Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170785 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diana Elfida
"Konsep kebahagiaan dapat dibedakan berdasarkan perspektif hedonik (subjective well-being/SWB), eudaimonik (psychological well-being/PWB), dan gabungan keduanya (PERMA). Semua konsep kebahagiaan berasal dari pemikir dari budaya Barat yang berorientasi individualistik dan hanya terfokus pada diri manusia dan lingkungannya, kurang memperhatikan pengaruh nilai budaya lainnya yang kolektivis dan religius terhadap kebahagiaan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya peran religiusitas, spiritualitas, kebersyukuran dan makna hidup dalam kebahagiaan orang Indonesia. Penelitian ini menggunakan disain konvergen dari metode campuran. Studi kualitatif dilakukan untuk menjelaskan bahwa nilai-nilai budaya dan agama mempunyai peran penting dalam pengalaman kebahagiaan partisipan. Partisipan berjumlah 9 orang berusia 23-74 tahun. Hasil studi kualitatif menemukan tiga tema besar pengalaman bahagia, yaitu pemaknaan pengalaman bahagia, dimensi kebahagiaan, dan faktor-faktor yang terkait dengan
kebahagiaan. Pemaknaan pengalaman bahagia meliputi tiga tema, yaitu rasa mampu mengatasi masalah dengan penerimaan dan syukur, kepuasan hidup dalam ketercukupan, dan rasa berharga berkat pencapaian dengan kerja keras. Dimensi
kebahagiaan mencakup enam tema yang menggambarkan pengalaman kebahagiaan hedonik dan eudaimonik. Kebahagiaan hedonik meliputi dua tema yaitu pencapaian personal dan menikmati aktivitas waktu luang. Kebahagiaan eudaimonik mencakup hubungan dengan Tuhan, hubungan baik di dalam
keluarga, hubungan sosial yang positif, dan kepedulian pada sesama. Faktor-faktor yang terkait dengan kebahagiaan meliputi ketaatan pada ajaran agama adalah hal utama, kesadaran spiritual, pemaknaan positif terhadap kehidupan,
bersyukur kepada Tuhan di saat senang dan susah, dan pemahaman terhadap makna hidup. Studi kuantitatif dilakukan untuk menguji model teoritis yang menyatakan kebersyukuran dan makna hidup memediasi hubungan antara
religiusitas dan spiritualitas dengan kebahagiaan konstruk PERMA. Partisipan adalah 421 orang berusia 17-63 tahun. Hasil studi kuantitatif memperlihatkan bahwa model teoritis yang diajukan fit dengan data. Dengan demikian,
kebersyukuran dan makna hidup terbukti memediasi hubungan antara religiusitas dan spiritualitas dengan kebahagiaan. Hasil analisis data juga memperlihatkan bahwa spritualitas, kebersyukuran dan makna hidup masing-masing merupakan prediktor yang signifikan terhadap kebahagiaan, sedangkan religiusitas tidak terbukti sebagai prediktor kebahagiaan. Hubungan spiritualitas dan kebahagiaan, juga dapat dimediasi secara parsial oleh kebersyukuran dan makna hidup. Religiusitas tidak memiliki hubungan langsung dengan kebahagiaan tetapi dimediasi penuh oleh kebersyukuran dan makna hidup. Sebagai tambahan, religiusitas dan spiritualitas merupakan konstruk yang berbeda tetapi saling berhubungan.

The concept of well-being can be distinguished based on the hedonic and eudaimonic perspectives, and the combination of both (PERMA). All the concepts of well-being came from Western thinkers whose culture is individually oriented and only focus on human beings and their environment, paying less attention to the influence of other collectivist and religious cultural values on well-being. This research aimed to prove the role of religiosity, spirituality, gratitude, and the meaning in life in the well-being of Indonesians. This research used a convergent design of mixed-method. The qualitative study was conducted to explain that culture values and religion has an important role in the participant's well-being experience. Participants were 9 people aged 23-74 years. The result of qualitative study found three major themes of well-being experience, namely meaning of well-being experiences, dimensions of well-being, and factors related to wellbeing.
