah mendapatkan tindakan amputasi di RSUPN Cipto Mangunkusumo, yang mana keputusan amputasinya diambil berdasarkan skor WIfI [berada pada zona merah (risiko amputasi tinggi) skor WIfI yang dipetakan berdasarkan derajat luka, iskemia, dan infeksi] diinklusi ke dalam penelitian. Variabel yang diteliti meliputi kadar albumin, ureum, kreatinin, laju filtrasi glomerulus (LFG), kesembuhan luka, usia, status gizi, terapi insulin, merokok, hipertensi, durasi penyakit DM, dan onset luka.
Hasil. Peneliti mengikutsertakan 61 pasien luka kaki diabetik yang menjalani tindakan amputasi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, yang terdiri dari 23 (37,7%) pasien laki-laki dan 39 (63,9%) pasien dengan status gizi berlebih. 65,6% pasien mengalami reepitelisasi sempurna dalam 28 hari pasca tindakan amputasi. Kadar albumin, ureum, dan kreatinin pasien ditemukan sebesar 2,56 (1,11–4,98) g/dL, 71,00 (0,56–210) U/L, dan 1,40 (0,50– 11,50) U/L. LFG ditemukan sebesar 52,60 (4,10–117,30) mL/menit. Kadar albumin yang lebih tinggi (≥ 2,605 g/dL) dan kadar ureum yang lebih rendah (< 71,6 U/L) ditemukan berhubungan dengan probabilitas penyembuhan luka yang lebih tinggi (p < 0,050).
Simpulan. Kadar albumin ditemukan lebih tinggi, sementara kadar ureum ditemukan lebih rendah pada kelompok luka sembuh pasien luka kaki diabetik 28 hari pasca amputasi.

Background. Various studies have succeeded in finding factors that affect wound healing, especially related to kidney function and albumin. However, there have been no studies evaluating the relationship between kidney function and albumin, especially in post-amputation wound healing in diabetic wound patients.
Methods. This is a retrospective cohort study, conducted in October–December 2022. Diabetic foot ulcer patients who have received an amputation procedure at Cipto Mangunkusumo Hospital, where the decision to amputation is made based on the WIfI score [is in the red zone (high risk of amputation) WIfI scores charted according to degree of injury, ischemia, and infection] were included in the study. The variables studied included albumin, urea, creatinine, glomerular filtration rate (GFR), wound healing, age, nutritional status, insulin therapy, smoking, hypertension, duration of diabetes mellitus, and onset of injury.
Results. We included 61 patients with diabetic foot injuries who underwent amputation at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, which consisted of 23 (37.7%) male patients and 39 (63.9%) patients with excess nutritional status. 65.6% of patients experienced complete re-epithelialization within 28 days after the amputation. The patient's albumin, urea, and creatinine levels were found to be 2.56 (1.11–4.98) g/dL, 71.00 (0.56–210) U/L, and 1.40 (0.50–11 ,50) U/L. GFR was found to be 52.60 (4.10–117.30) mL/minute. Higher albumin levels (≥ 2.605 g/dL) and lower urea levels (< 71.6 U/L) were found to be associated with a higher probability of wound healing (p < 0.050).
Conclusion. Albumin levels were higher, while urea levels were lower in the group of healed wounds of patients with diabetic foot ulcer in 28 days following the amputation surgery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbuun, Ruth Fitri Margareta
"Pendahuluan: Ulkus dekubitus adalah suatu kerusakan jaringan lunak akibat penekanan yang berkepanjangan di atas tonjolan tulang. Sebagian besar studi menggunakan madu Manuka sebagai perawatan luka (dressing), di mana madu tersebut mahal. Atas landasan tersebut, studi ini menggunakan madu lokal, yaitu madu Nusantara, dengan tujuan untuk membuktikan penggunaan madu lokal pada pasien pressure injury memiliki luaran yang lebih baik, diobservasi dari penyembuhan luka, profil bakteri, dan harga, dibandingkan dengan dressing standar, yaitu hydrogel.
