Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 231810 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitya Safira Birahmatika
"Kualitas diet pada wanita dewasa masih menjadi masalah. Memiliki perhatian khusus terhadap kesehatan (health concern) dapat berkaitan dengan pola makan. Wanita, khususnya ibu yang memiliki anak usia balita dan pra-sekolah umumnya makan di rumah. Sehingga lingkungan pangan rumah juga berkontribusi terhadap perilaku makan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara health concern dan kualitas diet, serta mengetahui apakah lingkungan pangan rumah memediasi untuk hubungan ini. Studi potong lintang ini berlokasi di Jakarta Utara, dengan sampel sebanyak 229 subjek dengan metode penarikan sampel consecutive. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Health concern diukur dengan General Health Interest Scale (GHIS). Lingkungan pangan rumah diukur dengan Consumer Behavior Questionnaire (CBQ). Data kualitas diet dinilai dari 2x24-hour dietary recall dan skor Diet Quality Index-International (DQI-I). Sebagian besar subjek memiliki kualitas diet yang rendah (nilai mean skor DQI-I: 41.44).
Tidak terdapat korelasi bermakna antara health concern dan kualitas diet (r=0.092, P-value=0.166). Setelah di-adjust dengan usia, lingkungan pangan rumah khususnya ketersediaan sayur tidak memediasi hubungan antara health concern dan kualitas diet (IE=0.012, P-value=0.096). Hasil regresi linier berganda juga menunjukkan usia sebagai prediktor kualitas diet (β=0.196, P-value=0.024). Diperlukan upaya kolaboratif untuk memperbaiki kualitas diet pada ibu, dengan meningkatkan health concern serta pemahaman tentang pemilihan jenis makanan berdasarkan kualitas gizi saat membeli makanan. Rekomendasi untuk studi lanjutan dapat meneliti perbedaan health concern menurut usia, serta kaitannya dengan perilaku makan dan kualitas diet.

Diet quality among women remains a major issue. Having health concern may be related to diet. Mothers with young children usually had their meals at home, thus home food environment could play a role in shaping dietary behavior. This study aims to examine the association between health concern and diet quality, and whether home food environment mediates this relationship. This cross-sectional study was conducted in urban slum area in North Jakarta, involving 229 mothers of young children through consecutive sampling. Data was collected using structured questionnaire, including General Health Interest Scale (GHIS) for health concern, Consumer Behavior Questionnaire (CBQ) for home food environment, and 2x24-hour dietary recall to determine the score of Diet Quality Index-International (DQI-I). Statistical analysis included correlation, multiple linear regression, and path analysis. Majority of the mothers had poor diet quality, with mean DQI-I total score of 41.44 out of 100.
There was no significant correlation between health concern and diet quality (r=0.092, P-value=0.166). After adjusted with age, home food environment did not mediate the relationship between health concern and diet quality. Multiple linear regression also showed age as a significant predictor of diet quality (β=0.196, P-value=0.024). Promoting health concern and healthier food choice when eating out or purchasing take-out food would be beneficial to improve diet quality among mothers of young children. Future study is also recommended to explore how age group differs in viewing health as importance, which could lead to dietary practices.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Kristiningrum
"Latar Belakang: Pandemi Covid-19 telah menyebabkan perubahan budaya, termasuk bekerja dari rumah dan pola makan. Meningkatnya penggunaan aplikasi pesan antar makanan selama pandemi Covid-19, mengakibatkan lebih banyak konsumsi makanan jauh dari rumah/food away from home (FAFH), terutama di kalangan pekerja kantoran, dapat berdampak pada kualitas diet, yang dapat berkontribusi pada obesitas dan penyakit tidak menular (PTM) yang berhubungan dengan diet. Namun, hubungan antara FAFH dan faktor sosiodemografis yang memengaruhi kualitas diet pada pekerja kantoran masih belum jelas. Studi ini mengeksplorasi hubungan antara frekuensi konsumsi FAFH dan sosiodemografi terhadap kualitas diet pada pekerja kantoran. Metode: Data cross-sectional dikumpulkan dari 220 pekerja kantoran di Jakarta, Indonesia, mengenai informasi tentang sosio-demografis dan frekuensi konsumsi FAFH menggunakan kuesioner online terstruktur dan berpartisipasi dalam wawancara food recall 2x24 jam melalui wawancara online. Alternative Healthy Eating Index (AHEI) yang dimodifikasi digunakan untuk menilai kualitas diet. SPSS Versi 22 