The meaning of well-being included three themes, namely the sense of being able to overcome problems with acceptance and gratitude, life satisfaction in sufficiency, and a sense of worth for the accomplishment with hard work. The dimensions of happiness included six themes that describe hedonic and eudaimonic well-being. Hedonic well-being included two themes, namely personal achievement and enjoying leisure activities. Eudaimonic well-being included relationships with God, good relationships in the family, positive social relationships, and caring for others. Factors associated with well-being were adherence to religious teachings is predominant, spiritual awareness, positive meaning toward life, gratitude to God in good and bad times, and understanding of the meaning in life. The quantitative study was conducted to test theoretical model that gratitude and meaning in life mediated the relations between religiosity and spirituality with well-being (using PERMA construct). Participants were 421 people aged 17-63 years. The results showed that the proposed theoretical models was fit with the data. Thus, gratitude and meaning in life were proven to mediate the relationship between religiosity and spirituality with well-being. The results also showed that spirituality, gratitude and the meaning in life were significant predictors of well-being, but religiosity was not. The relationship between spirituality and well-being could also be mediated partially by gratitude and the meaning of life. Religiosity did not have a direct relationship with well-being but was fully mediated by gratitude and the meaning in life. In addition, religiosity and spirituality were different but interconnected constructs.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Khaerani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang religiusitas spiritualitas, serta pencarian makna hidup dari sudut pandang kaum gay muslim di Jakarta. Penelitian dilakukan dengan mengambil dua orang subjek pria gay dengan rentang usia 21-34 tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus intrinsik. Data dihimpun dengan metode wawancara mendalam terhadap kedua subjek, kemudian dilakukan analisis intra-subjek dan analisis inter-subjek. Penulis menggunakan Teori Ekologi Bronfenrenner sebagai acuan untuk membuat pertanyaan umum seputar kehidupan subjek. Religiusitas diukur dengan lima dimensi dari teori Glock dan Stark (1965), yaitu ideological dimension (dimensi ideologi), ritualistic dimension (dimensi ritual), experiential dimention (dimensi eksperensial), intellectual dimension (dimensi intelektual), dan practices/consequences dimension (dimensi praktis/konsekuensi). Spiritualitas diukur dengan teori tahapan keimanan milik James Fowler (1981), yaitu primal faith (usia 0-2 tahun), intuitive-projective faith (usia 3-7 tahun) , mythic-literal stage (usia 8-12 tahun), conventional stage (usia 13-20 tahun), individualistic-reflective stage (usia 21-34 tahun). Pada tahapan keimanan hanya diambil lima dimensi karena subjek penelitian yang diambil berusia 21-34 tahun. Sedangkan untuk pencarian makna hidup menggunakan teori Viktor Frankl tentang tiga prinsip makna hidup, yaitu, bahwa hidup manusia memiliki arti di segala aspeknya, bahkan pada titik terendah kehidupan manusia. Prinsip kedua yaitu motivasi keinginan individu untuk mencari makna dari hidupnya. Prinsip ketiga adalah manusia memiliki kebebasan untuk menentukan sikap, bahkan di situasi-situasi menyedihkan yang sangat sulit diubah. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa religiusitas dan spiritualitas masing-masing memiliki makna yang berbeda dalam sudut pandang subjek, namun dalam pencarian makna hidup, kedua subjek memiliki pandangan yang hampir sama yaitu menjadi manusia yang lebih baik. hasil penelitian lain menunjukkan bahwa religiusitas dan spiritualitas dalam pencarian makna hidup kedua subjek memiliki peran tertentu meskipun pada salah satu subjek peran tersebut tidaklah besar.

