Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187390 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nuril Imansyah
"Meningkatnya perhatian pemerintah terhadap energi terbarukan, memaksa perusahaan pelayaran untuk mengganti bahan bakar kapal dari semula berbahan bakar fosil menjadi campuran biodiesel yang dikenal sebagai B20 dan B30. Dalam tulisan ini, analisis teknis dilakukan dengan mengevaluasi trend konsumsi bahan bakar minyak dalam volume per waktu dan juga trend suhu gas buang dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan bakar biodiesel terhadap konsumsi bahan bakar dan suhu gas buang. Analisis ekonomis dilakukan dengan mengevaluasi trend biaya bahan bakar yang mengacu pada trend konsumsi bahan bakar minyak dan juga fluktuasi harga bahan bakar dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan bakar biodiesel terhadap biaya bahan bakar per jarak tempuhnya. Selanjutnya analisis juga dilakukan melalui perbandingan konsumsi bahan bakar kapal saat ini dengan umur mesin 22 (duapuluh dua) tahun dibandingkan dengan saat kondisi mesin baru dan analisis lanjutan yaitu mengestimasi tingkat emisi gas buang yang dihasilkan. Analisis data menunjukkan bahwa secara umum pada semua jenis kapal bahwa penggunaan biodiesel dapat meningkatkan volume konsumsi bahan bakar minyak sebesar 4,54% untuk B20 dan 6,25% untuk B30. Selanjutnya, pengamatan terhadap suhu gas buang menunjukkan bahwa ada peningkatan suhu saat menggunakan B20 sebesar 7.8 oC dan B30 sebesar 13,4 oC. Analisis ekonomis mengenai biaya bahan bakar rata-rata untuk semua jenis kapal menunjukkan peningkatan biaya bahan bakar saat menggunakan B20 sebesar 1,66% dan B30 sebesar 9,63% walapun tidak dapat disimpulkan hal tersebut sepenuhnya karena konsumsi yang bertambah namun juga dipengaruhi oleh fluktuasi harga bahan bakar. Konsumsi bahan bakar saat ini terbukti lebih tinggi dibandingkan dengan saat kondisi mesin baru hal ini dipengaruhi berkurangnya tingkat efisiensi dari mesin itu sendiri. Untuk emisi gas buang HC, CO dan SO2 meningkat sebesar 2,3%, 11,5% dan 38,2% berurutan untuk B20 dan 3,4%, 16,4% dan 53,3% untuk B30 seiring bertambahnya kadar biodiesel, kondisi sebaliknya terjadi pada jenis emisi NOx dengan penurunan besar -9,4% untuk B20 dan -13,5% untuk B30.

The increasing of government attention in renewable energy, forced ship management split fossils fuel to mix biodiesel which is known as B20 and B30. In this paper, technically analysis observed trend of fuel oil consumption in volume per time and also trend of exhaust gas temperature aims to knowing the effect of using biodiesel fuel in term of fuel consumption and exhaust gas temperature. Economically analysis observed fuel cost considered to fuel oil consumption trend and also price fluctuation aiming to knowing effect of using biodiesel fuel on fuel cost. Furthermore, analysis being done by compared fuel oil consumption in today condition to new engine condition which is engine lifetime is 22 (twenty-two) years and analysis also conduct by estimating exhaust gas emission resulted. Data analysis shows that in general all type of ships indicates that using biodiesel is raising up the fuel oil consumption up to 4,54% using B20 and 6,25% using B30. Furthermore, observation to exhaust gas temperature shows that there is increasing number of temperature when B20 up to 7.8 oC and B30 up to 13,4 oC. Economically analysis regarding to fuel oil cost in average for all ships type shows increase of fuel cost when using B20 up to 1,66% and B30 up to 9,63%, even though this condition cannot conclude influenced by just only raising up fuel oil consumption but also by bunker price fluctuation. Comparison of fuel oil consumption in today engine condition proof higher then new engine condition due to reduction of engine efficiency itself. Exhaust gas emission prove that for HC, CO and also SO2 are increase up to 2,3%, 11,5% and 38,2% respectively for B20 and 3,4%, 16,4% and 53,3% for B30 along with increase of biodiesel content, but the opposite result for NOx is decrease up to -9,4% for B20 and -13,5% for B30."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alva Budi Wardhana
