Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63628 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Izzatul Yazidah
"Mencampurkan dua bahasa dalam percakapan sudah bukan hal yang asing lagi, begitu pula dengan memasukkannya ke dalam lirik lagu. Meski begitu, belum banyak penelitian yang mengkaji campur kode dalam lagu, terutama antara bahasa Belanda dan bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menambah sumber informasi dengan mengkaji campur kode bahasa Indonesia dalam lirik lagu karya Wouter Muller. Penelitian ini diharapkan dapat mengurangi ketimpangan informasi dalam bidang linguistik, terutama campur kode. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan. Data berupa lirik lagu diambil dari situs pribadi milik Wouter Muller. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat jenis insersi, alternasi juga leksikalisasi kongruen berupa kata, frasa, dan kalimat dalam sembilan lirik lagu karya Wouter Muller. Faktor penyebab terjadinya campur kode dalam lirik-lirik lagu ini di antaranya untuk menambah kesan estetis dan kesan retoris, kehadiran peserta lain, menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi, dan menyesuaikan topik.

Mixing two languages in conversation is no longer a peculiar thing, as is including it in song lyrics. Nevertheless, there have not been many studies exploring code-mixing in songs, especially between Dutch and Indonesian. This study aims to increase the source of information by examining the code-mixing in Indonesia in the song lyrics written by Wouter Muller. This study also attempts to fill the gap of information in the linguistic field, mainly about code-mixing. The song’s lyrics were taken from Wouter Muller’s website. The method used in this research is library research. The results revealed that there were types of insertions, alternations, and congruent lexicalization in the form of words, phrases, and a sentence in nine song lyrics written by Wouter Muller. The motives of code-mixing in the song lyrics were to add the aesthetic and rhetoric impression, the presence of other participants, showing a strong sense of solidarity, and adjusting to the song’s topic"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Maulita
"Saat ini, sebagian besar masyarakat Belanda dapat berbicara dan mengerti bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Campur kode dapat terlihat pada akun Instagram @cosmopolitan_nl sebagai salah satu majalah di Belanda. Bentuk, proses terjadinya campur kode dan faktor penyebab terjadinya campur kode dalam keterangan foto Instagram @cosmopolitan_nl itulah yang dikaji dalam penelitian ini. Metode yang digunakan adalah studi deskriptif dengan menggunakan pandangan Muysken mengenai penyisipan, alternasi dan leksikalisasi kongruen serta pandangan Hoffman mengenai faktor penyebab terjadinya campur kode. Data diambil dari periode Desember 2019 sampai Februari 2020. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa bentuk campur kode yang banyak terjadi adalah bentuk penyisipan dan alternasi. Faktor penyebabnya yaitu penekanan yang ingin diberikan kepada pembaca dan ingin memberi kesan menarik mengenai topik yang disampaikan. 

Most Dutch people can nowadays speak and understand English as a second language. This phenomenon of code mixing can be seen on Instagram account @cosmopolitan_nl, as a magazine in the Netherlands.This study analyzes the form, the process of code mixing and factors contributing to code mixing in caption @cosmopolitam_nl Instagram account.The method used is descriptive according to Muyskens point of view on the insertion, alternation and congruent lexicalization and Hoffman's point of view regarding factors contributing to code mixing. The data was collected during the period of December 2019 to February 2020. The results of this study revealed that the most common form of code mixing are insertion and alternation. The contributing factor is the need to give emphasis to the reader and to make an interesting impression on the topic being conveyed."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Lie
"Penelitian ini membahas tentang campur kode bahasa Korea dalam tuturan bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bentuk dan faktor kemunculan campur kode bahasa Korea dalam tuturan mahasiswa program studi Bahasa dan Kebudayaan Korea Universitas Indonesia. Pertanyaan penelitian ini adalah apa bentuk satuan bahasa yang paling banyak muncul dalam campur kode yang dituturkan oleh informan? Kedua, faktor apa yang mempengaruhi munculnya campur kode bahasa Korea-Indonesia dalam tuturan informan? Hasil penelitian studi kasus ini adalah teridentifikasi 64 ujaran yang mengandung campur kode. Frekuensi campur kode yang muncul dalam ujaran tersebut sebanyak 72 kali, yang dapat dikelompokkan berdasarkan satuan bahasanya. Satuan bahasa yang paling dominan adalah kata dengan persentase 66,66% dan diikuti satuan bahasa lain, seperti frasa, baster, klausa, dan kata ulang. Kemudian, faktor yang mempengaruhi informan untuk menggunakan campur kode dalam tuturan adalah sosial, oversight, kontak frekuensi tinggi dengan bahasa asing, lawan bicara, istilah yang lebih familier, dan low frequency of words.

