Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82192 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adilla Zharifa Putri Ramandani
"Dalam beberapa tahun terakhir, bencana banjir menunjukkan peningkatan frekuensi di DKI Jakarta. Penelitian ini ingin mengetahui persepsi warga DKI Jakarta mengenai risiko dari banjir serta hubungannya dengan kualitas hidup (QoL). Penelitian dilakukan terhadap 443 partisipan dengan karakteristik berusia 18-60 tahun dan tinggal di DKI Jakarta. Setengah dari partisipan melaporkan pernah mengalami banjir dan rata-rata persepsi risiko banjir ditemukan cukup tinggi. Meskipun begitu, analisis regresi sederhana menemukan bahwa persepsi risiko banjir tidak memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kualitas hidup. Hasil penelitian dapat menjadi peringatan bagi pihak-pihak terkait untuk meningkatkan tindakan preventif dan respons protektif terhadap banjir di DKI Jakarta untuk menghindari dampak yang lebih buruk pada kualitas hidup warganya.

In recent years, floods are seen to increase in frequency around DKI Jakarta. This research aims to study the perception of DKI Jakarta residents regarding risks of floods and its relationship with their quality of life (QoL). This research was carried out on 443 participants between the age of 18-60 years old and live in DKI Jakarta. Half of the participants had flood experience and the average score of flood risk perception is found to be fairly high. However, simple regression analysis revealed that flood risk perception did not contribute significantly to quality of life. Present findings serve as a warning to related parties to improve preventive and protective measures toward flooding in DKI Jakarta to avoid possible worse impacts on the residents’ quality of life."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiz Al Islam
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji ketergantungan spasial dari kualitas hidup berdasarkan angka kepadatan penduduk. Pengambilan data dilakukan secara daring kepada penduduk DKI Jakarta yang berusia dewasa yakni di atas 18 tahun. Kualitas hidup diukur dengan menggunakan alat ukur The World Health Organization Quality of Life - Bref (WHOQOL-Bref) dan angka kepadatan penduduk setiap kelurahan diambil dari portal Jakarta Open Data. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis spasial seperti autokorelasi spasial dan regresi spasial dengan menggunakan bantuan aplikasi Quantum GIS, GeoDa, dan ArcGIS. Penelitian ini menemukan bahwa domain kesehatan fisik, keadaan psikologis, dan lingkungan dari kualitas hidup memiliki ketergantungan spasial dan membentuk pola berkelompok. Ditemukan juga peran dari kepadatan penduduk yang memprediksi ketergantungan spasial tersebut.

This study aims to examine the spatial dependence of quality of life based on population density. The research data was obtained by spreading online questionnaires to residents of DKI Jakarta who are aged over 18 years old. Quality of life was measured using the World Health Organization Quality of Life - Bref (WHOQOL-Bref) measuring instrument and the data of population density of each kelurahan was taken from the Jakarta Open Data portal. This research was conducted using descriptive analysis and spatial analysis such as spatial autocorrelation and spatial regression by using Quantum GIS, GeoDa, and ArcGIS applications. This study found that the domains of physical health, psychological, and environment of quality of life have spatial dependence and geographically form clustered patterns. It is also found that the role of population density predicts spatial dependence."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kwari Januar
"Pendahuluan: Osteogenesis imperfecta(OI) merupakan penyakit langka dengan dampak yang luas. Anak dengan OI mengalami gangguan mobilitas dan deformitas karena fraktur multipel dan berulang, memiliki masalah psikososial, masalah mental emosional juga masalah ekonomi (finansial) sebagai dampak tidak langsung, hingga akhirnya berpengaruh terhadap kualitas hidup. Klasifikasi OI berdasarkan keparahan klinis yakni ringan-sedang dan berat. Keparahan klinis OI berkorelasi dengan beratnya penyakit. Sejauh ini belum ada penelitian yang fokus terhadap aspek holistik dan korelasinya dengan QoL OI.
