Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197728 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dea Allan Karunia Sakti
"Tesis ini membahas perancangan sistem informasi konseling kesehatan gigi dan mulut siswa penyandang disabilitas intelektual (tunagrahita) sebagai tools menghasilkan informasi status kesehatan gigi dan mulut untuk kebutuhan dan memfasilitasi upaya pencegahan dan intervensi permasalahan kesehatan gigi dan mulut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain pendekatan pengembangan sistem model prototyping. Hasil penelitian diperoleh analisa kebutuhan sistem informasi, desain model terstruktur dan antarmuka untuk kemudahan penerapan sistem informasi oleh pengguna. Sistem informasi yang dikembangkan dapat memberikan kemudahan mengakses informasi akurat, relevan dan terkini; menghemat kebutuhan biaya; terjamin pengendalian penyimpanan dan keamanan data; serta fleksibel, mudah dan nyaman digunakan oleh pengguna untuk layanan konseling kesehatan gigi dan mulut pada siswa tunagrahita. Sistem informasi memberikan solusi dalam mengidentifikasi informasi status kesehatan gigi dan mulut siswa tunagrahita di SLB Dharma Asih Kraksaan.

The focus of this study is the design of dental and oral health counseling information system for students with intellectual disabilities as tools to produce information on dental and oral health status for needs and facilitate efforts to prevent and intervene in dental and oral health problems. This research is qualitative research with the design of prototyping model system development approach. The results obtained analysis of information system needs, structured model design and interface for ease of application of information system by users. Developed information systems can provide easy access to accurate, relevant and up-to-date information; save cost needs; guaranteed storage control and data security; and flexible, easy and convenient to use by users for dental and oral health counseling services. The information system provides solutions in identifying information on the health status of dental and oral students with intellectual disabilities at SLB Dharma Asih Kraksaan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Shabrina
"Tujuan: Mendeskripsikan unmet need dan inequality dalam utilisasi pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia tahun 2013. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) ditahun 2013. Analisis deskriptif, regresi logistik dan concentration index (CI) digunakan pada studi ini. Hasil: Dari seluruh responden Susenas 2013, hanya 1,64% penduduk Indonesia yang memiliki perceived need dan hanya 2,30% penduduk yang melakukan utilisasi pelayanan kesehatan gigi dan mulut di tahun 2013. Dari perceived need tersebut, terdapat 94,82% responden memiliki unmet need. Analisis regresi logistik menunjukkan hubungan signifikan antara unmet need dengan usia, jenis kelamin, tempat tinggal, kepemilikan jaminan kesehatan dan tingkat pendidikan. Analisis CI dari perceived need dan utilisasi pelayanan kesehatan gigi dan mulut menunjukkan adanya inequality yang keduanya lebih terkonsentrasi pada kelompok sosiekonomi tinggi (pro-rich). Kesimpulan: Berdasarkan penelitian ini, masih terdapat unmet need dan inequality dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia tahun 2013.