This study discusses the mixing of Korean language codes in Indonesian speech. This study aims to examine the forms and factors of the emergence of Korean language code mixing in the speech of students of the Korean Language and Culture study program at the University of Indonesia. The question of this research is what forms of the language units that appears the most in the code mixing spoken by the informants? Second, what factors influence the appearance of Korean-Indonesian language code mixing in the informant's speech? The results of this case study research identified 64 utterances containing code mixing. The frequency of code mixing that appears in these utterances is 72 times, which can be grouped based on the unit of language. The most dominant language units are words with a percentage of 66.66% and followed by other language units, such as phrases, basters, clauses, and repetitions. Then, the factors that influence informants to use code mixing in speech are social, oversight, high frequency contact with foreign languages, interlocutors, more familiar terms, and low frequency of words."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Al Fatih
"ABSTRAK
Alih kode dan campur kode bahasa Inggris dalam lirik lagu telah menjadi tren di kalangan pencipta lagu. Meskipun telah cukup banyak penelitian tentang alih kode dan campur kode dalam komunikasi verbal, namun hanya sedikit yang diketahui tentang bagaimana mereka digunakan dalam bentuk tertulis, khususnya dalam lirik lagu. Penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan tersebut dengan meneliti fenomena alih kode dan campur kode bahasa Inggris dalam lagu-lagu Pop Jepang J-Pop . Penelitian ini berfokus untuk menyelidiki sejauh mana kode-kode bahasa Inggris digunakan dalam lirik lagu J-Pop, dan menyelidiki motif di balik penggunaan tersebut. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kata, terutama kata benda, adalah kode bahasa Inggris yang paling sering digunakan dalam lagu-lagu J-Pop. Adapun dalam alih kode, kalimat bahasa Inggris yang paling sering digunakan adalah kalimat deklamatif atau kalimat pernyataan. Studi ini juga menemukan bahwa kode bahasa Inggris paling sering digunakan dalam lagu J-Pop sebagai perangkat puitis.

ABSTRACT
English code switching and code mixing in song lyrics have been an increasingly popular trend for songwriters. While there has been quite a number of research on code switching and code mixing in verbal communication, little is known about how they are used in written form, particularly in song lyrics. This study attempts to fill the gap by exploring and describing the recent phenomenon of English code switching and code mixing in J Pop songs. It aims to investigate the extent to which English codes are used in J Pop song lyrics and investigate the motives behind such usage. It was discovered that English words, mainly nouns, were the most frequently used items in J Pop songs. As for code switching, the most frequently used sentences are declamatory sentences. The study also found that English items are most frequently incorporated in J Pop songs as a poetic device."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Alika Jantinia Chandraningtyas
"Penelitian ini membahas tentang penggunaan campur kode dalam lagu-lagu karya Yade Lauren. Campur kode dapat didefinisikan sebagai penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa (Kridalaksana, 2008:40). Penelitian ini bertujuan untuk memberikan paparan wujud dan fungsi campur kode pada tiga lagu karya Yade Lauren berjudul Lonely, Insane, dan Feelings for You dan kesan serta pengaruh penggunaan campur kode di kalangan mahasiswa tingkat akhir Prodi Belanda FIB UI. Analisis data didasarkan pada teori jenis campur kode menurut Muysken (2000) dan fungsi campur kode menurut René Appel dan Muysken (2005). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan lirik lagu yang mengalami campur kode serta survei terhadap mahasiswa tingkat akhir FIB UI sebagai data penelitian. Hasil yang didapatkan dari analisis menunjukan terdapat dua wujud campur kode dalam lagu yaitu insertion (penyisipan) dan alternasi serta digunakan fungsi fatis, fungsi referensial, fungsi puitis, fungsi ekspresif dan fungsi metalinguistik. Dari penelitian ini, ditemukan penggunaan campur kode membantu responden, yang merupakan generasi Z, dapat memahami cerita dalam lagu ini dengan lebih baik bahkan membuat mereka merasakan lebih dekat segala perasaan serta emosi yang disampaikan oleh Yade Lauren dalam 3 lagu.

