Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139362 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purba, Barnard Ceisaro
"Tesis ini membahas struktur dan komposisi jenis mangrove Segara Anakan, Cilacap. Penelitian kuantitatif ekologi hutan mangrove dilakukan dengan cara pencuplikan data menggunakan metode belt transek. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa struktur komunitas hutan mangrove di Segara Anakan, Cilacap merupakan hutan muda (regenerated forest) yang terdiri atas semai 72,1%, belta 27,4% dan pohon 0,5 %. Pada tingkat semai didominasi oleh Acanthus ilicifolius (INK 78,40%) dan ko-dominannya Sonneratia alba (INK 24,57%). Pada tingkat belta didominasi oleh Sonneratia alba (INK 95,32 %) dan jenis ko-dominannya adalah Avicennia marina (INK 72,74 %) dan untuk tingkat pohon didominasi oleh Sonneratia alba (INK 230,23 %) dan jenis ko-dominannya adalah Nypa fruticans (INK 37,47 %). Komposisi jenis mangrove terdiri atas 13 jenis yang semuanya merupakan principal mangrove species. Kondisi hutan mangrove pada lokasi penelitian mengindikasikan perlunya upaya perlindungan terhadap kawasan hutan sehingga memberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang membentuk komunitas hutan mangrove yang didominasi oleh tingkat pohon.

The focus of this thesis is structure and composition of mangrove species in Segara Anakan, Cilacap. Quantitative ecology studies of mangrove forest of Segara Anakan, Cilacap done by sampling data using belt transects. In the study area shows that the structure of mangrove forest communities in Segara Anakan, Cilacap is a young forest (regenerated forest) with composititon of seedling 72,1%, sapling 27,4% and tree 0,5 %. At level seedling dominated by Acanthus ilicifolius (I.V . 78,40%) and codominant species is Sonneratia alba (I.V . 24,57%). At the level of belta dominated by Sonneratia alba (I.V. 95.32%) and codominant species is Avicennia marina (I.V. 72.74%). At level of tree dominated also by Sonneratia alba (I.V. 230.23%) and codominant species is Nypa fruticans (I.V. 37.47%). The mangrove species composition consist of 13 species that are all principal mangrove species. Conditions of mangrove forest on the location of the study indicate the need for efforts to protect the forest areas so as to provide an opportunity to grow and develop being a mangrove forests that dominated by tree level."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Raditya Wardana
"Kepadatan penduduk yang meningkat secara signifikan berpotensi menyebabkan berkurangnya hutan mangrove di Segara Anakan. Pola keruangan sensitivitas penyusutan hutan mangrove di Segara Anakan dikaji berdasarkan variabel jarak dari permukiman, jarak dari tambak, sedimentasi, salinitas, dan pasang surut air laut. Penentuan bobot tiap variabel dengan menerapkan metode AHP dan analisis data. Teknik overlay petajuga digunakan untuk mengetahui tingkat sensitivitas penyusutan hutan mangrove yang kemudian dilakukan verifikasi data untuk validasi. Hasil Analisis menunjukkan bahwa pola keruangan sensitivitas wilayah tinggi terjadi di Desa Ujungalang dan Klaces, sensitivitas yang tergolong sedang terdapat di Desa Ujungalang dan Panikel, dan sensitivitas tergolong rendah terdapat di Desa Kutawaru, Panikel, Ujunggagak, dan Ujungalang.