digunakan untuk semua analisis statistik dalam penelitian ini. Hasil: Kualitas diet yang secara signifikan lebih rendah ditemukan pada pekerja kantoran laki-laki dan pekerja kantoran yang mengonsumsi FAFH frekuensi tinggi (p < 0.05). Dalam model regresi linier, kualitas diet berhubungan signifikan dengan jenis kelamin (β = -3.567; 95% CI = (-6.190) - (0.945); p = 0.008) dan frekuensi konsumsi FAFH (β = -7.853; 95% CI = (-10.081) - (-5.625); p = 0.000). Kesimpulan: Pekerja kantoran, terutama pekerja kantoran laki-laki, sebaiknya membatasi konsumsi FAFH dan memilih opsi yang lebih sehat saat mengonsumsi FAFH. Pemerintah sebaiknya memberikan program pendidikan gizi berorientasi FAFH untuk industri makanan.

Background: The Covid-19 pandemic has led to cultural changes, including working from home and eating patterns. The increased use of food delivery during the Covid-19 pandemic, which resulted in more consumption of food away from home (FAFH), especially among office workers, may have an impact on diet quality, which may be contributed to obesity and non-communicable diseases (NCD) related to diet. However, the relationships between FAFH and sociodemographic factors influencing diet quality among office workers are still unclear. This study explored the association between the consumption frequency of FAFH and sociodemographics on the diet quality among office workers. Methods: Cross-sectional data were collected from 220 office workers in Jakarta, Indonesia, regarding information about the socio-demographics and consumptionfrequency of FAFH using a structured online questionnaire and participating in the 2x24-hour dietary recall interview through an online interview. A modified Alternative Healthy Eating Index (AHEI) was used to assess the diet quality. SPSS Version 22 was used for all statistical analyses. Results: Significantly lower diet quality was found in male office workers and office workers consuming high-frequency FAFH (p < 0.05). In the logistic linear regression model, the diet quality was significantly associated with gender (β = -3.567; 95% CI = -6.190 to -0.945; p = 0.008) and consumption frequency of FAFH ( β = -7.853; 95% CI = -10.081 to -5.625; p = 0.000). Conclusions: Office workers, especially male office workers, should limit their consumption of FAFH and choose healthier options when consuming FAFH. The government should give FAFH-oriented nutrition education programs for the food industry."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Shinta Nugrahini Hayuningtyas
"ABSTRAK
Latar belakang: Pola makan yang tidak sehat selama masa kanak-kanak akan berdampak pada risiko penyakit tidak menular (PTM) di kemudian hari. Salah satu indikator awal PTM yang dapat dimodifikasi oleh diet adalah adiponektin. Adiponektin dinilai berhubungan dengan PTM karena perannya dalam proses perjalanan penyakit obesitas, diabetes, inflamasi, aterosklerosis, maupun penyakit kardiovaskular. Data yang terdokumentasi dengan baik mengenai kualitas diet dan hubungannya dengan kadar adiponektin pada populasi anak belum banyak dieksplorasi. Tujuan: Kami mengidentifikasi kualitas makanan umum anak-anak Indonesia dan menilai hubungannya dengan kadar adiponektin serum sebagai penanda awal PTM. Metode: Delapan puluh enam (44 perempuan dan 42 laki-laki) anak usia prasekolah yang merupakan bagian dari subjek penelitian dari studi Kohort Ibu dan Anak di 10 kecamatan di Jakarta Timur dilibatkan dalam penelitian ini. Data diet didapat dengan mengumpulkan data 24hr food recall berulang selama sehari di hari kerja dan satu hari di akhir pekan, yang kemudian dianalisis lebih lanjut ke dalam perhitungan Healthy Eating Index (HEI) 2015. Kadar adiponektin serum ditentukan dengan uji Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk menilai hubungan antara HEI 2015 dan konsentrasi adiponektin serum, dengan penyesuaian terhadap faktor perancu. Hasil: Nilai rata-rata skor HEI 2015 subjek penelitian adalah 33,1 ± 8,2, jauh di bawah skor yang direkomendasikan yaitu ≥ 80. Rata-rata serum adiponektin adalah 10,3 ± 4,1 ug / mL, di mana 11,6% subjek memiliki kadar serum adiponektin di bawah normal. Uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa HEI secara signifikan berkaitan dengan serum adiponektin baik sebelum maupun sesudah disesuaikan dengan faktor perancu (β = 0,232; 95% CI = 0,01-0,25; p = 0,03; β = 0,214; 95% CI = 0,03-0,21; p = 0,04). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara HEI dan adiponektin. Hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap diet berkualitas tinggi sejak usia dini berperan dalam meningkatkan kadar adiponektin yang sangat penting untuk mengurangi risiko PTM di masa dewasa.