This study discusses the use of code mixing in Yade Lauren's songs. Code mixing can be defined as the use of language units from one language to another to expand language style or variety of languages (Kridalaksana, 2008:40). This study aims to provide an explanation of the form and function of code mixing in three songs by Yade Lauren entitled Lonely, Insane and Feelings for You and the impression and influence of the use of code mixing among final year students of the Netherlands Study Program FIB UI. Data analysis is based on the theory of code-mixing types according to Muysken (2000) and the function of code-mixing according to René Appel and Muysken (2005). The research method used was a qualitative descriptive method with code-mixed song lyrics and a survey of FIB UI final year students as research data. The results obtained from the analysis show that there are two forms of code mixing in songs, namely insertion and alternation and phatic functions, referential functions, poetic functions, expressive functions and metalinguistic functions are used. From this research, it was found that the use of code mixing helped respondents, who are generation Z, to understand the story in this song better and even made them feel more closely all the feelings and emotions conveyed by Yade Lauren in the 3 songs."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanna Valerie Immanuella
"Campur kode adalah penyisipan kode atau sebagian kecil bahasa lain ke dalam percakapan atau wacana dalam bahasa yang lebih dominan. Fenomena bahasa ini lumrah terjadi pada masyarakat multilingual, termasuk masyarakat Indonesia. Selain ditemukan dalam percakapan sehari-hari, campur kode juga ditemukan dalam karya fiksi, salah satunya novel dewasa muda berjudul Butterflies karya Ale. Penelitian ini membahas kemunculan bentuk-bentuk campur kode di dalam novel dan alasan penggunaan campur kode berdasarkan landasan teori dan bukti kutipan di dalam korpus data. Data diperoleh dengan melakukan pembacaan menyeluruh, penganotasian, dan pengelompokkan berdasarkan kategori campur kode. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil pengkajian, ditemukan bahwa bentuk campur kode yang paling banyak ditemukan adalah campur kode dengan unsur sisipan kata berkelas kata nomina (69 kali) dan campur kode dengan arah bahasa keluar (202 kali). Adapun alasan penggunaan campur kode tersebut adalah 1) latar belakang penutur; 2) penggunaan kosakata lain yang lebih populer; 3) mitra bicara; 4) topik pembicaraan; 5) pokok pembicaraan; dan 6) modus pembicaraan.

Code-mixing is the mixing of a code or a small part of another language into a conversation or discourse into a more dominant language. This language phenomenon is commonly found in multilingual societies, including Indonesian. Besides being found in everyday conversation, code-mixing is also found in works of fiction, such as Butterflies by Ale, a young adult novel. This research discusses the emergence of forms of code-mixing in the novel and the reasons for using code-mixing based on theory and evidence in the novel. The data was obtained by doing a thorough reading, annotation, and grouping based on code-mixing categories. This research uses a descriptive qualitative method. Based on the study, it was found that the most common forms of code-mixing were code-mixing with insertion elements of noun (69 times) and outer code-mixing (202 times). The reasons for using code-mixing are 1) the background of the speaker; 2) the use of other more popular vocabulary; 3) talking partner; 4) topics of conversation; 5) subject matter; and 6) talk mode."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Aulia
"Kolonialisme yang dilakukan oleh Belanda terhadap Indonesia berpengaruh dalam berbagai aspek seperti budaya, hukum, pendidikan, dan lain sebagainya. Hal ini juga sangat berpengaruh pada aspek bahasa. Hubungan antara kedua negara ini menghasilkan sebuah golongan etnis baru, yaitu orang Indo. Penelitian ini membahas mengenai campur kode pada vlog Ricky Risolles yang diunggah di Youtube pada tahun 2020 dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis bentuk serta penyebab campur kode dalam vlog Ricky Risolles. Kemudian campur kode tersebut akan dikaitkan dengan identitas Ricky Risolles sebagai seorang Indo yang tinggal di Belanda. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa campur kode bahasa Indonesia dalam kalimat bahasa Belanda didominasi oleh bentuk kata. Sebagian besar campur kode berupa penyisipan kata dan didominasi oleh fungsi ekspresif untuk mempertahankan identitas Indo yang dimiliki Ricky Risolles. Ricky juga menunjukkan identitas Indo dengan mengadakan segmen "kata bahasa Indonesia minggu ini" untuk memberikan informasi tentang kata-kata bahasa Indonesia.