Objectives: To describe unmet need and inequality in utilization of dental care in Indonesia year 2013. Method: This study is a descriptive study with a cross-sectional design using secondary data from the Indonesian National Socioeconomic Surveys (Susenas) in 2013. Descriptive analysis, simple logistic regression and concentration index was used in this study. Result: From all Susenas respondents in 2013, only 1.64% of the Indonesian population accounted for need (perceived need), and only 2.30% of the population has utilized the dental care in 2013. From those who accounted for perceived need, 94.82% respondents has unmet need. Logistic regression analysis showed the significant association between unmet need and age, gender, residence, health insurance entitlement, and education.  Concentration index (CI) analysis from perceived need and utilization both showed the existence of inequality which are more concentrated in the higher socioeconomic group (pro-rich). Conclusion: Based on this study, unmet need and inequality in utilization of dental care in indonesia on 2013 still exists."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diyah Hardiyanty
"Karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan pada anak dengan malforasi anorektal pre dan postoperasi PSARP, dengan bermain terapeutik menggunakan boneka jari untuk mengurangi nyeri. Tindakan dan perawatan PSARP menimbulkan nyeri pada anak. Salah satu teknik nonfarmakologis untuk meminimalkan nyeri tersebut dengan menggunkan bermain terapeutik. Hasil dari penerapan intervensi bermain terapeutik yang telah dilakukan pada anak malforasi anorektal selama 5 hari untuk mengurangi nyeri terbukti efektif menurunakn skala nyeri klien dari skala 8 menjadi 2 dengan menggunakan

This final scientific work aims to provide an overview of nursing care for children with pre and postoperative anorectal malfunction of PSARP, by playing therapeutically using finger puppets to reduce pain. Medical treatment and PSARP treatment cause pain in children. One nonph acological technique to minimize the pain is by using therapeutic play. The results of the application of therapeutic play interventions that have been carried out on children anorectal malforation for 5 days to reduce pain proved effective in reducing the client's pain scale from scale 8 to 2 using FLACC postoperative pain scale."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riko Satriyo Wibowo
"Pendahuluan: Pembedahan pada anak berbeda dengan orang dewasa, khususnya pada pembedahan tumor malignant muskuloskeletal anak. Kompleksitas kondisi preoperatif, termasuk status nutrisi, kemoterapi neoadjuvant, kondisi klinis umum yang buruk serta jenis pembedahan dapat mempengaruhi kondisi pascaoperatif, dan luaran baik klinis dan onkologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi preoperatif, intraoperatif yang mempengaruhi pascaoperatif, luaran fungsional dan onkologi.
Metode: Penelitian ini secara retrospektif meninjau delapan puluh tiga subjek pasien tumor muskuloskeletal ganas pediatrik yang menjalani operasi baik sebagai salavage atau prosedur amputasi dari 2017-2021. Data perioperatif, hasil fungsional dan onkologis pada tindak lanjut 1 tahun dikumpulkan.     
Hasil: Dari 83 subjek penelitian, osteosarkoma adalah tumor yang paling banyak ditemukan (90,4%), Ewing sarkoma (3,6%), rhabdomyosarcoma (3,6%), Ewing sarkoma ekstraskeletal (1,2%), dan limfoma ganas (1,2%). Tingkat kelangsungan hidup 1 tahun adalah 72,3%, dan 37,3%. Usia, jenis tumor, tormbosit praoperatif, albumin, dan ASA dihubungkan dengan durasi operasi (p<0,01). Faktor-faktor yang terkait dengan jumlah kehilangan darah adalah usia, jenis operasi, dan kadar albumin (p<0,01). Usia dan kehilangan darah memiliki hubungan dengan hasil fungsional (p<0,01).
Kesimpulan: Faktor praoperatif yang mempengaruhi hasil adalah usia. Pada kelompok subjek yang memiliki komplikasi pasca operasi relatif memiliki tingkat metastasis yang lebih tinggi. Kehilangan darah intraoperatif adalah salah satu faktor prognostik untuk komplikasi pasca operasi yang dikaitkan dengan jenis tumor, usia, dan tingkat albumin. 

Introduction: Surgical procedure in children is different from adults, especially in pediatric malignant musculoskeletal surgery. The complexity of preoperative condition, including nutritonal status, neoadjuvant chemoteraphy, anemic, poor general condition and type of surgery that may affect the postoperative and outcome. This study aims to evaluate preoperative, intraoperative parameters that affect the postoperative, functional and oncologic outcome.
Methods: The study retrospectively reviewed eighty-three subjects of pediatric malignant musculoskeletal tumor patients who underwent surgery either as salavage or ablation procedures from 2017-2021. Perinoperative data, functional and oncological outcomes on a 1-year follow-up were collected.           