The density of citizen increased significantly which potentially cause a decreasing of ​​mangroves forest in the Segara Anakan region. Spatial sensitivity patterns of shrinking mangroves in Segara Anakan assessed based on the variable types within distance from settlements, distance from fishponds , sedimentation, salinity, and high and tide of ocean. Each variable quality determined by applying the AHP method and data analysis occuring maps overlay technique. After overlay, data is being verificated for validating purposes. The peripheral Spatial pattern sensitivity of high level mangrove shrinking occured in Ujungalang and Klaces village, then normal level sensitivity of mangrove shrinking occured in Ujungalang and Panikel village, meanwhile lov level sensitivity of mangrove shrinking occured in Kutawaru, Ujunggagak, Panikel, and Ujungalang village."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63399
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marwoto
"Tujuan dari penelitian adalah mencoba mengidentifikasi kerusakan hutan mangrove di Segera Anakan Cilacap dan hubungannya dengan sebaran konsentrasi Klorofil A. Citra dijital langsat TM 5 bulan September 1994 dan Desember 2000 peta dijital topografi digunakan dan survey lapangan dilakukan dalam penelitian ini. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa luas hutan mangrove telah berubah dari 12056 ha menjadi 9671 ha atau menyusut 20 persen dalam kurun waktu 6 tahun. Sementara atas dasar kerapatannya sekitar 12 persen hutan mangrove telah rusak. Secara spasial tidak ada korelasi antara distribusi konsentrasi Klorofil A dengan kerapatan vegetasi mangrove. Pola arus pasang dan arus sungai diduga berpengaruh terhadap pola distribusi Klorofil A yang terbentuk. "
2003
JUGE-5-Jan2003-12
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marwoto
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T39613
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telescopium merupakan salah satu organisme yang hidup di ekosistem mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebaran T. telescopium terkait dengan interaksi pada vegetasi mangrove dan kondisi di lingkungan Segara Anakan pada bulan Januari-Maret 2014. Data vegetasi mangrove yang diperoleh dari pengamatan setiap transek kuadrat, yaitu meliputi nama spesies, jumlah tegakan masing-masing spesies, dan ukuran diameter batang setinggi dada. Parameter fisika kimia lingkungan yang diukur antara lain, suhu, salinitas, pH air, pH sedimen, nitrat, ortofosfat, TOM, dan fraksi sedimen untuk menggambarkan kondisi lingkungan. Penarikan contoh dilakukan dengan sistem sampling berdasarkan keberadaan pohon mangrove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Laguna Segara Anakan terdapat 11 jenis mangrove, jenis yang dominan adalah Avicennia Alba. Secara keseluruhan kualitas fisik kimia lingkungan di kawasan Segara Anakan masih mendukung kehidupan mangrove dan T. telescopium. Hasil analisis koresponden menunjukkan bahwa sebaran T. telescopium berkaitan dengan keberadaan vegetasi mangrove Avicennia alba dan Rhizophora stylosa. Hasil analisis kandungan unsur hara serasah menunjukkan bahwa kandungan unsur organik jenis tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan jenis lain. "
OLDI 40:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Nur Cahya Murni
"ABSTRAK
Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan yang khas terutama karena posisinya sebagai peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem laut. Kondisi lingkungan fisiknya yang sangat khusus menyebabkan ekosistem mangrove memiliki keanekaragaman hayati yang terbatas dan ekosistem ini sangat rawan terhadap adanya pengaruh luar terutama karena spesies biota pada hutan mangrove memiliki toleransi yang sempit terhadap adanya perubahan dari luar (Alikodra, 1995).
Luas hutan mangrove di Indonesia terus menyusut dan hingga saat ini tinggal + 3,24 juta ha. Penyebarannya yang terluas kurang lebih 3 juta ha di Irian Jaya dan sisanya tersebar secara sporadis di Daerah Istimewa Aceh dan propinsi-propinsi : Sumatera Utara, Jambi, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara dan Maluku (Yayasan Mangrove, 1993).
Peran serta masyarakat yang hanya terkait dengan kegiatan pemanfaatan tanpa memperhatikan kelestarian hutan mangrove, dapat merusak ekosistem hutan mangrove. Peran serta seperti ini perlu diubah, yaitu dengan cara meningkatkan kesadaran mereka untuk turut mencegah kerusakan hutan mangrove, yang meliputi kegiatan perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan secara lestari, agar manfaat hutan mangrove tersebut dapat berlangsung terus menerus.