"ABSTRACT
Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya menyebabkan peningkatan polusi dan jumlah penggunaan energi. Sehingga sampai saat ini dilakukan berbagai penelitian untuk menemukan bahan bakar atau energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan untuk menggantikan minyak bumi. Salah satu energi terbarukan atau bahan bakar tersebut adalah bioetanol. Pemerintah sendiri sedang berusaha untuk menerapkan penggunaan campuran bioetanol pada bahan bakar yang ada di Indonesia dengan menerapkan Permen ESDM No. 12/th.2015. Pencampuran dari bioetanol sendiri diharapkan agar meningkatkan kandungan nilai oktan yang ada di bahan bakar. Seharusnya dengan penambahan bioetanol sendiri jika dilihat dari kenaikan nilai oktannya maka dapat meningkatkan performa mesin karena menghindarkan mesin dari kondisi knocking. Selain itu kandungan oksigen yang ada di bioetanol dapat mengurangi emisi dari gas buang kendaraan bermotor tersebut. Untuk itu penulis melakukan pengujian performa dan konsumsi bahan bakar spesifik menggunakan bahan bakar pertamax yang dicampurkan dengan bioetanol yaitu E0, E5, E10, E15 dan E20. Dari penelitian ini didapatkan hasil jika penambahan bioetanol menurunkan performa mesin dikarenakan peningkatan nilai oktan tidak sebanding dengan penurunan nilai kalornya.

ABSTRACT
In every year, the number of motor vehicles in Indonesia is increasing continuously which made the pollution and energy use are increasing as well. Recently, resesearchers are focusing their research to find renewable energy which more eco friendly to replace gasoline such as bioethanol. The government itself is trying to implement the use of bioethanol blends on existing fuels in Indonesia by applying ESDM No. 12 th.2015. The fuel blended with bioethanol is expected to have higher octane number. The used of fuel with higher octane number may improve of the engine performance since it will prevent the engine from knocking condition. In addition, the oxygen content in bioethanol can reduce emissions in the vehicle exhaust gas. Therefore, author is doing an experiment to prove the effect of fuel blended with bioethanol in term of engine performance and specific fuel consumption which using pertamax fuel mixed with bioethanol E0, E5, E10, E15 and E20. Based on the result of this experiment, the use of pertamax fuel mixed with bioethanol can increase the octane number, however it is followed by the decreasing of heating value which reduce the engine performance."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ii Suhirta
"Air dengan melalui proses elektrolisa dapat dipecah struktur molekulnya menjadi gas hidrogen dan oksigen dimana jumlah hidrogen yang terbentuk dua kali lipat dari oksigen. Hidrogen merupakan bahan bakar yang ideal untuk motor bakar 4 langkah dan merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan. Dengan menambahkan gas hasil elektrolisa air ke motor bakar 4 langkah, dapat menggantikan sebagian porsi bahan bakar minyak yang digunakan.
Permasalahan gas hasil elektrolisa air untuk digunakan sebagai bahan bakar tunggal bagi motor bakar adalah supply gas elektrolisa yang tidak mencukupi jumlah yang dibutuhkan motor bakar, disebabkan oleh laju produksi gas elektrolisa yang relatif kecil. Menjadikan gas elektrolisa air sebagai bahan bakar tambahan merupakan langkah yang cukup tepat bagi pengurangan pemakaian BBM. Penambahan gas elektrolisa air bagi motor bakar ini dengan melakukan injeksi pada bagian air box filter (sebelum karburator).
