Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146751 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jati Setyarini
"Remaja dengan kesiapan belajar yang baik akan terwujud pada munculnya kenyamanan belajar, motivasi yang tinggi, rasa senang belajar, serta munculnya dampak psikologi positif bagi remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan gambaran pengasuhan orang tua terhadap kesiapan belajar antara alumni yang sukses tembus perguruan tinggi negeri (PTN) dengan peserta kelas XII bimbingan Belajar Bintang Pelajar Kota Depok tahun 2020. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus dengan 5 informan alumni dan 5 informan siswa kelas XII. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh demokratis yang paling dominan muncul pada alumni dan siswa lalu sedikit diikuti melalaikan. Motivasi yang muncul pada keduanya adalah internal dan eksternal. Remaja dengan pola asuh melalaikan merasa tidak nyaman belajar dan memiliki motivasi yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan pola asuh sangatlah memberikan dampak besar pada segala aspek kehidupan remaja. Oleh karena itu, diperlukan kebijaksanaan dari orang tua dalam memilih dan menerapkan pola asuh kepada anak agar bisa memberikan dampak positif pada kesehatan jiwanya sehingga tercermin pada baiknya kesiapan belajar.

Teenagers with good learning readiness will be realized when learning is fun, highly motivated, learning with a sense of comfort, as well as the challenges of positive psychology for adolescents. This study aims to study parenting in adolescents' learning readiness between alumni who successfully enrolled state universities (PTN) and participants of class XII Depok City Student Learning in 2020. This study uses qualitative research with a case study method with 5 alumni informants and 5 informants grade XII students. The results showed that democratic parenting was the most dominant form in alumni and students, followed by neglectful parenting. Motivations that emerge are internal and external. Adolescents with neglectful parenting learning uncomfortable and have different motivations. This shows that the adoption of parenting has a big impact on all aspects of adolescent life. Therefore, parents need wisdom in choosing and applying parenting to children in order to have a positive impact on the health of their souls so that it is reflected in the good readiness of learning."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bani Bacan Hacantya Yudanagara
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan perilaku kekerasan antara remaja laki-laki yang memiliki orang tua dengan gaya pengasuhan otoritatif, otoritarian, permisif, dan uninvolved. Penelitian ini menggunakan penggolongan gaya pengasuhan yang dikemukakan oleh Baumrind dan terdiri dari dua dimensi, yaitu control dan warmth. Sedangkan daftar perilaku kekerasan dibuat berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya tentang kekerasan remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, partisipan penelitian sebanyak 163 orang yang terdiri dari narapidana dan siswa SMP dan SMA dengan rentang usia 12 sampai 19 tahun. Dari hasil perhitungan didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata yang signifikan antara skor perilaku kekerasan dengan gaya gaya pengasuhan orang tua otoritatif, otoritarian, permisif, dan uninvolved.

The purpose of this research is to indicate that there is a difference of violence behavior between participants who have authoritative, authoritarian, permissive, and uninvolved parent. This research uses classification of parenting style from Baumrind, which consist of two dimension, control and warmth. The list of violence behavior is made from previously research about youth violence. This research uses quantitative method. The participants of this research consist of 163 participant from jail, junior high school, and senior high school, whose age 12-19 years old. This research indicate that there is difference of violence behavior between participants who have authoritative, authoritarian, permissive, and uninvolved parent."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Listyani
"This study was conducted to assess how the contribution of parenting styles as predictors of preschool child’s adjustment problems from low socioeconomic status family. Parenting styles is measured with Parenting Style and Dimensions Questionnaire (PSDQ). Child adjustment problems is measured with Child Adjustment and Parenting Self-Efficacy (CAPES). 107 parents (father or mother) having at least one child between the ages of three and six years from low socioeconomic status family participated in this study. The results indicated that parenting styles explained 32,7% of the variance in child adjustment problems. Higher authoritative parenting style contribute as a significant predictor of lower child’s adjustment problems. On the contrary, higher authoritarian and permissive parenting style contribute as a significant predictors of higher child’s adjustment problems.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai bagaimana kontribusi gaya pengasuhan orang tua sebagai prediktor dari masalah penyesuaian diri anak usia prasekolah dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah. Pengukuran gaya pengasuhan orang tua terhadap anak dilakukan menggunakan alat ukur Parenting Style and Dimension Questionnaire (PSDQ). Sementara itu, masalah penyesuaian diri anak diukur menggunakan alat ukur Child Adjustment and Parenting Self-Efficacy (CAPES). Partisipan penelitian ini berjumlah 107 orang tua (ayah dan ibu) yang memiliki anak berusia tiga hingga enam tahun dari keluarga yang tergolong status sosial ekonomi rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya pengasuhan orang tua menjelaskan proporsi sebesar 32,7% dari varians masalah penyesuaian diri anak. Gaya pengasuhan otoritatif yang lebih tinggi berkontribusi sebagai prediktor yang signifikan dari masalah penyesuaian diri anak yang lebih rendah. Sebaliknya, gaya pengasuhan otoriter dan permisif yang lebih tinggi berkontribusi sebagai prediktor yang signifikan dari masalah penyesuaian diri anak yang lebih tinggi.