ABSTRACT
This research aims to describe how gay Muslims define religiosity, spirituality, and the meaning of life from their point of view. Two gay Muslims in Jakarta were interviewed deeply for this research; both of them are on the range 21-34 years of age. This is a qualitative research which uses intrinsic case study as the method. The author interviewed all two subjects and then performed the intra-subject and inter-subject analyses. The author used Bronfenbrenner's Ecological Theory as a background theory to deliver general question about each subject's life. Based on Glock and Stark's (1965) five dimensions, religiosity is measured by ideological dimension, ritualistic dimension, experiential dimension, intellectual dimension, and practice/consequences dimension. On the other hand, spirituality was based on James Fowler's (1981) stages of faith, which are primal faith (age 0 to 2 years old), intuitive-projective faith (age 3 to 7 years old), mythic-literal stage (age 8 to 12 years old), conventional stage (age 13 to 20 years old), individualistic-reflective stage (age 21 to 34 years old). Only five out of seven stages of faith were used in this research, due to subjects' age. For the search of the meaning of life, Viktor Frankl's 3 principles on searching for the meaning of life were used. First, life has its own meaning in every aspect even-at the worsts. Second, it is a will to search for the meaning of life. Third, a person has the right to take any actions toward any given situations, even the worst one. From the interview, it can be concluded that each subject has different points of view on religiosity and spirituality. However, both subjects stated that on the search for meaning of life, they always try to be kind to God's creature. At last, both religiosity and spirituality have influenced both subjects' lives in different ways and portions."
2019
T55377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aninda Enza Azura Mundakir
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara makna hidup dengan well-being subyektif melalui peran mediasi pemaafan dan harapan pada 257 pekerja on call. Pada penelitian ini, pengukuran variabel dilakukan menggunakan Meaning in Life Questionnaire MLQ, Satisfaction with Life Scale SWLS, The Scale of Positive and Negative Experience SPANE, Adult Dispositional Hope Scale ADHS, The State Hope Scale SHS, dan The Heartland Forgiveness Scale SHS. Analisis data dilakukan menggunakan model mediasi ganda yang dikemukakan oleh Hayes 2013. Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemaafan dan harapan secara signifikan memediasi hubungan antara makna hidup dan well-being subyektif dengan besaran efek total sebesar 0.2169 c = 0.2169, t 257 = 24.64.

ABSTRACT
This study was conducted to examine the relationship between meaning in life with subjective wellbeing through the mediation role of forgiveness and hope towards 257 on call workers. In this study, the measurement of variables was conducted using the Meaning in Life Questionnaire MLQ, the Satisfaction with Life Scale SWLS , the Scale of Positive and Negative Experience SPANE, the Adult Dispositional Hope Scale ADHS, the State Hope Scale SHS, and the Heartland Forgiveness Scale SHS. The data analysis was conducted using a double mediation method that was proposed by Hayes 2013. The findings of this study showed that forgiveness and hope significantly mediated the relationship between meaning in life with subjective wellbeing with the total magnitude of effect of 0.2169 c 0.2169, t 257 24.64."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sesilia Adiska Niramaya
"Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk meninjau lebih lanjut hubungan antara emosi syukur dengan kepuasan hidup melalui peran mediasi pikiran positif dan makna hidup pada 585 individu dewasa. Pada penelitian ini, pengukuran variabel dilakukan menggunakan Gratitude Questionnaire-Six GQ-6, Automatic Thoughts Questionnaire-Positive ATQ-P, Meaning in Life Questionnaire MLQ, dan Satisfaction With Life Scale SWLS.
Analisis data dilakukan menggunakan model mediasi ganda seri yang dikemukakan Hayes. Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa pikiran positif dan makna hidup secara signifikan, baik serial maupun independen, memediasi hubungan emosi syukur dan kepuasan hidup dengan besaran efek total sebesar 0.6405 c = 0.640, t 581 = 16.002, p.

This current study was conducted as further review of the relationship between gratitude and life satisfaction through the role of positive thoughts and meaning in life mediation in 585 adults. In this study, measurements of variables were performed using Gratitude Questionnaire Six GQ 6, Automatic Thoughts Questionnaire Positive ATQ P, Meaning in Life Questionnaire MLQ, and Satisfaction With Life Scale SWLS.
