Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95137 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faizah Muthmainnah
"Penggunaan lahan pada suatu daerah tangkapan air (DTA) memiliki pengaruh terhadap kualitas suatu perairan. Sumber air dari suatu perairan dapat berasal dari mata air yang terdapat di dalamnya dan dari masukan air sungai atau limpasan air permukaan serta air hujan yang mengalir di lahan sekitar perairan tersebut. Daerah tangkapan air adalah suatu daerah yang mengalirkan air ke Situ Gintung. Masyarakat yang tinggal di sekitar Situ Gintung memanfaatkannya untuk perikanan, pertanian dan sarana wisata. Dalam jangka waktu 20 tahun, yaitu tahun 1999, 2004, 2009, 2014, 2019, Situ Gintung mengalami perubahan kualitas perairan secara fisik dapat diketahui melalui kandungan materi yang mengubah warna air tersebut. Perubahan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh erosi dan sedimentasi. Untuk mengetahui besarnya laju erosi pada suatu lahan digunakan pemodelan USLE (Universal Soil Loss Equation). Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat tingkat erosi di DTA Situ Gintung, yaitu normal, ringan, sedang, berat. Sebaran erosi yang terjadi di DTA Situ Gintung mengikuti pola lereng. Laju erosi normal terbesar sebesar 178,13 ton/ha/tahun pada tahun 2019 dan terkecil sebesar 58,43 ton/ha/tahun pada tahun 2014. Tingkat erosi ringan terbesar sebesar 1410,63 ton/ha/tahun pada tahun 2019 dan terkecil sebesar 706,13 ton/ha/tahun pada tahun 2014. Tingkat erosi sedang tertinggi adalah 2.831,84 ton/ha /tahun pada tahun 2009 dan yang terkecil sebesar 1710,71 ton/ha/tahun pada tahun 2014. Laju erosi berat terbesar adalah 4782,74 ton/ha/tahun pada tahun 2009 dan terkecil adalah 2.312,31 ton/ha/tahun pada tahun 2019.

Changes in land use in a sub-watershed have an effect on the quality of a waters. Sources of water from a waters can come from springs contained in it and from river water input or runoff surface water and rain water that flows in the land around these waters. Pesanggrahan Sub-watershed is a sub-watershed that flows water to Situ Gintung. People who live around Situ Gintung use it for fisheries, agriculture and tourist facilities. Within a period of 20 years, namely 1999, 2004, 2009, 2014, 2019, Situ Gintung experienced a change in the quality of the physical waters, namely changes in the number of suspended solids entering the waters. The amount of the TSS value in a waters is influenced by soil material which is eroded by water passing through a land area. To determine the amount of the erosion rate on a land, USLE (Universal Soil Loss Equation) modeling is used. The results showed that changes in the land cover of the Situ Gintung catchment had an effect which was directly proportional to the rate of erosion in the Situ Gintung catchment area. The distribution of erosion that occurs in the Situ Gintung catchment follows the slope pattern. The largest normal erosion rate was 178,13 ton/ha/year in 2019 and the smallest was 58,43 ton/ha/year in 2014. The largest light erosion rate was 1410,63 ton/ha/year in 2019 and the smallest was 706,13 ton/ha/year in 2014. The highest moderate erosion rate was 2.831,84 tonnes / ha / year in 2009 and the smallest was 1710,71 ton/ha/year in 2014. The highest rate of heavy erosion was 4782,74 ton/ha/year in 2009 and the smallest was 2.312,31 ton/ha/year in 2019"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Swambodo Murdariatmo Adi
"Tesis ini merupakan sebuah kajian pada Daerah Hilir Situ Gintung pasca bencana. Produksi ruang pada daerah resapan/ruang terbuka hijau dan pola hubungan kegiatan masyarakat merupakan sebuah siklus yang menjadi basis intervensi disain dengan mempertimbangkan faktor keseimbangan antara manusia dan lingkungan secara berkelanjutan. Usulan pemanfaatan daerah hilir sebagai Sentra Pertanian Organik dan Perikanan Darat merupakan optimalisasi boundaries-batas garis sempadan sungai dan ruang terbuka hijau sebagai generator ekonomi alternatif yang dikelola dan dimanfaatkan bersama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Penataan kawasan diarahkan untuk mendukung keberadaan sentra budidaya tersebut agar terbentuk pola hubungan kegiatan masyarakat dan produksi ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan di masa mendatang.