ABSTRACT
Background: Unhealthy diet during childhood will have a direct effect on risk of developing non-communicable diseases (NCDs) in later life. One early indicator of NCDs that can be modified by diet is adiponectin. Adiponectin is considered to have association with NCDs because of its role in the course of obesity, diabetes, inflammation, atherosclerosis, and cardiovascular disease. Well-documented data regarding the quality of the diet and its relationship to adiponectin levels in the pediatric population have not been explored extensively. Objective: We identified the diet quality of Indonesian children and assessed its relationship to serum adiponectin level as the early markers of NCDs. Methods: Eighty-six (44 girls and 42 boys) preschool-aged children from a nested cohort study in 10 sub-districts in East Jakarta were included in this study. Dietary data was gathered by collecting repeated 24-hour recalls for a-day in the weekday and a-day in the weekend, which then further analyzed into HEI 2015 calculation. The Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) test was used to determine serum adiponectin levels. Multiple regression analysis was performed to assess the association between HEI 2015 and serum adiponectin concentration, with adjustment for potential confounder. Results: The mean of subjects' HEI 2015 score was 33.1±8.2, below the recommendation score of ≥ 80. The mean serum adiponectin was 10.3±4.1 ug/mL, in which 11.6% has serum adiponectin level below normal. Multiple linear regression test showed that HEI was significantly correlated with adiponectin serum either before or after adjusted with confounders (β=0.232; 95% CI=0.01-0.25; p=0.03; β=0.214; 95% CI=0.03-0.21; p=0.04), respectively. Conclusion: There is an association between HEI and adiponectin. This result suggests that adherence to a high-quality diet from an early age is crucial to reduce the risk of Indonesian children experiencing NCD as adults."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Ardelia Suhartono
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik umum dan praktik pemberian makan bayi, aksesibilitas pangan anak dan untuk mendeskripsikan faktor-faktor (individu dan sosial-lingkungan) yang mempengaruhi ibu untuk mempraktikkan pemberian makan bayi. Pada tahap pertama (kuantitatif) yang didesain secara potong lintang, 76 responden direkrut dengan cara pengambilan sampling total. 14 ibu tidak bekerja dengan praktik pemberian makan bayi yang baik dan kurang diklasifikasikan dengan Indeks Pemberian Makan Bayi dan Anak di wawancara secara mendalam. Mayoritas praktik pemberian makan bayi yang dilakukan oleh ibu tidak sesuai dengan panduan WHO. Pada periode awal umur bayi, faktor sosial-lingkungan ibu lebih dirasa mempengaruhi ibu. Sedangkan, ketika usia anak meningkat, kedua faktor dirasa mempengaruhi dalam praktik pemberian makan bayi.

