Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96875 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kurniawan Taufiq Kadafi
Jakarta: Salemba Medika, 2017
616.025 KUR r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"[Latar Belakang : Luka bakar listrik berpotensi untuk menjadi penyebab terjadinya gagal multiorgan dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Kombinasi antara luka bakar pada kulit yang luas serta kerusakan organ dalam menyebabkan meningkatnya kebutuhan cairan akibat banyaknya cairan yang hilang. Kerusakan pada jantung dan otot dapat menyebabkan myoglobulinuria. Myoglobin menyebabkan obsruksi dan vasokontriksi serta mebyebabkan gagal ginjal. Resusitasi cairan menggunakan metode parkland dan titrasi diharapkan dapat merehidrasi, mengembalikan fungsi ginjal serta mencegah komplikasi pada ginjal akibat myoglobin pada urin. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi angka kejadian gagal ginjal pada pasien luka bakar listrik yang di resusitasi dengan formula parkland dan titrasi.
Metode : Penelitian ini merupakan studi retrospektif pada pasien luka bakar listrik yang dirawat di Unit Luka Bakar RSCM Jakarta dari Januari 2010 hingga Januari 2014. Data yang dikumpulkan meliputi identitas, jumlah cairan saat resusitasi 24 jam pertama, nilai kreatinin hari pertama dan ketiga, warna urin, riwayat gagal ginjal, waktu kejadian dan kedatangan pasien ke RS dan luas luka bakar. Kami bagi menjadi dua kelompok, kelompok AKI dan non-AKI dengan menggunakan kriteria RIFLE. Dilakukan penghitungan Parkland Score pada masing-masing kelompok dan dibandingkan menggunakan analisa t-test.
Hasil : Terdapat 49 pasien luka bakar listrik yang memenuhi kriteria inklusi. 36 pasien datang dengan myoglobulinuria. 64.8% (n=24) pasien tidak mengalami gagal ginjal tapi 35.1% mengalami gagal ginjal (n=13). Pada metode T Test didapatkan hasil bermakna antara penggunaan parkland score dengan angka kejadian gagal ginjal (P<0.05). variable lainnya seperti umur, waktu keterlambatan, berat badan serta luas luka bakar tidak memberikan hasil yang bermakna. Tidak adanya hubungan bermakna antara hemoglobinuria dengan kejadian gagal ginjal.
kesimpulan : Resusitasi cairan yang adekuat sangat penting dalam manajeman dini luka bakar. Formula parkland sudah banyak digunakan sebagai dasar perhitungan cairan resusitasi. Terdapat hasil yang bermakna pada hubungan antara pemberian cairan menggunakan formula parland dan titrasi dengan angka kejadian gagal ginjal. Study ini membuktikan bahwa pemberian cairan berdasarkan formula parkland dan titrasi dapat menurunkan angka kejadian gagal ginjal pada luka bakar listrik. Myoglobulinuria sendiri tidak menunjukkan hubungan dengan angka kejadian gagal ginjal akut, kemungkinan disebabkan karena myoglobulinuria sendiri hanya merupakan salah satu faktor penyebab gagal gagal ginjal pada luka bakar listrik., Background: Electrical burn injury has potential cause of multisystem injury with high morbidity and mortality. The combination of extensive burns and significant internal injury in cases of severe high voltage electrical injury leads to increase fluid requirements due to fluid extravasation and ongoing fluid losses, Cardiac complication and muscle destruction that cause myoglobinuria. Myoglobin causes renal obstruction and intrarenal vasoconstriction and could result in acute kidney injury. Fluid resuscitation using parkland titration method is applied to rehidrate, restore renal function and prevent further damage caused by myoglobin. The study aimed to evaluate the incidence of Acute Kidney Injury related to the first 24 hour fluid resuscitation using the parkland formula and titration method in electrical burn injury.