This thesis is a study on Downstream Areas in Situ Gintung post-disaster areas. Production of space by the community activity relationship in the green space as a catchment area is a cycle that becomes the basis of design interventions that considers the balance of human and the environment in a sustainable manner. The proposed utilization of downstream areas as Organic Agriculture and Fisheries Center, is the optimization of boundary demarcation line, rivers and open spaces as an alternative economic generators that is managed and utilized together to improve standard living of the community. The planning aimed for the areas tend to supports the existence of such center in order to form the pattern of community activities and relations of space production that is safe, comfortable, productive and sustainable in the future."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T39619
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wido Cepaka Warih
"Daerah Tangkapan Air Rawapening dengan luas 27.434,393 ha merupakan bagian dari DAS Tuntang dengan luas 130.036,886 ha (Sriyana, 2011) dengan hulu di Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo dan Gunung Ungaran. Perubahan penggunaan tanah mengakibatkan terjadinya run off (limpasan), sehingga mempercepat terjadinya erosi. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi potensi erosi di DTA Rawapening menggunakan model SWAT. SWAT (Soil and Water Assessment Tool) merupakan model hidrologi yang dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh penggunaan lahan terhadap aliran air, sedimen, erosi dan zat kimia lainnya yang masuk ke sungai atau badan air pada suatu DAS. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Hydrologic Response Unit (HRU) yang terbentuk di DTA Rawapening didominasi oleh unit lahan berupa kebun/tegalan dengan tekstur tanah loam/lempung (L) dan lereng 15-25% (AGRR/L/15-25). Potensi erosi rata-rata tahunan yang terjadi di DTA Rawapening sebesar 167,201 ton/ha. Kontribusi erosi paling tinggi berasal dari SubDTA Galeh sebesar 2.820,9099 ton/ha/tahun karena kondisi unit lahan didominasi oleh kebun/tegalan pada lereng yang antara 15-40 % disertai dengan curah hujan tahunan yang cukup tinggi yaitu 2750-3250 mm/tahun dan kontribusi paling rendah terjadi pada SubDTA Kedungsringin sebesar 1,3762 ton/ha/tahun. Hasil kalibrasi antara debit model dengan debit observasi yaitu R= 0,8018 menunjukkan bahwa model dapat diterima dan layak diaplikasikan di DTA Rawapening.

Rawapening water catchment area with 27.434,393 ha, is part of the Tuntang watershed with 130.036,886 ha (Sriyana, 2011), which has headwaters in Mount Merbabu, Telomoyo Mountain and Mount Ungaran. Changes in land use resulting in run off, thereby accelerating erosion. This study aims to predict the potential for erosion in the Rawapening water catchment area with SWAT model. SWAT (Soil and Water Assessment Tool) is a hydrological model that can be used to predict the effects of land use on water flow, sediment, erosion and other chemicals into streams or bodies of water in a watershed. The research concludes that the Hydrologic Response Unit (HRU) that form in the watershed are dominated by land unit Rawapening a garden/dry with loam (L) soil texture and 15-25% slope (AGRR/L/15- 25). Potential average annual erosion that occurred in the Rawapening water catchment area of 167,201 tons/ ha/year. The highest erosion contribution comes from the SubDTA Galeh of 2.820,9099 tons/ha/year, because condition of the land unit dominated by garden/dry on slopes between 15-40% along with annual rainfall is 2750-3250 mm and the contribution of the lowest occurred in SubDTA Kedungsringin of 1,3762 ton/ha/year. Calibration results between models debit with observation debit that R = 0,8018 indicate that SWAT model can be accepted and applied in the Rawapening Water Catchment Area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S54389
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dela Almira Aryanti