Metode: Studi eksperimental ini dilakukan kepada pasien pressure injury yang dikonsultasikan ke divisi kami. Observasi dilakukan selama satu bulan. Parameter profil bakteri diambil melalui kultur jaringan. Proses penyembuhan luka dinilai berdasarkan Pressure Ulcer Scale for Healing (PUSH) Tool. Biaya diakumulasikan dari awal sampai akhir tata laksana. Analisis data menggunakan T-test atau Mann-Whitney (jika distribusi tidak normal), dengan signifikansi didefinisikan sebagai p<0,05.
Hasil: Dari 26 luka, terdapat 12 luka ditata laksana dengan hydrogel dan 14 madu. Karakteristik pasien dinilai berdasarkan jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, tingkat kesadaran, status mobilisasi, penyebab imobilisasi, komorbiditas, derajat dan luas luka, kadar hemoglobin, leukosit, dan albumin. Terdapat reduksi luas luka yang signifikan secara klinis berdasarkan PUSH Tool (p=0,118). Profil bakteri dan reduksi bakteri serupa di antara kedua grup. Madu lebih efisien dalam hal biaya, terkait dengan harga dressing (p<0,001) dengan total biaya lebih rendah.
Kesimpulan: Dressing madu lokal memiliki kemampuan penyembuhan luka yang lebih baik, walaupun tidak signifikan secara statistik. Kemampuan penurunan bakteri sama dengan dressing standar, dengan biaya yang lebih murah, terutama harga dressing. Madu lokal dapat dipakai untuk perawatan luka di area di mana tidak tersedia dressing modern.

Background: Pressure injury is a localized soft tissue injury caused by prolonged pressure over bony prominence. Most published papers used Manuka honey as dressing, while this product is expensive. As this reason, this study will use local product honey called Nusantara honey, to prove the use of local honey has better healing process, bacterial profile, and cost effectiveness, compared to the standard dressing, hydrogel.
Methods: This is a one-month experimental study conducted in patients with pressure injury that referred to our division. Parameter of the bacterial profile was taken from deep-tissue specimen. The healing process was examined with Pressure Ulcer Scale for Healing (PUSH) Tool. Cost was accumulated after all the treatment. Data was analyzed with T-Test or Mann Whitney (if the distribution is not normal), with statistical significance was define as p<0.05.
Results: Of 26 wounds, 12 were randomized to hydrogel and 14 to honey dressing. Characteristics were determined by sex, age, body mass index, level of consciousness, mobilization status, immobilization etiology, comorbidities, grade and location of ulcer, hemoglobin, leukocytes, and albumin level. There was clinically significant wound size reduction in honey dressing according to PUSH Tool (p=0.118). The bacterial profile and reduction were similar. Honey dressing appeared to be more cost effective in terms of dressing cost (p<0.001) and lower total cost.