Penambahan gas elektrolisa air melalui air box filter dapat mengurangi pemakaian BBM pada motor bakar. Penghematan tertinggi terjadi pada putaran motor 3500 rpm kondisi tanpa beban, ada pada nilai 3,71%.

Water Electrolysis can be separate water to became oxygen gas and hydrogen gas. The generated amount of hydrogen is twice the amount of oxygen. Hydrogen is most ideal fuel for 4 stroke engine and it is environment friendly. By adding water electrolysis gas result to 4 stroke engine, can replace some portion of fuel was used.
Gas of water electrolysis is cannot use as prime fuel for engine because of generated of gas is slightly. Using gas of water electrolysis is the best way to reduced fuel consumption. Injection gas of water electrolysis is placed at air box filter (before the carburetor).
By adding water electrolysis gas result to air box filter can reduced fuel consumption needed. Maximum Economical fuel comsumption is 3,71% occur at 3500 rpm without load.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50738
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Pratama
"PT. Pertamina Shipping, sebagai perusahaan yang mengemban misi untuk menjaga ketahanan energi nasional melalui perkuatan distribusi bahan bakar minyak (bbm) ke seluruh Indonesia, juga dituntut untuk mengoperasikan armada tanker milik maupun sewa secara efisien. Upaya peningkatan efisiensi dapat dilakukan melalui pemilihan tipe tuning mesin yang sesuai dengan bentuk kapal dan kebutuhan perusahaan dalam menjaga kelancaran distribusi bbm itu sendiri. Karena pada dasarnya, setiap mesin mempunyai tipe tuning yang berbeda-beda dengan kecepatan ekonomisnya masing-masing.
Skripsi ini membahas mengenai kesesuaian kecepatan ekonomis Low-Load Tuning terhadap kebutuhan kecepatan yang disyaratkan dalam menjaga kelancaran distribusi minyak untuk rute operasi Dumai-Balongan. Hasil penelitian mendapatkan kecepatan ekonomis Low-Load Tuning mampu untuk menjaga kelancaran distribusi bbm untuk rute operasi tersebut.

PT. Pertamina Shipping, a company with a mission to assure the distribution of fuel-oil (bbm) to all over Indonesia, is required to operate its Oil-Tanker fleets efficiently. A way to improve the efficiency can be done through the suitable selection of the engine tuning that compatible to the shape of the ship and the company needs to maintain the supply chain of the fuel-oil. Because, basically, each machine has its own tuning characteristic corresponds to its economical speed.
This thesis discusses the compatibility of economical speed of Low-Load Tuning engine to the minimun speed required to ensure the continuity of the supply chain activities of the operation route Dumai-Balongan. The results obtain that the economical speed of Low-Load Tuning engine is able to maintain the supply chain of the fuel-oil due to the operation route.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47347
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rioko Aji
"Air dengan melalui proses elektrolisa dapat memecah struktur molekulnya H2O -> 2H + 1/2 O2, dan proses pembakaran gas hidrogen menghasilkan produk berupa air (H2O), sehingga hidrogen merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui. Dengan menambahkan gas hasil elektrolisa air ke motor bakar 4 langkah, gas ini dapat menggantikan sebagian peran bahan bakar minyak sebagai sumber energinya.
Permasalahan gas hasil elektrolisa air untuk digunakan sebagai bahan bakar tunggal bagi motor bakar adalah supply gas elektrolisa yang tidak sanggup memenuhi jumlah yang dibutuhkan motor bakar, karena laju produksi gas elektrolisa masih relatif kecil. Menjadikan gas elektrolisa air sebagai bahan bakar tambahan merupakan langkah yang cukup tepat bagi pengurangan pemakaian BBM. Penambahan gas elektrolisa air bagi motor bakar ini dengan melakukan injeksi pada bagian intake manifold (setelah karburator).