Method: This is a retrospective cohort design, recruited from medical records in Cipto Mangunkusumo Hospital from january 2010 to january 2014. Data will be collected at baseline and after resuscitation. Patients information included age, time of refferal, cause of burn, resuscitation fluid , urine production, urine colour, serum creatinin level at day 1-3. We divide all electrical burn injury patients into two group, AKI (Acute Kidney Injury) group and non-AKI group, using RIFLE classification. Then we compare the fluid resuscitation using Parkland score within two group. We also compare other risk factor contributing AKI in electrical burn injury including delayed time characteristic.
Results: A total of 49 patiens of electrical burn injury mets the study inculsion criteria, 36 patients presented with myoglobulinuria during admission to the hospital. 64.8% (n=24) did not have AKI while 35.1% had AKI (n=13). Independent T test showed significant differences between parkland score and the occurence of Acute Kidney Injury (P < 0,05). Other variables such as age, delayed time, weight and percentage of burn did not show any significant differences related to acute kidney injury. The presence of hemoglobinuria supposed to increase the number of acute kidney injury but in contrary it did not have significance result related to acute kidney injury (P>0.05).
Conclusions: Adequate resuscitation is essential in a succesful early burn management.. Parkland formula had been used widely as guidelines for fluid resuscitation. There is a significant result relating th use of parkland formula with titration and acute kidney injury. This study confimed that administering resuscitation fluid according to the parkland formula and maintaning the hidration using titration method could decreased the number of acute kidney injury. Clearly, Myoglobinurea alone can not be held accountable as predictor of an acute kidney injury, it is only one of several causes of acute kidney injury.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Meliana Siswanto
"Latar Belakang: Ketoasidosis diabetikum (KAD) merupakan salah satu komplikasi akut diabetes mellitus (DM) yang serius dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Salah satu terapi yang penting pada KAD ialah resusitasi cairan. Protokol KAD yang ada selama ini menggunakan parameter makrosirkulasi, sedangkan pada KAD juga dapat terjadi disfungsi mikrosirkulasi. Protokol Early Goal Directed Therapy (EGDT) menggunakan parameter mikrosirkulasi untuk menggambarkan keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen jaringan. Penelitian kali ini bertujuan untuk membandingkan keberhasilan resusitasi cairan antara kelompok KAD yang menggunakan protokol konvensional dan protokol EGDT dengan skor MSOFA sebagai parameter keberhasilan tersebut.
Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis tersamar tunggal dengan randomisasi pada pasien KAD di IGD RSCM pada bulan Desember 2013 sampai Maret 2014. Pasien dibagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok EGDT berdasarkan tabel randomisasi, kemudian masing-masing kelompok diresusitasi cairan menggunakan protokol konvensional dan protokol EGDT. Kedua kelompok mendapatkan terapi KAD lainnya yang sama. Skor MSOFA dihitung pada jam ke-0, jam ke-6 dan jam ke-72 perawatan.
Hasil: Sebanyak 26 subjek diikutsertakan dalam penelitian ini, dengan 13 subjek di masing-masing kelompok. Tidak didapatkan perbedaan skor MSOFA yang bermakna diantara kedua kelompok pada jam ke-6 dan jam ke-72, namun berdasarkan sebarannya, skor MSOFA di kelompok EGDT lebih menurun dibandingkan kelompok kontrol. Tidak terdapat perbedaan tingkat mortalitas selama 28 hari di kedua kelompok (RR 0,333; IK 95% 0,04-2,801; p = 0,593).

Background: Diabetic ketoacidosis (DKA) is one of the serious complication of diabetes mellitus (DM) with high mortality rate . One important therapy in DKA is fluid resuscitation. DKA protocol that recently used, is guided by macrocirculation parameters, whereas microcirculation dysfunction can occur in DKA. Early Goal Directed Therapy Protocol (EGDT) uses microcirculation parameters to describe the balance of tissue oxygen supply and demand. The aim of this study aimed to compare the success of DKA fluid resuscitation between the groups using conventional protocols and EGDT protocol with MSOFA score as the parameter.