Metode: Penelitian potong lintang secara daring dilaksanakan dari Agustus 2020 hingga Desember 2020 menggunakan berbagai kuesioner (PEDS QL 4.0 untuk QoL, SDQ untuk masalah mental emosional, PSC untuk masalah psikososial dan World Bank untuk evaluasi masalah finansial) pasien OI umur 4-18 tahun. Selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui faktor mana yang lebih berpengaruh.
Hasil: Lima puluh subjek ikut serta dalam penelitian ini. Kualitas hidup berhubungan dengan keparahan penyakit berdasarkan laporan orangtua p=0.029 PR=5.474, kepatuhan terapi bisfosfonat memengaruhi QoL berdasarkan laporan anak p=0.043 PR=3.167 sementara keparahan OI tidak memengaruhi masalah mental emosional, psikososial dan ekonomi. Penurunan QoL berhubungan dengan masalah fisik dan psikososial menurut laporan anak dan laporan orangtua.
Kesimpulan: Keparahan klinis OI berhubungan dengan QoL yang rendah, tidak ditemukan masalah psikososial, mental emosional dan ekonomi.

Introduction: Osteogenesis Imperfecta (OI) is a rare disease with multiple impact. Children with OI have mobility disorder and deformity due to multiple and recurrent fractures, psychosocial problems, mental emotional problems and also socioeconomic problem (financial) as indirect results, which could affect Quality of Life (QoL). OI classification according to clinical severity level mild-moderate and severe. Clinical severity of OI correlate with disease burden. No research focus on holistic aspect and it correlation with OI QoL.
Methods: We conducted a cross sectional research via daring from August 2020 to December 2020 using multiple questionnaires (PEDS QL 4.0 for QoL, SDQ for mental emotional problems, PSC for psychosocial problems and World Bank for assessing financial problems) to OI patients age 4-18 years. After obtain the QoL value, we conducted analysis to reveal most influencing factors.
Results: Fifty subjects participated in this research. QoL have association with severity of disease according to parent report p=0.029 PR=5.474, bisphosphonate compliance according to children report p=0.043 PR=3.167), OI severity has no association with mental emotional, psychosocial and economic. QoL decrease associated with physical and psychosocial problems.
Conclusion: Osteogenesis imperfecta severity associate with low QoL, without affect mental emotional, psychosocial and economic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edesia Sekarwiri
"Penelitian ini berusaha untuk melihat hubungan antara kualitas hidup dan sense of community pada penduduk DKI Jakarta yang tinggal di daerah rawan banjir. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kuantitatif dengan desain korelasional (correlational research design). Sampel dari penelitian ini adalah 128 warga yang tinggal di Bidaracina dan Kampung Melayu. Penelitian ini menggunakan dua buah alat ukur yaitu World Health Organization Quality of Life (WHOQOL - BREF) yang dikembangkan oleh WHO dan Sense of Community Index (SCI) yang dikembangkan dari teori sense of community yang dibuat oleh McMillan dan Chavis (1986). Hasil yang di dapat adalah dimensi yang paling mempengaruhi kualitas hidup adalah dimensi kesehatan fisik. Selain itu, juga didapat bahwa rata - rata subjek memiliki sense of community yang tinggi. Berdasarkan hasil uji korelasi antara skor dimensi kualitas hidup dan skor dimensi sense of community, terlihat bahwa ada hubungan yang signifikan antara kualitas hidup dan sense of community, dengan r = 0,174 - 0,283 pada level 0,05 dan 0,01 pada warga yang tinggal di daerah rawan banjir. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas hidup dan sense of community. Saran bagi penelitian lanjutan adalah dengan melakukan analisa faktor untuk mengetahui lebih lanjut hubungan kualitas hidup dan sense of community.