Penambahan gas elektrolisa air melalui intake manifold dapat mengurangi pemakaian BBM pada motor bakar. Penghematan BBM terjadi pada putaran motor diatas 2750 rpm dan beban minimal 100 watt. Nilai penghematan BBM tertinggi terjadi pada putaran motor 3500 rpm dengan beban 400 watt yaitu sebesar 7,5 %.

Water can be separated into oxygen and hydrogen gases by electrolyzing. The amount of generated hydrogen is twice the amount of oxygen. Hydrogen is most ideal fuel for 4 stroke engine and it is environmental friendly. Adding water electrolysed gases into 4 stroke engine, can substitute some portion of the used fosil fuel.
Gas of water electrolysis cannot be used as main fuel for engine because the rate of generated gases is too low and insufficient to fulfill the nedded fuel gas consumption. Therefore, adding water electrolysed gases as a supplementary fosif fuel will be very usefull to reduce the consumption of fosil fuel. This is done by injecting these gases at the intake manifold (after the carburetor).
Adding these gases trough intake manifold, reduces the fosil fuel nedded. Saving fosil fuel occurs at rpm above 2750 and minimum load of 100 watts. The best saving of fosil fuel (7.5 %) occurs at rpm 3500 and 400 watts loaded."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50737
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Agung Prasetyo
"Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang masih menerapkan subsidi untuk Bahan Bakar Minyak (BBM). Pemerintah Indonesia sesuai dengan amanah undang-undang harus menjamin penyediaan dan pendistribusian BBM bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk menerapkan kebijakan ini dengan tepat maka pemahaman akan pola konsumsi BBM menjadi hal yang sangat fundamental karena setiap daerah memiliki hak yang sama dalam memperoleh sumber energi termasuk BBM. Penelitian ini menggunakan metode clustering untuk mengetahui kategori kabupaten/kota berdasarkan pola konsumsi BBM subsidi. Data yang digunakan adalah data konsumsi BBM subsidi sejak Januari tahun 2016 hingga Juni tahun 2021 dalam bentuk time series. Penelitian ini membandingkan beberapa metode clustering yaitu k-means, Partitioning Around Medoid (PAM) dan Clustering Large Applications (CLARA). Hasil yang diperoleh adalah k-means menjadi metode clustering yang paling optimal untuk analisis konsumsi BBM subsidi setelah dilakukan evaluasi terhadap nilai rata-rata Silhouette, Dunn Index dan Connectivity. Hasil clustering dengan metode k-means mengindikasikan adanya dua cluster kabupaten/kota yang memiliki tingkat kerentanan terhadap konsumsi BBM yang tinggi dan rendah. Pemerintah perlu menetapkan daerah prioritas dalam pengawasan penggunaan BBM subsidi terutama daerah dengan tingkat kerentanan penggunaan BBM subsidi yang tinggi serta untuk daerah yang memiliki tingkat kerentanan rendah pemerintah perlu meninjau kembali kuota BBM subsidi yang ditetapkan

Indonesia is one of the countries in the world that still applies subsidies for fuel oil (BBM). The Indonesian government following the mandate of the law must ensure the supply and distribution of fuel for all Indonesian people. Understanding the pattern of fuel consumption is very fundamental because every region has the same rights in obtaining energy sources, including fuel. This study uses the clustering method to determine the category of districts/cities based on the pattern of consumption of subsidized fuel. The data used is data on subsidized fuel consumption from January 2016 to June 2021 in the form of a time series. This study compares several clustering methods, namely k-means, Partitioning Around Medoid (PAM), and Clustering Large Applications (CLARA). The results found that k-means becomes the most optimal clustering method for the analysis of subsidized fuel consumption after evaluating the values of Silhouette, Dunn Index, and Connectivity. The results indicate that two district/city clusters have high and low levels of vulnerability to fuel consumption. The government needs to determine priority areas in supervising the use of subsidized fuel, and for areas that have a low level of vulnerability, the government needs to review the quota for subsidized fuel that has been set."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukiana S.