Methods: This study was a single-blind randomized clinical trial of DKA patients in the Emergency Room of Ciptomangunkusumo Hospital from December 2013 to March 2014. Patients were divided into control and EGDT group based on computerized randomization, then each group was resuscitated using a conventional and EGDT protocol. Both groups received the same other DKA treatment. MSOFA score is calculated at the beginning of this study, 6th hour and 72nd hour.
Results: A total of 26 subjects enrolled in this study, with 13 subjects in each group. There were no significant differences between the two groups in the 6th and 72nd hour, but based on the distribution, MSOFA score in EGDT group was more decreased compared to the control group. There were no significant differences of the mortality within 28 days between two groups (RR 0.333; 95 % CI 0.04- 2.801, p = 0.593).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Pramudita
"Latar Belakang: Resusitasi cairan merupakan terapi yang sering diberikan pada ruang rawat intensif untuk mengembalikan perfusi jaringan. Namun, seringkali terapi resusitasi cairan menyebabkan kelebihan cairan yang memiliki efek buruk terhadap pasien termasuk kematian.
Tujuan: Penelitian retrospektif ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara mortalitas dengan durasi kelebihan cairan di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo.
Metode: Sebanyak 194 pasien yang mengalami kelebihan cairan dan berada di ruang rawat intensif selama 7 hari atau lebih, diperoleh melalui teknik consecutive sampling, dievaluasi. Durasi kelebihan cairan dan kematian 28 hari dicatat. Sampel yang diperoleh dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pasien yang mengalami kelebihan cairan kurang dari sama dengan 4 hari dan pasien yang mengalami kelebihan cairan lebih dari 4 hari. Sampel kemudian dianalisis menggunakan uji bivariat Chi square untuk diketahui hubungannya dengan kematian.
Hasil: Terdapat hubungan antara kematian dengan durasi kelebihan cairan dengan nilai P.

Background: Fluid resuscitation is a common therapy given at the Intensive Care Unit ICU to maintain tissue perfusions. However, this therapy usually results in fluid overload that has adverse outcome including death.
Objective: This retrospective study aimed to assess the association between mortality and fluid overload duration in Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital's.
Methods: A total of 194 ICU patients with fluid overload and stayed for 7 days or more that obtained by consecutive sampling, were evaluated. Fluid overload duration and 28 days mortality were recorded. Samples were divided into two groups, patients with fluid overload less than or equal to 4 days and patients with fluid overload more than 4 days. A bivariate analysis Chi square were perform to assess the association of mortality and fluid overload duration.
Results: Mortality and fluid overload duration were significantly associated P.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Pratama Putra
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat astrofisika dari bintang boson dua fluida dan perbandingannya dengan model bintang boson satu fluida pada temperatur nol dan temperatur tidak nol. Persamaan keadaan bintang boson dua fluida didapatkan pada sistem nonrelativistik dengan menggunakan representasi termodinamika serta memenuhi persamaan Gross-Pitaevskii.
Penelitian ini dibatasi dengan pendekatan bahwa bintang dalam kondisi statik dan simetri bola. Persamaan keadaan bintang boson dua fluida dijadikan input Persamaan Tolman-Oppenheimer-Volkoff yang dikerjakan secara numerik dengan metode Runge-Kutta dan metode cari akar.
Didapatkan relasi massa dengan jari-jari bintang boson dua fluida dengan massa maksimum pada temperatur nol dan temperatur tidak nol adalah sekitar 0.51m*. Diketahui juga bahwa pada sistem bintang boson dua fluida pada temperatur tidak nol terdapat daerah ketidakstabilan bintang pada saat tekanan dan densitas energi rendah (limit mendekati nol).

The purpose of this study is to find out the astrophysical properties of two-fluid boson star and comparison with boson star at zero and non-zero temperature systems. The equation of state of two-fluid boson star in a non-relativistic system was found using thermodynamics representation which satisfies Gross-Pitaevskii approximation.
This study is constrained to a static and spherically symmetric approximation. The equation of state of two-fluid boson star becomes an input for The Tolman-Oppenheimer-Volkoff equation which then is solved numerically using Runge-Kutta and root-finding method.
