Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136050 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Azizah
"Penelitian ini berusaha melihat penerapan peraturan dean pers dalam pembingkaian bunuh diri di media sebagai upaya pencegahan bunuh diri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode analisis framing yang dikembangkan oleh Robert N. Entman. Objek yang diteliti yaitu berita terkait bunuh diri yang dipublikasikan melalui media daring dengan sampel lima berita dari lima media yang berbeda, diambil dari Maret 2020 hingga Agustus 2020. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa media belum sepenuhnya menerapkan peraturan dewan pers terkait pemberitaan bunuh diri dan pemberitaan yang dilakukan belum berfokus pada upaya pencegaham bunuh diri.

This research tries to see the application of Press Council regulation about suicide coverage in media as suicide prevention. The method used is qualitative approach with framing analysis method developed by Robert N. Entman. The object under study is news articles about suicide published on online media with a sample of 5 news articles from 5 different media, taken from March 2020 to August 2020. The result of this study shows that media has not applied Dewan Pers regulation about suicide and the news coverage has not focused on suicide prevention."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Rofa I
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas dinamika, hambatan dan tantangan yang terjadi dalam proses penerapan kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional JKN di RS PGI Cikini, serta upaya-upaya yang dilakukan oleh rumah sakit untuk beradaptasi dan mempertahankan kualitas pelayanan kesehatannya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara, studi literatur, studi dokumen, dan observasi. Informan dibagi menjadi dua kelompok untuk menemukan dua sudut pandang yang berbeda, yakni berasal dari pihak rumah sakit dan pasien. Bagi kelompok rumah sakit, memakai tipe purposive sampling, sementara kelompok pasien menggunakan sequential sampling. Jumlah informan yang diwawancarai adalah 13 orang. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa RS PGI Cikini masih dapat mempertahankan kualitas pelayanan kesehatan. Ada beberapa kualitas yang berubah, terutama dalam sistem administrasi dan pembiayaan. Cukup banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh RS PGI Cikini karena kebijakan yang belum matang dan kurangnya komunikasi dengan pihak BPJS. Akan tetapi, rumah sakit mampu beradaptasi dengan perubahan kebijakan sehingga dapat mempertahankan kualitas pelayanan kesehatannya. Penelitian ini menyarankan agar pihak pemangku kepentingan dapat melihat kembali aturan yang dibuat dan dapat melakukan sosialisasi yang lebih luas.

ABSTRACT
The research was written to describe 1 The Role of Into The Light Indonesia Community community of volunteers focusing on suicide prevention as Mutual Aid Group for volunteers suicide survivors person with suicidal experiences on suicide prevention 2 Obstacles that occur in the implementation of the role of ITL Community as Mutual aid Group for volunteers suicide survivors on suicide prevention. The research approach is qualitative with descriptive design. The research concludes that the role of community as mutual aid group for volunteers of suicide survivors in suicide prevention is divided into three parts 1 Role in individual problem solving process, 2 Role of group support and support, and 3 Role in development individual skills. The obstacles that occur in the implementation of the role of Into The Light Indonesia Community as a mutual aid group is divided into five parts include 1 The process of forming a group, 2 Unequal distribution of tasks, 3 The financial limitations of the community, 4 Community work system influence condition of mental health of volunteers, and 5 The challenge of discussion of taboo issues in the community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gratia Emellie
"Tingginya implikasi dan tingkat sensitivitas pemberitaan seputar kasus bunuh diri membuat organisasi pemerhati kesehatan dunia, WHO dan lembaga pengawas pers di Indonesia, Dewan Pers, mengeluarkan seperangkat aturan yang memuat pedoman untuk melakukan reportase bunuh diri yang bertanggung jawab. Media daring yang saat ini menjadi opsi saluran media utama yang diminati oleh Masyarakat Indonesia, seharusnya mematuhi pedoman tersebut. Oleh karena itu, tulisan ini akan memaparkan penerapan pedoman bunuh diri tersebut dalam media daring dengan mengkajinya melalui ketersediaan unsur-unsur potensi helpful yang seharusnya ada dan potensi harmful yang seharusnya dihindari dalam penulisan artikel reportase bunuh diri. Berdasarkan kajian tersebut, penulis menemukan bahwa unsur harmful justru memiliki prevalensi yang lebih tinggi ketimbang ketersediaan unsur helpful dalam tulisan artikel media daring. Lebih jauh lagi, penulis menemukan bahwa tingginya ketidaksesuaian antara hasil reportase dengan pedoman pemberitaan bunuh diri ini, dilatarbelakangi oleh faktor tekanan ekonomi akibat semakin banyaknya media daring di Indonesia. Hal ini memunculkan iklim kompetitif antar media daring untuk mendapatkan atensi khalayak yang akhirnya membuat hasil reportase tidak sesuai dengan pedoman pemberitaan bunuh diri.

