Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132281 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Badria Agustina Putri
"Pada umumnya dewasa muda kini yang menjadi pengguna media sosial Instagram kerap menggunakan fitur archive untuk membantu mereka dalam menyembunyikan atau menghilangkan sementara foto-foto pada profil pribadi mereka yang dianggap tidak sesuai dengan identitas yang ingin ditampilkan. Berangkat dari pengamatan terhadap teman-teman saya yang mulai menghilangkan foto-foto di platform ini, saya berfokus pada presentasi diri dewasa muda di Instagram sebagai salah satu media kontestasi visual paling diminati saat ini. Dalam penelitian ini saya menggunakan pendekatan etnografi melalui wawancara mendalam dan observasi partisipasi baik secara langsung maupun online. Berdasarkan temuan lapangan saya, dewasa muda mengalami kesulitan dalam menentukan identitas yang sesuai dengan mereka di dunia nyata dan juga dapat diterima oleh orang-orang di sekitar mereka. Fitur archive menjadi cara bagi dewasa muda untuk memodifikasi presentasi diri secara ideal dan menjadi ruang untuk memenuhi kebutuhan emosional mereka. Proses ini menunjukkan bagaimana dewasa muda senantiasa mengalami perubahan dalam pemahaman diri mereka yang melibatkan interaksi dengan pengikut, pengalamannya sebagai pengguna, dan perkembangan teknologi yang ada.

In general, today's young adults who are users of the social media Instagram often use the archive feature to assist them in hiding or temporarily removing photos on their profiles that are considered inappropriate for the identity they want to display. Starting from observing my friends who also started to hide pictures on the platform, I focused on the self-presentation of young adults on Instagram as one of today's most favored visual media contests. In this study, I used an ethnographic approach through in-depth interviews and participatory observations both in-person and online. Based on my findings, young adults have difficulty in determining an identity that fits them in the real world and one that is also acceptable to those around them. Further, the archive feature is a way for young adults to modify their self-presentation and become a space to meet their emotional needs. This process shows how young adults experience constant changes in their self-understanding which involve interactions with followers, experiences as users, and developments in existing technologies."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Estiani
"Dengan filter dan fitur mengedit lainnya, Instagram seringkali dilihat sebagai platform yang memungkinkan pengguna untuk menyempurnakan foto. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana pengguna Instagram usia dewasa dini menggunakan situs jejaring sosial tersebut untuk mempresentasikan diri. Melalui analisis tematik data dari photo-elicitation interview dengan tiga individu berbeda, temuan menunjukkan bahwa pengguna menunjukkan potret diri ideal melalui foto Instagram agar bisa diterima di lingkungan pergaulan. Presentasi diri melalui foto tersebut menunjukkan karakteristik mereka masing-masing, namun juga dibentuk faktor lain di luar diri pengguna.

Armed with filters and photo-editing tools, Instagram is known to have the builtin abilities to idealise images. This research aims to know how early adult users utilise the social networking site to present themselves. Through thematic analysis of data obtained from photo-elicitation interview with three different individuals, findings show that users present an ideal self-image through their Instagram photos based on the motive to be socially accepted. This self-presentation shows their unique characteristics, but is "socialised" by other factors outside themselves.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56803
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiranita Ramadhani Utami
"Sebagai media sosial berbasis foto, Instagram memberikan ruang ke penggunanya untuk secara hati-hati mengekspresikan diri dengan tujuan untuk menyampaikan sisi positif pengguna ke pengikutnya. Hal ini menciptakan perilaku baru dimana pengguna membuat persona yang bukan diri mereka sendiri dan perempuan menjadi yang paling rentan dalam menghadapi efek negatif presentasi diri. Untuk mengurangi efek negatif dari Instagram, Tagar #MakeInstagramCasualAgain mendorong pengguna menampilkan foto dengan sedikit kurasi untuk menunjukkan diri mereka yang otentik atau tidak sempurna. Penelitian ini bertujuan untuk memahami apakah gerakan ini mampu membantu perempuan menampilkan diri mereka secara berbeda tanpa mengikuti standar social di Instagram. Enam puluh sampel diambil dari lima akun yang mengunggah foto mereka dari Januari hingga Desember 2021. Menggunakan teori presentasi diri dari Goffman (1959), analisa menunjukkan foto yang masuk ke dalam tagar menggunakan sedikit kontrol. Selain itu, sosial media juga tidak mempunyai standar spesifik foto yang layak untuk dibagikan. atau singkatnya, setiap pengguna mempunyai kendali sendiri terhadap foto yang mereka bagikan. Terakhir, dengan lebih banyaknya pengguna yang beralih untuk mengunggah foto yang kurang dikurasi, estetika Instagram yang ada mungkin akan tergantikan dengan postingan biasa. Secara keseluruhan, gerakan ini berdampak positif pada cara orang menampilkan diri dan cara audiens Instagram memandang media sosial.