"Kemampuan suatu habitat dalam mendukung kelestarian burung di area setempat turut dipengaruhi oleh jenis pohon yang tersedia. Falcataria moluccana merupakan salah satu pohon yang banyak digunakan dalam lanskap area perkotaan serta pernah diteliti di lokasi lainnya bahwa jenis pohon tersebut berperan besar dalam mengakomodasi keanekaragaman maupun beberapa aktivitas burung setempat. Namun, keseluruhan aktivitas burung yang mampu diakomodasi oleh Falcataria moluccana, lebih khususnya di area perkotaan, masih belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis aktivitas pemanfaatan pohon serta proporsi relatif antara jenis-jenis aktivitas pemanfaatan pohon Falcataria moluccana oleh burung pada salah satu area hijau perkotaan, yaitu Taman Wisata Pulau Situ Gintung-3. Penelitian dilakukan selama total 24 hari pada bulan April-Mei 2022 di hari tanpa hujan atau angin kencang dan di hari Taman Wisata Pulau Situ Gintung-3 beroperasi. Penelitian menggunakan dua metode yaitu scan sampling untuk mengamati aktivitas makan, bertengger dan menelisik dan nest count untuk mengamati aktivitas bersarang. Data ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai bagian pohon kecuali bagian buah/biji dimanfaatkan oleh 10 spesies burung setempat untuk berbagai aktivitasnya. Jenis aktivitas dan banyaknya jenis aktivitas pemanfaatan pohon tertentu seiring dengan ketersediaan sumber daya untuk aktivitas tersebut yang sesuai dengan karakteristik masing-masing spesies. Aktivitas pemanfaatan pohon jenis makan dapat dilakukan oleh 3 feeding guild (nektarivora-insektivora, insektivora, frugivora-insektivora) serta mungkin 1 feeding guild (piscivora/karnivora). Jenis aktivitas bersarang dapat dilakukan oleh 1 nesting guild (cavity nester) pada bagian cabang mati. Jenis aktivitas yang dapat dilakukan secara relatif paling banyak hingga sedikit yaitu makan, bertengger kemudian menelisik. Pengetahuan tersebut dapat membantu untuk menjadi pertimbangan dalam manajemen terkait pohon untuk mengakomodasi kelestarian burung di area perkotaan, terutama dengan pohon Falcataria moluccana.

The ability of a habitat to support the conservation of birds in an area is also influenced by the types of trees available. Falcataria moluccana is a species of tree that is widely used in urban landscapes and have been studied in other locations that the tree plays a major role in accommodating the diversity and some activities of local birds. However, the overall scope of bird activities that can be accommodated by Falcataria moluccana, especially in urban areas, is still unknown. This study aims to determine and analyze the utilization activites and relative proportions between types of utilization activities of birds upon the Falcataria moluccana tree in an urban green area, namely Situ Gintung Island Recreational Park-3. The study was conducted for a total of 24 days from April to May 2022 on days without rain or strong winds and on days when the Situ Gintung Island Recreational Park-3 was operating. The study used two methods, namely scan sampling to observe feeding, perching and preening activities and nest count to observe nesting activities. Data were tabulated and analyzed descriptively. The results showed that various parts of the tree except the fruit/seeds were utilized by 10 local bird species for various activities. The type of activity and amount of each type of activity observed was in line with the availability of resources for these activities in accordance with the characteristics of each species of bird. The activity of feeding could be carried out by 3 feeding guilds (nectarivores-insectivores, insectivores, frugivores-insectivores) and possibly 1 more feeding guild (piscivores/carnivores). The activity of nesting could be carried out by 1 nesting guild (cavity nester) on dead branches. The types of activities that can be done the most to the least relatively were eating, perching and finally preening. This knowledge can become a consideration in management about trees to help in accomodating bird conservation in urban areas, especially with Falcataria moluccana trees.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tairas, Teddy Adrian
"Peneliltian ini membahas mengenai timbulan dan komposisi sampah di dua Kecamatan di Kota Tangerang Selatan, yaitu Kecamatan Ciputat Timur dan Pondok Aren yang merupakan area padat penduduk dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Pengukuran timbulan menngacu kepada metode SNI 19-3964-1994 tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Timbulan sampah pada kecamatan Ciputat Timur pada tahun 2012 adalah sebesar 123 ton/hari dan pada tahun 2032 mencapai 153 ton /hari. Sementara di kecamatan Pondok Aren timbulan sampah mencapai 206 ton/hari pada tahun 2012 dan pada tahun 2032 meningkat menjadi 307 ton/hari. Komposisi sampah pada kedua kecamatan masih didominasi oleh sampah jenis organik. Pada kecamatan Ciputat Timur sampah organik memiliki persentase sebesar 51%; sampah anorganik 49% dengan rata-rata sampah yang dapat didaur ulang sebesar 21%. Sementara kecamatan Pondok Aren memiliki persentase sampah organik sebesar 60%; sampah anorganik sebesar 40% dengan rata-rata sampah yang dapat didaur ulang sebesar 17,84%.