Conclusion: The local honey dressing has better wound healing outcome, although it is not statistically significant. Its capability of decreasing pathogens is similar with hydrogel, with lower cost, particularly the dressing cost. This local honey dressing could be a good choice as wound dressing in areas where the modern dressings are not available.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Faruq Fauzi
"Diabetes Melitus merupakan penyakit tidak menular serta penyakit kronis yang terjadi orang dewasa yang membutuhkan pengawasan medis berkelanjutan dan pendidikan perawatan diri. Diabetes melitus mampu mempengaruhi vaskularisasi sehingga menyebabkan terjadinya perubahan pada makrovaskular umumnya mengenai otak, jantung dan pembuluh darah dan mikrovaskular dapat terjadi pada mata dan ginjal serta terjadi perubahan pada sistem saraf atau neuropati seperti europati motorik, sensorik, ataupun neuropati otonom. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menganalisis penerapan intervensi senam kaki diabetes dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus. Senam kaki diabetes juga dapat meningkatkan perfusi, mencegah perburukan neuropati pada pasien diabetes mellitu. Intervensi dilakukan selama lima hari perawatan dan dimulai intervensi pada hari ketiga perawatan. Hasilnya menunjukkan bahwa senam kaki diabetes dapat meningkatkan sirkulasi perifer yang ditandai perubahan pulse oximetry, CRT dan nilai ABI. Selain itu terjadi penurunan keluhan yang dirasakan oleh pasien. Melihat keefektifan senam kaki diabetic pada pasien diabetes melitus maka diharapkan intervensi ini dapat digunakan sebagai perawatan rutin pada pasien diabetes melitus
Diabetes Mellitus is a non-communicable and chronic disease that occurs in adults and requires ongoing medical supervision and self-care education. Diabetes mellitus can affect vascularization, causing changes in the macrovasculature generally affecting the brain, heart, and blood vessels and microvasculature can occur in the eyes and kidneys as well as changes in the nervous system or neuropathy such as motor, sensory neuropathy or autonomic neuropathy. The aim of writing this scientific work is to analyze the application of diabetic foot exercise interventions in providing nursing care to diabetes mellitus patients. Diabetic foot exercises can also increase perfusion, preventing worsening neuropathy in diabetes mellitus patients. The intervention was carried out for five days of treatment and began on the third day. The results show that diabetic foot exercises can improve peripheral circulation as indicated by changes in pulse oximetry, CRT, and ABI values. Apart from that, there was a decrease in complaints felt by patients. Seeing the effectiveness of diabetic foot exercises in diabetes mellitus patients, it is hoped that this intervention can be used as routine care for diabetes mellitus patients"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Astriana Lestari
"Diabetes melitus merupakan salah satu dari penyakit kronis penyebab kematian tertinggi di dunia. Kondisi hiperglikemia akan menyebabkan berbagai komplikasi baik akut maupun kronis mencakup komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler. Salah satu diantaranya yang paling berbahaya yaitu munculnya peripheral arterial  disease (PAD) yang menyebabkan terjadinya foot ulcers. Penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus serta efektivitas pemeriksaan ankle brachial index (ABI) dan senam kaki diabetes untuk mengatasi ketidakefektifan perfusi jaringan perifer. Pemeriksaan ABI dan senam kaki diabetes merupakan intervensi yang dapat digunakan untuk meningkatkan sirkulasi perifer dengan mengidentifikasi terjadinya gangguan pada sirkulasi perifer,  meningkatkan aliran kolateralisasi darah pada kaki dan meningkatkan fungsi insulin. Intervensi pemeriksaan ABI dan senam kaki diabetes dilakukan pada pasien diabetes melitus selama 7 hari perawatan. Hasilnya menunjukkan bahwa penerapan pemeriksaan ABI dan senam kaki diabetes dapat meningkatkan sirkulasi perifer dan mencegah timbulnya luka kaki. Melihat keefektifan pemeriksaan ABI dan senam kaki diabetes untuk meningkatkan sirkulasi perifer maka diharapkan intervensi ini dapat digunakan sebagai perawatan rutin pada pasien diabetes melitus.


Diabetes mellitus is one of the highest chronic disease causes of death in the world. The condition of hyperglycemia will cause various complications either acute and chronic including microvascular and macrovascular complications. One of the most dangerous is the emergence of peripheral arterial disease (PAD) which causes foot ulcer. The scientific paper aims to analyze nursing care in patient with diabetes mellitus and the effectiveness of measuring the ankle brachial index (ABI) and diabetic foot exercises to overcome the ineffectiveness of peripheral tissue perfusion. The examination of ABI and diabetic foot exercises are interventions that can be used to improve peripheral circulation by identifying disturbances in peripheral circulation, increasing the flow of blood collateralisation in the foot and improving insulin function. Intervention of ABI examination and diabetic foot exercises were carried out in patient with diabetes mellitus for 7 days treatment. The results show that the application of ABI examination and diabetic foot exercises can improve peripheral circulation and prevent foot injuries. Reviewing the effectiveness of ABI examination and diabetic foot exercises to improve peripheral circulation, then it is hoped that this interventions can be used as a routine treatment in patients with diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>