The high implication and sensitivity level of reporting on suicides has made the World Health Organization (WHO)
and the press watchdog agency in Indonesia, Dewan Pers, issued a set of rules containing guidelines for reporting
responsibly on suicide. Online news media, which is currently the main media channel Indonesians desired, should comply with these guidelines. Therefore, this paper will describe the application of these suicide guidelines in Indonesian online news media by examining the availability of potentially helpful elements that should be present and potentially harmful factors that should be avoided when writing about suicide. Based on this study, the author found that the harmful elements had a higher prevalence than the availability of helpful elements in online media articles. Furthermore, the authors found that the high discrepancy between those reportage and the guidelines on reporting suicide was caused by the economic pressure factor due to the increasing number of online news media in Indonesia. This has created a competitive climate among Indonesian online news media to get audience’s attention, which ultimately makes the reportage results not in accordance with the guidelines of reporting on suicide.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Florensa
"Bunuh diri pada remaja merupakan salah satu persoalan serius dalam kesehatan masyarakat saat ini. Data Global School based student Health Survey tahun 2015 terhadap remaja sekolah yang berusia 13-17 tahun di Indonesia menunjukkan bahwa 5% remaja memiliki ide bunuh diri, 6% sudah merencanakan bunuh diri dan 4% sudah melakukan usaha bunuh diri. Keputusan remaja untuk melakukan bunuh diri dipengaruhi oleh berbagai macam faktor risiko maupun faktor protektif yang merupakan faktor pencegah munculnya risiko bunuh diri pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengontrol faktor risiko dan meningkatkan faktor protektif terhadap risiko bunuh diri pada remaja dengan melibatkan peran serta perawat UKS, guru dan orang tua. Metode penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama yaitu studi kualitatif dengan desain kualitatif deskriptif untuk mengetahui faktor protektif dan faktor risiko bunuh diri pada remaja. Partisipan pada tahap ini adalah remaja, guru, orang tua dan perawat UKS. Tahap ke dua adalah pengembangan model pencegahan risiko bunuh diri berbasis sekolah pada remaja. Pada tahap ke tiga dilakukan uji coba model dengan menggunakan pendekatan studi kuantitatif dengan desain quasy experiment dan rancangan penelitian pre and post with control group. Intervensi diberikan kepada 212 remaja. Hasil penelitian tahap satu ditemukan dua tema pada faktor protektif terhadap risiko bunuh diri yaitu faktor individu dan faktor sosial, dua tema pada faktor risiko risiko yaitu faktor individu dan sosial. Tahap dua diperoleh model pencegahan risiko bunuh diri berbasis sekolah pada remaja dan tahap tiga menunjukkan bahwa model meningkatkan mekanisme koping, dukungan sosial dan perilaku mencari bantuan serta menurunkan depresi dan ide bunuh diri pada remaja. Rekomendasi bagi pelayanan kesehatan disekolah bahwa model ini dapat diaplikasikan untuk pencegahan risiko bunuh diri di sekolah dengan melibatkan perawat UKS, guru, orang tua serta teman sebaya.

