Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182762 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Astuti
"Latar belakang: Indonesia adalah negara yang rawan terjadi bencana alam. Bencana-bencana tersebut menempatkan anak usia dini pada posisi rentan. Salah satu kebutuhan anak usia 6-24 bulan yang sulit terpenuhi pada situasi bencana adalah MPASI. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemberian MPASI pada situasi bencana di Indonesia. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan datanya menggunakan observasi, FGD (6 partisipan), dan wawancara mendalam (11 partisipan). Partisipan yang terlibat merupakan aktivis kemanusiaan, tenaga kesehatan, warga setempat yang terlibat pada pengolahan MPASI dan pengasuh utama anak. Latar belakang kejadian bencana adalah erupsi Merapi 2021 dan longsor Sumedang 2021. Analisis data yang digunakan adalah analisis tematik, data diambil dari kalimat bermakna partisipan lalu dibentuk koding, diberikan kategori hingga subtema, dan dibentuk tema. Hasil: Terdapat lima tema yang dihasilkan yaitu 1) Donasi MPASI rumahan berdasarkan kearifan lokal, 2) MPASI yang tidak adekuat, 3) Sumber daya terbatas untuk pengelolaan MPASI, 4) Kondisi bersih versus kondisi kotor, dan 5) Asa MPASI yang Terjaga di Tengah Situasi Bencana. Kesimpulan: Penelitian ini menemukan beberapa program yang menyediakan MPASI rumahan berdasarkan kearifan lokal meskipun demikian makanan yang disediakan belum sepenuhnya adekuat memenuhi nutrisi anak usia 6-24 bulan. Makanan dan minuman pabrikan masif diberikan oleh para donatur. Meskipun demikian, praktik responsive feeding dan pemberian ASI masih berjalan seperti biasa.

Background: Indonesia regularly faces many natural disasters. As one of vulnerable groups, young children aged 6-24 months had the challenges to get the complementary foods properly during the disaster situation. The aim of this study was to analyze the practice of complementary feeding in Indonesian disaster situations. Methods: This research was a case study qualitative research. The data was collected using observation, FGD (6 participants), and in-depth interviews (11 participants). The participants were humanitarian activists/health workers/the residents who were involved in the process of making complementary foods and the primary caregivers of children aged 6-24 months. The background of the disaster is the Merapi eruption in 2021 and the Sumedang landslide in 2021. The data analysis used is thematic analysis that data is taken from meaningful sentences of the participants and then the coding is formed, given categories to sub-themes, and formed themes. Results: There were five themes resulting from data analysis. The themes were 1) The donation of home-based complementary foods based on local wisdom, 2) Inadequate complementary feeding, 3) Limited resources for complementary foods management, 4) The clean conditions versus the dirty ones, and 5) A glimpse of hope of complementary feeding practices. Conclusion: This research shows that several programs provide home-based complementary foods based on local wisdom, although the food provided is not fully adequate to meet the nutrition of children aged 6-24 months. Massive manufactured food and beverages were provided by the NGOs. Nevertheless, the practice of responsive feeding and breastfeeding are continued.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhila Iswi Deandra
"Di Indonesia, tekanan ekonomi seringkali memaksa kedua orang tua untuk bekerja. Hal ini dapat menyebabkan waktu untuk pengasuhan anak yang layak, terutama terkait dengan praktik pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang penting. Ibu yang bekerja, seringkali kekurangan dukungan yang diperlukan untuk memastikan nutrisi optimal bagi anak-anak mereka. Penelitian ini bertujuan untuk memahami hubungan antara kebijakan tempat kerja dan praktik pemberian MPASI pada ibu bekerja di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional analitik pada ibu dengan anak usia 6-25 bulan yang bekerja di tempat kerja formal. Kuesioner kebijakan tempat kerja dikategorikan sebagai valid dan reliabel dengan uji Spearman dan Alpha Cronbach (α > 0,7). Sebanyak 294 jawaban dianalisis. Sebanyak 67,5% ibu memiliki diploma atau gelar sarjana. Mengenai tingkat keterampilan kerja, 37,6% dikategorikan sebagai pekerja dengan keterampilan dasar, 24,8% sebagai semi-skilled, dan 37,6% sebagai pekerja terampil. Penelitian ini menemukan bahwa 93,4% ibu mempraktikkan pemberian MPASI yang tepat sesuai dengan indikator diet minimum yang dapat diterima. Hasil yang signifikan secara statistik dilaporkan dalam kaitannya antara kebijakan tempat kerja ibu dengan praktik pemberian MPASI, domain fleksibilitas kerja dan domain fasilitas fisik. Analisis multivariat melaporkan nilai p yang signifikan yaitu 0,006 (aOR: 0.170; IC 95%: 0.048-0.602) dan 0,029 (aOR: 3,283; IC 95%: 1,127-9,564). Hal ini mungkin disebabkan oleh mereka yang berasal dari keluarga kaya dengan tingkat pendapatan lebih tinggi seperti yang terlihat dari pencapaian pendidikan mereka. Waktu kerja mungkin menjadi faktor penting, sedangkan pekerja dengan keterampilan dasar mungkin memiliki jam kerja lebih pendek karena shift kerja dan berpotensi memungkinkan praktik pemberian makan yang lebih fokus. Fasilitas fisik telah menjadi faktor penting bagi ibu untuk melanjutkan menyusui, tetapi hubungannya dengan pemberian MPASI belum diteliti.

