Ditemukan 40152 dokumen yang sesuai dengan query
Farina Amelia
"Prasasti Poh Dulur berangka tahun 912 Saka. Prasasti ini berasal dari Mataram Kuna. Informasi yang terdapat pada prasasti ini adalah pemabayaran rama Poh Dulur kepada raja bersama tamu, seruan mematuhi sima, dan hukuman apabila melanggar. Hal menarik lain dari prasasti ini adalah prasasti dikeluarkan ketika gulir kekuasaan relatif cepat, yaitu masa antara Raja Kayuwangi dan Raja Balitung. Penelitian ini menghasilkan analisis kritis terhadap Prasasti Poh Dulur
Engraved year on Poh Dulur Inscription is 812 Saka. This inscription was originated from Old Mataram era. It contains an information about rama Poh Dulur‘s payment to the king. The information also includes the guest, the gods, the order to obey the sima rule, and penalty for disobeyers. Another spark on this inscription is the time of its production. It was created in the turbulence era when the kings went in and out of the throne in almost a blink an eye. This research produces an analytical critiques on Poh Dulur Inscription"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Hardianti
"Prasasti Batur terdiri dari tiga lempengan tembaga. Prasasti tidak berangka tahun tetapi berdasarkan isi prasasti diperkirakan berasal dari Ratu Tribhuwanottuṅgadewī Jayawişņuwarddhanī. Pada lempeng A Prasasti Batur menyebutkan nama-nama tokoh yang berkenaan dengan birokrasi di Majapahit yang terdiri dari Rakryān Mantri ri Pakirakirān, Dharmmādhyakşa dan para Dharmmopapatti. Pada lempeng B dan C berisi mengenai pembagian waktu-waktu pemujaan kepada Sang Hyang Kabuyutan di Kalyasěm dan Sang Hyang Kabuyutan di Kalihan yang harus dilakukan oleh maņḍala di Kaņḍawa, Talun, Wasana dan di Sāgara. Disebutkan juga mengenai penjagaan batur di Talun. Nama-nama maņḍala tersebut juga diceritakan dalam kitab Tantu Panggelaran dan Nagarakrtagama.
Batur Inscription consists of three copper plates. The inscription no mention of date. However, based on the inscription content, it is predicted originally from Tribhuwanottuṅgadewī Jayawişņuwarddhanī era. The plate A of Batur Inscription mentioned figure names related to bureaucracy in Majapahit which consists of Rakryãn Mantri ri Pakirakirãn, Dharmmãdhyakşa and the Dharmmopapattis. Plate B and C contain allocation of worship times to The Sang Hyang Kabuyutan in Kalyasěm and Sang Hyang Kabuyutan in Kalihan which had to be conducted by maņḍala in Kaņḍawa, Talun, Wasana and Sāgara. It is also mentioned about batur custody in Talun. The maņḍala names also being narrated in the book of Tantu Panggelaran and Nagarakrtagama."
2016
S62453
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Poh Chu Chai
Singapore: Longman, 199
346.086 POH l
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Jakarta: Masyarakat India di Indonesia, 1994
294.543 SUA
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Kartina Risma Wardani
"
ABSTRAKPrasasti Mariñci merupakan prasasti yang berasal dari masa Majapahit akhir yang berasal dari pemerintahan Wikramawarddhana. Prasasti Mariñci tidak memiliki angka tahun yang lengkap dan hanya mencantumkan titi.ka.4.śirah 5. Prasasti Mariñci merupakan prasasti sῑma yang memiliki struktur yang berbeda dengan prasasti-prasasti sῑma pada umumnya. Prasasti Mariñci merupakan jenis prasasti rajamudra jika dilihat dari formula prasasti dan bahasa yang digunakan pada prasasti tersebut. Prasasti Mariñci berisikan perintah raja tentang pembebasan dua jenis pajak yaitu pajak tentang penghentian dua jenis pajak yaitu pajak titi lĕman dan sosorohan yang akan ditagih oleh kepala desa di Mariñci yang merupakan bagian dari daerah di Tumapĕl. Dengan demikian, prasasti Mariñci merupakan prasasti keputusan bebas pajak.
ABSTRACTMariñci inscription is an inscription dated from King Wikramawarddhana era of Majapahit kingdom. Mariñci inscription does not contain exactly year except for word titi.ka.4.śirah 5. This is a sῑma inscription which has anomaly compared to other sῑma inscriptions from Majapahit era. Mariñci Inscription is considered as rajamudra based on the inscription formula and the language. The inscription itself contains the king order to free taxes of Mariñci village. These taxes are called titi leman and sosorohan. These taxes were always collected by the village head then forwarded to Tumapĕl goverment, but In the king order the tax was denounced. In short, Mariñci inscription is the prove of tax release by the king order for Mariñci village.