The colonialism carried out by the Dutch against Indonesia influenced various aspects such as culture, law, education, and so on. This is also very influential on the language aspect. The relationship between these two countries produced a new ethnic group, namely the Indos. This research is about code mixing on Ricky Risolles' vlog on Youtube in 2020 using descriptive qualitative methods. The purpose of this study is to describe the form of code mixing, and analyze the causes of the use code mixing in Ricky Risolles' vlog which will be linked to Ricky Risolles’s identity as an Indo. Based on the results of the study, it was found that Indonesian code mixing in Dutch sentences is dominated by the word form. Most of the code mixing is in the form of word insertion and is dominated by expressive functions to maintain the Indo identity that Ricky Risolles has. Ricky also showed his Indo identity by holding an "Indonesian word of the week" segment to provide information about Indonesian words."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fany Aulia Fachmi
"Penelitian ini mengkaji tentang campur kode yang terdapat pada lirik lagu ciptaan rapper asal Arab Saudi, yaitu Qusai Kheder. Penelitian ini dilakukan agar dapat mengetahui bentuk campur kode yang terdapat pada lagu-lagu Qusai dan faktor apa saja yang mempengaruhi campur kode dalam lirik lagu tersebut. Penulisan penelitian ini dilandasi dengan teori campur kode oleh Muysken (2004) dan Yen (2009). Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif dengan studi pustaka dan dianalisis secara deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan ialah metode simak dan observasi tidak langsung melalui kanal YouTube dan situs-situs kumpulan lirik lagu. Dalam delapan lagu yang dianalisis, yaitu The Wedding, Beware, The Job, From Jeddah to LA, Yalla, Like Gold, dan That’s Life, ditemukan tiga bentuk campur kode menurut Muysken, yaitu Insersi, Alternasi, dan Leksikalisasi Kongruen. Bentuk campur kode yang terjadi berupa kata, frasa, dan klausa. Faktor-faktor yang menyebabkan campur kode dalam lirik lagu ciptaan Qusai adalah persepsi tentang latar belakang pencipta lagu dan sikap bahasa dalam lirik lagu tersebut sebagai usaha lokalisasi sekaligus globalisasi.

This final project analyzes about code mixing in the lyrics of songs by rapper from Saudi Arabia, Qusai Kheder. This research conducts in order to find out the forms of code mixing found in Qusai`s songs and what factors influence the code mix in the lyrics. The writing of this research is based on the mixed code theory by Muysken (2004) and Yen (2009). This research is a qualitative research with literature study and analysed descriptively. Data collection methods used are the method of listening and indirect observation through YouTube platform and song lyrics collection websites. In the eight songs analysed, titled The Wedding, Beware, The Job, From Jeddah to LA, Yalla, Like Gold, dan That’s Life, three forms of code mixing according to Muysken were found, those are Insertion, Alternation, and Congruent Lexicalization. Code mixing that occurs is in the form of words, phrases, and clauses. The factors that cause code mixing in the lyrics of the songs created by Qusai are perceptions about the background of the song’s writer and the language attitude in the songs` lyrics as an effort of localization as well as globalization."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Shahrestani
"Skripsi ini membahas mengenai campur kode yang terdapat dalam buku Kampus Kabelnaya-Menjadi Mahasiswa di Uni Soviet karya Koesalah Soebagyo Toer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penulis menganalisis tipe pembentukan campur kode dengan teori Hoffmann dan Musyken, sedangkan faktor pemicu campur kode dengan teori Holmes, Hoffmann dan Saville-Troike. Dari analisis pada bab tiga diperoleh hasil bahwa tipe pembentukan campur kode pada buku Kampus Kabelnaya karya Koesalah Soebagyo Toer adalah campur kode dalam kalimat, bukan dalam makna dan juga tidak ada perubahan secara fonologis. Selain itu, campur kode dalam buku ini adalah berupa kata, frasa, idiom, dan kalimat. Faktor pemicu campur kode yang tidak pernah muncul dalam buku ini yaitu faktor pengulangan, partisipan, dan kutipan langsung atau pernyataan ideologis. Secara umum, Koesalah dalam buku ini bertujuan untuk menunjukkan kekhasan bahasa Rusia, terutama ungkapanungkapan yang tidak dapat ditemukan padanan katanya dalam bahasa utama, yaitu bahasa Indonesia.