"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S60396
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Sandra Pratiwi
"ABSTRAK
Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak menuju masa
dewasa, di mana pada masa remaja terjadi perubahan fisik, emosi maupun sosial.
Tugas utama remaja adalah untuk menemukan identitas dirinya. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan antara pola asuh orang
tua dengan pencapaian identitas diri remaja di Kabupaten Pekalongan. Desain
penelitian ini adalah deskriptif korelasional secara potong lintang. Responden
berjumlah 465 remaja. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster
sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pola asuh orang
tua dengan pencapaian identitas diri remaja. Variabel usia yang paling
berhubungan dengan pencapaian identitas diri remaja di kabupaten Pekalongan.
Penelitian ini merekomendasikan kepada remaja usia 15 -18 tahun hendaknya
tetap melakukan eksplorasi dan komitmen supaya identitas diri meningkat dan
merekomendasikan kepada orang tua hendaknya memberikan pola asuh sesuai
dengan usia anak remaja, dengan tetap melakukan komunikasi secara dua arah.
Diharapkan penelitian selanjutnya meneliti tentang pola asuh dengan pencapaian
identitas diri remaja pada responden kelas X, XI, dan XII agar sebaran usia remaja
merata, sehingga bisa diketahui dengan jelas gambaran pencapaian identitas diri
remaja baik remaja awal, madya maupun akhir

ABSTRACT
Teenager is considered in a transition period from being a child to youth. During
this period, there are significant changes physically, emotionally and socially.
The critical task of teenager is towards a strong self identity. The purpose of this
research was to describe the relationship between the identity achievements
among teenagers in Pekalongan. This study used a descriptive correlational
design with a cross sectional approach. There were 465 teenagers as responder.
Selected using cluster sampling procedure. The result of this research showed
that there were correlations between the parenting patterns with teenagers self
identity achievement. The variable that most related to teenager?s self identity
achievement was their age. The study recommended to tenageers who were 15-18
years old to keep exploration and commitment that personal identity had been
reached remains elevated, and also recommended to the parents in order to give
parenting teenagers, with keep communication in two ways. Next study was
hoped can observe about parenting with teenagers on the achievement of self
identity of responder class X, XI, and XII so teenagers uneven age distribution, so
it can be clear overview of the achievement of self identity both teenagers teens
early, middle and late"
2016
T45818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saras Anindya Nurhafid
"Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Perkembangan pada remaja membuat rentan melakukan kenakalan remaja. Banyak faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja termasuk pola asuh orangtua. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja di Kelurahan Kalibaru Jakarta Utara. Penelitian ini menggunakan disain penelitian cross-sectional. Pengambilan sampel dengan cara cluster sampling sebanyak 138 orang. Metode pengumpulan data menggunakan kuisioner pola asuh orangtua dan kenakalan remaja. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara pola asuh orangtua terhadap kenakalan remaja (p=0,03). Penelitian ini diharapkan menjadi dasar program preventif kenakalan remaja di Kelurahan Kalibaru.

Adolescent is a period of transition from child to adulthood. Development in adolescents made vulnerable teenage mischief. Many factors affect juvenile delinquency including parenting. This study aims to identify relationships parenting parents to juvenile delinquency in Kelurahan Kalibaru, North Jakarta. This study applied cross-sectional study design with cluster sampling technique (138 respondents). A questionnaires of parenting and juvenile delinquency was used as data collection method. The results of this study demonstrated an association between parenting to juvenile delinquency (p =0,03). This study is expected to be the basis of juvenile delinquency prevention program in Kelurahan Kalibaru."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainur Rahmahwati
"Trait Mindfulness sudah terbukti bermanfaat bagi remaja pada berbagai setting. Di sisi lain, terdapat suatu pendekatan dalam pengasuhan anak yang kemungkinan besar dapat menyediakan lingkungan keluarga yang optimal untuk perkembangan trait mindfulness pada remaja yaitu mindful parenting. Penelitian ini bertujuan untuk melihat menguji hubungan antara mindful parenting pada orang tua dan trait mindfulness pada remaja serta perbedaan dua variabel tersebut berdasarkan gender remaja. Mindful parenting diukur melalui persepsi remaja menggunakan Interpersonal Mindfulness in Parenting Scale (IM-P) yang telah diadaptasi. Sedangkan, trait mindfulness remaja diukur dengan Mindfulness Attention Awareness Scale (MAAS) yang juga telah diadaptasi. Partisipan penelitian merupakan remaja tengah berusia 15-18 tahun yang sedang duduk di bangku SMA/sederajat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mindful parenting berhubungan secara signifikan dengan trait mindfulness remaja. Lalu, tidak terdapat perbedaan tingkat trait mindfulness antara remaja laki-laki dan perempuan.