This research explored relationships between quality of life and sense of community of people who lives in flooding area in Jakarta, Indonesia. This was a quantitave research and used a correlational research design. The participant of this research were 128 people. This research used two instrument which are World Health Organization Quality of Life (WHOQOL - BREF) from WHO and Sense of Community Index (SCI) that developed from sense of community's by McMillan and Chavis (1986). This research found that the most influential dimension in quality of life is physical. Beside that, we also found that subjek on average have a high sense of community. Based on result of correlational test between score dimension quality of life and dimension sense of community indicates that significant correlation between quality of life and sense of community, with r = 0,174 until 0, 283 and significant at l.o.s 0,005 and 0,001. So, there is a positive correlation between quality of life and sense of community. It is suggested that future researches use factor analysis to explore further about the relationship between quality of life and sense of community.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
362.2 SEK h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Angelia Merianty
"Sungai Ciliwung sebagai sungai yang paling berdampak di Ibukota DKI Jakarta diketahui memiliki kualitas air yang buruk. Tidak hanya itu, daerah di sekitarnya pun diketahui memiliki kadar oksigen, penataan ruang, penggunaan lahan, dan kebersihan lingkungan yang buruk. Kondisi Sungai Ciliwung yang buruk dan rawan banjir ini dapat berdampak pada kepuasan hidup penduduk di sekitarnya. Penelitian ini dilakukan pada penduduk di sekitar Sungai Ciliwung (N=248) dengan menggunakan alat ukur Perceived Residential Environment Scale dan The Satisfaction with Life Scale. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kualitas lingkungan tempat tinggal yang dirasakan dan kepuasan hidup penduduk. Selain itu, penelitian ini juga ingin melihat peran ketergantungan spasial dalam hubungan kedua variabel tersebut di tingkat kelurahan (N=84). Hasil analisis dengan menggunakan Pearson Correlation menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kualitas lingkungan tempat tinggal yang dirasakan dan kepuasan hidup (r=0,308, p<0,01). Penelitian ini juga menemukan bahwa hubungan kualitas lingkungan tempat tinggal yang dirasakan dan kepuasan hidup di tingkat kelurahan tidak diprediksi oleh ketergantungan spasial. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kepuasan hidup pada kelurahan di sekitar Sungai Ciliwung hanya diprediksi langsung oleh kualitas lingkungan tempat tinggal (R2=0,17, p=0,000). Dengan adanya limitasi yang dimiliki, diperlukan penelitian lebih lanjut terkait topik ini.

The most impactful river, Ciliwung, is known as a river that has poor quality of the water. The surrounding area of the river is also known has poor condition of oxygen levels, public space layout, land use, and environmental hygiene. This poor condition and high risk of flood could impact the life satisfaction level of the residents around the river. Was conducted on 248 residents around the Ciliwung River and was measured using The Perceived Residential Environment Scale and The Satisfaction with Life Scale, this study aims to investigate the relationship of perceived residential environment quality and life satisfaction. In addition, this study also aims to investigate the role of spatial dependence in the relationship between the two variables at urban village level (N=84). The results of Pearson Correlation analysis showed that there is a significant positive relationship between perceived residential environment quality and life satisfaction (r=0,308, p<0,01). This study also found that the relationship between perceived residential environment quality and life satisfaction is not predicted by spatial dependence. This result indicates that life satisfaction at urban village level around the Ciliwung River is predicted by the perceived residential environment quality directly (R2=0,17, p=0,000). Given the limitations of this study, further research is needed on this related topic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Larastika Riyanto
"Latar Belakang. Epilepsi lobus temporal (ELT) merupakan salah satu sindrom epilepsi yang paling banyak ditemukan dengan proporsi mencapai 20% dari seluruh pasien dengan epilepsi. Sebanyak lebih dari 50% pasien ELT tidak berespon dengan pemberian obat anti bangkitan (OAB) monoterapi pertama kali, sehingga akan memerlukan penggantian bahkan hingga kombinasi dengan 2 atau lebih OAB. Tujuan dari pemberian OAB pada pasien ELT selain untuk mengontrol bangkitan dengan efek samping yang minimal adalah untuk memperbaiki kualitas hidup pada pasien. Berbagai faktor terkait dengan penggunaan OAB dapat berhubungan dengan kualitas hidup pasien dan tujuan dari studi ini adalah untuk menilai lebih lanjut hubungan tersebut.