As a photo-based social media platform, Instagram allows users to create self-expression carefully. They are aiming for users to perceive their bright and positive side of them. This behavior often leads users to create a persona that is not theirs. Mostly, women are vulnerable to facing the consequence of creating self-presentation on Instagram. The hashtag #MakeInstagramCasualAgain encourages users to start displaying photos with less curation to show their imperfect and authentic selves to the public to lessen the negative effect of Instagram. This study aims to understand how this movement helps women present themselves differently without following the social standard through Instagram. Sixty samples are taken from posts uploaded by five accounts from January to December 2021. Using Goffman's (1959) theory of self-presentation, the study found that photos taken under the hashtag reveal that public users share a less controlled action. It also reveals that social media does not have any specific standard of which image is worth sharing. In short, the people who run the platform have control over what to share. Eventually, the existing aesthetic of Instagram may be replaced with casual posts because more users are shifting to show less curated photos. Overall, the movement positively impacts how people present themselves and how the audience of Instagram perceives social media."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rainer Abraham
"ABSTRAK
Skripsi ini adalah kajian sosiolinguistik untuk meneliti pemilihan bahasa antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dan hubungannya dengan presentasi diri dalam media sosial Instagram. Subjek dari penelitian ini adalah 6 orang mahasiswa program studi Inggris Universitas Indonesia. Melalui analisis tekstual dan pendekatan techno-linguistic biography, penelitian ini berusaha untuk mencari tahu bagaimana pemilihan bahasa digunakan untuk membangun presentasi diri di Instagram, dan mengapa subjek penelitian lebih sering memilih untuk menggunakan bahasa Inggris dibanding Indonesia. Presentasi diri dan konstruksi identitas dipilih karena bahasa merupakan penanda identitas dan dapat dipakai sebagai salah satu strategi presentasi diri. Penelitian ini menemukan bahwa bahasa Inggris dipilih saat para subjek mempresentasikan diri sebagai kaum muda metropolitan berkelas yang tergabung dalam masyarakat global. Sedangkan bahasa Indonesia dipilih saat para subjek mempresentasikan diri sebagai kaum muda Indonesia yang santai. Penelitian ini diharapkan dapat membantu memahami bagaimana kaum muda melakukan pemilihan bahasa di media sosial, khususnya Instagram.

ABSTRACT
This thesis conducts a sociolinguistics research about language choice between English and Indonesian and its relationship to self presentation in social media site Instagram. The subjects are 6 students from the English study program of Universitas Indonesia. Using textual analysis and techno linguistic biography approach, this research wants to find out how language choice is used to build self presentation in Instagram, and why the subjects prefer to choose English rather than Indonesian. Self presentation and identity construction are chosen to be researched because language is a sign of identity and can be used as a strategy in doing self presentation. This research found that English is chosen to present an image of classy young metropolitan and global people. Meanwhile, Indonesian is chosen to present an image of playful young people. Hopefully this research can help to understand the language choice of young people in social media, particularly Instagram."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S66400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naura Khansa Priono
"Media digital membuka ruang publik baru dan memberikan kesempatan bagi individu untuk dapat mengeksplorasi dan menghasilkan konten milik mereka sendiri. Kemampuan untuk mengkostumisasi dan memproduksi konten atas kemauan pribadi ini kemudian memberi kesempatan individu untuk bisa melakukan presentasi diri secara daring dan membangun kesan tertentu di benak para penikmat kontennya. Youtube dan Instagram sebagai salah satu bentuk media baru dengan konsep media sharing menjadi sarana untuk bisa merealisasikan hal tersebut. Studi ini ingin melihat dan menganalisis praktik presentasi diri yang dilakukan oleh Idol Korea Selatan melalui kanal Youtube dan Instagram pribadi mereka dengan studi kasus pada salah seorang member EXO, Park Chanyeol. Sebagai publik figur yang gerak-geriknya pastinya akan selalu menjadi sorotan masyarakat, situasi ini dapat dimanfaatkan untuk bisa menunjukkan sisi tertentu dari diri mereka untuk menciptakan kesan positif dengan tujuan membangun kedekatan dan keterikatan dengan para penikmat kontennya. Studi ini dilakukan untuk menganalisis teknik-teknik apa saja yang digunakan oleh Park Chanyeol dalam mempresentasikan dirinya di Instagram dan Youtube dengan mengacu pada konsep taktik presentasi diri milik Jones & Pittman (1982) melalui studi literatur dan analisis konten sosial media sederhana. Hasil menunjukkan bahwa Ingratiation, self-promotion, dan exemplification adalah tiga taktik yang terlihat dalam konten-konten Instagram dan Youtube milik Chanyeol. Meskipun pada Instagram dan Youtube terdapat perbedaan bentuk penyampaian, namun pesan presentasi diri yang disampaikan tetap dapat menciptakan positive image dan affinity pada audiens.