Penelitian ini menghasilkan alternatif pengelolaan sampah di kedua kecamatan. Alternatif 1 menekankan kepada reduksi timbulan sampah sebelum sampah dibuang ke TPA. Alternatif 2 menekankan kepada pemrosesan sampah di TPA sehingga seluruh timbulan sampah tidak direduksi sebelum masuk TPA. Luas lahan TPA yang dibutuhkan untuk menampung sampah dari kedua kecamatan dalam rentang tahun 20 tahun pada alternatif 1 adalah 17,5 Ha. Sementara, pada alternatif 2 dibutuhkan 24,22 Ha.

This study discusses the waste generation and composition in two sub-district of South Tangerang City, East Ciputat and Pondok Aren as a high populated areas. The measurements methods of waste generation and composition refer to SNI 19-3964-1994. The amount of waste generation in East Ciputat in the year of 2012 is about 107.82 tons/day or 2227.3 m3/day dan in the year of 2032 reaches the amount of 131.21 tons/day or 27108.8 m3/day, whereas the amount of waste generation in Pondok Aren reaches the amount of 178.9 tons/day or 3404.5 m3/day in the year of 2012 and 279.53 tons/day or 5328.4 m3/day in the year of 2032. The waste composition in these two sub-districts is still dominated by organic waste. In East Ciputat the waste composition consists of 51% organic, 49% inorganic with 21% recyclable-potential waste. On the other hand, Pondok Aren has 60% organic, 40% inorganic with 17.84% recyclable-potential waste.
The result of this study is the alternative of waste management concept that can be applied. The result also consist of waste management infrastructures such as collection vehicles, waste transport vehicles, waste -reducing facilities, and the area required to dump generated waste. The area required to accomodate the waste generation without the process of waste reducing is 24.22 Hectares. Whereas, the area required to accomodate the waste generation with the process of waste reducing is 17.5 Hectares.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42978
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Kusumastuti Roosadiono
"Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang "Implementasi Kebijakan Penertiban Pedagang Kaki Lima, Studi Kasus di Pasar Ciputat, Tangerang, Banten." Penelitian ini penting dilakukan karena pedagang kaki lima merupakan salah satu permasalahn kota yang hingga kini belum tertangani dengan baik. Selama ini kebijakan yang diterapkan adalah mengusir dan menggusur para pedagang kaki lima karena dinggap membuat kotor, kumuh dan macet. Padahal di sisi lain, pedagang kaki lima mempunyai daya serap tenaga kerja yang tinggi apalagi pasta krisis ekonomi. Pemerintah daerah Tangerang juga memberikan perhatian khusus terhadap penanganan pedagang kaki lima dengan menggelar operasi penertiban. Namun, operasi penertiban ini tidak efektif membuat jera para pedagang kaki lima dan bahkan mereka seolah-olah "main petak umpet" dengan aparat.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan menggunakan jenis penelitian deskriptif karena tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan penertiban pedagang kaki lima di pasar Ciputat. Untuk memperoleh data, penelitian ini menggunakan teknik wawancara, studi pustaka serta observasi langsung ke lapangan. Data yang diperoleh dari lapangan akan di olah sesuai dengan kebutuhan penelitian dan akan dianalisis dengan teori yang terkait dengan penelitian.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencakup sepuiar sektor informal, lebih spesifik tentang karakteristik usnum pedagang kaki lima, peranan pedagang kaki lima, permasalahan yang seringkali muncul akibat keberada pedagang kaki lima, dan beberapa penanganan pedagang kaki lima. Teori yang terkait dengan penelitian ini juga adalah teori kebijakan publik, baik itu sebagai produk, proses, dan analisis, implementasi kebijakan publik dan variable yang mempengaruhi keberhasilan kebijakan publik