In Indonesia, economic pressures often force both parents to work. This can leave little time for proper care of young children, particularly regarding essential complementary feeding practices. Working mothers, often lack the support needed to ensure optimal nutrition for their children. This research aims to understand the potential link between workplace policies and the complementary feeding practices of working mothers in Indonesia. The study employed an analytic cross-sectional design among mothers with children aged 6-25. Workplace policy questionnaire were categorized as valid and reliable with Spearman test and Cronbach’s alpha (α > 0.7). A total of 294 responses were analyzed from a pool of 905 completed questionnaires, drop out were done to incomplete answers and respondents who did not fit the inclusion criteria. 67.5% held diploma or bachelor's degrees. Regarding occupational skill levels, 37.6% were categorized for both basic-skilled and skilled labor whereas 24.8% semi-skilled. The study found that 93.4% of mothers practiced proper MAD practices. Significant results were reported between the working flexibility and physical facility domain with complementary feeding practices. Multivariate analysis shown p-value of 0.006 (aOR: 0.170; CI 95%: 0.048-0.602) and 0.029 (aOR: 3.283; CI 95%: 1.127 – 9.564) respectively. These individuals might come from wealthier households with higher income levels. Work time may be a crucial factor, whereas others in basic-skilled labor may have shorter work hours due to shifting and potentially allow for more focused feeding practices. Physical facility had been a crucial factor for mothers in continuing breastfeeding, but the connection to complementary feeding has not been studied."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rustam S.
"Tesis ini bertujuan mengevaluasi proses pelaksanaan kegiatan Program Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI ). Jenis penelitian ini dengan menggunakan penelitian evaluasi. Tehnik pengambilan sampel untuk informan dengan menggunakan tehnik purposive Sampling. Lokasi penelitian di Puskesmas Konda kabupaten Konawe Selatan Propinsi Sulawesi Tenggara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari aspek input mengenai buku petunjuk pelaksanaan program pemberian MP-ASI Kecamatan Konda pada belum tersosialisasikan dengan baik,sarana dan prasarana belum tersedia, minimnya dana yang disediakan oleh pemerintah. Dari aspek proses penyimpanan, pengangkutan, pendistribusian, dan pemberian ke sasaran belum dilaksanakan sesuai yang ada dalam buku petunjuk.

This thesis aims to evaluate the implementation1 of program activities Complementary Feeding Mother's Milk (MP-ASI). This type of research using evaluation research. Sampling techniques to informants by using purposive sampling techniques. Research sites in the district health center Konawe Konda South Sulawesi Province.
The results showed that from the aspect of user input regarding the implementation of a program of MP-ASI Konda district in principle have not been socialized properly, infrastructure is not yet available, the lack of funding provided by the government. From the aspect of the storage, transportation, distribution, and administration to targets have not been implemented according to the user.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T30723
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Sari
"Praktik Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak usia 6-23 bulan. Kebiasaan makan sehat pada anak tidak hanya bergantung pada nutrisi yang diberikan, tetapi peran sentral orang tua baik ayah maupun ibu dalam pengasuhan dan praktik pemberian MPASI. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan praktik pemberian MPASI yang dilakukan oleh ayah dan ibu terhadap respons anak saat makan. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain cross sectional. Responden pada penelitian ini terdiri dari ayah dan ibu yang mempunyai anak usia 6-23 bulan. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah metode probability sampling dengan teknik multistage cluster sampling. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 293 orang, yang dibagi pada dua kota besar di Indonesia yakni Kota Jakarta dan Palembang. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner elektronik. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan praktik pemberian MPASI oleh ayah dan ibu, perbedaan yang bermakna signifikan terlihat pada lingkungan makan keluarga, terdapat korelasi positif dan cukup kuat (r=0,26-0,50) antara praktik pemberian MPASI oleh ayah dan ibu dengan respons anak saat makan, terdapat hubungan yang bermakna antara durasi, metode, dan lingkungan yang mendukung pemberian MPASI dengan respons anak saat makan; serta tidak terdapat hubungan bermakna antara waktu pengenalan dan jenis MPASI dengan respons anak saat makan (p-value> 0,05). Simpulan yang didapat adalah praktik pemberian MPASI oleh ayah cenderung lebih responsif dibandingkan ibu. Program edukasi dan intervensi yang melibatkan orangtua khususnya ayah perlu dikembangkan dalam pemberian makan anak.