Digital media opens up new public spaces and provides opportunities for individuals to explore and produce their own content. This ability to customize and produce content on their own accord gives individuals the chances to be able to present themselves online and build a certain impression on the minds of the content viewers. Youtube and Instagram as a form of new media with the concept of media sharing are the means to make this happen. This study wants to see and analyze the self-presentation practices carried out by South Korean idols through their personal Youtube and Instagram channels with a case study on one of the EXO members, Park Chanyeol. As a public figure whose movements will undoubtedly always be in the public spotlight, this situation can be used to be able to show a certain side of themselves to create a positive impression with the aim of building bonds, affinity and relationships with audience. This study was conducted to analyze the techniques used by Park Chanyeol in presenting himself on Instagram and Youtube by using the concept of Jones & Pittman's (1982) self-presentation tactics through literature studies and social media content analysis. The results show that Ingratiation, self-promotion, and exemplification are three tactics seen in Chanyeol's Instagram and Youtube content. Even though there are differences in the way of transmitting messages on Instagram and Youtube, the self-presentation message that is conveyed can still create a positive image and affinity for the audience."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Naura Khansa Priono
"Media digital membuka ruang publik baru dan memberikan kesempatan bagi individu untuk dapat mengeksplorasi dan menghasilkan konten milik mereka sendiri. Kemampuan untuk mengkostumisasi dan memproduksi konten atas kemauan pribadi ini kemudian memberi kesempatan individu untuk bisa melakukan presentasi diri secara daring dan membangun kesan tertentu di benak para penikmat kontennya. Youtube dan Instagram sebagai salah satu bentuk media baru dengan konsep media sharing menjadi sarana untuk bisa merealisasikan hal tersebut. Studi ini ingin melihat dan menganalisis praktik presentasi diri yang dilakukan oleh Idol Korea Selatan melalui kanal Youtube dan Instagram pribadi mereka dengan studi kasus pada salah seorang member EXO, Park Chanyeol. Sebagai publik figur yang gerak-geriknya pastinya akan selalu menjadi sorotan masyarakat, situasi ini dapat dimanfaatkan untuk bisa menunjukkan sisi tertentu dari diri mereka untuk menciptakan kesan positif dengan tujuan membangun kedekatan dan keterikatan dengan para penikmat kontennya. Studi ini dilakukan untuk menganalisis teknik-teknik apa saja yang digunakan oleh Park Chanyeol dalam mempresentasikan dirinya di Instagram dan Youtube dengan mengacu pada konsep taktik presentasi diri milik Jones & Pittman (1982) melalui studi literatur dan analisis konten sosial media sederhana. Hasil menunjukkan bahwa Ingratiation, self-promotion, dan exemplification adalah tiga taktik yang terlihat dalam konten-konten Instagram dan Youtube milik Chanyeol. Meskipun pada Instagram dan Youtube terdapat perbedaan bentuk penyampaian, namun pesan presentasi diri yang disampaikan tetap dapat menciptakan positive image dan affinity pada audiens.