We find the mass-radius relation of two-fluid boson star whose maximum mass at zero and non-zero temperature is about 0.51$m*$. We also find, in non-zero temperature system, that the two-fluid boson star has instability region in low pressure and low energy density (limit to zero).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60044
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Yuniar Cahyanti
"Orang tua adalah orang yang bertifungsi sebagai guru pertama bagi anak-anaknya dan mempunyai peran yang signifikan \mtuk pembentukan sikap, keyakinan, nilai-nilai dan tingkah laku pada anak. Bagaimana anak bermasyarakat (bersosialisasi) tergantung pada bagaimana cara orang tua mengajarkan pada anak tentang sosialisasi, apa yang dianggap orang tua sebagai hal penjng yang harus dipahami anak dan apa yang dianggap orang tua sebagai cara terbaik untuk mengarahkan perkembangan anak. Orangtua yang mengasuh secara tidak konsisten bisa menyebabkan anak mengalami temper tonirum. Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu mendapatkan apa yang bisa tanirum ketika suatu kali permintaannya ditolak. Bagi anak yang terlalu dilindungi dan didominasi oleh orangtuanya sekali waktu anak bisa jadi bereaksi menentang dominasi orangtua dengan perilaku tonirum. Keadaan lain yang juga meningkatkan frekuensi temper tantrum adalah sikap orangtua yang cendenmg mengkritik dan terlalu cerewet Temper tantrum terbentuk secara kondisional Anak yang mengalami masalah dalam hubungan dengan orangtuanya, adakalanya tidak dapat menyalurkan emosinya dengan tepat, Salah satu benmknya adalah tantrum. Ia membutuhl-can waktu yang cenderung lama untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya, dan mengalami kesulitan dalam mengeksprosikan Menghadapi masalah seperti ini, salah satu media yang dapat dignmakan untuk mengekspresikan diri pada anak-anak adalah musik_ Secara umum, penelitian telah membuktikan bahwa musik memiliki pengaruh kuat tidak hanya pada suasana kuat tetapi juga pada persepsi dan sikap. Kata-kata lebih mudah diingat sebagai sesuatu yang positif apabila ada musik ringan dan ceria yang sedang dimainkan, sebaliknya akan dianggap negatif apabila diiringi dengan musik yang lamban dan berat. Terapi musik 'menawarkan konteks untuk membangun perasaan sense-in-relationship pada anak. Tujuau utama dari terapi musik adalah menciptakan pengalaman dalam berinteraksi, mengembangkan ekspresi self-orher melalui keterlibatan emosional, dan meningkatkan kornunikasi. Terapi musik memberikan dasar mengenai apa yang harus dilakukan manusia dalam bcrinteraksi dengan orang lain, selain ilu juga menawarkan konteks di mana motivasi dari diri dapat dikembangkau, luapan emosi dapat dialami, diekspresikan dan dibawa dalam komunikasi. Dalam penelitian kali ini, metode terapi musik yang akan diterapkan adalah Improvisarional Music Therapy menggunakan metode Orhl Terapi musik dengan metode Orff adaiah suatu multi sensoris tcrapi. Terapi musik dcngan metode Orff dapat diberikan pada berbagai kasus terutama pada anak-anak yang mcngalami gangguan Esik, mental maupmm emosional. Tcrapi musik dcngan menggunakan metode OrH` tidak hanya menekankan pada permainan alat, namun juga divariasikan dengan bermain irama, gerak, dan juga tepukan sehingga sesuai untuk anak-anak. Melihat beberapa perubahan yang terjadi pada R selama rcntang pelaksanaan terapi, dapat diprediksikan bahwa terapi musik cukup dapat membawa pembahan perilaku pada R, terutama dalah hal menurunkan kebiasaan ranirumnya. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pendekatan dengan menggmakan terapi musik metode Orff ini dapat disarankan untuk menangani individu dengan kasus temper tamtur. Pcndekatan ini akan sangat membantu orangtua dalam menangani anaknya selain dibutuhkan dukungan dan kerjasama antara orangtua, psikolog dan terapis sehingga efek terapi dapat dicapai secara optimal. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38502
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Bayu Alfarizi
"Latar belakang: Renjatan merupakan masalah utama di ruang emergensi dan rawat intensif anak. Resusitasi cairan pada renjatan hanya memberikan repons pada 50% pasien. Pemberian cairan yang berlebih akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Indeks dinamis memiliki keterbatasan dalam memprediksi fluid responsiveness. Left Ventricular End Diastolic Volume Index (LVEDVI) belum banyak diteliti dan dapat mengatasi keterbatasan indeks dinamis.