Suicide in adolescents is one of the serious problems in public health today. Data from the 2015 Global School based Student Health Survey on school adolescents aged 13-17 years in Indonesia showed that 5% of adolescents had suicidal ideation, 6% had planned suicide and 4% had attempted suicide. Adolescent's decision to commit suicide is influenced by various risk faktors and protective faktors which are faktors that prevent the emergence of suicide risk in adolescents. This study aims to control risk faktors and increase protective faktors against suicide risk in adolescents by involving the participation of school nurses, teachers and parents. This research method is divided into 3 stages. The first stage is a qualitative study with a descriptive qualitative design to determine the protective faktors and risk faktors for suicide in adolescents. Participants at this stage were teenagers, teachers, parents and UKS nurses. The second stage is the development of a school-based suicide risk prevention model in adolescents. In the third stage, a model trial was conducted using a quantitative study approach with a quasi-experimental design and a pre and post research design with a control group. The intervention was given to 212 adolescents. The results of the first phase of the study found two themes on protective faktors against suicide risk, namely individual faktors and social faktors, two themes on risk faktors, namely individual and social faktors. In the second stage, the model of school-based suicide risk prevention in adolescents showed that the model improved coping mechanisms, social support and help-seeking behavior and reduced depression and suicidal ideation in adolescents. Recommendations for health services in schools that this model can be applied to prevent the risk of suicide in schools by involving school nurses, teachers, parents and peers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atih Rahayuningsih
"Angka bunuh diri di Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara lain, sehingga upaya kesehatan yang tepat untuk dilakukan adalah upaya promotif dan preventif bunuh diri yang dimulai dari usia remaja. Tujuan penelitian diketahuinya efektiftas model sistem pencegahan risiko bunuh diri pada remaja awal dalam konteks keluarga. Penelitian terdiri dari eksplorasi pengetahuan remaja awal, keluarga, guru, dan tenaga kesehatan tentang bunuh diri pada remaja awal, desain penelitian kualitatif deskriptif, partisipan dua puluh enam orang. Penyusunan model dan ujicoba efektifitas model dengan desain penelitian quasi eksperimen with control group. Responden 155 remaja awal dan 155 orang tua remaja awal, dipilih secara acak di wilayah DKI Jakarta. Hasil penelitian eksplorasi menghasilkan tema faktor risiko internal, faktor risiko eksternal, keyakinan religius, kebutuhan sistem pendukung, risiko bunuh diri pada remaja awal, tanda dan gejala sebagai respon primer terhadap stresor penyebab risiko bunuh diri, dan cara mencegah risiko bunuh diri. Model yang dihasilkan adalah model sistem pencegahan risiko bunuh diri yang menggabungkan edukasi pencegahan risiko bunuh diri, terapi kelompok terapeutik, terapi thought stopping, dan terapi kognitif. Prevalensi risiko ide bunuh diri remaja awal yang diperoleh adalah 29%. Model efektif menurunkan risiko ide bunuh diri dan meningkatkan kemampuan remaja dalam mencegah risiko bunuh diri.

 

Kata kunci : model pencegahan risiko bunuh diri; remaja awal; risiko bunuh diri; gabungan terapi keperawatan jiwa


Indonesia's suicide rate is still considerably lower than other nations, suicide prevention and promotion programs should be conducted commencing from adolescence. The study purpose was to examine the effectivity of the suicide prevention model in early adolescents. The first study used a descriptive qualitative research design to explore understanding regarding adolescent suicide behavior. Twenty-six participants were reqruited. The second study was the development of a model. A quasi-experimental research design with a control group was used to assess the effectiveness of the suicide prevention strategy in early adolescent. 155 early adolescents and 155 adolescent parents that were randomly selected from DKI Jakarta. The study's findings theme, internal risk factors, external risk factors, religious beliefs, support system necessitates, early adolescent suicide risk, signs and symptoms as primary responses to stressors that caused suicide risk, and strategies for reducing early adolescent suicide risk.  The final result is a suicide risk reduction program model for early adolescence that integrates suicide prevention education with therapeutic group therapy, thought stopping therapy, and cognitive therapy. 29 percent of early adolescents reported having suicidal thoughts. The model is effective in reducing the risk of suicidal thoughts and improving adolescents' capabilities to reduce the risk of suicide.