Hutan mangrove di Segara Anakan perlu mendapat perhatian yang serius untuk dilindungi dan dilestarikan, mengingat semakin meningkatnya permasalahan yang mengancam keberadaannya. Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan hutan mangrove di Segara Anakan adalah (ASEAN/US, 1992):
1. Penyusutan hutan mangrove karena diambil kayunya oleh masyarakat sekitar untuk bahan bangunan dan kayu bakar, serta adanya konversi hutan mangrove untuk lahan pertanian dan empang (tambak). Di antara tahun 1974-1978 telah terjadi kerusakan hutan mangrove kurang lebih 1.454 ha.
2. Belum mantapnya koordinasi dan masih lemahnya sistem informasi serta adanya tumpang tindih fungsi antar instansi yang terkait dalam pengelolaan hutan mangrove, sehingga menyebabkan ketidakjelasan wewenang dan tanggung jawab serta yurisdiksinya.
3. Banyaknya tanah timbul yang belum jelas status dan peruntukannya, mengakibatkan pemanfaatan yang kurang benar dan atau tidak terkendali. Hal ini juga mempengaruhi status kepemilikan lahan di beberapa kawasan di Segara Anakan, seperti kawasan Perum Perhutani, tanah milik penduduk dan Kawasan Nusakambangan.
4. Kondisi jalan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan air bersih sangat terbatas.
5. Pendidikan masyarakat yang masih rendah serta kurangnya persepsi masyarakat tentang arti penting hutan mangrove dan terbatasnya kesempatan yang diberikan oleh Pemerintah kepada masyarakat untuk berperan serta dalam pengelolaan hutan mangrove, menyebabkan kurangnya peran serta masyarakat dalam upaya perlindungan dan pelestarian hutan mangrove.
Keberadaan hutan mangrove Segara Anakan saat ini mendapat ancaman yang sangat serius, karena di samping adanya pemanfaatan oleh masyarakat, seperti dilakukannya penebangan kayu mangrove untuk kayu bakar dan bahan bangunan tanpa dilakukan usaha rehabilitasi, juga adanya usaha membuka hutan mangrove untuk tambak dan kegiatan pertanian lainnya. Guna menjamin berlangsungnya kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan kelestarian potensi perairan laut akan produksi ikan, diperlukan pengaturan dan pengelolaan yang menjamin kelestarian hutan mangrove.
Oleh karena itu saya melakukan penelitian dengan judul Pengembangan Peranserta Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Mangrove. Maksud dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menyusun tesis sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Magister Sains (MSi) Ilmu Lingkungan pada Program Pascasarjana Universitas Indonesia, dengan tujuan untuk menghasilkan konsep pengembangan peran serta masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove.
Atas dasar hasil penelitian tersebut, ditetapkan pengembangan peran serta masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove yang bertujuan untuk meningkatkan sosial ekonomi masyarakat dan melindungi serta melestarikan hutan mangrove, melalui strategi yang meliputi, peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat, kelembagaan dan pentaatan pelaksanaan peraturan perundang-undangan, yang ketiganya sangat ditentukan oleh kemampuan sumberdaya manusia.
Untuk melaksanakan strategi tersebut, masing-masing dilakukan dengan :
1. Pengembangan kualitas sumber daya manusia melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan yang mencakup perlindungan, pelestarian, penelitian dan pemanfaatan dalam pengelolaan hutan mangrove.
2. Pengembangan sosial ekonomi masyarakat melalui sistem empang parit (silvofishery).
3. Pengembangan kelembagaan dengan meningkatkan tugas dan fungsi lembaga-lembaga yang ada di daerah penelitian dan secara langsung melibatkan peran serta masyarakat dengan membentuk Kelompok Tani Hutan Mangrove (KTH Mangrove).
4. Pengembangan pentaatan pelaksanaan peraturan perundangundangan melalui pemasyarakatan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan pengelolaan hutan mangrove serta mempertegas pelaksanaan sanksi terhadap pelanggar atau perusak hutan mangrove.
Berdasarkan temuan-temuan tersebut dapat disimpulkan :
1. Kondisi hutan mangrove yang ada di daerah penelitian telah mengalami kerusakan dan luasnya mengalami penyusutan, baik diakibatkan oleh adanya penebangan secara ilegal, maupun usaha konversi lahan mangrove untuk kegiatan lain seperti pertambakan dan pertanian.