This study aimed to assess general characteristics and infant feeding practices (IFP) following WHO guideline, child's food accessibility and to describe factors (personal and socio-environmental) influenced mothers to practice infant feeding. In the 1st phase (quantitative) designed as a cross sectional study, 76 respondents were recruited through total sampling. Meanwhile, 14 non-working mothers with good or poor IFP classified using Infant and Child Feeding Index were in-depth interviewed. Most of the IFP do not comply WHO guideline. At the early period of child's age, mothers' socio-environmental factors much felt to influence IFP. Meanwhile, when the child's age is increasing, both factors influenced them to practice infant feeding.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhika Dwita Dibyareswati
"Reducing food intake declines the opportunity of infant and young child to obtain
sufficient, both quantity and quality food during and after diarrhea. This study will
provides clearer information to caregiver’s practice on dietary management of
child during diarrhea.The respondents of this study were children with the
diarrhea disease (n= 7) and during recovery period (n = 7). The study was
conducted using observation, in-depth interview, and dietary assessment. Result
of this study suggested that caregivers need to increase their awareness of infant’s
appetite, actively maintain their child’s hydration and give sufficient feeding
during diarrhea.

Perilaku pengasuh dalam mengurangi asupan makanan anak tidak hanya
menurunkan kecukupan konsumsi asupan anak, tetapi juga kualitas makanannya
selama dan setelah diare. Penelitian ini memberikan informasi lebih jelas tentang
cara pengasuh memberikan makanan pada anak saat diare. Responden penelitian
ini adalah anak yang menderita diare (n= 7), atau sudah memasuki tahap
penyembuhan (n= 7). Penelitian ini menggunakan tiga metode yaitu observasi,
wawancara mendalam tentang asupan dan pola makan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengasuh perlu meningkatan kesadaran akan adanya
perubahan nafsu makan anak dan aktif menjaga kecukupan cairan dan nutrisi saat
diare.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Adiyati
"Tekanan darah tinggi atau hipertensi termasuk di dalam 10 besar penyebab kematian di Indonesia dan tingginya prevalensi dikaitkan dengan pola makan yang tidak sehat. Provinsi Jakarta termasuk di dalam sepuluh besar provinsi dengan prevalensi tertinggi untuk kondisi hipertensi. Beberapa kelompok makanan yang memicu hipertensi juga telah dikaitkan dengan peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Sedangkan pola makan penduduk Indonesia telah menyumbang 10 % dari total emisi CO2, sekaligus belum memenuhi angka rekomendasi menurut pedoman diet nasional. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dilakukan di Jakarta pada bulan Maret hingga Oktober 2023 melibatkan orang dewasa usia 19-64 tahun. Consecutive sampling dilakukan untuk memperoleh sampel di Jakarta Utara, Jakarta Timur, RS Cipto Mangunkusumo, dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penilaian jumlah emisi GRK dan kualitas diet (metric-Healthy Eating Index-2015) berdasarkan food recall 24 jam, sedangkan tekanan darah diukur sebanyak tiga kali menggunakan sfigmomanometer digital. Sebanyak 226 subjek dewasa dianalisis dengan nilai median jumlah emisi GRK pada makanan 1.72 KgCO2eq/hari, rerata skor kualitas diet (mHEI) 51,6, tekanan darah sistolik 115.8 mmHg dan tekanan darah diastolik 78.9 mmHg. Setelah dilakukan kontrol faktor perancu, regresi linier multivariat menunjukkan tidak adanya hubungan antara emisi GRK dengan tekanan darah sistolik (β -0.246, 95%CI -2.104 – 1.613, p=0.795) dan tekanan darah diastolik (β 0.350, 95%CI -0.867 – 1.566, p=0.571). Analisis jalur menunjukkan kualitas diet bukan sebagai mediator antara jumlah emisi GRK pada makanan dengan tekanan darah. Hasil penelitian ini membutuhkan analisis lebih lanjut mengingat adanya nilai power kurang dari 70%.