Berdasarkan temuan lapangan bahwa implementasi kebijakan penertiban pedagang kaki lima tidak berjalan dengan baik karena terdapat beberapa penyimpangan yang dilakukan oleh para pelaksana kebijakan yakni tidak mengikuti prosedur yag telah ditetapkan dalam SK Bupati No. 180 tahun 1995 tentang Petunjuk Teknis Praktis Penegakan Hukum dalam Bidang Pemerintahan. Penyimpangan itu antara lain adalah tidak adanya sangsi berupa tindak pidana ringan bagi para pelanggar dan tidak adanya sikap konsistensi aparat pemerintah terhadap operasi penertiban pedagang kaki lima. Dari implementasi kebijakan yang sedemikian rupa menghasilkan suatu kondisi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keindahan, kebeisihan dan ketertiban hanya dapat dirasakan secara sementara. Tidak berhasilnya penertiban tersebut disebabkan oleh beberapa kendala yakni kendala internal meliputi tidak adanya SOP (Standart Operating Procedures), tidak adanya kesepahaman antar aparat pemerintah, terbatasnya personil aparat pemerintah, terbatasnya dana operasional dan kendala eksternal yang terdiri dari rendahnya kesadaran pedagang kaki lima dan terbatasnya lahan dagang di pasar Ciputat.
Hasil analisis mengemukakan kebijakan yang diterapkan Pemda Tangerang dalam menangani pedagang kaki lima termasuk dalam-kategori relokasi sangat keras karena dilarang berjualan kembali di tempat yang dilarang tanpa ada solusi alternatif yang memihak pedagang kaki lima. Terdapat beberapa point yang tidak terpenuhi dalam implementasi kebijakan penertiban pedagang kaki lima di ciputat baik dari aspek komunikasi, sumber daya, sikap dan struktur birokrasi. Oleh karena itu kebijakan yang diterapkan dikategorikan unseccesfull implementation.
Oleh karena itu perlu ada beberapa perbaikan yakni pada aspek dasar hukum sebagai landasan operasional yang perlu dibuat juknis penertiban dan direvisi perda tentang penertiban, dialokasikan dana operasional dalam APBD secara tepat, adanya komunikasi antara Camat dengan dinas yang terkait dalam menangani pedagang kaki lima, ditambahnya personil satuan polisi pamong praja dalam meningkatkan kinerjanya dan disediakan lahan khusus untuk pedagang kaki lima yang sudah lama berjualan di lahan pasar Ciputat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryadi
"Tesis ini tentang Tindakan Penertiban terhadap pedagang kaki lima yang dilakukan oleh Unit Sabhara dan Tramtib Kecamatan Ciputat. Perhatian Utama tesis ini adalah corak tindakan penertiban yang dilakukan oleh petugas Unit Sabhara dan Petugas Tramtib Kecamatan Ciputat. Dalam kajian ini menekankan kepada tindakan penertiban yang bertujuan adanya keteraturan ruang dan waktu.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode etnografi dengan tehnik pengumpulan data secara pengamatan, wawancara dengan pedoman dan pengamatan terlibat untuk mengungkapkan tindakan penertiban yang dilakukan para petugas terhadap pedagang kaki lima.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha perdagangan kaki lima merupakan salah satu bidang usaha dalam sektor informal yang mampu menyerap tenaga kerja cukup besar, hal ini disebabkan sektor usaha tersebut tidak memerlukan pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi, modal yang tidak besar dan waktu yang tidak terikat. Sehingga usaha ini dapat dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai kemauan melakukan usaha dalam sektor ini.
Di pasar Ciputat, usaha ini dilakukan tidak saja oleh warga Ciputat tetapi juga banyak dilakukan oleh para pedagang dari luar Ciputat. Mereka menempati lokasi tertentu ditempat umum dan membentuk sebuah lingkungan pasar kaki lima, yang di dalamnya mempunyai corak masyarakat yang majemuk baik dari jenis kegiatan usaha yang dilakukan maupun daerah asal kedatangan atau kesukubangsaannya.