Metode. Studi ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan pada April hingga Desember 2023 di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Kriteria inklusi pada penelitian ini meliputi pasien yang sudah terdiagnosis ELT oleh dokter spesialis neurologi, berusia 18 tahun atau lebih, dan telah menggunakan regimen OAB yang sama selama 1 bulan terakhir. Kriteria eksklusi penelitian ini meliputi pasien dengan epilepsi multifokal serta tidak dapat melengkapi pengisian instrumen penilaian kualitas hidup yaitu Quality of Life in Epilepsy Inventory-31 (QOLIE-31) secara mandiri. Penelitian ini telah mendapatkan ijin etik dari Komite Etik Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hasil. Sebanyak total 100 subjek berpartisipasi pada studi ini dengan sebagian besar berjenis kelamin perempuan (58%) dengan median usia 30 (18-65) tahun. Mayoritas pasien ELT memiliki etiologi sklerosis hipokampus dan frekuensi bangkitan dalam 1 bulan yaitu dengan median 1 (0-34) kali. Sebanyak 70% subjek menggunakan regimen politerapi dengan kombinasi 2 jenis obat menempati proporsi terbanyak (41%). Penggunaan OAB generasi lama lebih banyak dibandingkan dengan generasi baru. Rerata skor kualitas hidup total pada subjek yaitu 61.46 (±1.63). Penggunaan karbamazepin diketahui secara independen berhubungan dengan skor kualitas hidup total yang lebih baik serta utamanya pada domain kekhawatiran akan bangkitan dan fungsi sosial. Penggunaan topiramat didapatkan berhubungan dengan rendahnya skor kualitas hidup pada domain kognitif, efek pengobatan, dan fungsi sosial. Didapatkan pula hubungan yang bermakna pada penggunaan levetirasetam dengan rendahnya skor kualitas hidup pada domain tingkat energi/kelelahan.
Kesimpulan. Penggunaan politerapi merupakan praktik yang sering didapatkan pada pasien dengan ELT. Beberapa faktor terkait pemilihan OAB pada pasien diketahui berhubungan dengan kualitas hidup secara keseluruhan maupun pada beberapa domain spesifik. Penting untuk klinisi dapat mempertimbangkan faktor kualitas hidup pasien sebelum menentukan pemberian OAB yang terbaik.

Background. Temporal lobe epilepsy (TLE) is one of the most common epilepsy syndrome encountered in daily clinical practice with more than 20% proportion out of all epilepsy population. More than 50% of TLE patients do not respond well with the first antiepileptic drug (AED) and required switching or even addition with two or even more drugs. The goal of AED administration should not only be focused on seizure control and minimizing the adverse drug reaction, rather also to consider patients’ quality of life. Multiple factors related to AED administration was known to affect patients’ quality of life, and so the purpose of this study is to assess that relationship in Indonesian ELT population.
Methods. This is a cross-sectional study conducted on April to December 2023 in Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital. The inclusion criteria for this study were patient diagnosed with TLE by a neurologist, aged 18 or above, and had been using the same AED regimen for at least the last month. The exclusion criteria were multifocal epilepsy as well as patients who could not completed the quality of life questionnaire QOLIE-31 independently. This study had gain ethical approval form Ethical Commission, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia
Result. A total of 100 subjects were recruited in this study, most of them were female (58%) with the median age of 30 (18-65) years old. The majority of patients had hippocampal sclerosis as the etiology and the seizure frequency during the last month had the median score of 1 (0-34) times. As many as 70% of the subjects were using polytherapy with most of them were using 2 kind of AED. The mean total score for QOLIE-31 was 61.46 (±1.63) out of 100. Several factors related to AED administration were known to be associated with the quality of life. The use of carbamazepine was independently associated with a better total score of QOLIE-31, especially in the seizure worry and social function domain. Topiramate administration was also associated with the lowering of quality of life score in cognitive, medication effect, and social effect domain. There is also a statistically significant association between levetiracetam consumption and the low score in energy domain.