Digital media opens up new public spaces and provides opportunities for individuals to explore and produce their own content. This ability to customize and produce content on their own accord gives individuals the chances to be able to present themselves online and build a certain impression on the minds of the content viewers. Youtube and Instagram as a form of new media with the concept of media sharing are the means to make this happen. This study wants to see and analyze the self-presentation practices carried out by South Korean idols through their personal Youtube and Instagram channels with a case study on one of the EXO members, Park Chanyeol. As a public figure whose movements will undoubtedly always be in the public spotlight, this situation can be used to be able to show a certain side of themselves to create a positive impression with the aim of building bonds, affinity and relationships with audience. This study was conducted to analyze the techniques used by Park Chanyeol in presenting himself on Instagram and Youtube by using the concept of Jones & Pittman's (1982) self-presentation tactics through literature studies and social media content analysis. The results show that Ingratiation, self-promotion, and exemplification are three tactics seen in Chanyeol's Instagram and Youtube content. Even though there are differences in the way of transmitting messages on Instagram and Youtube, the self-presentation message that is conveyed can still create a positive image and affinity for the audience."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Lestari Putri
"Seiring dengan perkembangan teknologi kini tubuh bisa dihadirkan dalam wujud digital. Instagram sebagai salah satu media sosial menjadi ruang bagi penggunanya untuk merepresentasikan dirinya. Foto yang menjadi representasi diri di Instagram sudah melalui serangkaian proses yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Dalam perjalanan mewujudkan representasi diri di Instagram, perempuan muda penggguna Instagram mengalami kompleksitas dalam dirinya karena terbelenggu
dalam konstruksi mitos kecantikan dan femininitas yang sudah terinternalisasi dalam diri individu. Konstruksi tersebut membuat perempuan melakukan praktik
pendisiplinan tubuh yang mengalienasi dirinya demi mewujudkan representasi diri yang ideal di Instagram. Peralihan fungsi penggunaan Instagram juga mempengaruhi
perwujudan representasi dirinya. Penelitian ini membahas pengalaman perempuan pengguna Instagram dalam mewujudkan representasi dirinya di Instagram. Penelitian ini menggunakan studi kasus sebagai jenis penelitian dengan perspektif feminis. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam dan analisis teks melalui foto di Instagram. Teori narsisme feminin dan teori pendisiplinan gender oleh Sandra Lee Bartky untuk menganalisis hasil temuan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses pendisiplinan tubuh yang dilakukan perempuan dalam merepresentasi dirinya sebagai perwujudan narsisme merupakan sebuah proses menuju subjektivitas diri perempuan pengguna Instagram.
Subjektivitas yang dimiliki perempuan pengguna Instagram membuat mereka memiliki kontrol terhadap narasi yang ditampilkan oleh representasi diri. Penelitian ini juga menemukan bahwa representasi diri perempuan dapat diwujudkan melalui bentuk lain selain ketubuhan Pembentukan subjektivitas perempuan pengguna Instagram juga menunjukan perlawanan terhadap pendisiplinan tubuh dan memperlihatkan bahwa praktik pendisiplinan tubuh bukan merupakan sebuah penundukan terhadap tubuh yang feminin melainkan pembebasan diri dan
pembuktian otentisitas diri.

The advancement of technology has made it possible for us to present our body digitally. Instagram as a media social platform provided a space for its users to
represent themselves, especially through photos. These photos, which represents who people are in the Instagram world, have gone through several processes before
showing up at one’s Instagram profile due to several factors. In its journey to represent themselves in Instagram, many young women faced complicated issues
stemming from the beauty myth and femininity internalised within their minds. This construct has influenced them to go through gender-related disciplinary practices, alienating themselves along the way just so they can achieve that ideal in Instagram.
The change in Instagram’s use has also impacted the embodiment of self representation. This research makes use of the aforementioned case study to delve
into the topic from a feminine perspective. The data presented in this research was gathered via in-depth interview and text analysis of the photos in Instagram. The basis on which this research examines the data presented is concentrated on feminine narcissism theory and gender-related disciplinary practices proposed by Sandra Lee Bartky. The result of this research shows that the gender-related disciplinary practices
young women went through in order to represent themselves as the result of narcissism is a pathway to self subjectivity in Instagram, especially for young female users. This subjectivity thought adopted by female users of Instagram has created a notion of having control over the narrative rendered by self representation. This research also found that the concept of self representation in women may be
actualised in forms other than that of bodily nature. The conception of Instagram female users’s subjectivity is also an epitome of contest against interpreting genderrelated disciplinary practice as merely bodily-related practices, instead it can also be interpreted through the perspective of self liberation and self authenticity.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcella Stefania Yunitasari
"Mendominasi pengguna aktif media sosial di dunia, dewasa muda memanfaatkan Instagram guna memenuhi kebutuhan untuk melakukan pengungkapan diri mengenai aspek kehidupan romantis dalam lingkup komunikasi masspersonal. Memiliki kontrol mutlak atas kehadiran digitalnya, dewasa muda dapat menyampaikan aspek kehidupan romantisnya melalui cara yang sesuai dengan kebutuhannya untuk membangun citra diri, salah satunya melalui konten Public Display of Affection (PDA) di Instagram. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman dewasa muda dalam memanfaatkan Instagram untuk mengunggah konten PDA serta makna dari pengalaman pengungkapan hubungan romantis dewasa muda melalui konten PDA di Instagram. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti mewawancarai empat perempuan usia dewasa muda yang sedang menjalani hubungan romantis dan kerap mengunggah konten PDA di Instagram. Penelitian ini menemukan bahwa dewasa muda memilih Instagram sebagai media untuk mengunggah konten PDA karena: (1) memenuhi kebutuhan untuk memperoleh eksistensi diri; (2) menawarkan cara berkomunikasi yang lebih mudah dan jelas; dan (3) menawarkan berbagai fitur penyuntingan. Adapun dewasa muda melakukan pengungkapan diri di Instagram mengenai hubungan pacarannya melalui konten PDA untuk: (1) menciptakan citra diri yang positif; (2) memperoleh validasi sosial; dan (3) menunjukkan status kepemilikan atas pacar di hadapan publik.