Complementary feeding practice is a crucial for growth and development of children aged 6-23 months. Healhty eating habits in children are infleunced not only by nutrition provided but also by the pivotal role of both parents in caregiving and CF practices. This study aims to compare the complementary feeding practices performed by fathers and mothers in relation to the child’s response during feeding. This research employs a quantitative approach with a cross-sectional design. This quantitative study adopts a cross-sectional design. The inclusion criteria for the sample are parents who have children aged 6-23 months. The sampling method is probability sampling with multistage cluster sampling technique. The total sample size is 293, distributed across two major cities in Indonesia, Jakarta and Palembang. The data collection tool utilized is an online questionnaire. The study indicates significant differences in CF between mothers and fathers, particularly in the family meal environment. A significant and moderately strong positive correlation was found between CF and child’s response during feeding (r=0,26-0,50). Additionaly, there is significant relationship with duration, method, and the supportive environment, but no significant relationship was found with the timing of introdution, and type of CF, and the child’s response during feeding (p-value> 0,05). The study concluded that father tend more responsive compared to mother. Therefore, educational and intervention programs involving parents, particularly fathers, should be developed to enhance children’s feeding practices"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okti Eko Nurati
"Praktik pemberian makanan pada bayi dan anak masih belum memenuhi standar WHO, meskipun telah banyak dilakukan edukasi. Beragam faktor seperti suku, budaya serta informasi digital mempengaruhi pilihan ibu dalam pemberian MPASI di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan pilihan ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 6-23 bulan di sepuluh suku di Indonesia. Desain penelitian ini adalah survei potong lintang dengan teknik pengambilan sampel consecutive. Sebanyak 443 ibu yang memiliki anak usia 6-23 bulan dari 13 kota yang mewakili 10 suku terbesar di Indonesia berpartisipasi dalam penelitian ini. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner elektronik. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu, suku ibu, penghasilan keluarga, perilaku ibu, dan kepercayaan/ tradisi ibu dengan pilihan ibu dalam pemberian MPASI pada bayi usia 6-23 bulan di Indonesia. Berbagai sumber informasi pengetahuan gizi seperti keluarga, buku, teman, internet, pelatihan dan sumber lainnya juga berhubungan signifikan dengan pilihan ibu dalam pemberian MP ASI. Hasil analisis multivariat didapatkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan pilihan ibu dalam pemberian MP ASI di sepuluh suku di Indonesia yaitu perilaku ibu, kepercayaan/ tradisi ibu dan sumber informasi dari internet. Simpulan yang didapat adalah faktor personal, interpersonal dan faktor sosial mempengaruhi pilihan ibu dalam pemberian MPASI. Oleh karena itu, kampanye mengenai pentingnya pemberian MPASI harus fokus pada kepercayaan lokal serta pemanfaatan teknologi internet dan media sosial untuk meningkatkan pemahaman dan praktik pemberian MPASI oleh ibu.