Abstract
This final paper discusses about the code mixing in the book Kampus Kabelnaya-Menjadi Mahasiswa di Uni Soviet by Koesalah Soebagyo Toer. The method used in this research is descriptive method. The writer analyzes forming types of code mixing by the theories of Hoffmann and Musyken, whereas the triggering factor influencing the code mixing by the theories of Holmes, Hoffmann and Saville- Troike. From the analysis in chapter four obtained results that the types of codemixing forming in the in this book is a type of code-mixing forming in a sentence, not in meaning and also no change in phonological side. In addition, the forming of code-mixing in this book are formed from words, phrases, idioms, and sentences. The triggering factor that never appears in this book is the repetition factor, participants, and direct quotations or ideological statement. In general, Koesalah in this book aims to show Russian peculiarities, especially the expressions that can not be found equivalent in the primary language, namely the Indonesian language."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S238
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andita Dyah Octaviani
"Dikenal secara global, idola K-Pop banyak diminta untuk menunjukkan kemampuan Bahasa Inggris mereka saat mempromosikan diri di kalangan penggemar internasional. Gagasan bahwa idola K-Pop harus mampu berbicara Bahasa Inggris pun ditekankan oleh seorang pembawa acara dalam variety show berjudul The Immigration yang ditayangkan di K-Style TV. Ia menegaskan bahwa sangat penting bagi idola K-Pop untuk mampu berbicara Bahasa Inggris sebelum hadir di berbagai acara, khususnya acara di luar negeri. Akan tetapi, banyak idola K-Pop yang belum terbiasa berbicara Bahasa Inggris. Hal ini menyebabkan adanya penggunaan alih-kode dan campur-kode oleh idola K-Pop. Untuk mencari tahu berbagai faktor yang berpengaruh dalam penggunaan alih dan campur-kode, studi ini meneliti tiga episode dari The Immigration. Selain itu, studi ini juga menggunakan kuesioner dari Google Forms untuk mengetahui opini para penonton internasional setelah menyaksikan The Immigration. Hasil studi menunjukkan bahwa idola K-Pop cenderung menggunakan alih-kode dan campur-kode untuk menjaga kesinambungan topik pembicaraan dan menjaga solidaritas antar anggota. Selain itu, survei menunjukkan bahwa pandangan yang muncul dari partisipan, baik laki-laki maupun perempuan, terhadap idola K-Pop bergantung pada rasa kedekatan mereka terhadap komunitas penggemar K-Pop.

Well-known worldwide, K-Pop idols are expected to maintain their fame by speaking in English to promote themselves to international viewers. The idea of K-Pop idols ought to speak English is even emphasised by a host of a variety show called The Immigration, aired on K- Style TV. The host stated that speaking English is essential for K-Pop idols before attending any overseas performance. Nonetheless, some of the K-Pop idols are still unaccustomed to English, which leads to phenomena called code-switching and code-mixing. To find out this matter, this study used three episodes of The Immigration to find out the influential factors behind code-switching and code-mixing phenomena. Besides, this study also used a questionnaire which was filled through the Google Forms to gather opinions from the international viewers after watching the shows. The result shows that K-Pop idols tend to switch and mix the languages to maintain the topic and solidarity between the group members. Furthermore, the survey shows that the perception from participants of both sex groups towards K-Pop idols may vary due to their sense of belonging to the K-Pop fandom.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>