Results: Of  the 83 study subjects, osteosarcoma was the most common tumor (90.4%), Ewing sarcoma (3.6%), rhabdomyosarcoma (3.6%), extraskeletal Ewing sarcoma (1.2%), and malignant lymphoma (1.2%). The 1-year survival rate was 72.3%, and 37.3%. Usia, tumor type, preoperative tormbocytes, albumin, and ASA were associated with surgical duration (p<0.01). Factors associated with the amount of blood loss are age, type of surgery, and albumin levels (p<0.01). Age and  blood loss have a relationship with functional outcomes (p<0.01).
Conclusion: The preoperative factor influencing outcomes is age. In the group of subjects who had postoperative complications relatively had a higher rate of metastases. Intraoperative blood loss is one of the prognostic factors for postoperative complications associated with tumor type, age, and albumin levels. 
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khalishah Putri Amadea
"Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) merupakan masalah umum kesehatan gigi dan mulut yang mempengaruhi anak-anak secara global, tidak terkecuali Indonesia. ECC merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang diasosiasikan dengan kejadian ECC adalah praktik kebersihan gigi dan mulut. Tujuan: Mengetahui hubungan antara praktik kebersihan gigi dan mulut dengan kejadian Early Childhood Caries (ECC) di Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Metode: Cross-sectional pada 447 anak berusia 6–36 bulan, kuesioner tervalidasi, pemeriksaan klinis karies gigi menggunakan indeks dmf-t dan pemeriksaan plak menggunakan Silness-Löe Plaque Index oleh dokter gigi yang telah dikalibrasi. Hasil: Prevalensi ECC pada 447 anak adalah 53,9%. Terdapat korelasi positif antara waktu membersihkan gigi (p=0,001 ; r=0,2), supervisi orang tua dalam membersihkan gigi (p=0,01; r=0,139), dan usia mulai membersihkan gigi (p=0,001 ; r=0,301) terhadap skor dmf-t. Terdapat korelasi negatif antara alat membersihkan gigi (p=0,001 ; r=-0,156) dan bahan membersihkan gigi (p=0,003 ; r=-0,161) terhadap skor dmf-t. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara frekuensi membersihkan gigi (p=0,084) dan durasi membersihkan gigi (p=0,689) terhadap kejadian ECC. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara status sosioekonomi (p=0,113) terhadap kejadian ECC. Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara waktu, alat, bahan, supervisi orang tua, dan usia mulai membersihkan gigi dengan kejadian ECC.

Background: Early Childhood Caries (ECC) is a common oral health problem that affects children globally, including Indonesia. ECC is a disease that is influenced by various factors. One of the factors associated with the occurrence of ECC is oral hygiene practices. Objective: The study aimed to determine the relationship between oral hygiene practices and the incidence of Early Childhood Caries (ECC) in Jatinegara, East Jakarta. Method: Cross-sectional in 447 children aged 6–36 months, validated questionnaire, clinical examination of dental caries using the dmf-t index and plaque examination using the Silness-Löe Plaque Index by calibrated dentists. Results: The prevalence of ECC in 447 children was 53.9%. There was a positive correlation between the time of brushing teeth (p=0,001; r=0,2), parental supervision in brushing teeth (p=0,01; r=0,139), and the age of starting to brush teeth (p=0,001; r=0,301) with the dmf-t score. There was a negative correlation between the type of cleaning tool used (p=0,001; r=-0,156) and the material used (p=0,003; r=-0,161) with the dmf-t score. There was no significant difference between the frequency of brushing teeth (p=0,084) and the duration of brushing teeth (p=0,689) on the incidence of ECC. There was no significant difference between socioeconomic status (p=0,113) on the incidence of ECC. Conclusion: There is a significant relationship between time, type of cleaning tool, materials, parental supervision, and age of starting to brush teeth with the occurrence of ECC."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalishah Putri Amadea
"Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) merupakan masalah umum kesehatan gigi dan mulut yang mempengaruhi anak-anak secara global, tidak terkecuali Indonesia. ECC merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang diasosiasikan dengan kejadian ECC adalah praktik kebersihan gigi dan mulut. Tujuan: Mengetahui hubungan antara praktik kebersihan gigi dan mulut dengan kejadian Early Childhood Caries (ECC) di Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Metode: Cross-sectional pada 447 anak berusia 6–36 bulan, kuesioner tervalidasi, pemeriksaan klinis karies gigi menggunakan indeks dmf-t dan pemeriksaan plak menggunakan Silness-Löe Plaque Index oleh dokter gigi yang telah dikalibrasi. Hasil: Prevalensi ECC pada 447 anak adalah 53,9%. Terdapat korelasi positif antara waktu membersihkan gigi (p=0,001 ; r=0,2), supervisi orang tua dalam membersihkan gigi (p=0,01; r=0,139), dan usia mulai membersihkan gigi (p=0,001 ; r=0,301) terhadap skor dmf-t. Terdapat korelasi negatif antara alat membersihkan gigi (p=0,001 ; r=-0,156) dan bahan membersihkan gigi (p=0,003 ; r=-0,161) terhadap skor dmf-t. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara frekuensi membersihkan gigi (p=0,084) dan durasi membersihkan gigi (p=0,689) terhadap kejadian ECC. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara status sosioekonomi (p=0,113) terhadap kejadian ECC. Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara waktu, alat, bahan, supervisi orang tua, dan usia mulai membersihkan gigi dengan kejadian ECC.

Background: Early Childhood Caries (ECC) is a common oral health problem that affects children globally, including Indonesia. ECC is a disease that is influenced by various factors. One of the factors associated with the occurrence of ECC is oral hygiene practices. Objective: The study aimed to determine the relationship between oral hygiene practices and the incidence of Early Childhood Caries (ECC) in Jatinegara, East Jakarta. Method: Cross-sectional in 447 children aged 6–36 months, validated questionnaire, clinical examination of dental caries using the dmf-t index and plaque examination using the Silness-Löe Plaque Index by calibrated dentists. Results: The prevalence of ECC in 447 children was 53.9%. There was a positive correlation between the time of brushing teeth (p=0,001; r=0,2), parental supervision in brushing teeth (p=0,01; r=0,139), and the age of starting to brush teeth (p=0,001; r=0,301) with the dmf-t score. There was a negative correlation between the type of cleaning tool used (p=0,001; r=-0,156) and the material used (p=0,003; r=-0,161) with the dmf-t score. There was no significant difference between the frequency of brushing teeth (p=0,084) and the duration of brushing teeth (p=0,689) on the incidence of ECC. There was no significant difference between socioeconomic status (p=0,113) on the incidence of ECC. Conclusion: There is a significant relationship between time, type of cleaning tool, materials, parental supervision, and age of starting to brush teeth with the occurrence of ECC."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Febriyeni
"Anak yang mengalami penyakit ginjal kronis (PGK) dapat mengalami gangguan ketidakseimbangan cairan. Karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran aplikasi Model Adaptasi Roy (MAR) dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak penyakit ginjal kronis yang mengalami ketidakseimbangan cairan. Teori Roy mengkonseptualisasikan proses keperawatan menjadi enam langkah yaitu pengkajian perilaku, pengkajian stimulus, diagnosis keperawatan, penetapan tujuan, intervensi, dan evaluasi. Metode karya ilmiah ini adalah studi kasus yang terdiri atas lima kasus anak PGK yang menjalani hemodialisis yang diberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan Model Adaptasi Roy. Berdasarkan hasil pengkajian pala lima anak masalah yang muncul yaitu ketidakseimbangan cairan, selain itu masalah lainya seperti gangguan tumbuh kembang, penampilan peran tidak efektif, risiko penurunan curah jantung, risiko perdarahan, risiko infeksi, defisit pengetahuan. Intervensi keperawatan yang diberikan pada masalah ketidakseimbangan cairan yaitu menimbang berat badan pra HD, mengkaji berat badan kering, berat badan sebelumnya, melakukan perawatan akses kateter dan memberikan edukasi tentang edukasi kebutuhan gizi, cairan dan perawatan akses menggunakan video. Kesimpulan aplikasi teori Roy dapat diterapkan pada anak penyakit ginjal kronis dengan masalah ketidaseimbangan cairan.