Kemajemukan jenis kegiatan ini mewujudkan suatu hubungan sosial yang bersifat komplementer dan simbiotik. Sedangkan kemajemukan suku bangsa mewujudkan suatu pengelompokan pedagang berdasarkan daerah asal atau suku bangsanya juga merupakan pengelompokkan dari jenis barang dagangan yang diperjual belikan. Adanya pengelompokkan kesukubangsaan ini maka timbul suatu ikatan kelompok suku bangsa dan memiliki seorang ketua kelompok suku bangsa yang dipilih oleh warga suku bangsa sebagai seorang yang dituakan dan dihormati. Hubungan antara ketua kelompok dengan warga dalam kelompoknya merupakan hubungan patron klien yang bersifat hubungan bapak-anak.
Dalam kehidupan kelompok timbul suatu kesepakatan-kesepakatan tentang bagaimana menjalankan usaha perdagangan dengan baik, upaya menghindari persaingan dan perselisihan sesama pedagang serta usaha-usaha mengatasi kesulitan dan meningkatkan kesejahteraan warganya yang dipimpin oleh ketua kelompoknya. Sehingga dengan berbagai upaya, maka para warga kelompok merasa bergantung kepada ketuanya. Walaupun terjadi pengelompokkan yang demikian namun dalam kegiatan perdagangan mereka tidak menonjolkan kebudayaan sukubangsanya, tetapi lebih menggunakan aturan-aturan yang berlaku umum dalam lingkungan pasar kaki lima.
Salah satu sifat pedagang kaki lima dalam melakukan usahanya adalah dengan menyongsong pembeli sehingga mereka banyak menempati lokasi-lokasi tempat umum dan dipinggir jalan raya. Keberadaan mereka ditempat umum, menimbulkan kemacetan lalu lintas, sampah bertebaran dan kesemrawutan yang menjadi kerawanan terhadap kriminalitas. Dengan kondisi demikian khususnya untuk mengantisipasi tindakan penertiban maka muncul pelindung yang memberikan jasa keamanan kepada para pedagang yang berperan sebagai patron. Sebagai patron maka ia membuat aturan-aturan dalam kegiatan perdagangan kaki lima yang menyangkut perolehan lokasi, pengaturan posisi berdagang dan pembayaran salari.
Dengan adanya aturan-aturan yang terbentuk, baik yang bersumber dan kesepakatan maupun yang diciptakan oleh patron, yang diikuti dan dijadikan pedoman oleh para pedagang dalam melakukan kegiatan berdagangnya, maka akan membentuk suatu pola kegiatan dalam kehidupan pedagang kaki lima. Dengan adanya pola-pola kegiatan tersebut maka hal itu merupakan suatu keteraturan dalam kehidupan pedagang kaki lima, yaitu merupakan suatu aturan atau pedoman kegiatan yang berwujud perilaku individu, kelompok atau masyarakat dalam melakukan kegiatan berdagangnya dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Lokasi pasar sebagai tempat warga masyarakat Ciputat dan sekitamya untuk rnemenuhi kebutuhan sehari-hari diperlukan adanya keteraturan ruang dan keteraturan waktu.
Keteraturan tersebut sangat tergantung kepada perencanaan tata ruang dan kebijaksanaan-kebijaksanaan oleh para pejabat yang berwenang. Pelaksanaan tindakan penertiban untuk tercipta suatu keteraturan ruang dan waktu pelaksanaannya dilakukan oleh satuan Unit Sabhara dan Tramtib Kecamatan Ciputat.
Pelaksanaan tindakan penertiban yang dilakukan Kepolisian dan Kecamatan bertujuan terciptanya keteraturan ruang dan waktu sangat bergantung kepada motivasi dari para petugas tindakan penertiban. Kesejahteraan dari petugas sangat penting, sehingga tidak melakukan penyimpangan dalam mencapai tujuan. Anggaran tindakan penertiban dipasar Ciputat belum terencanakan, hal tersebut menimbulkan tindakan penertiban dipasar Ciputat belum berjalan secara maksimal.