Tujuan: Mengidentifikasi peran LVEDVI sebagai prediktor fluid responsiveness terhadap pemberian cairan resusitasi pada anak dengan renjatan.
Metode: Ini adalah penelitian uji diagnostik-potong lintang pada anak dengan renjatan di ruang emergensi dan rawat intensif anak RSUPN Cipto Mangunkusumo Juni hingga November 2018. Pengukuran LVEDVI dilakukan menggunakan USCOM dan dibandingkan dengan peningkatan isi sekuncup ≥15% setelah fluid challenge sebagai kriteria fluid responsive. Sampel dimasukkan ke dalam kelompok fluid responsive dan fluid nonresponsive.
Hasil: Dari 40 subyek penelitian, didapatkan 60 sampel fluid challenge. Terdapat 31 sampel di kelompok fluid responsive dan 29 sampel di kelompok fluid nonresponsive. Tidak terdapat perbedaan bermakna rerata LVEDVI pada kedua kelompok (p=0,161). Nilai AUROC LVEDVI 40,9% pada titik potong 68,95 mL/m2, dengan sensitivitas 45,16% dan spesifisitas 44,83%.
Simpulan: Penelitian ini tidak dapat membuktikan LVEDVI dapat berperan sebagai prediktor fluid responsiveness.

Background: Shock is a major problem in the Pediatric Emergency and Intensive Care Unit. Fluid resuscitation for shock only provides response in 50% of patients. Excessive fluid administration will increase morbidity and mortality. Dynamic indexes have limitations in predicting fluid responsiveness. Left Ventricular End Diastolic Volume Index (LVEDVI) has not been widely studied and can overcome the limitations of dynamic indexes.
Objective: To identify LVEDVI as a predictor of fluid responsiveness in children with shock.
Method: This was a cross-sectional diagnostic study in children with shock in the emergency room and pediatric intensive care unit of Cipto Mangunkusumo Hospital RSUPN from June to November 2018. The LVEDVI measurements were performed using USCOM and compared with an increase in stroke volume ≥15% after fluid challenge as fluid responsiveness criteria. Sample then categorized into fluid responsive and fluid nonresponsive group.
Results: Of 40 subjects, 60 fluid challenge samples were obtained. There were 31 samples in the fluid responsive group and 29 in the fluid nonresponsive group. There was no significant mean difference of LVEDVI in the two groups (p=0.161). The AUROC of LVEDVI is 40,9% with cut off value of 68,95mL/m2. The sensitivity and specificity are 45,16% and 44,83% respectively.