Conclusion. The use of polytherapy was vastly encountered in the clinical practice for TLE patients. Several factors of AED selection were associated with the overall quality of life and to some extend in several specific domain. It is crucial for clinical to also consider the quality of life as determining factor for choosing the appropriate AED for every patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Insan Imani
"Ekonomi berbagi merupakan sistem ekonomi yang menyediakan pemanfaatan sumber daya secara kolaboratif dengan tujuan meningkatkan pemanfaatan aset secara optimal. Perpustakaan menjadi contoh historikal dari penerapan ekonomi berbagi. Praktik ekonomi berbagi di perpustakaan belum disadari secara signifikan oleh pengguna meskipun perpustakaan telah mengimplementasikan layanan terkait. Studi ini dilakukan untuk menganalisis persepsi pemustaka terkait peran perpustakaan umum pada era ekonomi berbagi serta memberikan preferensi nilai yang dianggap relatif lebih penting bagi Perpustakaan Umum di Provinsi DKI Jakarta. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan penyebaran survei kepada 248 responden di lima perpustakaan umum di Provinsi DKI Jakarta, yakni Perpustakaan Cikini, Perpustakaan Kota Administrasi Jakarta Timur, Perpustakaan Kota Administrasi Jakarta Pusat, Perpustakaan Kota Administrasi Jakarta Barat, dan Perpustakaan Kota Administrasi Jakarta Utara. Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) juga digunakan untuk mengidentifikasi nilai dan peran prioritas dari setiap perpustakaan dengan menghitung bobot tertimbang dari setiap jawaban responden. Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas pemustaka tidak mengetahui konsep ekonomi berbagi, tetapi menilai adanya kesamaan konsep yang ditawarkan antara perpustakaan umum dan ekonomi berbagi. Karakteristik personal pemustaka seperti frekuensi kunjungan dan wilayah perpustakaan turut mempengaruhi persepsi atas konsep dan peran perpustakaan umum di era ekonomi berbagi. Secara keseluruhan kelima Perpustakaan Umum di Provinsi DKI Jakarta memiliki tingkatan persepsi berbeda-beda terhadap implementasi peran perpustakaan umum pada era ekonomi berbagi.

The sharing economy is an economic system that facilitates the collaborative utilization of resources to optimize asset usage. Libraries represent a historical example of the application of the sharing economy. Despite libraries implementing related services, users have not fully realized the significance of sharing economy practices in libraries. This study was conducted to analyze library users' perceptions regarding the role of public libraries in the era of the sharing economy and to determine the relative value preferences considered necessary for Public Libraries in the DKI Jakarta Province. The research method employed a quantitative approach with surveys distributed to 248 respondents across five public libraries in the DKI Jakarta Province, including Cikini Library, East Jakarta City Administration Library, Central Jakarta City Administration Library, West Jakarta City Administration Library, and North Jakarta City Administration Library. The Analytic Hierarchy Process (AHP) method was also utilized to identify each library's priority values and roles by calculating the weighted scores of each respondent's answers. The study reveals that most library users are unaware of the concept of a sharing economy. Yet, they recognize the similarities between the offerings of public libraries and the sharing economy. Personal characteristics of library users, such as visit frequency and location, influence their perceptions of the concept and role of public libraries in the sharing economy era. Overall, the five Public Libraries in DKI Jakarta Province exhibit varying levels of perception towards implementing the public library's role in the era of the sharing economy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Hana Ashillah
"Latar Belakang: Pada tahun 2019, air sumur menjadi sumber air bersih utama bagi 76,18% rumah tangga di Indonesia, tetapi Provinsi DKI Jakarta menjadi wilayah dengan nilai Indeks Kualitas Air terendah ke-3 di Indonesia. Tujuan: Menganalisis hubungan antara faktor topografi, sosio-demografi, dan kejadian banjir terhadap kualitas air sumur di Provinsi DKI Jakarta tahun 2017-2019. Metode: Desain studi ekologi dengan menggunakan data sekunder dan unit analisis kelurahan yang berjumlah 261. Analisis data menggunakan uji korelasi dan analisis spasial. Hasil: Kualitas air sumur selama kurun waktu 2017-2019 di wilayah Provinsi DKI Jakarta sebagian besar tidak memenuhi syarat sebanyak lebih dari 83%. Wilayah yang kualitas air sumurnya rentan tercemar adalah Kota Jakarta Utara. Faktor yang berhubungan signifikan terhadap kualitas air sumur adalah ketinggian wilayah (p = <0,001), kepadatan penduduk (p = 0,015), dan tingkat pendidikan rendah (p = 0,028). Kesimpulan: Kualitas air sumur di Provinsi DKI Jakarta tahun 2017-2019 sebagian besar tidak memenuhi syarat dengan faktor risiko berupa ketinggian wilayah, kepadatan penduduk, dan tingkat pendidikan. Saran: Pemerintah daerah dan swasta dapat berkolaborasi untuk memperluas jaringan air perpipaan agar kualitas air lebih terjamin serta melakukan publikasi dan edukasi kepada masyarakat terkait kondisi air sumur, pencegahan, serta cara mengatasi pencemaran air sumur.