Children with chronic kidney disease (CKD) can experience imbalance disorders. Fluid restriction is one of the nursing interventions to overcome fluid balance disorders. This final scientific work aims to provide an overview of the application of the Roy Adaptation Model (MAR) in providing nursing care to children with chronic kidney disease who experience fluid imbalance. Roy's theory conceptualizes the nursing process into six steps, namely behavioral assessment, stimulus assessment, nursing diagnosis, goal setting, intervention, evaluation. Provides an overview of the application of nursing care to children with chronic kidney disease who experience fluid imbalance in the dialysis unit using the Roy Adaptation Model approach. The method of this scientific work is a case study consisting of five cases of CKD children undergoing hemodialysis who were given nursing care using the Roy Adaptation Model approach. The nursing intervention provided based on evidence-based practice is providing education about nutritional needs, fluids and access care using videos. Implementing a quality improvement project by providing effective education increases the knowledge of caregivers of children with chronic kidney disease undergoing hemolysis. The conclusion is that the application of Roy's theory can be applied to children with chronic kidney disease who have fluid imbalance problems."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Alfa Fauziah
"Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial. Perawat perlu menggunakan beberapa metode dalam mengurangi ketidaknyamanan anak saat di rumah sakit agar tidak memberikan dampak negatif dan trauma dimasa yang akan datang. Tujuan karya tulis ilmiah ini adalah untuk menganalisis penerapan Teori Comfort Kolcaba dalam proses asuhan keperawatan pada anak dengan masalah gangguan rasa nayaman. Metode karya ilmiah ini adalah studi kasus. Terdapat lima kasus anak di ruang IGD anak zona kuning yang diberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan Teori Comfort Kolcaba. Aplikasi Comfort Kolcaba membagi tingkat kenyamanan dalam empat konteks yaitu kenyamanan fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosiokultural. Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah berdasarkan pendekatan berbasis bukti seperti distraksi, modifikasi lingkungan dan keterlibatan keluarga untuk meningkatkan kenyamanan anak. Penggunaan skerem bermotif kartun terbukti kurang efektif dalam menurunkan kecemasan anak saat dilakukan prosedur penusukan vena.

Comfort disorders is feeling less happy, relieved, and perfect in physical, psychospiritual, environmental, and social dimensions. Nurses need to use several ways to reduce the child's discomfort while in hospital so that it does not have a negative impact and trauma in the future. The purpose of scientific writing is to analyze the application of Kolcaba's Comfort Theory in the nursing care process for children with comfort problems. The method of this scientific work is a case study. There are five cases of children in the yellow zone children's ER who were given nursing care with the Kolcaba Comfort Theory approach. The Comfort Kolcaba application divides the comfort level into four contexts: physical comfort, psychospiritual, environmental, and socio-cultural. Nursing interventions that are carried out are based on evidence-based approaches such as distraction, environmental modification, and family involvement to increase child comfort. The use of cartoon-patterned series proved to be less effective in reducing children's anxiety during the venipuncture procedure."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Faatihah Amani Alfathan