Daftar Kepustakaan : 26 Buku + 9 Dokumen"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T10993
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danio Putra Nusantara
"Lahan merupakan salah satu sumber daya yang penting untuk menopang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Studi ini berfokus pada kualitas air di daerah tangkapan air yang dipengaruhi oleh pertumbuhan lahan. Tujuan dari model ini diwakili oleh hubungan linear antara indeks kualitas air sebagai variabel respon dan daerah tangkapan kedap air sebagai variabel penjelas. Daerah penelitian berada di daerah tangkapan air di kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Data daerah tutupan lahan kedap air dikumpulkan dari citra dunia digital dan didigitasi berdasarkan atap yang diidentifikasi. Data kualitas air ditentukan berdasarkan laporan sebelumnya dan dikumpulkan secara manual di danau oleh penulis. Air yang dikumpulkan dari danau akan dimasukkan untuk uji laboratorium untuk bisa mendapatkan kualitas sampel sesuai dengan parameter yang ditentukan. Indeks kualitas air yang ditargetkan ditentukan berdasarkan kesesuaian penggunaan air mengacu pada peraturan pemerintah Indonesia nomor 82/2001. Seiring berjalannya waktu, pertumbuhan lahan berubah dan memberikan efek pada kualitas air Danau UI. Sebagai alat untuk menetapkan perencanaan dalam pengembangan di masa depan pada daerah tangkapan air sistem danau di Universitas Indonesia, digunakan hubungan linear antara kedap air daerah tangkapan air dan indeks kualitas air. Setelah dilakukan analisis regresi linear antara tutupan lahan kedap air dan kualitas air, didapatkan relasi bahwa semakin meningkatnya persentase tutupan lahan kedap air maka kualitas air semakin buruk dari waktu ke waktu.

Land is one of the resources that is essential to sustain the lives of humans and other living things. This study focuses on the water quality in a catchment area that is affected by the land growth. The purpose of the model is represented by a linear relationship between the water quality index as a response variable and catchment area imperviousness as an explanatory variable. The study area is in a catchment area at the campus of Universitas Indonesia, Depok, West Java. The data of the catchment are imperviousness is collected from the digital globe imagery and digitized based of identified rooftops. The water quality data is determined based on previous reports and collected manually in the lake by the author. The water collected from the lake will be put for laboratory test to be able to get the quality of the sample according to the determined parameters. The targeted water quality index is determined based on water use suitability referring to the Indonesian government regulation number 82/2001. As time goes by, the land growth changes and gives an effect to the water quality of the UI Lake. As a tool to set a plan for future development on the catchment area of the lake system in Universitas Indonesia, it is possible to use the linear relationship between catchment area imperviousness and water quality index. After a linear regression analysis between imperviousness and water quality, a relationship was found that the increasing percentage of imperviousness affects the water quality in getting worse over time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Gracella Rospita
"Pada tahun 2021, Kota Tangerang Selatan menimbulkan 800 ton sampah per harinya, dengan sumber terbesar dari rumah tangga, dimana 26,52% sampah Kota Tangerang Selatan merupakan sampah anorganik yang tersusun atas plastik, kaca, kertas, logam, dan lainnya. Penelitian ini bertujuan membandingkan kinerja 4 (empat) bank sampah pengelola sampah anorganik perumahan di Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur. Indikator yang dibandingkan ialah timbulan sampah dan pelayanan di bank sampah termasuk fasilitas (Input); kebersihan rumah nasabah (Output), peningkatan kesehatan dan kesejahteraan nasabah (Outcome), tabungan nasabah (Benefit), serta pemanfaatan tabungan nasabah dan asumsi pengurangan sampah oleh bank sampah (Impact). Instrumen yang digunakan berupa SNI 19-3964-1994 untuk data lapangan dan PermenLHK No. 14 tahun 2021 untuk kuesioner tertutup berbasis skala Guttman dengan target 90 responden (15 pengurus dan 75 nasabah). Setelah direkapitulasi dengan Pairwise Comparison Chart, hasil menunjukkan bank sampah yang kinerjanya paling unggul ialah BSA dan BSJ dengan skor setara, sebesar 7.