Trait mindfulness has proven to be beneficial for adolescents in various settings. On the other hand, there is an approach in parenting that is likely to provide an optimal family environment for the development of mindfulness trait in adolescents, mindful parenting. This study aimed to examine the relationship between mindful parenting and trait mindfulness in adolescents and their differences based on gender in adolescents. Mindful parenting was measured through adolescents perceptions using the Interpersonal Mindfulness in Parenting Scale (IM-P). Meanwhile, trait mindfulness was measured by the adapted version of Mindfulness Attention Awareness Scale (MAAS). The study participants were middle teens aged 15-18 years who were in high school. The results showed that mindful parenting was significantly related to trait mindfulness in adolescents. Furthermore, there is no difference in the level trait mindfulness between gender."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Yulianti
"Hubungan sibling (antara saudara kandung) memberikan pengaruh yang penting pada kehidupan keluarga dan dalam perkembangan seseorang. Hal ini disebabkan karena hubungan antara saudara kandung merupakan hubungan yang paling lama (longest-fasting) dimiliki oleh individu (Papalia, 1998). Dalam hubungan dengan saudara kandung terdapat empat hal yang muncul, yaitu adanya kehangatan (warmth), status/kekuatan (relative power / status), ada konflik dan juga ada persaingan (rivalry) antara sesama saudara kandung Furman & Buhrmester (dalam Brody, 1996).
Hubungan saudara kandung yang dikatakan sibling rivalry, yaitu bila terdapat adanya persaingan, kecemburuan, kemarahan dan kebencian yang menyangkut pada banyak hal seperti dalam pendidikan, kasih sayang orang tua atau lainnya.
Hubungan antara saudara kandung dipengaruhi oleh beberapa hal. Furman, W. & Lanthier, (1996) antara lain variabel konstelasi keluarga dan juga peran orang tua. Beberapa variabel konstelasi keluarga yang mempengaruhi hubungan antara saudara kandung, antara lain jarak usia antara saudara kandung, persamaan / perbedaan jenis kelamin, besar kecilnya keluarga dan urutan kcluarga. Sedangkan peran orang tua yang mempengaruhi adalah pola asuh orang tua dan perlakuan / treatment dari orang tua.
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk mengetahui bagaimanakan gambaran pola asuh orang tua, perlakuan orang tua dan variabel konstelasi keluarga pada anak yang mengalami sibling rivalry.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan studi kasus. Sampel pada penelitian ini adalah dua orang kakak adik yang mengalami sibling rivalry yang diambil dengan metode pengambilan sampel incidental purposif sampling. Penelitian ini mcnggunakan metode pengambilan data yaitu wawancara dengan pedoman wawancara, dan juga menggunakan alat bantu lainnya seperti alat perekam serta alat tes HTP, SSCT dan family drawing.