[Place of publication not identified]: Warta Penelitian Perhubungan, 2012
WPP 24:1(2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Kaifiah
"Harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia berbeda dengan harga di pasar Internasional. Hal ini dikarenakan adanya subsidi dari pemerintah untuk konsumsi dalam negeri. Ketika harga BBM di pasar Internasional mengalami kenaikan, mengakibatkan terus meningkatnya subsidi yang harus ditanggung oleh Pemerintah. Hal ini menjadi beban bagi APBN, sehingga subsidi BBM ini perlu dikurangi. Berkaitan hal tersebut di atas, maka dilakukan penelitian mengenai rencana evaluasi ekonomi pola substitusi sumber energi alternatif pengganti minyak tanah, yaitu gas bumi yang dikemas dalam tabung gas Senji.
Pola distribusi yang dikembangkan berdasarkan pola distribusi minyak tanah. Langkah-langkah yang dilakukan meliputi menentukan clustering, menyusun sistem distribusi yag terdiri dari fasilitas pengisian, agen sampai sub-sub agen penjualan serta menentukan spesifikasi teknik peralatan. Sebagai lokasi penelitian adalah wilayah Kota Tangerang, Kecamatan Batu Ceper dan Kecamatan Tangerang berdasarkan pada lokasi yang dekat dengan sumber gas Senji, yaitu sumber gas bertekanan rendah. Perhitungan keekonomian dilakukan dengan menggunakan OGEM (Oil Gas Economic Model), hasil yang diperoleh adalah besaran biaya pembotolan dan transportasi pada tiap-tiap Cluster.
Berdasarkan perkiraan penggunaan 1 liter minyak tanah setara dengan 0.58 m3 gas, sehingga akan diketahui harga jual akhir ke konsumen rumah tangga. Dengan pendekatan harga jual minyak tanah bersubsidi pada rumah tangga di Kota Tangerang sebesar Rp. 2.700,-, maka harga jual rata-rata tabung gas Senji Skenario I sebesar Rp. 4.154,- dan pada Skenario II sebesar Rp. 4.463,-, dimana harganya masih lebih tinggi dengan selisih harga sebesar Rp. 1.667,-. Hal ini dikarenakan besarnya investasi awal pada fasilitas pengisian tabung gas Senji. Akan tetapi apabila dilihat dari harga jual keekonomian minyak tanah tanpa subsidi dari Pemerintah, yaitu sebesar Rp. 5.706-, maka harga jual rata-rata tabung gas Senji Skenario I sebesar Rp. 4.154,- dan Skenario II sebesar Rp. 4.463,- menjadi lebih murah. Hal ini menunjukkan bahwa rencana substitusi dalam rangka memanfaatkan gas bumi sebagai energi pengganti minyak tanah untuk rumah tangga memiliki nilai tambah untuk dikembangkan.

Crude based fuel price in Indonesia is difference to international market price. The different caused by government subsidy for domestic consumer. While the price in the international market is increasing, that make guaranteed subsidy by the government is getting increasingly. Therefore, subsidy has to be decreased to release government load in APBN (Annual National Monetery Allocation). Relating to the mentioned previously, hence in writing of this thesis is planned to evaluate economic indicator of substitution pattern in case of residential kerosene with natural gas as alternative energy source which is packaged in bottle that called senji.
The development is based on kerosene distribution pattern. The steps that is been done involve in determining cluster, arrange distribution system that consist of filling facilities, sell agent and sub sell agent, determining equipment specification as well. Kota Tangerang, Kecamatan Batu Ceper and Kecamatan Tangerang are decided to be as research location because these areas are nearest to gas resources, i.e. low pressure gas resources. The economic calculation is using OGEM (Oil Gas Economic Model) and the result is bottling and transportation cost each cluster.