"Latar Belakang : Early Childhood Caries (ECC) merupakan masalah kesehatan gigi global yang berdampak pada anak-anak di berbagai negara. Di Indonesia, prevalensi ECC pada anak usia 3–4 tahun mencapai 78,3%. Pola pemberian ASI, konsumsi makanan dan minuman manis, serta tingkat pengetahuan ibu memiliki peran dalam terjadinya ECC. Tujuan : Mengetahui hubungan pola pemberian ASI, konsumsi makanan dan minuman manis, serta pengetahuan ibu dengan kejadian Early Childhood Caries (ECC) pada anak usia 6–36 bulan di Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Metode : Studi potong lintang pada 447 anak berusia 6–36 bulan. Pemeriksaan klinis karies gigi menggunakan ICDAS (International Caries Detection and Assessment System) dan indeks plak Silness-Löe dilakukan oleh dokter gigi yang telah dikalibrasi. Data pola pemberian ASI, konsumsi makanan dan minuman manis, serta pengetahuan ibu diperoleh melalui kuesioner yang tervalidasi. Hasil : Prevalensi ECC pada anak usia 6–36 bulan di Kecamatan Jatinegara sebesar 72,5%. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara frekuensi konsumsi makanan manis (p=0,000 ; rs=+0,273), dan frekuensi konsumsi minuman manis (p=0,000 ; rs=+0,234) dengan kejadian ECC. Selain itu, terdapat perbedaan yang signifikan antara lama pemberian ASI (p=0,000), usia anak (p=0,000), tingkat pendidikan ibu (p=0,020) dan tingkat pendidikan ayah (p=0,016) dengan kejadian ECC. Namun, tidak terdapat perbedaan signifikan antara frekuensi pemberian ASI (p=0,181), kebiasaan menyusui di malam hari (p=0,471), usia awal MPASI (p=0,262), frekuensi konsumsi MPASI (p=0,382), jenis kelamin anak (p=0,526), tingkat pengetahuan ibu (p=0,209), dan status ekonomi keluarga (p=0,088) dengan kejadian ECC. Kesimpulan : Terdapat hubungan positif antara frekuensi konsumsi makanan manis dan frekuensi konsumsi minuman manis dengan kejadian ECC. Terdapat perbedaan yang signifikan antara lama pemberian ASI, usia anak, tingkat pendidikan ibu, dan tingkat pendidikan ayah dengan kejadian ECC.

Background: Early Childhood Caries (ECC) is a significant global dental health issue that affects children worldwide. In Indonesia, the prevalence of ECC among children aged 3–4 years reaches 78.3%. Breastfeeding patterns, sweet food and beverage consumption, and maternal knowledge play a role in the occurrence of ECC. Objective: To determine the association of breastfeeding patterns, sweet food and beverage consumption, and maternal knowledge with Early Childhood Caries (ECC) in children aged 6–36 months in Jatinegara, East Jakarta. Methods: A cross-sectional study was conducted on 447 children aged 6–36 months. Clinical dental caries examination was performed using the International Caries Detection and Assessment System (ICDAS), and plaque assessment was conducted using the Silness-Löe Plaque Index by calibrated dentists. Data on breastfeeding patterns, sweet food and beverage intake, and maternal knowledge were obtained through validated questionnaires. Results: The prevalence of ECC among children aged 6–36 months in Jatinegara was 72.5%. There was a significant positive correlation between the frequency of sweet food consumption (p=0.000; rs=+0.273) and the frequency of sweet beverage consumption (p=0.000; rs=+0.234) with the occurrence of ECC. Additionally, significant differences in ECC occurrence were observed based on breastfeeding duration (p=0.000), child's age (p=0.000), maternal education level (p=0.020), and paternal education level (p=0.016). However, no significant differences were found between ECC occurrence and breastfeeding frequency (p=0.181), nighttime breastfeeding habits (p=0.471), age of complementary feeding initiation (p=0.262), frequency of complementary food consumption (p=0.382), child's sex (p=0.526), maternal knowledge level (p=0.209), and family socioeconomic status (p=0.088). Conclusion: There is a significant positive correlation between the frequency of sweet food and beverage consumption with ECC occurrence. Moreover, significant differences in ECC occurrence were observed based on the duration of breastfeeding, child's age, maternal education level, and paternal education level."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faatihah Amani Alfathan