Hasil dari penelitian ini yaitu pola asuh orang tua pada anak yang mengalami sibling rivalry pada kedua pasang subyek yaitu pola asuh autoritarian dan pola asuh autoritatif. Perlakuan orang lua pada anak yang mrngalami sibling rivalry pada kedua pasang subyek yailu terdapat perlakuan / treatment khusus yang dilakukan oleh orang Lua pada salah salu saudara kandung mercka. Dua pasang subyek menyadari bahwa perlakuan yang berbeda / khusus pada Salah satu anak tersebut kemudian mempengaruhi pada penenluan anak favorit, pemberian perhatian, pembagian waktu yang diberikan oleh orang tua dan kedekatan antara anak dengan orang tua. Variabel konstelasi keluarga pada anak yang mengalami sibling rivalry pada kedua pasang subyek memiliki kesamaan pada jenis kelamin yang berbeda dan besar kecil keluarga; serta memiliki perbedaan pada variabel jarak usia dan urutan kelahiran."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T16827
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Nurdiana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan lingkungan pengasuhan suportif dan abusif dengan penyalahgunaan narkoba pada pria dewasa awal. Penelitian dilakukan dengan membandingkan persepsi individu terhadap lingkungan pengasuhan orang tua antara kelompok penyalah guna narkoba dengan yang bukan penyalahguna. Partisipan yang dilibatkan dalam penelitian ini berjumlah 69 orang dengan komposisi sejumlah 29 orang untuk kelompok penyalah guna narkoba dan 40 orang untuk kelompok bukan penyalah guna. Alat ukur EASE-PI (The Exposure to Abusive and Supportive Environments Parenting Inventory) digunakan untuk melihat lingkungan pengasuhan suportif dan abusif yang diberikan oleh orang tua partisipan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada lingkungan pengasuhan suportif-baik dari ayah-antara kelompok penyalah guna narkoba dan bukan penyalah guna, di mana kelompok penyalah guna memiliki rata-rata skor lingkungan suportif yang lebih rendah dibanding dengan mereka yang bukan penyalah guna. Namun, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada skor lingkungan pengasuhan suportif dari ibu antara kedua kelompok. Selain itu, persepsi terhadap lingkungan abusif dari ayah dan ibu pada kelompok penyalah guna narkoba cenderung lebih tinggi secara signifikan dibanding dengan kelompok bukan penyalah guna.

This study examined the relationship between the exposure to abusive and supportive parenting environments and substance abuse in a sample of emerging adults male. The study conducted by comparing individual's perceptions of parenting environments between substance abusers and non abusers. The participants involved in this study were 69 emerging adults which consisted of 29 substance abusers and 40 non abusers. The Exposure to Abusive and Supportive Environments Parenting Inventory (EASE-PI) was used to measure the level of exposure to supportive and abusive environments the participant's parent provided.
Results of the research show that there are significant differences in supportive parenting (paternal) between the two groups, where the mean score tend to be lower among substance abusers than among non abusers. Meanwhile there are no significant differences in maternal score for supportive parenting between the two groups. Moreover, both perceived paternal and maternal abusive parenting tend to be significantly higher among substance abusers than non abusers.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Didik Kusnadi
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana gambaran parenting pada pasangan penderita skizofrenia terhadap anak dalam keluarga inti. Peneliti juga ingin melihat bagaimana pandangan dari pasangan penderita skizofrenia tentang skizofienia, determinan parenting yang dimilikinya dan komponen parenting yang dikaitkan dengan teori Martin & Colbert dan Dwevedi tentang parenting. Dalam parenting komponen yang utama adalah komponen perhatian (care), kontrol dan pengembangan (development).
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mana menurut Sarantoks, 1993 (dalarn Poexwandari, 2001) mencoba menerjemahkan pandangan-pandangan interpretatif dan fenomologis yang bertujuan untuk memahami gambaran parenting pada pasangan penderita skizofrenia terhadap anak dalam keluarga inti. Untuk mendapatkan data peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi saat wawancara untuk mendapatkan gambaran parenting yang dilakukannya. Subyek penelitian dipakai adalah tiga orang pasangan dari penderita skizofrenia yang telah memiliki anak, usia perkawinan lebih dari sepuluh tahun serta tinggal serumah dengan penderita.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa subyek dalam melakukan parenting diwujudkan dengan memberikan perhatian (care) berupa perhatian dalam pemenuhan kebutuhan tisik, perhatian dalam pemenuhan kebutuhan afeksi /emosional dan perhatian dalam pemenuhan kebutuhan kesejahteraan sosial, melakukan kontrol berupa mengenalkan aturan-aturan, memberikan batasan-batasan dan menguatkannya dengan mernberikan penghargaan (reward) dan memberikan hukuman (punishment) serta mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak-anaknya berupa pengembangan potensi intelektual, pengembangan potensi fisik dan pengembangan potensi estetika dan seni.
Pasangan dari pendenta skizofrenia yang menjadi subyek penelitian memiliki pandangan yang hampir sama. Mula-mula mereka merasa kesulitan dan bingung dengan situasi dan kondisi yang dialaminya. Namun setelah mendapatkan informasi tentang skizofrenia, memahami kondisi yang sedang dialami oleh pasangan hidupnya serta adanya dukungan dari orang-orang di sekitarnya, akhirnya mampu untuk mendampingi penderita dan tetap mempertahankan pemikahannya.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa suami dari penderita gangguan skizofrenia lebih mengalami kesulitan dalam melakukan proses pengasuhan terhadap anak-anaknya. Mengingat aktivitasnya yang harus bekerja mencari nafkah, sehingga terpaksa menitipkan anaknya kepada orang lain. Sedangkan pada istri dari penderita gangguan skizofrenia masih dapat menjalankan perannya dalam pengasuhan anak.