Feeding practices for infants and young children still do not meet WHO standards, despite extensive education efforts. Various factors such as ethnicity, culture, and digital information influence mothers' choices in providing complementary feedin g. This study aims to identify the factors related to mothers' choices in providing complementary feeding for infants aged 6-23 months across ten ethnic groups in Indonesia. This cross-sectional survey employed a consecutive sampling technique. A total of 443 mothers with children aged 6-23 months from 13 cities representing the ten largest ethnic groups in Indonesia participated in this study. Data were collected using electronic questionnaires. The results showed significant associations between mothers’ education, ethnicity, family income, mothers’ behavior, and mothers' beliefs/traditions with mothers' choices in providing complementary feeding. Various sources of nutritional knowledge, such as family, books, friends, the internet, training, and other sources, also significantly influence mothers' choices in providing MPASI. Multivariate analysis identified that the most dominant factors associated with mothers' choices in providing complementary feeding across the ten ethnic groups in Indonesia are mothers' behavior, beliefs/traditions, and information sources from the internet. The conclusion is that personal, interpersonal, and social factors influence mothers' choices in providing complementary feeding. Therefore, campaigns on the importance of complementary feeding need to focus on local beliefs and the use of internet technology and social media to enhance mothers' understanding and practices of complementary feeding."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izzca Alsya Candra
"Usia baduta merupakan masa di mana terjadi pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan serta emosional anak yang perlu diperhatikan dengan baik. Namun, pada masa ini sering terjadi masalah perilaku makan seperti perilaku picky eater. Salah satu faktor yang memengaruhi perilaku tersebut adalah praktik pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran praktik pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) pada bayi usia 6-23 bulan sebagai determinan perilaku picky eater. Metode penelitian yang digunakan adalah longitudinal, dengan pengambilan data secara daring dan luring di DKI Jakarta. Sampel pada penelitian ini adalah orang tua yang memiliki bayi usia 6-23 bulan yang sesuai dengan kriteria inklusi. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling, dengan jumlah total keseluruhan sampel 103 responden. Peneliti menyebarkan kuesioner yang mencakup karakteristik bayi, karakteristik orang tua, dan praktik pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Hasil penelitian secara umum menunjukkan sebagian besar responden menerapkan praktik pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) di tingkat baik (45,6%). Akan tetapi, masih terdapat responden yang praktik pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) dalam kategori buruk (1,9%). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam promosi dan edukasi untuk meningkatkan praktik pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) pada usia 6-23 bulan sekaligus upaya preventif untuk perilaku picky eater.

The age of under two years is a period where physical growth and development of intelligence and emotions of children that need to be considered carefully. However, during this period, eating behavior problems often occur such as picky eater behavior. One of the factors that influences this behavior is complementary feeding practices. This study aims to identify the description of complementary feeding  practices in infants aged 6-23 months as a determinant of picky eater behavior. The research method used is longitudinal, with online and offline data collection in DKI Jakarta. The sample in this study were parents who have infants aged 6-23 months who meet the inclusion criteria. The sampling technique used was cluster random sampling, with a total sample size of 103 respondents. The study was conducted by distributing questionnaires covering infant characteristics, parental characteristics, and complementary feeding practices. The results of the study generally showed that most respondents implemented the practice of providing complementary foods at a good level (45.6%). However, there were still respondents whose practices of providing complementary foods were in the poor category (1.9%). This study is expected to be the basis for promotion and education to improve the complementary feeding practices at the age of 6-23 months as well as preventive efforts for picky eater behavior. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Sulistyowati
"Latar belakang. Makanan pendamping ASI (MPASI) merupakan salah satu faktor penting dalam pengasuhan anak. Pada tahun 2003 WHO menyatakan bahwa 60% dari 10,9 juta kematian balita berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan masalah kekurangan gizi. Sedangkan 2/3 dari kematian tersebut, yang sering kali berhubungan dengan masalah pemberian makan, terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan. Pada tahun 2003, WHO telah mengeluarkan aturan mengenai pemberian MPASI hendaknya memenuhi persyaratan meliputi ketepatan usia, adekuat, aman dan cara pemberian makan yang tepat. Sebagian besar penelitian mengenai MPASI di Indonesia hanya melihat satu aspek dari 4 kriteria WHO. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang dimaksudkan untuk melihat praktek pemberian MPASI pada bayi secara holistik berdasarkan keempat kriteria WHO tersebut.
Tujuan. Mengidentifikasi pola pemberian MPASI pada bayi usia 6, 9 dan 12 bulan, meliputi ketepatan usia, adekuat, aman dan cara pemberian makan yang tepat; serta mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pemberian MPASI dini.
Metode. Studi potong lintang berbasis populasi dilakukan pada anak usia 6, 9 dan 12 bulan di 4 kelurahan di kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan yang lahir cukup bulan dengan berat lahir antara 2500 - 4000 gram. Pemilihan posyandu dilakukan secara multistage cluster sampling. Data demografis dan pola pemberian ASI dan MPASI didapatkan dari wawancara terhadap ibu atau pengasuh. Pada subjek dilakukan pemeriksaan berat badan dan panjang badan. Analisis diet dilakukan dengan metode 24-hour food recall oleh ahli gizi. Analisis multivariat dilakukan untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian MPASI kurang dari 6 bulan. Mula-mula dilakukan analisis bivariat dengan uji hipotesis Kai-kuadrat (X2) atau uji t-test tidak berpasangan pada tiap faktor risiko, dilanjutkan dengan uji regresi logistik.