Assume 1 liter kerosene is equivalent with 0.58 m3 gas, so we get the final price to sell to residence consumer. In scenario I shows, when the kerosene price in Kota Tangerang is Rp.2.700 then the average price gas senji is Rp. 4.154 per bottle, and Rp. 4.463 in scenario II. This price is higher Rp. 1.667 than kerosene, because of the high initial investment at gas senji filling facility. Without government subsidy, kerosene price could be Rp.5.706 so the senji price in scenario I and II is cheaper. It shows that the planning to utilize natural gas as substitute residential kerosene is potential in the economic point of view.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T41221
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roli Ananda Putra Rusli
"Persaingan yang sangat ketat antar sesama produsen kendaraan maka dibutuhkan sebuah strategi pemasaran maupun strategi secara produk salah satu yaitu dengan memunculkan keunggulan irit dalam penggunaan bahan bakar oleh sebuah kendaraan. Untuk itu dibuat dan mensimulasikan sebuah alat ?Digital Fuel Flow Consumption Meter dengan berbasis AT89C4051 ? yang digunakan sebagai standar untuk menentukan kadar konsumsi bahan bakar sebuah kendaraan melalui bahasa pemrograman Borland Delphi 7 dengan display pada PC.
Prinsip kerja alat ini ialah dengan menghubungkan antara selang bensin dengan alat ini sehingga bahan bakar yang akan terbakar harus melewati alat ini disensor menggunakan Fuel Flow Meter berdasarkan bekerja berdasarkan prinsip system switching untuk menghitung jumlah bahan bakar yang lewat, kemudian outputnya akan dimasukkan ke uCAT89C4051 yang kemudian diteruskan ke PC sebagai display nya. Pada seminar ini juga diberikan informasi singkat mengenai prinsip system bahan bakar kendaraan baik menggunakan bensin maupun solar, serta teknik sederhana dalam penghitungan konsumsi bahan bakar secara konvensional. Diharapkan penulisan ini dapat memberikan pengetahuan dasar mengenai system bahan bakar kendaraan."
2008
S40509
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Koes Martini S.W.
"Dalam kondisi perekonomian yang belum pulih dari krisis pada tahun 1997, serta situasi politik yang masih tak menentu, Pemerintah mengambil langkah kebijakan yang kurang populer di masyarakat yaitu menaikkan harga jual BBM rata-rata 12% dalam bulan Oktober 2000. Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi beban subsidi BBM dalam APBN tahun 2000, yang semula dianggarkan sebesar Rp. 22,5 trilyun (diperkirakan akan membengkak menjadi Rp. 43,5 trilyun), jumlah ini sangat besar bila dihubungkan dengan defisit anggaran tahun 1999/2000 sebesar Rp. 44,1 trilyun. Dengan kenaikan harga BBM tersebut diperhitungkan dapat menurunkan subsidi BBM sebesar Rp. 800 milyar, dan selanjutnya penghematan subsidi ini dikembalikan ke masyarakat sebagai kompensasi. Di sini Pemerintah menghadapi situasi yang dilematis, di satu sisi subsidi BBM harus diupayakan dihapus karena sangat membebani keuangan negara (APBN), di lain pihak keadaan sosial ekonomi masyarakat masih dalam keadaan yang memprihatinkan, sehingga sebagian masyarakat cenderung bereaksi menolak kebijakan tersebut.
Kondisi yang diuraikan tersebut di atas melatarbelakangi penelitian ini, yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh dampak yang ditimbulkan oleh kenaikan harga BBM dan kompensasi tersebut terhadap distribusi pendapatan rumah tangga masyarakat, dengan menggunakan peralatan analisa Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) tahun 1999. Untuk keperluan ini SNSE tahun 1999 perlu dimodifikasi dengan memunculkan Pengilangan Minyak Bumi sebagai sub sektor tersendiri, tidak lagi tergabung dalam sub sektor pertambangan lainnya.