Data analysis was done by using serial multiple mediation model which proposed by Hayes. Findings of this study show the existence of mediational effects of positive thoughts and meaning in life significantly, both serially and independently, in gratitude and life satisfaction relationship with total effect of 0.6405 c 0.640, t 581 16.002, p
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismi
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganilisis pengaruh religiusitas dan spiritualitas terhadap konsumsi barang syubhat rokok, karaoke, menjadi penggemar idola, atau membeli album idolanya dan bioskop . Penelitian ini menggunakan observasi 262 mahasiswa muslim FEB UI, jurusan Akuntansi, Manajemen, Ilmu Ekonomi, Ilmu Ekonomi Islam, dan Bisnis Islam. Penelitian ini menggunakan model regresi logistik dan ordinary last square OLS. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa religiusitas secara signifikan mempengaruhi konsumsi rokok, pembelian album, karaoke, dan bioskop. Sementara spiritualitas hanya memiliki hubungan yang negatif dan signifikan pada jumlah pembelian album. Implikasinya bahwa memeberian pemahaman yang baik tentang konsep religiusitas dan spiritualitas yang tepat pada mahasiswa akan menurunkuan jumlah dan frekuensi konsumsi barang syubhat. rokok, menjadi penggemar idol atau pembelian album, karaoke, dan bioskop
ABSTRACT
The aim of this study is to analyze the influence of religiosity and spirituality on syubhat goods cigaretes, karaoke, respondent to be fans of idol or purchase album, and cinemas consumption. This study uses observation of 262 students majoring in accounting, management, economics, Islamic economics, and Islamic business at the Faculty of Economics and Business, Universitas Indonesia. The model of this study used logistic regression, and ordinary last square OLS. The results of this study proved that religiosity have significant influence on cigarette, purchase album, kareoke, and cinemas consumption. Furthermore, spirituality also have significant influence on respondents purchase album. The implication of this study, which give good comprehension for students will reduced volume or frequency syubhat goods cigaretes, karaoke, respondent to be fans of idol or purchase album, and cinemas consumption. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihya Addini Islami
"Pembentukan watak dan perilaku remaja ditentukan oleh peranan dan fungsi orang tua. Kendati demikian, dalam memainkan peranan dan fungsi tersebut, sering kali perselisihan orang tua tidak dapat terelakkan hingga berujung pada perceraian. Kondisi anak dari keluarga bercerai umumnya mengalami dampak negatif. Meski demikian, didapati banyak remaja dari orang tua yang berprestasi.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran religiusitas dan psychological well-being atau kesehatan mental remaja dari orangtua bercerai. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tipe penelitian studi kasus. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 5 orang remaja dari orang tua bercerai dan significant others mereka.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa religiusitas dan psychological well-being memberikan kontribusi positif terhadap remaja dari orang tua bercerai dalam menghadapi kesulitan hidupnya. Selain itu, pada aspek religiusitas, empat partisipan dapat mencapai religiusitas yang tinggi dan seorang partisipan mencapai religiusitas yang rendah meskipun dengan dinamika yang berbeda tiap dimensinya satu sama lain. Pada aspek psychological well-being, seluruh partisipan dapat mencapai psychological well-being yang tinggi meskipun dengan dinamika yang berbeda tiap dimensinya satu sama lain.

The character formation and behavior of adolescents is determined by the role and function of parents. However, in playing these roles and functions, parents' disputes are often unavoidable leading to divorce. Psychology of children from divorced families generally has a negative impact. However, it was found that there were many teenagers from high achieving parents.
This study aims to see the picture of religiosity and psychological well-being or mental health of teenagers from divorced parents. This study uses qualitative methods with the type of case study research. The subjects in this study consisted of 5 teenage samples from divorced parents and their significant others.
The results of this study indicate that religiosity and psychological well-being made a positive contribution to adolescents from divorced parents in facing life's difficulties. In addition, on the aspect of religiosity, four participants achieved high religiosity and a participant achieves low religiosity even though the dynamics are different from each dimension to each other. In the aspect of psychological well-being, all participants achieved high psychological well-being despite the different dynamics of each dimension with each other.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T51745
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nico Kurniawan
"Salah satu faktor yang telah ditemukan secara konsisten berkorelasi dengan kebahagiaan adalah religiusitas. Di sisi lain, terdapat kelompok minoritas yang tidak terafiliasi dengan agama manapun, yaitu orang orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai ateis atau agnostik. Penelitian sebelumnya menemukan beberapa inkonsistensi mengenai hubungan antara identitas religius, religiusitas dan kebahagiaan. Peneliti menduga hal ini dipengaruhi oleh faktor mediasi berupa kesepian. Penelitian ini bertujuan untuk memahami hubungan antara religiusitas, sekularisme, dan identitas beragama terhadap kebahagiaan ketika dimediasi oleh Kesepian. Sebanyak 171 partisipan berusia lebih dari 18 tahun telah mengisi seperangkat kuesioner online, yang terdiri dari PERMA Profiler, Central Religiosity Scale. Secular Belief Scale, dan Revised UCLA Loneliness Scale - 6. Hasil analisis menggunakan PROCESS simple mediation (Model 4) menunjukkan bahwa religiusitas merupakan prediktor positif dan signifikan untuk kebahagiaan. Namun kesepian tidak ditemukan memediasi hubungan ini. Selain itu juga ditemukan bahwa sekularisme dan identitas religius tidak dapat memprediksi tingkat kebahagiaan. Hasil penelitian ini memiliki banyak implikasi menarik yang dapat digunakan baik untuk pengembangan teori selanjutnya maupun aplikasi praktis.