Hasil. Didapatkan 322 subjek, terdiri dari 99 anak usia 6 bulan, 111 anak usia 9 bulan, 112 anak usia 12 bulan. Jumlah lelaki dan perempuan seimbang. Lima puluh sembilan persen responden berada di atas garis kemiskinan versi BPS. Prevalens pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan sebesar 36,7%. Prevalens pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) pada usia 6 bulan adalah 51,6%. Sebanyak 40 (12,4%) anak mendapatkan MPASI pada usia kurang dari 4 bulan dan 95 (29,5%) anak pada usia 4-5 bulan. Bubur susu merupakan jenis MPASI pertama kali yang paling sering diberikan (76,3%). Rerata asupan kalori total adalah 852,8 kkal/hari. Rerata pemenuhan kalori total dibandingkan AKG 110 kkal/kg/hari adalah 94,3%. Pada analisis regresi logistik, faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MPASI dini adalah ibu rumah tangga (β=2,58; RO=13,24; p=0,001), pemberian susu formula pada usia 6 bulan (β=-1,66;RO=0,19; p=0,012) dan durasi ASI eksklusif (β=-1,85; RO=0,16; p<0,0001). Target AKG zat besi sebesar 11 mg/hari tidak terpenuhi pada seluruh kelompok usia anak. Asupan terendah terdapat pada anak usia 6-8 bulan yang mengkonsumsi ASI dan MPASI dengan rerata asupan zat besi 2,6 mg/hari.
Simpulan. Prevalens pemberian MPASI pada usia 6 bulan pada bayi di Kecamatan Pasar Minggu adalah 51,6%. Jenis MPASI yang paling sering diberikan sebagai MPASI pertama adalah bubur susu buatan pabrik. Faktor yang mempengaruhi pemberian MPASI dini adalah ibu rumah tangga, pemberian susu formula pada usia 6 bulan dan durasi ASI eksklusif. Asupan zat besi paling rendah terdapat pada kelompok usia 6-8 bulan, terutama yang mengkonsumsi ASI.

Background. Complementary foods is one of the important factors in child care. In 2003, the WHO stated that 60% of the 10.9 million under-five deaths associated either directly or indirectly with malnutrition. While two thirds of these deaths, which are often associated with feeding problems, occurred in the first years of life. In 2003, the WHO has issued rules regarding the provision of complementary feeding should meet the following requirements include timing, adequacy, safety and properly feeding. Most researches on complementary feeding in Indonesia only discussed one of the 4 criteria of WHO. This study is the first study designed to identify the infant complementary feeding practice in a holistic manner based on the four criteria of the WHO.
Objective. To identify the pattern of complementary feeding in infants aged 6, 9 and 12 months-old, which includes timing, adequacy, safety and properly feeding. And also to assess factors contributing in early complementary feeding.
Methods. A cross-sectional population-based study conducted in infants aged 6, 9 and 12 months who were born aterm and birth weight ranging from 2500 until 4000 grams. The study was located in 4 villages in the district of Pasar Minggu, South Jakarta. Posyandu as sample base was elected by multistage cluster sampling. Demographic data and the patterns of breastfeeding and complementary feeding were obtained from interviews with the mother or caretaker. Body weight and body length were measured. Dietary analysis was conducted using 24-hour food recall by dieticians. Bivariate analysis using chisquare test or unpaired t-test was conducted for each risk factor associated to the provision of complementary feeding before 6 months-old. Those risk factors are gender, duration of exclusive breastfeeding, formula milk, age and education level of the mother, maternal employment, socioeconomic status and tradition of giving starch water for babies. Significant associations were subjected to multivariate analysis by logistic regression.
Results. We obtained 322 subjects, consisting of 99 infants aged 6 months-old, 111 infants aged 9 months-old, and 112 infants aged 12 months-old. Equal proortion between male and female. Fifty-nine percent of the respondents were above the poverty line according to BPS standard. Prevalence of exclusive breastfeeding until the age of 6 months was 36.7%. A total of 40 (12.4%) children started their first complementary feeding at the age of 4 months, 95 (29.5%) children at the age 4-5 months. Milk porridge is a the most frequent food for the first time (76.3%). The mean total caloric intake was 852.8 kcal / day. The mean total caloric fulfillment than RDA 110 kcal / day was 94.3%. On logistic regression analysis, the factors that influence early complementary feeding were stay-at-home mother (β=2.58; RO=13.24, p=0.001), formula feeding at 6 months (β=-1.66; RO=0.19, p=0.012) and duration of exclusive breastfeeding (β=-1.85; RO=0.16, p<0.0001). The RDA of iron intake is 11 mg/day which was not accomplished in all group of ages. The lowest was in group of 6-8 months-old baby consuming breastmilk and complementary food, averaged 2.6 mg/day.