High blood pressure or hypertension is one of the top ten leading risks of death in Indonesia, and its high prevalence is correlated to an unhealthy diet. Jakarta province is among the top ten provinces with the highest prevalence of hypertensive conditions. Some foods that cause hypertension are also related to higher Greenhouse Gas Emissions (GHGE). While the Indonesian population’s diet contributed 10% of total CO2 emissions, it did not meet the recommendations based on national dietary guidelines. This study was conducted with a cross-sectional design in Jakarta from March to October 2023, involving adults aged 19-64 years. Consecutive sampling was conducted to obtain samples in North Jakarta, East Jakarta, Cipto Mangunkusumo Hospital, and the Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. Assesment of GHGE and diet quality (metric-Healthy Eating Index 2015) was based on 24-hour food recall, while blood pressure was measured three times using a digital sphygmomanometer. A total of 226 adult subjects were analyzed with a median GHGE value from food of 1.72 KgCO2eq/day, mean diet quality score (mHEI) of 51.61, systolic blood pressure of 115.8 mmHg, and diastolic blood pressure of 78.9 mmHg. After controlling for confounding factors, multivariate linear regression showed no association between GHGE and systolic blood pressure (β -0.246, 95%CI -2.104 – 1.613, p=0.795) and diastolic blood pressure (β 0.350, 95%CI -0.867 – 1.566, p=0.571). Path analysis indicated that diet quality was not a mediator between the amount of diet-related GHGE and blood pressure. Further analysis is required considering the power value is less than 70%."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Deviana Ayushinta Sani
"Prevalensi hipertensi dan diabtes saat kehamilan meningkat setiap tahunnya. Diet adalah salah satu factor resiko yang dapat dirubah dapat berpengaruh terhadap komplikasi saat kehamilan, tetapi data terkait kualitas diet dan pengarunya terhadap tekanan dan gula darah dianatara ibu hamil masih sedikit. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas diet dengan tekanan darah dan gula darah pada ibu hamil di Jakarta. Studi potong lintang ini adalah bagian dari projek Brain Probiotic and LC-PUFA Intervention for Optimum Early Life (BRAVE) yang melibatkan 174 ibu hamil yang direkrut secara consecutive sampling berlokasi di tiga area di Jakarta. Kualitas diet di tentukan dengan menggunakan skor Alternate Healthy Eating Index for Pregnancy diperoleh dari 2 hari 24-hour recall. Gula darah kapiler puasa digunakan untuk mengukur konsentrasi gula darah pada responden, sedangkan tekanan darah diukur menggunakan sphygmomanometer otomatis. Karakteristik subjek dinilai menggunakan kuesioner terstruktur. Hubungan antara kualitas diet dengan tekanan darah dan gula darah dianalisis menggunakan multiple linear regression. Mayoritas subjek berada pada rentang usia 20 dan 34 tahun (75.9%), multiparitas (61.5%), tidak memiliki riwayat gestational diabetes (97.1%) dan hipertensi (93.1%). Nilai median dari skor kualitas diet sebesar 47.44 (19.18-76.6). Tidak terdapat hubungan yang ditemukan antara kualitas diet dengan gula darah (β 1.02, p=0.36) setalah dilakukan penyesuaian terhadap edukasi, riwayat diabetes mellitus dan riwayat gestational diabetes mellitus. Selanjutnya, hubungan total skor dari kualitas diet dengan tekanan darah sistolik tidak ditemukan (β-0.16, p=0.87), namun terdapat hubungan yang hampir signifikan dengan tekanan darah diastolik β-1.23, p=0.09) setalah dilakukan penyesuaian terhadap merokok, riwayat hipertensi dan riwayat keluarga hipertensi. Kesimpulannya kualitas diet memiliki hubangan yang hampir signifikan dengan kualitas diet.Kualitas diet menjadi salah satu faktor resiko dari pola hidup yang dapat dimodifikasi untuk mepertahakan kesahatan ibu hamil. Selama hamil dan sebelum melahirkan, ibu perlu menjada kualitas dietnya.