One factor that has been found to consistently correlate with happiness is religiosity. On the other hand, there are minority groups who are not affiliated with any religion, namely people who identify themselves as atheists or agnostics. Previous research found some inconsistencies regarding the relationship between religious identity, religiosity and happiness. Researchers suspect that this is influenced by mediating factors in the form of loneliness. This research aims to understand the relationship between religiosity, secularism and religious identity on happiness when mediated by loneliness. A total of 171 participants aged over 18 years have filled out a set of online questionnaires, consisting of the PERMA Profiler, Central Religiosity Scale. Secular Belief Scale, and Revised UCLA Loneliness Scale - 6. The results of analysis using PROCESS simple mediation (Model 4) show that religiosity is a positive and significant predictor of happiness. However, loneliness was not found to mediate this relationship. Apart from that, it was also found that secularism and religious identity could not predict the level of happiness. The results of this research have many interesting implications that can be used both for further theoretical development and practical applications.."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifka Khadijah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan religiusitas dan spiritualitas antara emerging adults yang berasal dari keluarga utuh dan emerging adults yang berasal dari keluarga tidak utuh. Variabel religiusitas diukur menggunakan Religious Commitment Inventory-10 RCI-10 yang dikembangkan oleh Worthington dkk 2003 . Variabel spiritualitas diukur menggunakan Spiritual Attitude and Involvement List SAIL yang dikembangkan oleh Meezenbroek dkk 2012 . Penelitian ini melibatkan mahasiswa berusia 18-25 tahun yang berjumlah sebanyak 505 orang. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik perbandingan independent sample t-test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan religiusitas dan spiritualitas yang signifikan antara kelompok emerging adults yang berasal dari keluarga utuh dan tidak utuh.

ABSTRACT
The objective of this study is to know the difference of religiosity and spirituality among emerging adults from single parent and two parent families. Religiosity was measured using Religious Commitment Scale 10 RCI 10 developed by Worthington et al 2003 . Spirituality was measured using Spiritual Attitude and Involvement List SAIL developed by Meezenbroek et al 2012 . Participants of this study are 505 college students aged 18 to 25 years old. The data was analyzed using independent sample t test. The results showed that there is no significant difference in religiosity and spirituality among emerging adults from single and two parent families. "
2017
S67598
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Nugraha
"Kualitas hidup terkait kesehatan merupakan penilaian yang bersifat subyektif. Persepsi pasien dalam menilai aspek-aspek kehidupan yang terdampak oleh penyakit dan prosedur perawatan yang dijalani ini dipengaruhi oleh budaya dimana pasien hidup. Pada masyarakat yang kehidupannya dipengaruhi agama, penilaian pasien ini diprediksi dipengaruhi oleh agama yang dianutnya. Model kualitas hidup terkait kesehatan yang memasukan unsur budaya belum menjelaskan mekanisme hubungan agama terhadap kualitas hidup terkait kesehatan pasien SLE yang hidup dalam konteks budaya Indonesia. Untuk mengenali dan menjelaskan mekanisme pembentukan kualitas hidup ini, perlu ada suatu model teoretis yang dibangun berdasarkan perspektif pasien dan teruji secara empiris. Penelitian ini di laksanakan dengan metode mixed-methods exploratory sequential design. Penelitian terdiri dari 2 tahap, yaitu: tahap penelitian kualitatif dengan metode FGD pada 18 pasien SLE ini dan penelitian cross sectional untuk menguji model teoretis yang dibangun berdasarkan hasil penelitian pertama. Penelitian tahap kedua dilakukan terhadap 328 pasien SLE yang direkrut melalui convenience sampling strategy. Hasil analisis analisis dengan model struktural memperlihatkan bahwa model teoretis yang terdiri dari variabel religiusitas, spiritual support dan depresi sebagai pembentuk kualitas hidup terkait kesehatan psien SLE sesuai dengan data empirik.