Conclusion. Prevalence of complementary feeding at 6 months of age in infants in the Pasar Minggu District was 51.6%. The most frequent first food was industrial milk porridge. Factors affecting early complementary feeding were stay-at-home mother, formula feeding at 6 months of age and duration of exclusive breastfeeding. The lowest iron intake was consumed by 6-8 months-old baby with breastmilk and complementary foods.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lazuardi Gayu Ilhami, author
"Stunting masih menjadi salah satu masalah gizi balita di Indonesia. Sebanyak 37,2 balita pada tahun 2013 memiliki tinggi badan yang kurang. Terdapat banyak faktor yang membuat balita memiliki tinggi badan yang kurang, di antaranya adalah praktik pemberian makanan pendamping ASI MP-ASI yang belum dilakukan dengan baik dan benar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu terkait MP-ASI dengan tinggi badan balita. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross-sectional. Subyek penelitian dipilih sebanyak 100 orang dari warga Kampung Melayu, Jakarta Timur dengan teknik consecutive sampling. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai MP-ASI dan alat ukur tinggi badan balita.
Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat 35,0 balita stunting dan 25,0 ibu yang memiliki pengetahuan mengenai MP-ASI yang kurang. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu mengenai MP-ASI dengan tinggi badan balita p=0,021 dengan nilai prevalence ratio sebesar 2 IK95 1,21 sampai 3,31 . Pengetahuan ibu yang adekuat mengenai MP-ASI berimplikasi pada praktik pemberian MP-ASI yang baik dan benar yang menyebabkan perbaikan gizi balita dan berujung pada penurunan risiko terjadinya stunting.

Stunting is still one of the nutritional problems among toddlers in Indonesia. Up to 37.2 toddlers in 2013 were stunted. There are many factors that lead infants having shorter body length, one of these is the practice of weaning among the mothers that is not appropriate.
This research is aimed to analyze the association between the knowledge of the complementary food and its feeding practice among the mothers and the toddler rsquo s body length. This is an analytic observational study that uses cross sectional design. There are 100 respondents who are chosen from the Kampung Melayu civilians in Jakarta using the consecutive method of sampling. Data are collected by using a questionnaire and a simple stature meter.
The result is that there are 35.0 stunted toddlers and 25.0 of the mothers are having an inadequate knowledge about complementary food and its feeding practice. There is a significant association between mother rsquo s knowledge of complementary food and toddler rsquo s body length p 0.021 with the value of prevalence ratio is 2 CI95 1.21 up to 3.31 . Adequte knowledge of complementary food and its feeding practice will leads to the better nutritional status of the toddlers and eventually decrease the risk of stunting.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Andriani
"Malnutrisi sejak pembuahan hingga usia 2 tahun dapat menimbulkan gangguan otak, yang memengaruhi kemampuan kognitif, kesehatan fisik dan produktivitas anak di masa depan. Pada bayi malnutrisi umumnya disebabkan kesalahan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Peran Dokter terutama dokter spesialis anak untuk memberikan edukasi kepada ibu mengenai praktik pemberian MPASI yang benar sangat diperlukan. Perlu modul edukasi yang dapat digunakan untuk memberikan konseling kepada ibu.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian mixed method dengan model eksploratori sekuensial yang terdiri atas tiga tahap penelitian. Tahap pertama studi kualitatif untuk penyusunan modul ABC-MPASI, diikuti dengan studi kuantitatif tahap I dan II. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2019–Juli 2021. Studi kualitatif penyusunan modul dilakukan dengan studi pustaka dan telaah pakar I, II dan III. Telaah pakar I menggunakan metode Delphi 2 putaran, wawancara mendalam, dilanjutkan dengan telaah pakar II menggunakan metode diskusi grup. Telaah pakar III dilakukan dengan metode wawancara mendalam dengan ahli dan target audiens. Dari studi kualitatif dihasilkan modul ABC-MPASI-Press dan ABC-MPASI- Vid. Selanjutnya modul yang dihasilkan diujicobakan dalam penelitian tahap I. Penelitian tahap I dilakukan dengan desain Randomized Control Trial, terdiri atas 3 kelompok subjek penelitian. Digunakan metode cluster sampling untuk membandingkan efektivitas modul yang dihasilkan (modul ABC-MPASI-Vid dan ABC-MPASI-Press) dibandingkan dengan kontrol (hanya mendapatkan buklet KIA). Penelitian tahap II menggunakan desain one group eksperimental pre dan post untuk menilai efektivitas modul ABC-MPASI-Vid dalam meningkatkan pengetahuan dan perilaku ibu, asupan makan bayi dan pertumbuhan bayi.