 

Keywords: combination mental health nursing therapy; early adolescence; suicide risk; suicide risk prevention system model

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Trisdamayanti
"Pelaku serangan teror bom bunuh diri meyakini bahwa dirinya sedang melaksanakan aksi yang dianggap mulia. Sesungguhnya kelompok yang memiliki motif ideologi agama senantiasa membangun persepsi positif pada anggota kelompok mengenai serangan teror bom bunuh diri. Persepsi tersebut dibangun secara sistematis dengan merujuk pada atribut-atribut yang bersifat totemik, seperti ‘syahid’, ‘jihad’, ‘thaghut’, ‘mujahidin’’, ‘polisi Tuhan’, ‘singa-singa Allah’ untuk menjustifikasi aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok. Hal tersebut melatarbelakangi analisis dalam kaitan dengan perspektif totemik di dalam penelitian ini. Dari 23 kasus yang terjadi di Indonesia, penelitian ini memerinci enam serangan teror bom bunuh diri, didasari oleh transformasi yang terjadi, yaitu transformasi target, kelompok, bahan baku bahan peledak yang digunakan, dan pelaku serangan. Data penelitian ini diperoleh dari studi dokumen, data kepolisian, dan wawancara dengan 15 narasumber. Para narasumber ini terdiri atas anggota kepolisian, pamong lembaga pemasyarakatan, anggota kelompok, perekrut di dalam kelompok, dan pelaku serangan teror bom bunuh diri. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dan diproses menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik triangulasi data, untuk menghindari potensi terjadinya bias. Hasil penelitian mengidentifikasikan bahwa motivasi individu, kelompok, dan lingkungan masyarakat telah mendorong individu menjadi pelaku serangan teror bom bunuh diri. Pada tataran kelompok, otoritas di dalam kelompok memperkenalkan konsep tauhid dan ideologi kelompok, lalu menggiring individu agar patuh dan taat kepada otoritas, sehingga terciptalah kepatuhan buta. Individu kemudian digiring menjadi pelaku serangan, dengan cara diperkenalkan pada konsep keutamaan dari bom bunuh diri, demi memperoleh imbalan di dalam agamanya, imbalan bagi dirinya, dan imbalan dalam tataran sosial, sebagai bentuk pilihan yang rasional dan logis.

Suicide bombers believed that their actions were such an honourable ones. Groups with religious ideological motive tend to build a systematic, positive perception, on suicide terrorism to their members, referred to totemic attributes such as ‘syahid’, ‘jihad’, ‘thaghut’, ‘mujahedeen’, ‘police of God’, ‘lions of God,’ in order to justify their actions. These are background of this study. Among a total of 23 suicide bombing incidents occurred in Indonesia, this study analyzes six cases- based on their transformations, from the perspectives of target, group that masterminded the attacks, explosives that being used, as well as perpetrators who performed such attacks. Data are collected from previous studies, police reports, and interview sessions with 15 sources, which include police personnel, prison’s case manager, group members, recruiters of dedicated-suicide bombers, and the surviving designated-bombers. These data are then analyzed and processed using qualitative approach with triangulation techniques, in order to prevent bias. Result of this study shows that individual, group, and social motivational factors have transformed individual into a suicide bomber. In the group level, authorities to approach concepts of ‘tauhid’ (the belief in Allah as the one and only God) and group’s ideology, then followed by introduction to the obedience to the authorities. Such concept would then bring the individual into a blind obedience’ state of mind. A virtue of a martyrdor bombing is provided as the next lesson plan that an individual will learn, as rational and logical options, in order to gain religious rewards, personal rewards, and social rewards."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salman Alfarisi
"ABSTRAK
Bunuh diri merupakan masalah yang cukup serius dan kurang dibahas di Indonesia. Pelaku bunuh diri merasa terkurung dalam keadaan yang sangat buruk, tidak ada jalan keluar, dan berfikir bahwa mereka tidak dapat menyelamatkan diri. Oleh karena itu, mereka membunuh diri mereka sendiri. Mereka memilih untuk melakukan usaha bunuh diri karena bagi mereka tidak ada jalan keluar selain kematian atau mereka melihat bahwa dengan melakukan perbuatan yang membahayakan diri, apa yang ingin mereka sampaikan, seperti permintaan pertolongan, akan diketahui oleh orang lain. Usaha bunuh diri tersebut selalu terjadi di saat krisis bunuh diri yang diawali oleh pemikiran untuk bunuh diri, dan ketika mereka berencana untuk bunuh diri, mereka menggunakan wayfinding untuk mencapai alat dan tempat yang ideal untuk bunuh diri. Bunuh diri itu sendiri merupakan sebuah proses sequential, yang terdiri dari keadaan terjebak, usaha untuk bunuh diri, dan kematian, dan adanya sequence tersebut dapat dilihat sebagai proses berpindah dari suatu keadaan dan keadaan lain, atau yang bisa disebut rites of passage. Sebagai sebuah transisi, usaha bunuh diri memberikan pengalaman liminality terhadap pelaku bunuh diri. Melihat urgensi transisi pelaku bunuh diri dari keadaan terjebak tersebut ke keadaan yang lebih baik, urgensi komunikasi yang dimiliki oleh pelaku bunuh diri terhadap orang lain, dan wayfinding serta affordance yang digunakan pelaku untuk bunuh diri, maka pembentukan responsive dan memberi wujud pada batas ruang liminal secara temporer dan sistematis dapat menjadi alat komunikasi bagi pelaku bunuh diri kepada masyarakat, mencegah pelaku untuk mencapai alat dan tempat bunuh diri dengan memperpanjang liminality yang dialami pelaku, dan secara literal dan metaforikal membebaskan pelaku bunuh diri dari krisis bunuh diri yang ada