"Latar Belakang : Early Childhood Caries (ECC) merupakan masalah kesehatan gigi global yang berdampak pada anak-anak di berbagai negara. Di Indonesia, prevalensi ECC pada anak usia 3–4 tahun mencapai 78,3%. Pola pemberian ASI, konsumsi makanan dan minuman manis, serta tingkat pengetahuan ibu memiliki peran dalam terjadinya ECC. Tujuan : Mengetahui hubungan pola pemberian ASI, konsumsi makanan dan minuman manis, serta pengetahuan ibu dengan kejadian Early Childhood Caries (ECC) pada anak usia 6–36 bulan di Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Metode : Studi potong lintang pada 447 anak berusia 6–36 bulan. Pemeriksaan klinis karies gigi menggunakan ICDAS (International Caries Detection and Assessment System) dan indeks plak Silness-Löe dilakukan oleh dokter gigi yang telah dikalibrasi. Data pola pemberian ASI, konsumsi makanan dan minuman manis, serta pengetahuan ibu diperoleh melalui kuesioner yang tervalidasi. Hasil : Prevalensi ECC pada anak usia 6–36 bulan di Kecamatan Jatinegara sebesar 72,5%. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara frekuensi konsumsi makanan manis (p=0,000 ; rs=+0,273), dan frekuensi konsumsi minuman manis (p=0,000 ; rs=+0,234) dengan kejadian ECC. Selain itu, terdapat perbedaan yang signifikan antara lama pemberian ASI (p=0,000), usia anak (p=0,000), tingkat pendidikan ibu (p=0,020) dan tingkat pendidikan ayah (p=0,016) dengan kejadian ECC. Namun, tidak terdapat perbedaan signifikan antara frekuensi pemberian ASI (p=0,181), kebiasaan menyusui di malam hari (p=0,471), usia awal MPASI (p=0,262), frekuensi konsumsi MPASI (p=0,382), jenis kelamin anak (p=0,526), tingkat pengetahuan ibu (p=0,209), dan status ekonomi keluarga (p=0,088) dengan kejadian ECC. Kesimpulan : Terdapat hubungan positif antara frekuensi konsumsi makanan manis dan frekuensi konsumsi minuman manis dengan kejadian ECC. Terdapat perbedaan yang signifikan antara lama pemberian ASI, usia anak, tingkat pendidikan ibu, dan tingkat pendidikan ayah dengan kejadian ECC.

Background: Early Childhood Caries (ECC) is a significant global dental health issue that affects children worldwide. In Indonesia, the prevalence of ECC among children aged 3–4 years reaches 78.3%. Breastfeeding patterns, sweet food and beverage consumption, and maternal knowledge play a role in the occurrence of ECC. Objective: To determine the association of breastfeeding patterns, sweet food and beverage consumption, and maternal knowledge with Early Childhood Caries (ECC) in children aged 6–36 months in Jatinegara, East Jakarta. Methods: A cross-sectional study was conducted on 447 children aged 6–36 months. Clinical dental caries examination was performed using the International Caries Detection and Assessment System (ICDAS), and plaque assessment was conducted using the Silness-Löe Plaque Index by calibrated dentists. Data on breastfeeding patterns, sweet food and beverage intake, and maternal knowledge were obtained through validated questionnaires. Results: The prevalence of ECC among children aged 6–36 months in Jatinegara was 72.5%. There was a significant positive correlation between the frequency of sweet food consumption (p=0.000; rs=+0.273) and the frequency of sweet beverage consumption (p=0.000; rs=+0.234) with the occurrence of ECC. Additionally, significant differences in ECC occurrence were observed based on breastfeeding duration (p=0.000), child's age (p=0.000), maternal education level (p=0.020), and paternal education level (p=0.016). However, no significant differences were found between ECC occurrence and breastfeeding frequency (p=0.181), nighttime breastfeeding habits (p=0.471), age of complementary feeding initiation (p=0.262), frequency of complementary food consumption (p=0.382), child's sex (p=0.526), maternal knowledge level (p=0.209), and family socioeconomic status (p=0.088). Conclusion: There is a significant positive correlation between the frequency of sweet food and beverage consumption with ECC occurrence. Moreover, significant differences in ECC occurrence were observed based on the duration of breastfeeding, child's age, maternal education level, and paternal education level."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>