Background: In 2019, well water was the primary clean water source for 76.18% of Indonesian households, but DKI Jakarta had the third-lowest Water Quality Index in Indonesia. Objective: To analyzed the impact of topographic, socio-demographic factors, and flood events on well water quality in DKI Jakarta from 2017 to 2019. Methods: Ecological study design used secondary data and analysis units consisting of 261 sub-districts. Data analysis used correlation tests and spatial analysis. Results: The quality of well water during the 2017-2019 period in the DKI Jakarta Province area mostly did not meet the standards by more than 83%. The area with vulnerable well water quality was North Jakarta City. Factors significantly related to well water quality were altitude (p = <0.001), population density (p = 0.015), and low education level (p = 0.028). Conclusion: Well water quality in DKI Jakarta from 2017 to 2019 was mostly substandard due to elevation, population density, and education levels. Recommendation: Local governments and private sectors should expand the piped water network and educate the public on well water quality, prevention, and solutions.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Amanatunnawfal Ammar
"Banjir di perkotaan menjadi masalah, biasanya dapat mempengaruhi aktivitas-aktivitas antropogenik. Penduduk di negara berkembang biasanya memiliki persepsi risiko yang rendah. Oleh karenanya penting untuk dibahas mengenai bagaimana manusia menangani banjir di Pasar Minggu dan bagaimana persepsi risikonya. Diserahkannya informasi mengenai persepsi risiko banjir oleh penduduk penting untuk dibahas karena akan menggambarkan bagaimana proses berpikir seseorang yang melakukan tindakan mitigasi banjir baik secara kolektif maupun individu. Lanskap permukiman yang mengandung lanskap bahaya dan perkotaan diambil sebagai faktor utama. Dengan metode kualitatif keruangan, peneliti berhasil menemukan bahwa faktor yang membentuk persepsi risiko penduduk dan berbagai elemennya adalah kedalaman banjir, lanskap perkotaan, jarak dari sungai, social bond, dan moda komunikasi. Hasilnya mengungkapkan bahwa secara umum, terdapat beberapa faktor yang membentuk persepsi risiko banjir, yaitu kedalaman banjir, lanskap perkotaan, jarak dari sungai, social bond, dan moda komunikasi. Jarak dari sungai, lanskap perkotaan, kedalaman banjir, dan elemen afektif membentuk social bond yang kemudian social bond tersebut membentuk moda komunikasi. Moda komunikasi sendiri kemudian membentuk kognitif kemudian afektif, namun elemen kognitif tidak dibentuk oleh kedalaman banjir. Berbeda dengan elemen afektif yang dibentuk oleh kedalaman banjir layaknya social bond dan moda komunikasi yang kemudian membentuk konatif. Lalu ketiga elemen tersebut akhirnya membentuk kategori persepsi risiko banjir. Adapun untuk kategori persepsi risiko yang ditemukan sendiri adalah safety dan control. Safety dan control dibentuk oleh kedalaman banjir, jarak dari sungai, social bond, dan moda komunikasi dengan asosiasi positif. Lalu untuk hubungannya dengan lanskap perkotaan adalah asosiasi negatif. Hanya lanskap perkotaan yang memiliki asosiasi negatif dengan semua faktor.