2. Kerusakan dan penyusutan hutan mangrove di daerah penelitian erat kaitannya dengan peran serta masyarakat, di mana mereka hanya memanfaatkan hutan mangrove tanpa mempertimbangkan aspek kelestariannya.
3. Pada umumnya kondisi masyarakat Segara Anakan berpendidikan rendah, kondisi sosial ekonomi rendah dan persepsi terhadap konservasi rendah.
4. Kondisi kelembagaan di daerah penelitian belum berjalan secara optimal, demikian juga pentaatan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan
5. Berdasarkan hal tersebut di atas (angka 1,2,3 dan 4) perlu dikembangkan konsep peran serta masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove yang meliputi :
a. Pengembangan sumber daya manusia melalui, pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kepada masyarakat, menggunakan Cara Training of Trainers.
b. Pengembangan sosial-ekonomi masyarakat melalui kegiatan empang parit (silvofishery).
c. Pengembangan kelembagaan dengan menambah struktur organisasi di tingkat kecamatan sebagai upaya untuk lebih mendekatkan jangkauan pembinaan kepada masyarakat dan peningkatan tugas serta fungsi lembaga yang telah ada baik formal maupun informal.
d. Pengembangan pentaatan pelaksanaan peraturan perundang-undangan melalui upaya pemasyarakatan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan hutan mangrove serta pelaksanaan sanksi yang tegas terhadap para pelanggar. Upaya penaatan ini dilakukan secara menyeluruh dan terkoordinasi baik kepada masyarakat maupun aparat pemerintah.
6. Perlu ditingkatkannya kemampuan aparatur Pemerintah Daerah dan koordinasi antar instansi terkait di Segara Anakan.

ABSTRACT
Mangrove forest is a special forest ecosystem due to, mainly, its position as a transition between terrestrial ecosystem and marine ecosystem. Its physical environmental condition which is very special has caused the mangrove ecosystem to possess limited biodiversity and this ecosystem is very fragile towards the presence of external influences, especially since the biota species in mangrove forest have limited tolerance towards the presence of changes from outside (Alikodra, 1995).
Mangrove forests in Indonesia is ever decreasing in size and at present only 3.24 million ha remain. The most extensive distribution is about 3 million ha in Irian Jaya and the remainder are scattered sporadically in areas of special territory of Aceh and provinces, including : North Sumatera, Jambi, Riau, West Sumatera, South Sumatera, Bengkulu, Lampung, West Kalimantan, Central Kalimantan, East Kalimantan, South Kalimantan, DKI Jakarta, West Java, Central Jawa, East Jawa, Bali, West Nusa Tenggara, East Nusa Tenggara, South Sulawesi, Central Sulawesi, South-east Sulawesi, North Sulawesi and Maluku (Yayasan Mangrove, 1993).
Community participation that is only related to exploitation activities without observing the preservation of the mangrove forest may destroy the mangrove forest ecosystem. This participation should be changed, namely by raising the awareness to participate in preventing mangrove forest destruction covering activities like protection, preservation and utilization in a proper can manner so that the benefit arising from the mangrove forest can be harvested continuously.
The mangrove forest in Segara Anakan needs serious attention to protect and preserve its existence, since increasing problems threatened its very existence. Several problems related to its management include (ASEAN/US, 1992) :
1. The mangrove forest is reduced in size, due to the need of wood as building material and energy source of the surrounding community, as well as its conversion into agricultural land and fish ponds. Between 1974-1987 some 1.454 ha of mangrove forest was destroyed.
2. The lack of coordination and weak information system As well as overlapping functions between related institutions in mangrove forest management resulted in obscure authority, responsibility and respective jurisdiction.
3. The unclear status of land and its respective allocations, resulted in improper utilization and or uncontrollable situation. These, also influenced the ownership of land in several areas of Segara Anakan, like Perum Perhutani complex, inhabitants ownership and the Nusakambangan complex.