Conclusion: This study cannot prove LVEDVI can act as a predictor of fluid responsiveness."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitrihartanto
Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia , 2021
618.82 FIT s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Bawaeda
"Hospitalisasi mengharuskan anak tinggal di rumah sakit dan menerima prosedur medis seperti terapi inhalasi yang dapat memicu kecemasan anak. Salah satu intervensi keperawatan non farmakologi yang dapat diberikan kepada anak untuk menurunkan bahkan menghilangkan kecemasan adalah bermain terapeutik pop-it. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas bermain terapeutik pop-it terhadap tingkat kecemasan anak yang mendapat terapi inhalasi di ruang rawat inap anak. Penelitian ini menggunakan design randomized control trial yang melibatkan 66 anak (dibagi dalam kelompok intervensi dan kontrol) berusia 1-12 tahun yang mendapat terapi inhalasi dan dirawat di ruang rawat inap anak RSUD Talaud, RSUD Manembo-nembo Bitung dan RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Malalayang Manado. Sampel diambil menggunakan teknik simple random sampling. Tingkat kecemasan diukur menggunakan instrumen visual facial anxiety scale (VFAS). Hasil penelitian menunjukan bahwa bermain terapeutik popit efektif menurunkan tingkat kecemasan anak yang mendapat terapi inhalasi dengan nilai p 0,000 (α < 0,05). Dengan demikian bermain terapeutik pop-it tepat diberikan kepada anak yang mendapat terapi inhalasi dan direkomendasikan untuk disediakan di rumah sakit sebagai alternatif permainan. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi perawat di rumah sakit saat melakukan asuhan keperawatan pada anak yang mendapat terapi inhalasi.

Hospitalization requires the child to stay in the hospital and receive medical procedures such as inhalation therapy that can trigger a child's anxiety. One of the nonpharmacological nursing interventions that can be given to children to reduce and even eliminate anxiety is pop-it therapeutic play. The purpose of this study was to determine the effectiveness of pop-it therapeutic play on the anxiety level of children receiving inhalation therapy in the pediatric inpatient room. This study used a randomized control trial design involving 66 children (divided into intervention and control groups) aged 1-12 years who received inhalation therapy and were treated in the pediatric inpatient room at Talaud Hospital, Manembo-nembo Hospital Bitung and Prof Dr. R.D. Kandou Malalayang Manado. Samples were taken using simple random sampling technique. Anxiety levels were measured using a visual facial anxiety scale (VFAS). The results showed that pop-it therapeutic play was effective in reducing the anxiety level of children receiving inhalation therapy with a p value of 0.000 (α < 0.05). Thus, pop-it therapeutic play is appropriate for children receiving inhalation therapy and is recommended to be provided in the hospital as an alternative game. The results of this study can be used as a reference for nurses in hospitals when providing nursing care to children receiving inhalation therapy"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuikita Wachid
"Laparatomi merupakan prosedur pembedahan yang dilakukan pada pasien anak. Nyeri menjadi salah satu manifestasi klinis yang sering ditimbulkan akibat insisi pembedahan. Masalah keperawatan nyeri akut pada umumnya terjadi pada anak pasca operasi laparatomi. Nyeri yang dirasakan bervariasi antara sedang hingga ke berat. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir nyeri yang dirasakan adalah dengan melakukan manajemen nyeri non farmakologis distraksi. Pemberian intervensi manajemen non farmakologis distraksi berupa terapi musik audiovisual dapat menurunkan nyeri.
Hasil intervensi yang diberikan pada pasien kelolaan utama pasca operasi laparatomi dengan nyeri akut mampu menurunkan nyeri anak dari VAS 5/10 menjadi VAS 3/10. Pemberian terapi non farmakologis perlu diikuti dengan terapi farmakologis untuk meningkatkan efektifitas intervensi yang dilakukan. Penggunaan terapi non farmakologis distraksi terapi musik audiovisual disarankan untuk mengurangi nyeri pada anak pasca operasi laparatomi.

Laparatomy is a surgical procedure that is often performed on pediatric patients. Often pain becomes one of the clinical manifestations caused by a surgical incision. Nursing problems in acute pain generally occur in children post laparotomy. Pain that is felt varies between moderate to severe. One way that can be done to minimize the pain is to do non-pharmacological pain management. Non-pharmacological distraction management intervention by giving audiovisual music therapy can reduce the pain in pediatric patients.
The results of the intervention that has been given to patient after laparatomy surgery were resulted in acute pain decreased from VAS 5/10 to VAS 3/10. Non-harmacological therapy needs to be given together with pharmacological therapy to improve the effectiveness of the interventions. The use of non-pharmacological distraction therapy in audiovisual music is recommended to reduce pain in children after laparotomy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>