Flooding in urban areas is a problem, it usually affects anthropogenic activities. People in developing countries usually have a low risk perception. Therefore, it is important to discuss how humans handle flooding in Pasar Minggu and how the risk is perceived. The submission of information regarding the perception of flood risk by residents is important to discuss because it will illustrate the thought process of someone who takes flood mitigation actions both collectively and individually. Residential landscapes containing hazard and urban landscapes are taken as the main factors. Using spatial qualitative methods, researchers succeeded in finding that the factors that shape residents' risk perception and its various elements are flood depth, urban landscape, distance from river, social bond, and mode of communication. The results reveal that in general, there are several factors that shape flood risk perceptions, namely flood depth, urban landscape, distance from the river, social bonds, and mode of communication. Distance from the river, urban landscape, depth of flooding, and affective elements form a social bond which then forms a social bond as a mode of communication. The mode of communication itself then forms cognitive and then affective, but cognitive elements are not shaped by the depth of the flood. In contrast to the affective elements which are formed by the depth of the flood, such as social bonds and modes of communication which then form conative. Then these three elements finally form a flood risk perception category. The categories of risk perception that were found were safety and control. Safety and control are formed by flood depth, distance from the river, social bonds, and modes of communication with positive associations. Then the relationship with the urban landscape is a negative association. Only urban landscape had negative associations with all factors."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranya Faiza Amira
"Banjir di terjadi hampir setiap tahun di DKI Jakarta selama musim hujan. Skala dari dampak banjir telah meningkat pesat dalam beberapa dekade terakhir. Peningkatan ini berkaitan dengan sejumlah faktor, baik fisik (perubahan iklim) maupun sosio-ekonomi (pertumbuhan penduduk). Studi ini menganalisis dampak kedua faktor tersebut terhadap risiko banjir, dengan mempertimbangkan aspek-aspek bahaya dan kerentanan terhadap banjir dalam mengukur risiko menggunakan pendekatan berbasis indeks. Analisis spasial digunakan untuk membangun peta tematik yang digunakan untuk mengidentifikasi variasi geografis risiko banjir di antara kelurahan di DKI Jakarta. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar kecamatan berada dalam kategori risiko sedang dan sekitar 16% berisiko tinggi. Studi ini juga menganalisis aspek kerentanan sosial terhadap bencana alam di Jakarta dan berupaya memprediksi bagaimana hal tersebut akan berubah di masa depan. Proyeksi kerentanan sosial DKI Jakarta pada tahun 2030 dilakukan menggunakan ekstrapolasi tren linier untuk melihat bagaimana masing-masing indikator akan berkembang di masa depan. Ditemukan bahwa pada tahun 2030, tingkat kerentanan sosial akan berubah dengan penurunan rata-rata sebesar 2.6% dan area dengan tingkat kerentanan sosial yang tinggi tidak terkonsentrasi secara geografis dibandingkan dengan masa kini. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk kebijakan mitigasi bencana di DKI Jakarta.

Flooding in Jakarta occurs almost every year during the rainy season. The scale of the flooding impact has increased rapidly in recent decades. This increase was related to a number of drivers, both physical (climate change) and socio-economic (population growth). This study highlighted the impact of both factors to flood risk, considering the aspects of flood hazard and vulnerability in quantifying risk using an index-based approach. Spatial analysis is utilized to create thematic maps used to identify geographical variation of flood risk among subdistricts. The result shows that the majority of subdistricts are in the moderate risk category and around 16% are considered high-risk. This study also highlighted the socio-economic aspect of vulnerability to natural disasters in Jakarta and attempts to predict how it would change over the years with population growth as the driver. A projection of Jakarta’s future social vulnerability in 2030 is presented to see how each of the indicators would develop in the future using linear trend analysis. The study revealed that the projected future SoVI score has changed with an average decrease of 2.6 percent and areas with high SoVI scores are not as concentrated geographically in the future compared to the current assessment. The results of this study can be used as a reference for local disaster mitigation policy in Jakarta."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>