Didapatkan hasil modul ABC-MPASI-Vid dan ABC-MPASI-Press dapat meningkatkan pengetahuan ibu mengenai praktik MPASI lebih baik dibandingkan buklet KIA, namun modul ABC-MPASI-Vid lebih efektif dalam meningkatkan perilaku ibu. Intervensi dengan modul ABC-MPASI-Vid tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu. Peningkatan pengetahuan dan perilaku ibu meningkatkan asupan makan bayi berdasarkan perbaikan parameter Minimum Di- etary Diversity (MDD), Minimum Meal Frequency (MMF) dan Minimum Acceptable Diet (MAD) serta perbaikan asupan kalori, protein dan lemak pada kunjungan akhir pasca edukasi. Peningkatan antropometri secara bermakna dilihat dari tren pertumbuhan bayi dengan menilai weight increment dan length increment bayi pasca edukasi selama 3 bulan pemantauan.
Disimpulkan intervensi dengan modul ABC-MPASI-Vid dan ABC-MPASI-Press dapat meningkatkan pemahaman materi MPASI dan pengetahuan ibu mengenai praktek MPASI yang benar. Modul ABC-MPASI-Vid lebih efektif dalam meningkatkan perilaku ibu dalam praktek pemberian MPASI yang benar dan dapat digunakan oleh ibu dengan berbagai latar belakang tingkat pendidikan. Intervensi dengan modul ABC-MPASI-Vid dapat meningkatkan asupan MPASI bayi dari segi jumlah asupan protein dan energi, perbaikan komposisi asupan MPASI terutama pemberian lemak dan zat besi, dan peningkatan persentase bayi yang memenuhi krite- rian MDD, MMF dan MAD. Bayi yang diasuh oleh ibu yang mendapatkan intervensi edukasi dengan modul ABC-MPASI-Vid memiliki perubahan bermakna tren pertumbuhan normal yang dinilai dengan weight increment dan length increment (nilai p = 0,015) dan penurunan bayi dengan nilai WI dan LI abnormal sebesar 22,9% pada periode sebelum intervensi ke periode setelah intervensi.

Malnutrition occurring during the critical period of children's growth may contribute to disturbances in the brain, affecting their future cognitive abilities, physical health, and productivity; and is generally caused by errors in complementary feeding practice. The role of physicians, especially pediatricians, is to provide education to mothers regarding the correct complementary feeding practice to overcome this problem. This research assessed the need for a practical educational module for complementary feeding practice to provide counseling to mothers from various backgrounds.
This study was carried out from February 2019–July 2021, utilizing a mixed-methods design and a sequential exploratory model consisting of three research stages. The first research stage is a qualitative study for the preparation of the complementary feeding practice module, followed by two quantitative studies. The qualitative study was carried out using a literature study, preliminary research, and three experts panels; with the latter applying the 2-round Delphi method, focus group discussion, and in-depth interviews with experts and the target audience. From the qualitative study, a booklet (ABC-MPASI-Press) and video (ABC-MPASI- Vid) modules were formulated, which were further studied during phase I of the quantitative research using a randomized control trial design with 3 intervention groups. This study aimed to determine the effectiveness of the formulated modules in comparison with the control group (only receiving the Maternal and Child Health (MCH) booklet. Phase II of the quantitative research utilized a one group experimental pre-post-test design to assess the effectiveness of the education modules in increasing mothers’ knowledge and behavior, and in turn, infants’ feeding intake and growth.
Both the ABC-MPASI-Vid and ABC-MPASI-Press modules resulted in a higher increase of mothers’ knowledge in complementary feeding practice compared to the MCH booklet, with the video module being more effective in improving mothers’ behavior. This increase of knowledge and behavior in mothers, in turn, increased their infants’ food intake, as shown by the improvements of the Minimum Dietary Diversity (MDD) and Minimum Acceptable Diet (MAD) parameters, as well as improvements in calorie, protein, fat and iron intakes during their final visit. A significant increase in weight increment (WI) and length increment (LI) was found after intervention.