ABSTRACT
Suicide is a serious problem and less explored in Indonesia. Suicidal fell trapped in horrible state, with no way out, and thinking that they cannot save themselves. Thus, they end their own life. They choose to attempt suicide because for them the only way out is death or by doing self-harm acts, what they want to express, like cries for help, will be noticed by the others. The suicide attempts always happen while suicide crisis that is started by suicide thought, and when the suicidal planned to attempt suicide, they use wayfinding in order to reach the tools or places that was ideal for them to commit suicide. Suicide itself is a sequential process that consists of state of being trapped, attempting suicide, and death, and that sequence is a process of journey from a state to the other. As a transition, suicide attempt gives experience of liminality to the suicidal. Seeing the urgency for suicidal to transit from a condition of being trapped to a better state, urgency of the suicidal to communicate to the others, and wayfinding, affordance also, that is used to attempt suicide, thus responsive forming and temporary but systematically give shape to the threshold of the liminal space can be used as means of communication for the suicidal to the society, prevent the suicidal to reach the tools and place of suicide by prolong state of liminal that is experienced by the suicidal, and finally, literally and metaphorically, freed the suicidal from the suicide crisis.
"
Depok: 2019, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmawati Alida Bahaweres
"ABSTRAK
Pemberitaan tentang PE (16 tahun) yang dituduh ‘khalwat’ oleh Wilayatul Hisbah (polisi
syariah) menarik perhatian peneliti. Ruang lingkup larangan khalwat/mesum adalah segala
kegiatan, perbuatan dan keadaan yang mengarah kepada perbuatan zina. Ini termuat dalam Pasal
2 Qanun Aceh No 14 Tahun 2003 tentang Larangan Berbuat Mesum. Informasi penangkapan PE
pun diberitakan oleh media. Berita tersebut mengatakan bahwa PE adalah pelacur dan pelaku
mesum. Keesokan hari PE ditemukan bunuh diri. Selang dua hari kemudian ditemukan surat
yang berisikan tulisan tangan PE. Surat tersebut berisikan peryataan PE yang menyatakan bahwa
ia tidak jual diri seperti yang dituduhkan Dinas Syariat Islam Aceh.
Tesis ini ingin mengetahui konstruksi pemberitaan PE di media dan hubungan antara
pemberitaan dengan bunuh diri. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan
menggunakan analis wacana kritis. Data penelitian adalah media yang memberitakan tentang PE.
Penulis juga melakukan wawancara dengan keluarga PE yakni Ayah dan Makcik PE. Selain itu
wawancara dengan pengelola media.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada konstruksi negatif pada saat PE ditangkap oleh WH.
Ada stigma kepada PE serta pelanggaran Kode Etik Jurnalistik. Namun pada saat PE ditemukan
bunuh diri, stigma kepada PE semakin berkurang. Selain itu, penulis menyimpulkan bahwa
konstruksi negatif berita membuat PE menjadi malu sehingga bunuh diri.