Untuk lebih melengkapi gambaran parenting pada pasangan dari penderita skizofrenia maka peneliti menyarankan :
- Bagi peneliti berikutnya diharapkan setelah membaca dan mempelajari peneiitian ini, sebaiknya juga membandingkan dengan gambaran parenting pada subyek yang memiliki pasangan bukan penderita skizofrenia.
- Untuk melihat gambaran parenting pada pasangan penderita Skizofrenia. Sebaiknya peneliti juga mewawancarai anaknya yang telah remaja, sehingga mempunyai gambaran yang jelas pada parenting yang dilakukan oleh pasangan penderita skizofrenia.
- Untuk menambah wawasan lebih lanjut dan gambaran penelitian ini, maka disarankan kepada peneliti berikutnya untuk memberikan angket pada beberapa pasangan penderita skizofrenia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T16826
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharina Ariane Judin
"ABSTRAK
Pengasuhan anak seringkah dianggap sebagai tugas ibu, meski banyak penelitian
menunjukkan bahwa ayah memiliki pengaruh yang signifikan dalam pengasuhan
anak. Menjalani proses pengasuhan, ayah mempunyai peran sebagai tokoh dimana
anak, baik perempuan maupun laki-laki, belajar mengenai peran dan keterampilan
sosial. Masalahnya memasuki masa remaja, perubahan fisik yang terjadi pada
anak perempuan seringkah melatarbelakangi perubahan perilaku ayah terhadap
remaja putri tersebut, seperti menarik diri dari remaja putri. Namun, perubahan
perilaku tersebut terjadi seiring dengan timbulnya kesadaran ayah bahwa
diperlukan kemandirian diri remaja. Kaitannya dengan perkembangan
kemandirian, mendorong remaja untuk membentuk kelekatan dengan teman
sebaya. Hal ini menjadi sumber kekhawatiran orangtua. Berbeda dengan pendapat
umum,
mendukung remaja mengatasi masalah yang dialaminya, berkaitan dengan
perubahan yang terjadi pada aspek biologis, kognitif, serta psikososial yang
dialaminya dalam masa transisi ini.
Perlakuan ayah dalam pengasuhan remaja putri diukur melalui 3 dimensi,
penciptaan kehangatan, penetapan peraturan, serta pembentukan kemandirian
psikologis anak, dengan alat ukur yang diisi secara self-rating. Pengukuran
melibatkan 86 partisipan yang berdomisili di Jakarta.
Selanjutnya untuk kelekatan remaja putri dengan teman sebayanya diukur dengan
alat ukur yang merupakan modifikasi dari Inventory of Parent Peer Attachment
subscle Peer Attachment (Armsden & Greenberg, 1987). Indikator kelekatan
adalah: kualitas komunikasi, tingkat kepercayaan, serta keterasingan dari
kelompok. Inventori diberikan kepada 86 remaja putri (dari ayah yang diberi
kuesioner di atas),.
Terhadap kedua alat penelitian ini dilaksanakan proses uji keterbacaan dengan
menggunakan expert judgment. Selanjutnya, juga telah dilakukan uji reliabilitas
dengan metode koefisien alpha Cronbach pada program SPSS 10.01.
Weiss (1982) menyatakan bahwa kelekatan merupakan faktor yang
Uji signifikansi dilakukan dengan metode korelasi product-moment Pearson
menggunakan program SPSS 10.01. Serta uji diferensiasi menggunakan metode
unrelated t * tes t . Hasil perhitungan menunjukkan perlakuan ayah dalam
pengasuhan remaja putri berhubungan positif dengan kelekatan remaja putri
dengan teman sebayanya. Dari tiga dimensi pengasuhan yang diukur, dua dimensi yaitu kehangatan dan penetapan peraturan, ditemukan memiliki hubungan yang
positif dengan kelekatan remaja putri dengan teman sebayanya. Pembentukan
kemandirian psikologis tidak memiliki hubungan. Dalam perbedaan persepsi
antara para ayah dan remaja putri mengenai perlakuan ayah dalam pengasuhan
remaja putrinya, dalam 3 dimensi pengasuhan yang diukur, ditemukan perbedaan
persepsi dalam 2 dimensi, yaitu : penciptaan kehangatan dan penetapan peraturan.
Para ayah mengaku mengasuh dengan gaya otoritatif. Disarankan agar ayah
menjajaki hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan remaja putrinya agar lebih
terlibat dan menunjukkan kepedulian."
2002
S2918
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>