"
2015
S60090
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Syifa Rahmi Meliansari
"Tesis ini bertujuan untuk membahas hubungan sense of place dalam upaya mengembalikan identitas Kota Palembang sebagai kota sungai. Kota Palembang memiliki warisan sejarah yang kaya dan hubungan yang erat dengan sungai. Namun seiring berkembangnya zaman dan perubahan orientasi semakin ke darat, pergeseran identitas ini pun terjadi. Maka digunakan konsep sense of place yang melihat persepsi individu atau komunitas terhadap suatu tempat. Dalam konteks ini, sense of place menjadi kunci untuk memperkuat identitas kota Palembang. Dengan membangkitkan rasa keterikatan emosional dan nilai-nilai budaya terhadap sungai, masyarakat dapat merasakan kembali keunikan dan pentingnya sungai Musi bagi Kota Palembang. Untuk bagaimana suatu kota mengembalikan identitas kotanya dari berbagai konsep, strategi, dan program digunakan metode Evidence-Based Approach. Metode ini dilakukan dengan melihat dan menganalisis beberapa studi yang telah terjadi di lapangan. Desain yang dihasilkan mempertimbangkan aspek dasar identitas tempat yang diperkuat dengan adanya sense of place. Sehingga nantinya keseluruhan proses ini dapat membantu dalam merancang kawasan yang akan memiliki identitas kuat.
This thesis aims to discuss the relationship between sense of place in an effort to restore the identity of Palembang as a river city. Palembang has a lot of historical heritage and a strong bond with the river. However, over time and changes in development orientation that are increasingly landward, this shift in identity also occurred. Then the concept of sense of place is used as a basis where it looks at individual or community perceptions of a place. In this context, the sense of place is the key to strengthening the identity of the city of Palembang. By engaging a sense of emotional attachment and cultural values to the river, people can feel the uniqueness and importance of the Musi river. To identify how a city restores its city identity from various concepts, strategies, and programs this thesis uses evidence-based approach method. This method is done by analyzing several studies that have occurred. The final design considers the basic aspects of place identity that are strengthened by a sense of place. In the future this whole process can help in designing an area that has a strong identity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Singapore: Addison-Wesley, 1987
658.407 12 DEV
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Addissya Paramasasti
"Prasasti Wwahan ditemukan di Desa Bandaralim, Kelurahan Demangan, Kecamatan Tanjung Anom, Kabupaten Nganjuk Propinsi Jawa Timur. Berdasarkan angka tahun 907 Śaka, prasasti ini dibuat atas perintah Dharmmawangśa Tguh, ketika menjadi raja di Matarām. Tiga tahapan metode epigrafi dipergunakan untuk mengungkap data sejarah dalam prasasti ini, yaitu tahap pengumpulan, pengolahan, serta penafsiran data. Prasasti ini berisikan tentang penetapan sima yang diberikan kepada warga di Wwahan pada masa pemerintahan Dharmmawangśa Tguh.
Wwahan Inscription was found in Bandaralim village, Demangan sub district, Tanjung Anom district, Nganjuk regency, East Java Province. Based on the number of the year 907 Śaka, this inscription was made by order of Dharmmawangśa Tguh, when he was a king in Matarām. This research used three step of epigraphically methodology, to reveal historical data in this inscription, such as collecting, processing, and interpretation data. This inscription content the history of sima determination by the people in Wwahan under the authority of Dharmmawangśa Tguh."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52690
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Lisda Meyanti
"Penelitian terhadap Prasasti Paņai belum banyak dilakukan sehingga perlu dilanjutkan, khususnya untuk meneliti mengenai kronologi, geografi, biografi, dan peristiwa yang tertuang dalam prasasti tersebut. Prasasti Paņai merupakan salah satu artefak yang membuktikan keberadaan kerajaan Paņai yang pernah disebut pada Prasasti Tanjore (India) dan Kitab Nagarakrtagama (Indonesia). Kondisi fisik Prasasti Paņai sangat memprihatinkan sehingga hanya sebagian kecil tulisan yang terbaca. Asumsi-asumsi yang diperoleh dari prasasti tersebut, antara lain: Prasasti Paņai berasal dari abad ke-11?13 M; kerajaan Paņai terletak di Padang Lawas; kerajaan Paņai adalah kerajaan kecil yang dipimpin oleh seorag haji; meskipun kecil, kerajaan Paņai memiliki potensi sumber daya alam yang besar yang mampu menarik perhatian Rajendra Chola (India) dan Majapahit (Nusantara).
AbstractThere is not many research of Paņai Inscription conducted yet, therefore needs to continue, especially to research about chronology, geography, biography, and history which written on the inscription. Paņai Inscription is one of artefact proving the existence of Paņai kingdom that was mentioned in Tanjore Inscription (India) and Nagarakrtagama (Indonesia). The physical condition of Paņai Inscription is too bad, only a few of the graph can be read. The assumptions can be made are Paņai Inscription was made in 11th?13th century; Paņai kingdom was in Padang Lawas; Paņai was a small kingdom headed by haji; eventhough the kingdom was small, Paņai had great potential of natural resources making Rajendra Chola (India) and Majapahit (Nusantara) interested."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43748
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library