It was concluded that the intervention with the ABC-MPASI-Vid and ABC-MPASI-Press mod- ules could improve mother's understanding of the complementary feeding material and mother's knowledge regarding the correct complementary feeding practice. The ABC-MPASI-Vid mod- ule is more effective in improving the behavior of mothers in correct complementary feeding practice and can be used by mothers with various educational backgrounds. Interventions with the ABC-MPASI-Vid module can increase complementary food intakes in terms of the amount of protein and energy intake, improve the composition of complementary foods, especially fat and iron intakes, and increase the percentage of infants who meet the criteria for MDD and MAD. Babies raised by mothers who received educational intervention with the ABC-MPASI- Vid module had a significant change in the normal growth trend, as assessed by weight incre- ment and length increment (p value = 0.015), with a decrease in infants with abnormal W1 and L1 values of 22.9% after the intervention.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Reno Monalisa
"Pemberian MP-ASI yang berkualitas merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah stunting. Pemberian MP-ASI yang tidak berkualitas, memiliki efek buruk pada kesehatan dan pertumbuhan anak serta meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas. MAD merupakan salah satu indikator penilaian MP-ASI, namun pada kenyataannya masih banyak anak dengan MAD tercapai yang dengan stunting. Tujuan Penelitian ini untuk mendapatkan gambaran kualitas pemberian MP-ASI pada anak stunting usia 6-23 bulan dengan Minimum Acceptable Diet (MAD) tercapai. Metode penelitian kualitatif dalam bentuk studi kasus, pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan observasi, informan utama adalah 6 ibu yang memiliki anak balita stunting usia 6-23 bulan yang MAD tercapai, serta 17 orang informan penting yang terdiri dari anggota keluarga lain, kader Posyandu, penjual bubur MP-ASI/makanan matang dan petugas gizi Puskesmas. Penelitian dilakukan di 4 Kelurahan Jakarta Pusat pada bulan Februari-Maret 2020. Hasil penelitian yaitu MP-ASI dengan indikator MAD tercapai namun kualitasnya belum baik karena tidak memenuhi AKG anak, pengetahuan ibu terkait MP-ASI cukup baik, tidak ada kepercayaan makanan tabu, sebagian besar ibu membeli bubur MP-ASI dan makanan matang untuk MP-ASI anak, sumber rujukan utama ibu dalam praktek pemberian MP-ASI adalah buku KIA, tidak ada hambatan trasnpostasi dalam mendapatkan bahan makanan, penghasilan suami yang tidak tetap menjadi hambatan dalam membeli MP-ASI. Disarankan agar Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat: melakukan Inovasi pembuatan aplikasi mobile, meningkatkan kegiatan penyegaran (refreshing) dan inovasi kegiatan sosialisasi MP-ASI, melakukan kegiatan inovasi dengan membentuk kelompok pendukung MP-ASI berkualitas, melakukan pembinaan, pemantauan, penilaian dan menerbitkan sertifikat laik hygiene sanitasi jasaboga pada penjual bubur MPASI dan makanan matang.

Quality of complementary feeding practices is an effort to overcome the problem of stunting. Giving a poor quality complementary feeding ptactices, have a bad effect on child‟s health and growth and also increasing morbidity and mortality rate. Minimum Acceptable Diet (MAD) is one of the indicators of complementary feeding assessment, but in reality there are still many children with MAD who have achieved is stunting.The purpose of this study was to represent the relationship between complementary feeding practices with stunting using MAD requirements. Qualitative research is conduct with case studies methods, data collection by in-depth interviews, and observations. Six mothers who had stunting toddlers aged 6-23 months are the main respondent with good MAD requirements. Seventeen respondents support qualitative information of the main respondent. Support respondents are consisting of other family members, community healthcare vanguard, the seller of complementary feeding/cooked food, and nutritionist in the Health community center (PUSKESMAS). The study was conducted in 4 Central Jakarta Sub-districts in February-March 2020. The results of the study are complementary feeding practices with poor quality of MAD requirements proven not to comply with the RDA. Maternal knowledge related to complementary feeding practices is quite good, there is no belief in taboo foods, most of the mother buy breastfeeding complementary food such as porridge and cooked food for children. The basic references for mothers in the practice of giving complementary feeding practices are "mother and children healthcare handbook (KIA handbook)". From the results, there are no obstacles to get the food; the husband's income does not an resistance in buying complementary feeding. Recommendation: for Central Jakarta, Health Office initiative for innovating the creation of mobile mother and children healthcare applications; innovate activities in complementary feeding food socialization; conduct innovation activities by forming quality
complementary feeding food support groups; conducting and coaching, monitoring, and evaluating and issuing sanitation hygiene-concern certificates for complementary feeding catering services (MP-ASI Sellers).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>