4. The condition of roads, health facilities, educational facilities and clean water is very much limited.
5. The community educational level that is still low as well as the lack of community perception as to important meanings of the mangrove forest. resulted in limited community participation in endeavors of protection and preservation of mangrove forest.
Segara Anakan mangrove forest is at present being seriously threatened because besides. Its utilization by the community without rehabilitation efforts, there is also the activity of clearing and opening up the mangrove forest for fish ponds or other agricultural activities. To guarantee the continuation of community socio-economic life and coastal marine potential preservation of fish production proper management and regulations are needed that will guarantee the preservation of mangrove forest.
Hence, this study : Community participation in mangrove forests management" is carried out. The purpose of this study is to formulate a thesis as a requirement to obtain a Master of Science degree (MSi) in Environmental Sciences at the Postgraduate Program University of Indonesia. The objective is to produce a community participation development concept in mangrove forest management.
Based on the results of the study, community participation development in mangrove management is determined. The objective is to promote community socio-economic status and protect as well as preserve the mangrove forest through a strategy that covers the promotion of community socio-economic condition, institution and observance of laws and regulation implementation, all of which are very much dependent on the capacity of human resources.
To implement the strategy, each is carried out by :
1. Development of human resource quality by way of education and training activities as well as communication, information and education which cover protection, preservation, research and utilization in mangrove forest management.
2. Community socio-economic development by way of silvo-fishery system.
3. Institutional development by improving the task and functions of available institutions in the study area and directly involve community participation by establishing mangrove forest farmers group.
4. Laws and regulations implementation observance development by way of popularization of laws and regulations relating to mangrove forest management as well as stressing the implementation of sanctions towards trespassers or mangrove forest destroyers.
Based on the findings of the study, the following conclusions were made :
1. The mangrove forest condition in the study area has suffered damage and its size is reduced, both due to illegal felling and efforts towards conversing the mangrove grounds for agricultural and fish ponds purposes.
2. Mangrove forest damage and reduction in the study area is closely related to community participation, such as mangrove utilization without considering the aspects of preservation.
3. The condition of socio-economic, education and perception the local community in the study area are limited.
4. The capability of institution and law enforcement in the study area are weakness.
5. Based on the finding of the study, the following conclusions for development of human participation for the mangrove forest management :
a. Human resource development by way of education, training and communication, information and education to the community using the "Training Of the Trainers" method.
b. Community socio-economic development by way of silvofishery.
c. Institutional development as well as for the kecamatan level by raising the duty and .functions of available institutions both formal as well as informal.
d. Laws and regulations implementation observance development by way of popularization endeavours of laws and regulations related to mangrove forest management as well as strict sanctions implementation toward trespassers. This observance endeavours is carried out in a comprehensive and coordinated manner, both to the community as well as government apparatus.
6. To develop the capability of government apparatus and coordination between related institutions for management of Segara Anakan.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azmi Al Bahij
"Kawasan Segara Anakan merupakan habitat mangrove yang masih lengkap berdasarkan formasi vegetasinya. Keberadaan mangrove mempunyai manfaat bagi masyarakat pesisir. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai Januari 2011. Penelitian ini untuk melihat perubahan secara kuantitatif dan spasial, prediksi trend perubahan luasan hutan mangrove, dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kawasan Segara Anakan, Kelurahan Kotawaru, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu analisis Overlay dan diskriptif kuantitatif dengan pendekatan survei. Analisis statistik yang digunakan adalah Regresi Linear Sederhana dan Berganda.
Hasil penelitian menunjukkan terjadi penyusutan luasan hutan mangrove, tahun 1991 (5.900 ha), tahun 2001 (5.200 ha), tahun 2005 (3.900 ha), dan tahun 2010 (3.600 ha). Berdasarkan persamaan linear sederhana, di prediksi luasan hutan di Kawasan Segara Anakan akan menjadi 0 ha pada tahun 2033. Berdasarkan persamaan linear berganda menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara pendidikan, pendapatan, dan pengetahuan masyarakat terhadap partisipasi dalam pelestarian hutan mangrove di Kelurahan Kotawaru, Cilacap, Jawa Tengah.