ABSTRACT
The news on media concerning PE (16 years old) who was accused of 'Khalwat or
seclusion' by Wilayatul Hisbah (sharia police) has drawn attention from researcher. The scope of
theprohibition of seclusion and all nasty activities, actions and any circumstances that lead
tofornication. This is written in Article 2 of Aceh Qanun No. 14 of 2003 on the Prohibition
ofImmoral Act. The information about PE detention was reported by the media. The
newspublished that the PE is a nasty whore and adulterers. On the next day PE was found dead.
Two days later found a handwritten letter of PE.
The letter contains a statement of PE that she has never swhored herself as alleged
Islamic Law Office in Aceh. This thesis would like to explainthe social construction or the news
making of PE in the media and the relationship between thereporting of her suicide.This study
applies qualitative research methods by using critical discourse analysts. The data in this research
is that media reports about PE.
I conducted interviews with her family that is her father and her aunt. Besides, I also
conducted interviewswith the media administrator. This study shows that there was a negative
construction at the time of PE was arrested by the WH.There found a stigma to PE as well as
violations of the Codeof Journalistic Ethics.However, when PE was found committed suicide,
the stigma PEdecreased.In addition, the author conclude that the negative construction of news
makingeffecting PE felt so disgrace and drove her to commit suicide."
2013
T35975
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Arif
"Bunuh diri merupakan diskursus sepanjang zaman dalam kehidupan manusia. Menilik sejarah, sebut saja seperti kaum stoa, tradisi Seppuku di Jepang, dan yang paling baru peledakan diri para teroris merupakan sebagian contoh yang menunjukkan bahwa bunuh diri terus dilakukan. Kendati nilai-nilai kemanusiaan terus berubah sepanjang zaman, tapi bunuh diri tetap menjadi sebuah tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehidupan lebih cepat. Albert Camus mempertanyaan bunuh diri sebagai sebuah tindakan yang dipilih manusia. Pertanyaan itu memiliki keterkaitan dengan konsep eksistensialisme. Sehingga pemaknaan bunuh diri pun hanya sebatas problem eksistensilis-filosofis. Di sinilah letak persoalan bunuh diri pada masa kini. Pada kenyataannya, di zaman sekarang bunuh diri bukan lagi hanya persoalan eksistensialis-filosofis. Ada sesuatu yang melebihi hal itu, tindakan bom bunuh diri dapat dijadikan contoh. Bunuh diri adalah persoalan kemanusiaan. Maka, dengan tetap berpijak pada pemikiran Albert Camus, akan dijelaskan mengenai perluasan pemahaman bunuh diri sebagai sebuah tindakan mengingkari humanitas.

Suicide is a discourse throughout the ages in human life. Tracing the history, there are some examples that show suicide still exist, let says the stoic from early ages, Seppuku tradition in Japan, and terrorist who blew up themselves. Despite values of humanity keep changing throughout the ages, suicide is still the alternative choices to end live faster. Albert Camus questioning suicide as an action that choices in human life. This question is related to his existentilism concept. So that, the values of suicide just be the existentialism problem. This is the problem of suicide in the contemporary era. In fact, in the contemporary era, suicide is not just existentialist problem, there is something beyond, suicide bombing for example. Suicide is humanity problem. Through the thought of Albert Camus, it will be explained about expansion suicide as a disavowal of humanity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S67955
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Marliana
"Skripsi ini menganalisa dan mengkritisi konsep pemikiran bunuh diri yang diungkapkan Emile Durkheim dengan menggunakan teori definisi sosial Max Weber dan juga kebebasan eksistensialisme. Durkheim yang memiliki paradigma fakta sosial ini menekankan segala tindakan manusia yang disebabkan karena faktor eksternal di luar dirinya, dan bukan karena dirinya sendiri, termasuk pada kasus bunuh diri. Durkheim melupakan eksistensi diri individu manusia yang bebas dan berhak atas dirinya sendiri disertai tanggung jawab. Bunuh diri adalah suatu pilihan rasional diri individu manusia secara sadar sebagai wujud kebebasan dan bukan karena faktor masyarakat.

This thesis is to analyze and criticize the concept of suicidal thoughts Emile Durkhem by using the theory of social definition Max Weber and also freedom of existentialism. Durkheim's social facts paradigm which has emphasized that human actions are caused due to external factors outside, and not based on himself, including suicide. Durkheim forget about existensialism in every human which born to be free and has a right of the body and himselfs with responsibility. Suicide is a rational choice of self-conscious human individual as an expression of freedom and not because of the community."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43724
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>