Dominating the world's active social media users, young adults utilize Instagram to fulfill the need to self-disclose aspects of their romantic life within the scope of masspersonal communication. Having absolute control over their digital presence, young adults can convey aspects of their romantic life in a way that suits their needs to build their self-image. Currently, they tend to announce it through Public Display of Affection (PDA) content on Instagram. This study aims to find out the experiences of young adults in utilizing Instagram to upload PDA content and the meaning of young adult’s experience of revealing romantic relationships through PDA content on Instagram. Using qualitative approach, the researcher interviewed four young adult women who are in a romantic relationship and often upload PDA content on Instagram. This study found that young adults choose Instagram as a medium to upload PDA content because: (1) it fulfills the need to gain self-existence; (2) it offers an easier and clearer way of communicating; and (3) it offers various editing features. The reasons why young adults self-disclose on Instagram about their dating relationships through PDA content are to: (1) create a positive self-image; (2) obtain social validation; and (3) to show possession over their romantic partner in public."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardi Wilda Irawan
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas presentasi diri dalam online dating kencan daring di Setipe.com. Presentasi diri adalah salah satu elemen penting dalam kencan daring. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana presentasi diri dalam kencan daring. Untuk melihat hal tersebut, peneliti menggunakan teori dramaturgi Goffman. Selama ini presentasi diri Goffman lebih dekat dengan konteks luring, penelitian ini berusaha mendudukkannya dalam konteks daring. Penelitian ini menggunakan metode netnografi untuk mengetahui cara informan menampilkan dirinya dalam percakapan dengan calon pasangan di kencan daring. Penelitian ini akan meneliti dua pengguna kencan daring N=2 dari Setipe.com. Data yang digali adalah profil diri dan interaksi informan dengan calon-calon pasangannya melalui fitur chat di Setipe.com. Hasil penelitian ini menemukan bahwa informan melakukan presentasi diri dalam kencan daring melalui penulisan profil diri dan pesan percakapan dengan match. Sistem kencan daring juga membuat presentasi diri terjadi secara bertahap dan memudahkan informan dalam melakukan presentasi diri. Informan melakukan presentasi diri sejak mendaftar di kencan daring sampai bertukar kontak. Cara-cara yang informan tempuh untuk mempresentasikan dirinya, antara lain: menyeleksi informasi dalam mengisi profil diri, menggunakan informasi dari match untuk mendefinisikan situasi, menonjolkan topik penting untuk mengelola impression management, dan meminta kontak pribadi match agar bisa berpindah ke medium komunikasi yang lebih privat.

ABSTRACT
This research discusses the self presentation in online dating in Setipe.com. This research aims to find out how an individual present him herself in online dating. As one of the important element on online dating, the researcher uses Goffman rsquo s dramaturgy theory to observe the self presentation. Although Goffman rsquo s theory places dramaturgy in offline context, this research is trying to put dramaturgy in online context. The method used in this research is netnography. This research will observe two online dating user N 2 from setipe.com. The data are the informant rsquo s profile and interaction with the match through the chat in setipe.com. The result shows that the informant was presenting himself in online dating. The informant presented himself by shaping his profile and conversing with his match. The online dating system also makes it easy for the informant to present himself gradually. The informant was also presenting himself by exchanging contact with his match. The informant was doing the presentation of self by selecting the profile information, using the match rsquo s information to define the situation, emphasizing a certain topic as an impression management, and asking for the match rsquo s number so that they can switch into a more private communcation medium."
2017
T48783
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Melati Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan fenomena penipuan `catfishing` yang lazim ditemukan pada aplikasi kencan, salah satunya Bumble. Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai topik ini yang menghubungkan fenomena tersebut dengan Teori Presentasi Diri. Namun, ada beberapa aspek yang belum dipertimbangkan dalam aplikasi Bumble, seperti bagaimana pengguna Bumble merepresentasikan diri mereka pada profil mereka melalui foto profil dan kotak deskripsi mereka. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi literatur melalui analisis data sekunder. Studi ini menggambarkan bahwa taraf `catfishing` pada aplikasi Bumble adalah sebagai bentuk presentasi diri yang selektif, bukan bertujuan untuk membuat profil palsu.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>