Prevalence of gestational hypertension and diabetes in pregnancy are increasing over the years. Diet is modifiable risk factor that may influence these problems, but data regarding diet quality affecting blood pressure and glucose profile-among pregnant women remain scarce. We assessed associations of diet quality with blood pressure and glucose level among pregnant women in Jakarta. This cross-sectional study was part of preliminary study of Brain Probiotic and LC-PUFA Intervention for Optimum Early Life (BRAVE) project, which recruited 176 pregnant women by using consecutive sampling in three districts of Jakarta. Socio-demographic characteristics of participants were identified by trained field-enumerators using a structured questionnaire. Diet quality indicated by Alternate Healthy Eating Index for Pregnancy (AHEI-P) score was obtained from the calculation of multiple 24-hour recalls. Blood pressure was measured using automated sphygmomanometer, while fasting capillary glucose was performed to assess blood glucose level. The associations between diet quality with blood pressure and glucose levels were analyzed using multiple linear regression. Most of women were between 20 and 34 years old (76%), do not have history of gestational diabetes (97%) and hypertension (93%). The median score of dietary quality was 47.4 (19.1-76.6). There was no association between AHEI-P score with blood glucose (β 1.02, p=0.36) after adjustment for education, history of diabetes mellitus and history of gestational diabetes mellitus. Furthermore, association between total score of diet quality and systolic blood pressure was not found (β-0.16, p=0.87), however there was a borderline significant association with diastolic blood pressure β-1.23, p=0.09) after adjustment for smoking, education, history of hypertension and family history hypertension. In conclusion, diet quality had borderline significant association with blood pressure among pregnant women, whereas diet quality was not significantly associate with blood glucose among pregnant women in Jakarta, even though after adjustment for confounding factors. Diet quality is one of lifestyle risk factor that can be modified during pregnancy in order to maintain optimal health of the mother. Pregnant women should maintain quality of the diet, as well as prior pregnancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartanti Sandi Wijayanti
"Penggunaan kader merupakan salah satu strategi untuk mengatasi kekurangan jumlah tenaga kesehatan di negara berkembang. Studi ini bertujuan untuk menggali faktor yang berhubungan dengan capacity building kader dalam memberikan edukasi. Masalah yang berhubungan dengan praktek kader dalam memberikan edukasi antara lain kurangnya pengetahuan dan keterampilan komunikasi, perbedaan persepsi mengenai peran edukasi, dan kurangnya kepercayaan diri. Karakteristik kader, kebutuhan personal, manajemen organisasi, supervisi, dan persepsi pengasuh terhadap kader merupakan faktor utama yang berhubungan dengan praktek pemberian edukasi oleh kader. Faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan dalam proses capacity building kader, dengan pengayaan konten mengenai manajemen diet pada anak diare dan komunikasi sebaya, dan dengan menerapkan metode belajar dari pengalaman.

Cadres have been identified as one of the key strategies to address health workers shortage in developing countries. This study aimed to explore factors related to cadres capacity building on giving education. It was revealed that cadres had lack of knowledge and communication skills, different perceived role toward education practice, and low self-efficacy. Cadre's characteristics, personal needs, organizational management, supervision, and caregivers' perception toward cadres were the main factors related to cadres practice on giving education. Those factors should be addressed during capacity building process through enrichment of capacity building contents on knowledge about dietary management of child illness during diarrhea and peer communication, and by applying experiencebased learning as capacity building methods.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vina Hasna Arifa
"Prevalensi obesitas di kalangan orang dewasa di Indonesia relatif tinggi, dengan faktor kontribusi seperti kualitas diet dan praktik makan. Diantara praktik-praktik tersebut, sarapan memiliki signifikansi sebagai kebiasaan penting untuk menjaga kesehatan, dengan variasi dalam aspek sosial dan temporal. Penelitian ini menggunakan data dari Indonesian Food Barometer (IFB) tahun 2018 untuk mengeksplorasi hubungan antara praktik sarapan dan variabel covariate (karakteristik sosiodemografi dan ekonomi, termasuk usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jenis tempat tinggal) dengan skor diet quality index international (DQI-I) di kalangan orang dewasa di daerah pedesaan dan perkotaan. Variabel independen mencakup berbagai praktik makan sarapan, seperti lokasi makan, teman makan, persiapan makan, melewatkan sarapan, dan aktivitas saat makan. Penelitian ini difokuskan pada 770 orang dewasa Indonesia berusia 26-45 tahun, menggunakan analisis statistik melalui Chi-square (p<0.05) dan regresi linear untuk menilai hubungan antara kualitas diet dan variabel independen. Skor DQI-I menunjukkan 48 dan 46 untuk daerah pedesaan dan perkotaan, masing-masing, menandakan kategorisasi sebagai diet buruk (skor <60). Perlu dicatat bahwa terdapat hubungan antara praktik sarapan, khususnya aktivitas saat makan, dan skor kualitas diet (skor total DQI-I) di kalangan responden di daerah pedesaan. Namun, tidak terdapat hubungan signifikan antara praktik sarapan dan skor kualitas diet di kalangan responden di daerah perkotaan. Perbedaan karakteristik yang diamati antara populasi perkotaan dan pedesaan mungkin memengaruhi praktik sarapan yang berbeda dan dampaknya terhadap skor kualitas diet. Untuk mengatasi hal ini, promosi diet dan dorongan terhadap praktik sarapan yang lebih sehat sangat diperlukan baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.