Health-related quality of life is a subjective appraisal. The patient's perception to about effect of disease and its treatment procedures to their life are influenced by the culture in which the patient lives. In a religious society, such as Indonesia, this appraisal is affected by the religion they adhere to. The health-related quality of life model that incorporates cultural aspects has not yet explained the relationship mechanism between religion and health-related quality of life of patients with SLE who live in Indonesian culture. To identify and explain this mechanism, it is necessary to have a theoretical model that is built based on patient’s perspective and tested empirically. This research was conducted using a mixed-exploratory sequential design method. The study consisted of 2 stages, namely: a qualitative research phase using the FGD method on 18 patients with SLE and a cross-sectional study to test the theoretical model that was built based on the results of the first study. The second phase of the study was conducted on 328 SLE patients who were recruited through a convenience sampling strategy. The analysis by the structural model suggested that the theoretical model consisting of religiosity, spiritual support, and depression variables as determinants of health-related quality of life on patients with SLE was consistent (fit) with the empirical data."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Lauditta Chairunnisa
"ABSTRAK
Isu kesetaraan hak gender telah berkembang di masyarakat dunia selama beberapa dekade terakhir ini, yang membuat kini lebih banyak perempuan yang mampu menyelesaikan pendidikan tinggi serta semakin adilnya kesempatan kerja antara pria dan wanita. Hal ini pun menyebabkan adanya pergeseran peran pada wanita, seperti lebih banyak bekerja di rumah tangga, memiliki lebih sedikit anak, dan menunda pernikahan. Namun, hal ini menimbulkan masalah baru berupa timbulnya double burden wanita dalam rumah tangga serta motherhood wage penalty di tempat kerja. Di beberapa negara, fenomena ini memiliki korelasi terhadap penurunan tingkat kebahagiaan wanita secara absolut maupun secara relatif dibandingkan dengan laki-laki. Di Indonesia, sebanyak 73% wanita yang berstatus menikah juga aktif mencari nafkah. Jika partisipasi wanita menyebabkan turunnya tingkat kebahagiaan wanita di Indonesia, tentu hal ini bisa menjadi masalah. Dengan menggunakan data yang diperoleh dari Indonesia Family Life Survey, penulis melakukan analisis Ordered Probit untuk menganalisis apakah status ketenagakerjaan mempengaruhi tingkat kebahagiaan wanita di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status ketenagakerjaan mempengaruhi tingkat kepuasan hidup wanita menikah di Indonesia secara negatif. Penelitian juga menemukan bahwa anak merupakan faktor yang penting dalam menentukan kebahagiaan wanita menikah, serta persepsi tentang bagaimana sang individu mengartikan hidupnya dan bersyukur juga menjadi faktor yang penting dalam menentukan kepuasan hidupnya.

ABSTRACT
The issue of gender equality has developed over the past decades, which makes women now have more equal opportunities in career and education compared to men. Because of this, women roles in the household are now shifting; more women now are working outside the household, having less children, and also postponing marriage. However, this phenomenon leads to some new problems for women, such as facing double burden in the household and also motherhood wage penalty in the workplace. In some countries, this phenomenon has caused womens happiness level to decrease both absolute and relative to men. In Indonesia, about 73% of married women are also actively working outside the household. If working also causes womens happiness level decreases in Indonesia, this will lead to bigger problems. Using data from Indonesia Family Life Survey, the author conducted Ordered Probit analysis to see whether employment status decreases married womens happiness level in Indonesia. The result of the study shows that employment status does decrease the happiness level of married women in Indonesia. It is also found that children is an important factor in determining happiness level of married women; as well as perceptions about their life."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>