Segara Anakan Region is the habitat of mangrove which is still complete based on vegetation formation. The existence of mangrove has some advantages for the coastal inhabitants. The research has been accomplished in December 2010 - January 2011. The objectives of the research are to find out the quantitative and spatial changes, and the prediction in the change of mangrove area, and is to see the community's participation in conserving the mangrove in Segara Anakan Region, Kotawaru, Cilacap, Central Java, Indonesia. The method used in the research are analysis of overlay, descriptive with Surveys approach. The statistic analysis used is Simple and Multiple Regression Linear.
The research indicated that the mangrove area has decreased, in year 1991 (5.900 ha), 2001 (5.200 ha), 2005 (3.900 ha), and 2010 (3.600 ha). Based on the Simple Linear Equation, the mangrove will be predicted to become 0 ha in 2033. Based on the statistic analyses indicates that there is a positive relation between education, income, community?s knowledge to the community?s participation in conserving mangrove in Kotawaru, Cilacap, Central Java, Indonesia.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T30423
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anang Dwi Purwanto
"Kondisi hutan mangrove di Segara Anakan, Cilacap saat ini semakin mengalami penurunan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model dinamika spasial perubahan hutan mangrove pada tahun 1987-2016 dan membuat model prediksi penutup hutan mangrove pada tahun 2031 di Segara Anakan, Cilacap dengan skenario bebas dan skenario RTRW. Citra satelit yang digunakan adalah citra seperti SPOT 1 akusisi tahun 1987, Landsat 7 ETM akusisi tahun 2003 dan Landsat 8 OLI akusisi tahun 2016. Metode yang digunakan adalah Markov Chain-Cellular Automata dengan beberapa faktor pendorong di antaranya jarak dari pemukiman, kepadatan penduduk, jarak dari jalan, jarak dari sungai, jarak dari pusat kegiatan, sedimentasi dan salinitas.
Hasil penelitian ini menunjukkan pada tahun 1987-2016 hutan mangrove lebih banyak dikonversi menjadi sawah dan ladang. Penambahan lahan hutan mangrove dari penutup lahan lainnya berasal dari perairan. Prediksi hutan mangrove pada tahun 2031 menunjukkan adanya penurunan luasan yang signifikan yaitu sebesar 64 skenario bebas , sedangkan prediksi hutan mangrove tahun 2031 skenario RTRW menunjukkan adanya sedikit peningkatan luasan hutan mangrove sebesar 1,33 . Model prediksi hutan mangrove dengan skenario RTRW lebih dapat mempertahankan kawasan hutan mangrove dari berbagai ancaman dan gangguan dari penutup lahan lainnya dibandingkan dengan model prediksi dengan skenario bebas.

The condition of mangrove forest in Segara Anakan, Cilacap is now decreasing both qualitatively and quantitatively. This study aims to create a model of distribution changes of mangrove forests in 1987 2016 and forecast the distribution of mangrove forests in 2031 in Segara Anakan, Cilacap. Satellite imagery that used such imagery SPOT 1 in 1987, Landsat 7 ETM in 2003 and Landsat 8 OLI 2016. The method used is a Markov Chain, Cellular Automata with driving factors such as distance from settlements, population density, distance from the road, distance from the river, the distance from the center of activity, sedimentation and salinity.
The results of this study indicate that in 1987 2016 mangrove forests converted more into rice fields and fields. The addition of mangrove forest area comes from the waters. The prediction of mangrove forest distribution in 2031 with free scenario shows a significant decrease in mangrove forest area and increasing number of rice fields and dry lands. The predicted distribution of mangrove forests in 2031 with the RTRW scenario shows a slight increase in mangrove forest area and reduced rice fields and dry lands. Predicted models with RTRW scenarios can defend mangrove forest areas from various threats and disturbances from other land cover than prediction models with free scenarios.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandoko Sanjatmiko
Depok: Departemen Antropologi FISIP Universitas Indonesia, 2017
302 PRI k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandoko Sanjatmiko
Depok: Departemen Antropologi FISIP Universitas Indonesia, 2017
302 PRI k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>