The prevalence of obesity among adults in Indonesia is relatively high, with contributing factors such as diet quality and eating practices. Among these practices, breakfast holds significance as a crucial habit for maintaining health, exhibiting variations in social and temporal aspects. This study utilized data from the 2018 Indonesian Food Barometer (IFB) to explore the association between breakfast practices and covariate variables (sociodemographic and economic characteristics, including age, gender, job, education level, income level, and type of living) with diet quality index international (DQI-I) scores among adults in both rural and urban areas. The independent variables encompassed various breakfast eating practices, such as eating location, eating companion, meal preparation, skipping breakfast, and activity while eating. The study focused on 770 Indonesian adults aged 26-45 years, employing statistical analysis through Chi-square (p<0.05) and linear regression to assess the association between diet quality and independent variables. DQI-I scores revealed 48 and 46 for rural and urban areas, respectively, indicating a categorization as poor diet (score <60). Notably, an association was found between practices at breakfast, specifically activity while eating, and diet quality scores (DQI-I total score) among rural respondents. However, in urban respondents, no significant association was observed between breakfast practices and diet quality scores. The observed differences in characteristics between urban and rural populations may influence distinct practices at breakfast and subsequently impact diet quality scores. To address this, dietary promotion and the encouragement of healthier breakfast practices are crucial in both urban and rural settings."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia
"Tujuan dari studi potong lintang ini adalah untuk membandingkan konsumsi pangan wanita usia reproduktif (19-49 tahun) yang gemuk dan normal di daerah Kebon Melati, Mangga Dua Selatan dan Pegangsaan yang termasuk daerah kumuh di Jakarta Pusat. Asupan energi total, karbohidrat dan protein jumlahnya lebih tinggi secara signifikan pada wanita yang gemuk sedangkan pada asupan protein dan densitas energi tidak ditemukan perbedaan yang signifikan. Selain itu ditemukan juga dua pola pangan yang secara subyektif diberi nama: pola "lebih sehat" dan pola "kurang sehat". Namun demikian tidak dapat disimpulkan mana di antara kedua pola tersebut yang menjadi pola konsumsi pada wanita yang gemuk dan normal karena tidak ditemukan hubungan antara antara pola konsumsi pangan dengan status kegemukan. Dalam studi ini juga ditemukan bahwa hubungan antara asupan energi dan status kegemukan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor individu lainnya.

The objective of this cross sectional study was to compare food consumption among obese and normal women of reproductive age (19-49 years) in Kebon Melati, Mangga Dua Selatan and Pegangsaan as representative of urban slum areas in Central Jakarta. Energy, carbohydrate and fat intakes in obese women were significantly higher, while protein intake and energy density were not statistically significant. Two dietary patterns were also found, subjectively named: the "more healthy" pattern and the "less healthy" pattern, but it cannot be concluded which of the dietary patterns characterized the diets of obese and normal women since there was no significant association between the dietary patterns and obesity status. This study also found that association of energy intake and obesity was not influenced by other factors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>