Dari SNSE yang telah dimodifikasi tersebut kemudian dapat diketahui angka-angka pengganda, yang menggambarkan dampak dari kebijakan tersebut terhadap distribusi pendapatan rumah tangga, dalam bentuk dampak global/keseluruhan, transfer, open loop maupun close loop.
Hasil analisis menunjukkan beberapa hal berikut :
1. Dilihat dari segi kebijakan, penurunan subsidi BBM selama ini hanya ditempuh melalui intervensi terhadap harga BBM, sedangkan variabel lain yang cukup dominan dalam menentukan besarnya subsidi BBM, yaitu volume konsumsi BBM dan biaya pengadaan BBM belum pernah dijadikan alternatif pemecahan.
2. Angka-angka pengganda pada kenaikan harga BBM menunjukkan bahwa:
- Secara keseluruhan kenaikan harga BBM tersebut menurunkan pendapatan rumah tangga sebesar Rp. 20.839,33 milyar (2,65%), dengan dampak terbesar diatami oleh rumah tangga Golongan Atas dan Golongan Rendah di perkotaan, yaitu dua kelompok rumah tangga yang mendominasi penggunaan BBM sebanyak 43,69% dari konsumsi BBM nasional, dengan meliputi penduduk sebanyak 23,50% dari penduduk Indonesia.
- Secara transfer, kenaikan harga BBM belum menimbulkan dampak pada sektor-sektor pendapatan. Secara open loop, kenaikan harga BBM menurunkan pendapatan rumah tangga pada sektor neraca institusi sebesar 0,74%, dengan dampak terbesar dialami oleh rumah tangga Golongan Atas dan Golongan Rendah di perkotaan.
- Secara close loop kenaikan harga BBM menurunkan pendapatan sektorsektor pada neraca produksi sebesar 1,91%, dengan dampak terbesar dialami oleh rumah tangga Golongan Atas dan Golongan Rendah di perkotaan.
3. Angka Pengganda pada kompensasi sebesar Rp. 800 milyar. Secara keseluruhan, kompensasi Pemerintah tersebut menaikkan seluruh pendapatan rumah tangga sebesar Rp. 1.624,90 milyar atau 0,21% dari pendapatan rumah tangga semula. Kenaikan pendapatan ini terdiri dari kenaikan secara transfer sebesar Rp. 0,95 milyar (0%), secara open loop Rp. 375, 28 milyar (0,05%) dan secara close loop sebesar Rp. 1.048,67 milyar atau 0,13% dari pendapatan semula.
4. Dari penurunan pendapatan dan kenaikan pendapatan pada butir 2 dan 3 tersebut di atas diperoleh dampak netto berupa penurunan pendapatan rumah tangga sebesar Rp. 19.214,43 milyar atau 2,44% dari total pendapatan semula.
5. Kenaikan harga BBM dan pemberian kompensasi dari Pemerintah ternyata membawa dampak perbaikan pada kesenjangan pendapatan rumah tangga. Kalau sebelumnya, perbandingan rata-rata pendapatan perkapita dari masingmasing golongan rumah tangga yang terendah dengan tertinggi adalah 1:5,766, maka dengan adanya kebijakan tersebut perbandingan ini menjadi I:5,442. Dari data ini terlihat bahwa penurunan subsidi memperbaiki kesenjangan pendapatan rumah tangga, sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa subsidi BBM sebaiknya dihapuskan dan BBM diperjualbelikan dengan harga pasar.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa secara prinsip subsidi BBM perlu dihapuskan karena memperbaiki kesenjangan distribusi pendapatan rumah tangga. Namun mengingat rumah tangga masyarakat kita masih menghadapi permasalahan perekonomian, yang diindikasikan oleh tabungan masyarakat yang negatif di tahun 1999, maka pada kelompok rumah tangga masyarakat tertentu, yakni yang kurang mampu, masih perlu diberikan subsidi BBM secara langsung. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna menentukan target subsidi dimaksud beserta mekanisme pemberian subsidi yang seefektif mungkin."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T4691
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>