In 2021, South Tangerang City generated 800 tons of waste per day, with the largest source from households, where 26.52% of South Tangerang City's waste is inorganic waste composed of plastic, glass, paper, metal, and others. This study aims to compare the performance of 4 (four) waste banks which manage residential inorganic waste in Ciputat and East Ciputat Districts. The indicators compared consists of the waste generation and services at the waste bank including facilities (Input); the cleanliness of customers' homes (Output), the improvement of customer health and welfare (Outcome), the customer savings (Benefit), the utilization of customer savings and the assumption of waste reduction by waste banks (Impact). The instruments used are SNI 19-3964-1994 for field data and PermenLHK No. 14 of 2021 for a closed questionnaire based on the Guttman scale with a target of 90 respondents (15 administrators and 75 customers). After recapitulating with the Pairwise Comparison Chart, the result shows that the waste banks with the most superior performances are BSA and BSJ with an equivalent score of 7."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrya Solihin J.
"Kota Tangerang Selatan memiliki sebelas situ yang berada di dalam wilayah administratifnya. Situ-situ tersebut sedang mengalami degradasi fungsi utama sebagai kawasan penyimpanan air. Salah satu sebab penurunan fungsi ini adalah alih fungsi Iahan yang terjadi secara illegal seperti permukiman dan peruntukan situ sebagai kawasan pembuangan sampah. Berdasarkan kondisi tersebut peneliti merumuskan permasalahan penelitian yaitu masih banyaknya situ di wilayah Tangerang Selatan yang mengalami penurunan fungsi dan lwasan kawasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan jika kondisi situ-situ di wilayah Kota Tangerang Selatan dapat dikatakan cukup buruk. Dari 11 (sebelas) situ yang ada di wilayah Tangerang Selatan, hanya 2 (dua) situ yang dapat dikategorikan memiliki kondisi baik, sedangkan 5 (lima) situ lainnya dikategorikan memiliki kondisi sedang, dan bahkan 4 (empat) situ sisanya dikategorikan buruk dengan kondisi [vasan situ sudah nol/hilang. Faktor-faktor yang menyebabkan degradasi situ adalah, 1) dari segi sosial ekonomi kependudukan, peningkatan jumlah penduduk di kota Tangerang Selatan menjadi sebab meningkatnya tekanan terhadap daya dukung situ. 2) Ditinjau dari Aspek Tata Ruang/RUTR Kota Tangerang, rencana pengelolaan kawsan situ tidak terintegrasi dalam rencana tata ruang wilayah kota adanya perubahan fungsi lahan. 3) Ditinjau dari Aspek Potensi Sarana/Elemen Perkotaan, kawasan situ tidak dikelola dengan perencanaan yang baik sehingga tidak terintegrasi dalam pembangunan kota. Altematif solusi untuk perbaikan kondisi situ-situ adalah pengembangan perangkat insentif dan disinsentif untuk mengarahkan sekaligus mengendalikan perkembangan dan perubahan fungsi kawasan situ yang dikembangkan secara sektoral maupun lintas sektoral.

The eleven smali fakes in The City of South Tangerang are faced serious degradation of their function as water based reservoir and their existence. Land used changing such as illegal settlement and waste landfill around the small lakes caused the inhibitory of small Jakes. Based on that condition, this research question is the enhancement of degradation of small Jakes in South Tangerang City. This research used qualitative approach with descriptive analyses. Results of study show the condition of small lakes in The City of South Tangerang are in bad category. From eleven small lakes, two small lakes categories in good condition, five small lakes categories in middle condition, four small lakes in bad condition with zero area. These conditions caused by, 1) from social, economic and citizenry impact, escalation of citizen dweller in The City of South Tangerang became pressure for carriying cappacity of the small lakes. 2) from South Tangerang Regional Development Planning Concept there is no integration these area to the mapping of City region. 3) from infrastructurs and the element of city, these smal) lakes area were not well integrated to the development of city planning. The alternative solution to improve the condition of these small lakes is the development of insentive and disinsentive system programme. This system fungtion as controlier on land used changes and improvement of the smalt lakes. "
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2010
T33552
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>